KATA
PENGANTAR
F
|
ungsi Mesjid
sebagai Center begitu sentral bagi pendatang baru dan lama asal Indonesia di
Amerika Serikat sebagai pemeluk agama Islam yang minoritas disini. Dengan
adanya Mesjid IMAAM (Indonesian Muslim Association in America) Center ini,
ke-Indonesia-an kita tetap dapat dipelihara dengan baik sebagai penduduk
terbesar beragama Islam di dunia.
Melihat objektifitas tersebut diatas
itulah sangat wajar diperlukan Mesjid sebagai tempat peribadatan dan kegiatan
keislaman lainnya bagi asal dan keturunan Indonesia memilikinya. Do’a dan harapan kita tidak lain adalah agar Mesjid IMAAM
ini dapat bermanfaat bagi penggunanya, dan menjadi suri teladan yang baik
jugalah hendaknya bagi muslim imigran lainnya termasuk warga Amerika. Āmīn.
ISLAM DAN MASJID
Oleh: A. Faisal
Marzuki
يا أيها الذين آمنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا
Yā ayyuhal ladzīna āmanū qū anfusakum wa ahlīkum nāra
“Wahai orang-orang yang beriman!
Peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka”
PENDAHULUAN
U
|
ntuk mencapai
kebahagian hidup di dunia dan kesuksesan menuju hidup di alam abadi - setelah
alam fana ini - diperlukan bukan saja kemauan dan kerja keras untuk
merealisasikan kemauan itu, tetapi juga diperlukan alat. Inilah hukum baku (sunatullah) bagi manusia dalam mencapai destiny-nya. Hal itu telah
tercatat dalam sejarah manusia, demikian adanya.
Ilmu kauniyah
anthropology misalnya, menyebutkan bahwa species manusia seperti kita ini
berjenis makhluk homo faber.
Yaitu manusia yang suksesnya karena menggunakan alat (tools), sebagaimana halnya Musa alaihis salam dengan tongkatnya. Dengan
tongkatnyalah sebagai alat untuk menangkis sihir. Dengan tongkatnya pulalah air
keluar (setelah dipukulkan ke batu) untuk memberi minum umatnya dari kehausan
dalam perjalan jauh yang melelahkan itu. Dengan tongkatnya itu pula Musa as
bersama pengikutnya selamat menyeberangi dasar laut dari kejaran (setelah
dipukulkan ke air laut yang membelah dua) Fir’aun bersama tentaranya. Kemudian,
setelah air laut menyatu kembali mereka semua berada di dasar laut, kecuali
jasad Fir’aun mengapung di air. [1] Tongkat itulah mukjizat Allah ’Azza wa Jalla berikan kepada Musa alaihis salam sebagai alat kesuksesan tugasnya.
Begitu pula dalam
kemauan muwujudkan cita-cita keislaman diperlukan Islam - pengetahuan dan
terapannya, dan Mesjid - tempat untuk melaksanakan kegiatannya. Islam dan
Mesjid dua entity yang
tidak dapat dipisahkan. Sebagai halnya mata uang logam yang kalau salah satu
sisinya tidak ada atau sebaliknya, maka sebagai alat tukar - purchasing
power, tidak bernilai. Begitu pula keberhasilan pengguna komputer dalam
kehidupan sehari-hari seperti ber-internet-an dan ber-facebook-kan, dapat
dilakukan karena adanya software
dan hardware. Tanpa itu
sebagai alatnya, komputer tidak dapat bekerja.
MOTIVASI PENDIRIAN MASJID
N
|
ah demikianlah
pulalah Islam dan Mesjid. Sebagaimana pula halnya IMAAM dan Jamaahnya dalam
naungan Islam dalam Mesjid. Islam dan Mesjid sebagai halnya software
dan hardware. Alat untuk menuju kebahagian dunia dan akhirat. Lengket
satu sama lain. Tidak dapat dipisahkan. Islam dan Mesjid bukanlah seperti minyak
dan air, betapapun kita aduk-aduk sebaik-baiknya, berulang kali, tetap saja
tidak bisa menyatu.
Islam dan Mesjid
dua entity ini hidup layaknya seperti ikan dengan air. Ikan yang
ditangan lepaskanlah kedalam air. Ikan hidup ceria, airpun bergembira ria.
Begitulah, Islam sebagai ikannya, Masjid sebagai airnya. Disantap manusia
muslim - kenyang perutnya, dahaga pun lepas. Demikianlah jiwa kita yang berjati
roh perlu Islam dan perlu Mesjid. Jati jasad kita jangan dibicarakan lagi, asal
mau saja kerja dan tak memilih-milihnya, rezeki halal datang.
