TATANAN MASYARAKAT
DALAM AL-QUR’AN (III)
- Adil, Ihsan, dan Bantuan -
Oleh: A. Faisal Marzuki
Oleh: A. Faisal Marzuki
ADIL, IHSAN, BANTUAN
F
|
irman Allah swt dalam penggal pertama dari Surah
ke-16, An-Nahl ayat 90 berisi tiga perintah Allah yang mesti dikerjakan
oleh orang yang mengaku beriman kepada-Nya, yaitu: innal lāha ya’-muru bil-’adli wal ihsāni wa ītā-i dzil qurbā. Artinya: “Sesungguhnya
Allah menyuruh (memerintahkan kamu): ● Berlaku adil (adli) dan ● Berbuat ihsan
(kebajikan), ● Memberi bantuan kepada kerabat (dzil qurbā, keluarga terdekat).”
Tiga hal yang diperintahkan Allah swt supaya dilakukan oleh umat Islam
sepanjang masa (selagi masih hidup di dunia) dimanapun dia berada - baik
ditengah (bersama) kaum muslimin, ataupun ditengah (bersama) umat lain, sebagai
ciri-ciri atau tanda dari taat
kepada Allah.
Berbuat Adil
Jalan Adil, yaitu menimbang yang sama berat, menyalahkan yang salah, membenarkan yang benar, mengembalikan hak kepada yang sebenar pemiliknya, dan jangan berlaku zalim (aniaya).
Lawan dari Adil ialah Zalim, yaitu memungkiri
kebenaran karena hendak mencari keuntungan bagi diri sendiri, mempertahankan
perbuatan yang salah, sebab yang bersalah itu ialah diri sendiri atau keluarga
atau kelompok sendiri. Maka jika selama keadilan itu masih terdapat pada diri
(masyarakat) dalam pergaulan hidup manusia, selama itu pula pergaulan dalam
tatanan hidupnya akan harmonis, aman, damai. Dengan keadaan itu timbul amanat
dan percaya mempercai sesamanya. Dengan itu dapat dipetiklah
buah dari keadilan itu, yaitu: family bonds, universal
brotherhood of humankind, truthfulness, kindness, caring each other.
Berbuat Ihsan
Sesudah berlaku Adil
seperti tersebut diatas diperintahkan pula berbuat dan melatih diri agar
berbuat Ihsan. Kandungan maksud arti dari kata
Ihsan ialah:
Pertama, selalu mempertinggi mutu amalan. Dengan
selalu berbuat lebih baik lagi dari yang sudah-sudah, sehingga kian lama
tingkat iman itu kian naik. Di dalam hadits Rasul Allah saw yang shahih
disebutkan:
al-ihsānu an ta’budallāha ka-annaka tarāhu fai(n)lam
takun tarāhu fainnahu yarāka.
“Al-Ihsan,
ialah bahwa engkau sembah Allah: ● Seakan-akan engkau melihat Allah. ● Maka
jika engkau tidak melihat Dia, namun Dia tetap melihat engkau.
Kedua, mengenai Ihsan. Maksud
Ihsan itu ialah kepada sesama makhluk, yaitu berbuat lebih tinggi lagi dari
Adil (keadilan). Sebagai contoh memberi upah kepada seseorang mengerjakan
sesuatu pekerjaan. Kita beri upahnya itu setimpal dengan ‘rate’ upah
yang berlaku (atau disepakati). Pembayaran upah yang sesuai dengan rate
upah yang disepakati itu adalah sikap yang Adil. Tetapi jika dilebihkan
bayarannya dari yang semestinya - sehingga hatinya besar dan dia gembira, maka
pemberian yang lebih itu dinamai Ihsan. Oleh sebab itu, maka Ihsan adalah
latihan (pekerjaan) budi yang lebih tinggi tingkatnya daripada Adil. Contoh
yang lain lagi ialah seorang berhutang kepada kita, maka suatu sikap yang Adil
jika hutangnya itu kita tagih. Tetapi dia menjadi Ihsan kalau hutang itu kita
maafkan.
