Wednesday, May 21, 2014

Islam & Masjid



KATA PENGANTAR

F
ungsi Mesjid sebagai Center begitu sentral bagi pendatang baru dan lama asal Indonesia di Amerika Serikat sebagai pemeluk agama Islam yang minoritas disini. Dengan adanya Mesjid IMAAM (Indonesian Muslim Association in America) Center ini, ke-Indonesia-an kita tetap dapat dipelihara dengan baik sebagai penduduk terbesar beragama Islam di dunia.

Melihat objektifitas tersebut diatas itulah sangat wajar diperlukan Mesjid sebagai tempat peribadatan dan kegiatan keislaman lainnya bagi asal dan keturunan Indonesia memilikinya. Do’a dan harapan kita tidak lain adalah agar Mesjid IMAAM ini dapat bermanfaat bagi penggunanya, dan menjadi suri teladan yang baik jugalah hendaknya bagi muslim imigran lainnya termasuk warga Amerika.  Āmīn.



ISLAM DAN MASJID
Oleh: A. Faisal Marzuki


يا أيها الذين آمنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا
Yā ayyuhal ladzīna āmanū qū anfusakum wa ahlīkum nāra
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”


PENDAHULUAN


U
ntuk mencapai kebahagian hidup di dunia dan kesuksesan menuju hidup di alam abadi - setelah alam fana ini - diperlukan bukan saja kemauan dan kerja keras untuk merealisasikan kemauan itu, tetapi juga diperlukan alat. Inilah hukum baku (sunatullah) bagi manusia dalam mencapai destiny-nya. Hal itu telah tercatat dalam sejarah manusia, demikian adanya.

Ilmu kauniyah anthropology misalnya, menyebutkan bahwa species manusia seperti kita ini berjenis makhluk homo faber. Yaitu manusia yang suksesnya karena menggunakan alat (tools), sebagaimana halnya Musa alaihis salam dengan tongkatnya. Dengan tongkatnyalah sebagai alat untuk menangkis sihir. Dengan tongkatnya pulalah air keluar (setelah dipukulkan ke batu) untuk memberi minum umatnya dari kehausan dalam perjalan jauh yang melelahkan itu. Dengan tongkatnya itu pula Musa as bersama pengikutnya selamat menyeberangi dasar laut dari kejaran (setelah dipukulkan ke air laut yang membelah dua) Fir’aun bersama tentaranya. Kemudian, setelah air laut menyatu kembali mereka semua berada di dasar laut, kecuali jasad Fir’aun mengapung di air. [1] Tongkat itulah mukjizat Allah ’Azza wa Jalla  berikan kepada Musa alaihis salam sebagai alat kesuksesan tugasnya.

Begitu pula dalam kemauan muwujudkan cita-cita keislaman diperlukan Islam - pengetahuan dan terapannya, dan Mesjid - tempat untuk melaksanakan kegiatannya. Islam dan Mesjid dua entity yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai halnya mata uang logam yang kalau salah satu sisinya tidak ada atau sebaliknya, maka sebagai alat tukar - purchasing power, tidak bernilai. Begitu pula keberhasilan pengguna komputer dalam kehidupan sehari-hari seperti ber-internet-an dan ber-facebook-kan, dapat dilakukan karena adanya software dan hardware. Tanpa itu sebagai alatnya, komputer tidak dapat bekerja.


MOTIVASI PENDIRIAN MASJID

N
ah demikianlah pulalah Islam dan Mesjid. Sebagaimana pula halnya IMAAM dan Jamaahnya dalam naungan Islam dalam Mesjid.  Islam dan Mesjid sebagai halnya software dan hardware. Alat untuk menuju kebahagian dunia dan akhirat. Lengket satu sama lain. Tidak dapat dipisahkan. Islam dan Mesjid bukanlah seperti minyak dan air, betapapun kita aduk-aduk sebaik-baiknya, berulang kali, tetap saja tidak bisa menyatu.


Islam dan Mesjid dua entity ini hidup layaknya seperti ikan dengan air. Ikan yang ditangan lepaskanlah kedalam air. Ikan hidup ceria, airpun bergembira ria. Begitulah, Islam sebagai  ikannya, Masjid sebagai airnya. Disantap manusia muslim - kenyang perutnya, dahaga pun lepas. Demikianlah jiwa kita yang berjati roh perlu Islam dan perlu Mesjid. Jati jasad kita jangan dibicarakan lagi, asal mau saja kerja dan tak memilih-milihnya, rezeki halal datang.