Air bagi ikan
punya sejuta kemanfaatan. Air bukan saja sebagai tempat mengibas-ngibaskan
siripnya, tapi juga sebagai sumber makanan dimana ’plankton’ hidup subur. Dalam air bukan
saja Ikan Teri yang hidup, namun Ikan Paus pun juga. Bahkan siapa dan apa saja
akan hidup dengan air itu. Demikianlah Air tempat menumbuh besarkan Ikan sampai
keanak-anak keturunan berikutnya, dalam rentang waktu selama mungkin. Yaitu,
sampai sangkakala malaikat meniupkan terompetnya, sebagai pertanda kiamat dunia
semesta telah datang. Dengan itu
segala isinya termasuk manusia dan bumi tempat manusia hidup hancur lebur
berkeping-keping seperti debu yang cerai berai dan berterbangan kesegala
penjuru.
Sampai di Padang
Masyhar, manusia terperengah kepayahan diterik matahari yang jaraknya sejengkal
dengan kepalanya. Keringat membanjiri tubuh. Ada yang setinggi lutut. Ada yang
setinngi leher. Bahkan ada yang sampai keubun-ubun, yang membuatnya tercekik
hidup dalam kesulitan bernafas. Tiada air setegukpun pelepas dahaga, membasahi
tenggorokan yang kering kerontang. Tiada siapapun yang dapat dimintai tolong.
Semua individu ketika itu hanya memikirkan diri masing-masing. Rasa was-was
meliputinya, seraya bertanya-tanya meminta kepastian mau kemana.
Memelas hati bagi
yang mendengar rintihannya. “Do I go
to Hell, a place what I am really really fear? Hellfire what I don’t
absolutely want to go there! Sebaliknya, “Do I get the Jannah?” ”Do I get the most, most wonderful Palace a place
that I have a dream?” Jawabnya adalah, tergantung bagaimana
mempersiapkannya selagi masih berada di alam dunia. Last but not least,
artinya kita semua sangat sangat butuh kepada Islam dan Masjid.
Teringatlah oleh penulis peringatan
Allah ‘Azza wa Jalla dalam surat
At-Tahrīm ayat ke 6 yang terasa ditujukan kepada penulis dan juga bagi keluarga
penulis serta tentunya keluarga muslim lainnya, kalam-Nya bagi penulis terasa
menggema dan menggerincing sampai-sampai bulu roma berdiri dari membaca ayat
ini, sebagai berikut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
yā ayyuhal ladzīna āmanū qū anfusikum wa ahlīkum nārron(w) waqūduhan
nāsu walhijārotu ‘alaihā malāikatun ghilādhun syidādul lā ya’shūnallāha
mā amarohum wayaf-’alūna māyu’marūn
Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah
terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka, dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan. [QS At-Tahrīm 66:6]
Hal ini pula yang dipesankan ibunda
penulis yang sudah tua. Berbaring ditempat
tidur dalam keadaan lumpuh. Beliau sampaikan kepada penulis dengan serius dan
wanti-wanti dengan mata berair ketika penulis pamit mau berangkan ke
sini bersama istri dan anak-anak. Ibunda tahu bahwa Islam disini adalah
minoritas. Dan pesannya itu sangat berharga sekali. Sering kali
terngiang-ngiang ditelinga punulis dikala mengingatnya yang kini sudah
almarhumah. Semoga Allah Yang Maha Kasih Lagi Maha Sayang menjaga keduanya di
alam kubur dan diampuni segala dosanya, diterangi kuburnya dan dikabulkan
do’anya dan juga do’a untuk anak-anaknya dan cucu-cucu keturanan ketika masih
hidup. Āmīn.
Inilah concern
dan pemikiran sejak awal pertama kali bagi pencetus ide Masjid (dan
Madrasah berada dalam kompleks Masjid) seketika menunggu anak-anaknya yang
berada di kelas madrasah milik saudara kita berasal dari Iran di Seven Lock,
Montgomery County, Maryland. Mereka adalah keluarga yang baru beberapa bulan
lalu datang hijrah dari Indonesia ke tanah harapan Amerika Serikat ini. Yang
ketika itu pandangannya sudah jauh kedepan mengantisipasi bahwa gedung KBRI
yang menyelenggarakan Jum’atan dan Idul Fitri serta Idul Adha tidak lagi akan
mampu menampung imigran Indonesia yang berdatangan tiap tahun, lagi pula
populasi bertambah dari kelahiran anak-anaknya disini. Pencetus ide ini ketika
itu bermimpi pula seperti mimpinya Muhajirin ketika hijrah [3] ke Yatrib.