Bantu
Ketiga, memberi kepada
keluarga terdekat. Perbuatan ini pun adalah lanjutan daripada
Ihsan. Karena kadang-kadang orang yang berasal dari satu ayah dan satu ibu
sendiri pun tidak sama nasibnya. Ada yang murah rezekinya, lalu menjadi kaya
raya. Ada pula hidupnya yang pas-pasan malah kurang dari itu. Maka orang yang
mampu itu dianjurkan berbuat Ihsan kepada keluarganya yang terdekat, sebelum
dia memberikan bantuan kepada orang lain.
Berbuat Ihsan seperti itu bukan saja kepada
kerabat yang terdekat saja, namun juga yang bukan kerabat seperti Al-Qurthubi
menulis dalam Tafsirnya sebagai berikut yang artinya:
“Maka
sesungguhnya Tuhan Allah suka sekali hamba-Nya berbuat Ihsan sesama makhluk,
sampai pun kepada burung yang engkau pelihara dalam sangkarnya, dan kucing di
dalam rumah. Jangan sampai mereka itu tidak merasakan Ihsan dari engkau.”
Perbuatan Ihsan Lainnya
Firman Allah swt
dalam Surat ke-4 An-Nisā’ ayat 36 menyebutkan pula berbuat Ihsan itu adalah
sebagai berikut dibawah ini:
wabil wā lidayni ihsānaw wa bidzil qurbā wal yatāmā
wal masākīna wal jāri dzilqurbā wal jāril junubi wash shāhibi bil ju(n)mbi wabnis
sabīli.
Dan
berbuat baiklah kepada: ●Dua orang ibu-bapak,
●Karib-kerabat, ●Anak-anak yatim, ● Orang-orang miskin, ●Tetangga yang dekat
dan tetangga yang jauh, ●Teman sejawat, ●Ibnu sabil (orang dalam perjalanan). [QS
An-Nisā’ 4:36]
Macam-macam daripada berbuat baik itu yang bersifat Ihsan itu adalah kepada:
● Dua
orang ibu-bapak (wabil wā lidayni). Dan Kami perintahkan
kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orangnya. Ibunya telah
mengandungnya dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai menyapihnya
selama tiga puluh bulan, sehingga apabila dia (anak itu) telah dewasa dan
umurnya mencapai 40 tahun (disamping menaruh rasa hormat, juga membantu yang
patut dibantunya) mendo’akannya. [QS Al-Ahqāf 45:15]
● Karib-kerabat (wa bidzil qurbā). Saudara sekandung; Keluarga-keluarga dari bapak; Keluarga-keluarga dari ibu.
Perlu menjaga hubungan baik dan saling membantu sama lain.
●Anak-anak yatim (wal yatāmā). Anak-anak yang ditinggalkan (karena wafat dan tidak mewarisi bekal hidup yang cukup) oleh orang tuanya. Maka perlu dibantu kehidupannya seperti keperluan hidup sehari-hari, kesehatan, tempat tinggal, pendidikan agama dan umum.
●Anak-anak yatim (wal yatāmā). Anak-anak yang ditinggalkan (karena wafat dan tidak mewarisi bekal hidup yang cukup) oleh orang tuanya. Maka perlu dibantu kehidupannya seperti keperluan hidup sehari-hari, kesehatan, tempat tinggal, pendidikan agama dan umum.
● Orang-orang miskin (wal masākīna). Disebabkan oleh belum ada pekerjaan, (kehilangan pekerjaan; sudah berusaha belum ada yang menerimanya); bekerja namun pendapatanya kurang (low income). Maka perlu dibantu.
●Tetangga yang dekat (wal jāri dzilqurbā). Saling menyapa, menolong atau membantu jika diperlukan, walaupun lain aqidah (ajaran muamalah Islam).
● Dan tetangga yang jauh (wal jāril junubi). Saling menyapa, menolong atau membantu jika diperlukan, walaupun lain aqidah (ajaran muamalah Islam).
●Teman sejawat (wash shāhibi bil ju(n)mbi). Saling menyapa, menolong atau membantu jika diperlukan, walaupun lain aqidah (ajaran muamalah Islam). Seperti teman sekerja, seorganisasi, seasal.
● Ibnu sabil - orang dalam perjalanan (wabnis sabīli). Orang dalam perjalanan yang bukan maksiat dalam kehabisan bekal hidupnya, perlu dibantu. Seperti makanan dan tempat tinggal. Misalnya seorang mahasiswa belajar ke luar daerah (negri) kehabisan bekal biaya kuliah, maka perlu dibantu.