Air bagi ikan punya sejuta kemanfaatan. Air bukan saja sebagai tempat mengibas-ngibaskan siripnya, tapi juga sebagai sumber makanan dimana ’plankton’ hidup subur. Dalam air bukan saja Ikan Teri yang hidup, namun Ikan Paus pun juga. Bahkan siapa dan apa saja akan hidup dengan air itu. Demikianlah Air tempat menumbuh besarkan Ikan sampai keanak-anak keturunan berikutnya, dalam rentang waktu selama mungkin. Yaitu, sampai sangkakala malaikat meniupkan terompetnya, sebagai pertanda kiamat dunia semesta telah datang. Dengan itu segala isinya termasuk manusia dan bumi tempat manusia hidup hancur lebur berkeping-keping seperti debu yang cerai berai dan berterbangan kesegala penjuru.

Sampai di Padang Masyhar, manusia terperengah kepayahan diterik matahari yang jaraknya sejengkal dengan kepalanya. Keringat membanjiri tubuh. Ada yang setinggi lutut. Ada yang setinngi leher. Bahkan ada yang sampai keubun-ubun, yang membuatnya tercekik hidup dalam kesulitan bernafas. Tiada air setegukpun pelepas dahaga, membasahi tenggorokan yang kering kerontang. Tiada siapapun yang dapat dimintai tolong. Semua individu ketika itu hanya memikirkan diri masing-masing. Rasa was-was meliputinya, seraya bertanya-tanya meminta kepastian mau kemana.

Memelas hati bagi yang mendengar rintihannya. “Do I go to Hell, a place what I am really really fear?  Hellfire what I don’t absolutely want to go there! Sebaliknya, “Do I get the Jannah?” ”Do I get the most, most wonderful Palace a place that I have a dream?” Jawabnya adalah, tergantung bagaimana mempersiapkannya selagi masih berada di alam dunia. Last but not least, artinya kita semua sangat sangat butuh kepada Islam dan Masjid.

Teringatlah oleh penulis peringatan Allah ‘Azza wa Jalla dalam surat At-Tahrīm ayat ke 6 yang terasa ditujukan kepada penulis dan juga bagi keluarga penulis serta tentunya keluarga muslim lainnya, kalam-Nya bagi penulis terasa menggema dan menggerincing sampai-sampai bulu roma berdiri dari membaca ayat ini, sebagai berikut:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
yā ayyuhal ladzīna āmanū qū anfusikum wa ahlīkum nārron(w) waqūduhan nāsu walhijārotu ‘alaihā malāikatun ghilādhun syidādul lā ya’shūnallāha mā amarohum wayaf-’alūna māyu’marūn

Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka, dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. [QS At-Tahrīm 66:6]


Hal ini pula yang dipesankan ibunda penulis yang sudah tua. Berbaring ditempat tidur dalam keadaan lumpuh. Beliau sampaikan kepada penulis dengan serius dan wanti-wanti dengan mata berair ketika penulis pamit mau berangkan ke sini bersama istri dan anak-anak. Ibunda tahu bahwa Islam disini adalah minoritas. Dan pesannya itu sangat berharga sekali. Sering kali terngiang-ngiang ditelinga punulis dikala mengingatnya yang kini sudah almarhumah. Semoga Allah Yang Maha Kasih Lagi Maha Sayang menjaga keduanya di alam kubur dan diampuni segala dosanya, diterangi kuburnya dan dikabulkan do’anya dan juga do’a untuk anak-anaknya dan cucu-cucu keturanan ketika masih hidup. Āmīn.

Inilah concern dan pemikiran sejak awal pertama kali bagi pencetus ide Masjid (dan Madrasah berada dalam kompleks Masjid) seketika menunggu anak-anaknya yang berada di kelas madrasah milik saudara kita berasal dari Iran di Seven Lock, Montgomery County, Maryland. Mereka adalah keluarga yang baru beberapa bulan lalu datang hijrah dari Indonesia ke tanah harapan Amerika Serikat ini. Yang ketika itu pandangannya sudah jauh kedepan mengantisipasi bahwa gedung KBRI yang menyelenggarakan Jum’atan dan Idul Fitri serta Idul Adha tidak lagi akan mampu menampung imigran Indonesia yang berdatangan tiap tahun, lagi pula populasi bertambah dari kelahiran anak-anaknya disini. Pencetus ide ini ketika itu bermimpi pula seperti mimpinya Muhajirin ketika hijrah [3] ke Yatrib.