Beda dengan kaum
Muhajirin yang datang menyelamatkan diri dari ancaman masive dan
berbahaya dari kaum musyrikin Makah terhadap keselamatan diri, keluarga serta
masa depan iman Islamnya. Kaum imigran muslimin Indonesia ingin mencari
penghidupan sambil membesarkan anak dan mendapat pendidikan tinggi serta tetap
dalam suasana meneruskan, menjaga, memelihara, mengembangkan keimanan dan
ajaran Islam diri, anak, cucu, keturunan asal Indonesia.
IKHTIAR DILAKUKAN TAKDIR DATANG
K
|
esamaannya antara kaum Muhajirin Makah
dan Imigran Indonesia adalah ingin mendirikan Mesjid. Seperti halnya Muhajirin
pertama kali tiba di Quba yang terletak dekat Yatrib mendirikan Masjid Quba.
Imigran Indonesia menunggu hampir tiga windu, yang hikmahnya adalah telah terbinanya
kesamaan platform corak pandang pikiran habblum minannas antara Anshar (ke-America-an) dan
Muhajirin (ke-Indonesia-an) yang berakhir dengan corak ke-Indonesia-an dan
mengakomodasi ke-Amarica-an islami.
Tidak lama setelah melting pot pemahaman
pemikiran tersebut, dengan tidak disangka-sangka terbetiklah berita yang telah
ditunggu-tunggu 20 tahun lamanya oleh pencetus, pendiri, pengurus dan anggota
IMAAM atau tiga tahun terhitung dari pengajuan bantuan kepada YAMP yang belum
Allah swt izinkan sampai akhirnya
Pemerintah Indonesia langsung memberikan bantuan kepemilikan Mesjid IMAAM
Center yang berlokasi di Silver Spring, Montgemory County, Maryland. Jarak dari
KBRI Washington DC ke lokasi Masjid Indonesia yang terletak di jalan Georgia
Avenue lk 5 miles.
Mesjid IMAAM ini, pengurus dan
penyelenggaranya adalah orang Indonesia dan asal keturunan Indonesia. Kemudian
tata penyelenggaraan peribadatan ala Indonesia yang majoritasnya Ahlus Sunnah
wal Jamaah - mazhab Syafi’i yang penuh kesopan santunan dan toleransi. Mesjidnya diisi bukan saja orang Indonesia dan asal
keturunan Indonesia tapi juga terbuka bagi saudara-saudara muslim lainnya.
Terima kasih yang tak terhingga kepada Pemerintah dan rakyat Indonesia yang
telah menghadiahkannya (full grand) Mesjid IMAAM - Indonesian Muslim
Association In America - bagi orang Indonesia dan asal keturunan Indonesia di
Amerika ini, terutama yang berdomisili sekitar Maryland, Washington DC dan
Northern Virginia. We
do not forget your generosity and may Allah bless you all - Indonesian that we
missed and love so much.
PENUTUP
P
|
uji syukur yang tak terhingga kita
panjatkan kepada Allah swt yang telah
menghargai jerih payah usaha pengurus IMAAM yang demikian kekehnya dan tanpa
lelah telah memperjuangkan sedemikian rupa giatnya, disertai juga do’a [4] dan shalat hajat
khusus serta do’a di sujud terakhirnya para anggota IMAAM. Tak lupa pula rekan
sejawat penulis bukan saja dekat dalam jasad tapi dalam ruhani paling dalam
yang ketika 3 minggu sebelum Allah memutuskan takdir kepastian Mesjid
IMAAM Center jatuh, pergi ke tanah suci untuk umroh. Dalam kesempatan itu pula
penulis meminta kesediaannya untuk berdo’a kepada Allah ‘Azza wa Jalla bagi keselamatan anggota dan pengurus IMAAM
serta keberhasilan mendapat bantuan pembelian gedung untuk Mesjid - dengan
spesifik tempat berdo’a penulis mintakan yaitu - di Madinatul Masjid lokasi
Raudah, sedang di Masjidil Haram Makah lokasi depan pintu Multazam atau di
lokasi Maqam Ibrahim. Lantas di jawabnya: “Abang berdo’a juga dong, supaya kita
nyetrum”. Wallahu ‘Alam Bish-Shawab.
Kita semuanya kerja keras (sunatullah), berdo’a kita lakukan. Keputusan di tangan-Nya. Memang
kalau Allah sudah berkehendak tinggal seperti membalikkan tangan saja dan
berkata ”Kun, Fa-yakun”. Jadi, maka Jadilah. [5]
Meneladani Nabi Ibrahim AS Dan Rasul SAW
Tempat Ibadah atau
Rumah Ibadah yang nama baku umumnya manusia sebut adalah Mesjid yang berdiri
pertama di muka bumi adalah yang berada di lembah Bakkah, di lembah inilah Nabi
Ibrahim as meninggalkan bayi
laki-laki yang bernama Ismail bersama ibunya Siti Hajar. Lembah ini dikelilingi
bukit-bukit yang antara lain bernama bukit Safa dan bukit Marwah. Kini, Rumah
Ibadah itu bernama Masjidil Haram dimana bukit Safa dan Marwah ini kini menjadi
satu, merupakan bagian Masjid.