PERBUATAN YANG DILARANG
F
|
irman Allah swt dalam penggal berikutnya
(penggal bagian tengah) dari surat An-Nahl ayat 90 yang berisi tiga
larangan Allah yang mesti dijauhi oleh orang yang mengaku beriman kepada Allah
yaitu: wa yanhā ‘anil fahsyā-i wal
munkari wal bagh-yī. Artinya: Dia melarang (melakukan): ● Perbuatan keji
(fahsyā-i), ● Kemungkaran (munkari, yang
dibenci), dan ● Permusuhan (bagh-yī, aniaya).
Perbuatan keji (fahsyā-i), Allah melarang segala perbuatan yang
keji-keji, yaitu dosa yang amat merusak pergaulan dan keturunan. Biasa di
dalam Al-Qur’an, kalau disebutkan kata Al-Fahsyā’ yang dimaksud ialah segala
yang berhubungan dengan zina. Segala pintu yang menjurus kepada zina, seperti
berhubungan dengan pakaian yang membukakan aurat, atau cara-cara lain yang
menimbulkan nafsu syahwat yang menuju kesana, seyogyanya ditutup mati.
Perbuatan mungkar (munkari, perbuatan yang dibenci), mungkar atau yang dibenci. Ialah segala
perbuatan yang tidak dapat diterima baik oleh masyarakat yang berbudi luhur
(moral dan integritas), dan segala perbuatan dan tingkah laku yang membawa
pelanggaran atau aturan agama.
Permusuhan (bagh-yī, aniaya),
perbuatan aniaya yaitu segala perbuatan yang sikapnya menimbulkan permusuhan
terhadap sesama manusia, karena mengganggu hak, dan kepunyaan orang lain.
PENUTUP
F
|
irman Allah swt dalam penggal terakhir (ujung)
dari Surat An-Nahl ayat 90 yang berisi untuk memperhatikan,
memahami dan mengambil pelajaran atas 3 perintah Allah
yang mesti dikerjakan dan 3 larangan Allah yang mesti dijauhi (jangan
dikerjakan) oleh orang yang mengaku beriman kepada Allah seperti telah
disebutkan diatas yaitu: Ya’idzukum
la’allakum tazakkarūna. Artinya:
Dia memberi: ● Pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran.
Yaitu ketiga perintah Allah yang wajib
dikerjakan itu, dan ketiga larangan Allah yang wajib dijauhi (jangan dikerjakan)
oleh orang yang mengaku beriman kepada Allah seperti telah disebutkan diatas
adalah untuk kebaikan, keselamatan dan kedamaian bagi manusia dalam
peradabannya.
Pengajaran dan nasihat
itu adalah langsung datang dari Allah sendiri. Kalau kamu - Wahai
orang yang beriman! Kerjakan tiga yang disuruhkan, kamu pun akan selamat dan
sejahtera. Kalau kamu - Wahai orang yang beriman! Jauhi tiga yang dilarang,
hidupmu dalam bermasyarakat akan bahagia dan damai. [Bersambung]. □ AFM
Tatanan Masyarakat Dalam Al-Qur’an
Bahan Bacaan:
1.
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur'an (Di Bawah Naungan Al-Qur'an), Jilid 7,
Gema Insani Press, Jakarta, 2003.
2. Prof. Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (HAMKA), Juz 14, Penerbit Pustaka Panjimas, Jakarta 1987.
3. Rasul Muhammad saw, Tokoh Besar Peringkat Pertama Yang Mempengarui Dunia, A. Faisal Marzuki.
4. Kutipan Ayat Al-Qur’an Dalam Masalah Keadilan Hukum Terbesar Dalam Sejarah, A. Faisal Marzuki.
5. Islam dan Kemanusiaan, A. Faisal Marzuki □□
2. Prof. Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (HAMKA), Juz 14, Penerbit Pustaka Panjimas, Jakarta 1987.
3. Rasul Muhammad saw, Tokoh Besar Peringkat Pertama Yang Mempengarui Dunia, A. Faisal Marzuki.
4. Kutipan Ayat Al-Qur’an Dalam Masalah Keadilan Hukum Terbesar Dalam Sejarah, A. Faisal Marzuki.
5. Islam dan Kemanusiaan, A. Faisal Marzuki □□