Beda dengan kaum Muhajirin yang datang menyelamatkan diri dari ancaman masive dan berbahaya dari kaum musyrikin Makah terhadap keselamatan diri, keluarga serta masa depan iman Islamnya. Kaum imigran muslimin Indonesia ingin mencari penghidupan sambil membesarkan anak dan mendapat pendidikan tinggi serta tetap dalam suasana meneruskan, menjaga, memelihara, mengembangkan keimanan dan ajaran Islam diri, anak, cucu, keturunan asal Indonesia.


IKHTIAR DILAKUKAN TAKDIR DATANG

K
esamaannya antara kaum Muhajirin Makah dan Imigran Indonesia adalah ingin mendirikan Mesjid. Seperti halnya Muhajirin pertama kali tiba di Quba yang terletak dekat Yatrib mendirikan Masjid Quba. Imigran Indonesia menunggu hampir tiga windu, yang hikmahnya adalah telah terbinanya kesamaan platform corak pandang pikiran habblum minannas antara Anshar (ke-America-an) dan Muhajirin (ke-Indonesia-an) yang berakhir dengan corak ke-Indonesia-an dan mengakomodasi ke-Amarica-an islami.

Tidak lama setelah melting pot pemahaman pemikiran tersebut, dengan tidak disangka-sangka terbetiklah berita yang telah ditunggu-tunggu 20 tahun lamanya oleh pencetus, pendiri, pengurus dan anggota IMAAM atau tiga tahun terhitung dari pengajuan bantuan kepada YAMP yang belum Allah swt  izinkan sampai akhirnya Pemerintah Indonesia langsung memberikan bantuan kepemilikan Mesjid IMAAM Center yang berlokasi di Silver Spring, Montgemory County, Maryland. Jarak dari KBRI Washington DC ke lokasi Masjid Indonesia yang terletak di jalan Georgia Avenue lk 5 miles.



Mesjid IMAAM ini, pengurus dan penyelenggaranya adalah orang Indonesia dan asal keturunan Indonesia. Kemudian tata penyelenggaraan peribadatan ala Indonesia yang majoritasnya Ahlus Sunnah wal Jamaah - mazhab Syafi’i yang penuh kesopan santunan dan toleransi. Mesjidnya diisi bukan saja orang Indonesia dan asal keturunan Indonesia tapi juga terbuka bagi saudara-saudara muslim lainnya. Terima kasih yang tak terhingga kepada Pemerintah dan rakyat Indonesia yang telah menghadiahkannya (full grand) Mesjid IMAAM - Indonesian Muslim Association In America - bagi orang Indonesia dan asal keturunan Indonesia di Amerika ini, terutama yang berdomisili sekitar Maryland, Washington DC dan Northern Virginia. We do not forget your generosity and may Allah bless you all - Indonesian that we missed and love so much.


PENUTUP

P
uji syukur yang tak terhingga kita panjatkan kepada Allah swt yang telah menghargai jerih payah usaha pengurus IMAAM yang demikian kekehnya dan tanpa lelah telah memperjuangkan sedemikian rupa giatnya, disertai juga do’a [4] dan shalat hajat khusus serta do’a di sujud terakhirnya para anggota IMAAM. Tak lupa pula rekan sejawat penulis bukan saja dekat dalam jasad tapi dalam ruhani paling dalam yang ketika  3 minggu sebelum Allah memutuskan takdir kepastian Mesjid IMAAM Center jatuh, pergi ke tanah suci untuk umroh. Dalam kesempatan itu pula penulis meminta kesediaannya untuk berdo’a kepada Allah ‘Azza wa Jalla bagi  keselamatan anggota dan pengurus IMAAM serta keberhasilan mendapat bantuan pembelian gedung untuk Mesjid - dengan spesifik tempat berdo’a penulis mintakan yaitu - di Madinatul Masjid lokasi Raudah, sedang di Masjidil Haram Makah lokasi depan pintu Multazam atau di lokasi Maqam Ibrahim. Lantas di jawabnya: “Abang berdo’a juga dong, supaya kita nyetrum”. Wallahu ‘Alam Bish-Shawab. Kita semuanya kerja keras (sunatullah), berdo’a kita lakukan. Keputusan di tangan-Nya. Memang kalau Allah sudah berkehendak tinggal seperti membalikkan tangan saja dan berkata ”Kun, Fa-yakun”. Jadi, maka Jadilah. [5]


Meneladani Nabi Ibrahim AS Dan Rasul SAW

Tempat Ibadah atau Rumah Ibadah yang nama baku umumnya manusia sebut adalah Mesjid yang berdiri pertama di muka bumi adalah yang berada di lembah Bakkah, di lembah inilah Nabi Ibrahim as meninggalkan bayi laki-laki yang bernama Ismail bersama ibunya Siti Hajar. Lembah ini dikelilingi bukit-bukit yang antara lain bernama bukit Safa dan bukit Marwah. Kini, Rumah Ibadah itu bernama Masjidil Haram dimana bukit Safa dan Marwah ini kini menjadi satu, merupakan bagian Masjid.