Masjid yang
berikutnya adalah Masjid Quba yang didirikan Rasul saw bersama pengikutnya. Ketika itu Rasul saw dan Abubakar ra yang
mendampingi selama perjalan hijrah singgah di Quba sebelum melanjutkan
perjalanan ke Yatrib tempat yang dimaksudkan dalam hijrahnya. Di sini beliau
tinggal 4 hari untuk beristirahat dalam perjalanan yang mencekam dan
melelahkan, karena Rasul saw, di
buron (dikejar-kejar, diteror, dan selanjutnya hendak dibunuh) oleh kaum
Musyrikin Makkah. Dalam kesempatan waktu yang ada itu, digunakan Rasul saw untuk bersilaturahmi dengan kaum
muhajirin yang telah lebih dahulu berada disana bersama penduduk setempat yang
juga telah lama menanti-nanti kedatangan beliau.
Masjid setelah
Quba berdiri adalah Mesjid Nabawiy, bernama Madinatul Masjid yang terletak di
Yatrib. Semenjak Nabi saw berada di
sana namanya menjadi Madinatur Rasul Shalallahu Alaihi was Salam. Kemudian
sebutan singkatnya menjadi Madinah. Pendirian masjid-masjid tersebut adalah
sebagai alternatif ’pengganti’ Masjidil Haram yang dikuasai Musyrikin Makkah.
Namun kemudian dikuasai kembali oleh Rasul saw
beserta pengikutnya. Mesjidil Haram berfungsi sebagai tempat ibadah dan
berkiblatnya mesjid-mesjad lainnya karena ditengahnya ada Ka’bah. Kini umat
Islam yang berjumlah lk 2 milyard di dunia memerlukan Mesjid sebagai Rumah
Ibadah dan perpanjangan Rumah Ibadah Masjidil Haram dan Madinatul Masjid.
Masjid IMAAM
Center insya Allah salah satu masjid-masjid di dunia sebagai tempat: Melakukan
shalat lima waktu berjamaah; Shalat Jum’at; Shalat Tarawih; Tempat ’Itikaf;
Tilawah al-Qur’an. Juga sebagai tempat pembinaan keislaman anggotanya -
sebagaimana halnya dilakukan Rasul saw
pada mesjidnya, yaitu: Tempat mengajar dan belajar dalam
lmu-ilmu Islam; Pembinaan generasi penerus; Penyadaran bahwa perannya selaku khalifatullah fil ardi (pemakmur bumi) dalam hubungan
bermuamalah sesama muslim dan sesama manusia lainnya seperti yang dicontohkan
Rasul saw [6] sebagai rahmat bagi alam semesta, yaitu peaceful dan helpful each others and
for all humankind. [7] Billāhit Taufiq wal-Hidāyah. □
AFM
Catatan Kaki:
[1] Jasad Fir’aun mengapung di permukaan air, kemudian oleh
pengurus kerajaan Mesir ketika di awetkan (mumi) sebagaimana halnya tradisi keperjacaan
mereka kepada setiap rajanya. Hikmahnya adalah bahwa sejarah telah membuktikan
firman Allah itu benar. Dengan itu seorang ilmuan Prancis yang bernama Prof Dr Maurice Bucaille (sebagai ketua team peneliti mumi jasad Fir’an), setelah meneliti jasad Fir’aun dan membaca ayat Al-Qur’an
yang berkaitan dengan itu [2] hatinya bergetar,
dan getaran itu membuatnya berdiri di hadapan orang-orang yang hadir seraya
menyeru dengan lantang: ”Sungguh aku masuk Islam dan aku beriman dengan
Al-Quran ini”.
[2] Firman Allah swt: “Maka pada hari ini kami
selamatkan jasadmu (tubuh Fir’aun yang telah mati) agar engkau dapat menjadikan
pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu,” (QS Yūnus 10:92).
[3]Sesungguhnya orang-orang yang
beriman, dan orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka
itulah yang mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang. [QS Al-Baqarah
2:218]
[4] Aku
mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku,
[5]Allah Pencipta langit dan
bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia
hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah". Lalu jadilah ia. [QS Al-Baqarah 2:117]
[6] Teladan dalam menjalankan risalah: Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
[QS Al-Ahzāb 33:21]
[7] Hidup sebagai manusia yang bermanfaat
bagi manusia lain [Al-Hadits] □□
Bahan Bacaan:
Sirah Nabawiyah, Syaikh
Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 1997
Alfatih Tafsir
Perkata Di Sarikan Dari Tafsir Ibnu Katsir, Pustaka Alfatih. □□□