Masjid yang berikutnya adalah Masjid Quba yang didirikan Rasul saw bersama pengikutnya. Ketika itu Rasul saw dan Abubakar ra yang mendampingi selama perjalan hijrah singgah di Quba sebelum melanjutkan perjalanan ke Yatrib tempat yang dimaksudkan dalam hijrahnya. Di sini beliau tinggal 4 hari untuk beristirahat dalam perjalanan yang mencekam dan melelahkan, karena Rasul saw, di buron (dikejar-kejar, diteror, dan selanjutnya hendak dibunuh) oleh kaum Musyrikin Makkah. Dalam kesempatan waktu yang ada itu, digunakan Rasul saw untuk bersilaturahmi dengan kaum muhajirin yang telah lebih dahulu berada disana bersama penduduk setempat yang juga telah lama menanti-nanti kedatangan beliau.

Masjid setelah Quba berdiri adalah Mesjid Nabawiy, bernama Madinatul Masjid yang terletak di Yatrib. Semenjak Nabi saw berada di sana namanya menjadi Madinatur Rasul Shalallahu Alaihi was Salam. Kemudian sebutan singkatnya menjadi Madinah. Pendirian masjid-masjid tersebut adalah sebagai alternatif ’pengganti’ Masjidil Haram yang dikuasai Musyrikin Makkah. Namun kemudian dikuasai kembali oleh Rasul saw beserta pengikutnya. Mesjidil Haram berfungsi sebagai tempat ibadah dan berkiblatnya mesjid-mesjad lainnya karena ditengahnya ada Ka’bah. Kini umat Islam yang berjumlah lk 2 milyard di dunia memerlukan Mesjid sebagai Rumah Ibadah dan perpanjangan Rumah Ibadah Masjidil Haram dan Madinatul Masjid.

Masjid IMAAM Center insya Allah salah satu masjid-masjid di dunia sebagai tempat: Melakukan shalat lima waktu berjamaah; Shalat Jum’at; Shalat Tarawih; Tempat ’Itikaf; Tilawah al-Qur’an. Juga sebagai tempat pembinaan keislaman anggotanya - sebagaimana halnya dilakukan Rasul saw pada mesjidnya,  yaitu:  Tempat mengajar dan belajar  dalam lmu-ilmu Islam; Pembinaan generasi penerus; Penyadaran bahwa perannya selaku khalifatullah fil ardi (pemakmur bumi) dalam hubungan bermuamalah sesama muslim dan sesama manusia lainnya seperti yang dicontohkan Rasul saw [6] sebagai rahmat bagi alam semesta, yaitu peaceful dan helpful each others and for all humankind. [7]  Billāhit Taufiq wal-Hidāyah. □ AFM



Catatan Kaki:
[1] Jasad Fir’aun mengapung di permukaan air, kemudian oleh pengurus kerajaan Mesir ketika di awetkan (mumi) sebagaimana halnya tradisi keperjacaan mereka kepada setiap rajanya. Hikmahnya adalah bahwa sejarah telah membuktikan firman Allah itu benar. Dengan itu seorang ilmuan Prancis yang bernama Prof Dr Maurice Bucaille (sebagai ketua team peneliti mumi jasad Fir’an), setelah meneliti jasad Fir’aun dan membaca ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan itu [2] hatinya bergetar, dan getaran itu membuatnya berdiri di hadapan orang-orang yang hadir seraya menyeru dengan lantang: ”Sungguh aku masuk Islam dan aku beriman dengan Al-Quran ini”.
[2] Firman Allah swt: Maka pada hari ini kami selamatkan jasadmu (tubuh Fir’aun yang telah mati) agar engkau dapat menjadikan pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu,” (QS Yūnus 10:92).
[3]Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. [QS Al-Baqarah 2:218]
[4] Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku,
[5]Allah  Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah". Lalu jadilah ia. [QS Al-Baqarah 2:117]
[6] Teladan dalam menjalankan risalah: Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. [QS Al-Ahzāb 33:21]
[7] Hidup sebagai manusia yang bermanfaat bagi manusia lain [Al-Hadits] □□


Bahan Bacaan: 
Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 1997
Alfatih Tafsir Perkata Di Sarikan Dari Tafsir Ibnu Katsir, Pustaka Alfatih.   □□□

Blog Archive