Sunday, May 11, 2014

Islam & Modernisasi (II)

Jakarta di waktu malam
 


ISLAM DAN MODERNISASI (II)
Oleh: A. Fasial Marzuki


Islam yang dibawa oleh Rasul Muhammad saw adalah Islam yang membawa perubahan sosial yang lebih baik dan maju dari sebelumnya



S
ocial development (amar ma’ruf, membangun masyarakat) tidak akan berlangsung dengan baik tanpa adanya social change (nahi munkar). Yaitu merubah adat kebiasaan yang contrary yang (bertentangan) dengan nilai-nilai kemajuan. Keduanya tidak bisa dicampur begitu saja jika ingin social development berhasil secara optimal. Sepertihalnya dengan konsep tauhid tidak bisa dicampur dengan konsep syirik. Konsep bathil (kepalsuan atau kesalahan) dengan konsep haq (kebenaran). Atau kepentingan bersama (nasional) dalam mensejahterakan rakyat vs keuntungan pribadi (corrupt).

Sebelumnya kesetiaannya hanya ada pada kabilah (keturunan suku, kelompok interest, bin nafsi, ego kelompok tanpa melihat kemashlahatan atau kepentingan umum ). Yang baik hanyalah kabilahnya. Oleh karena itu tidak jarang antar kabilah ini saling menjatuhkan; yang kuat memakan yang lemah; berperang satu sama lainnya. Dalam zaman mederen ini adalah melakukan fitnah dan curang dalam melakukan sesuatu dengan jalan misalnya memanipulasi data; sogok, memberi uang dst. Untuk mencapai kehendaknya ketimbang misalnya program dan integritas diri. Nah dalam hal ini Islam menggantinya dengan konsep saling lita’ārafū (saling kenal). [1] Saling kenal atau respect each other, yaitu bisa dalam arti satu dan lainnya saling membantu (team work). Atau berlomba satu dengan lainnya dalam membuat kebajikan. Yaitu berkompetisi (fastabikul khairat) [2]  dalam suasana fairness (kejujuran), dengan wasit yang jujur pula (karena mempunyai integritas yang tinggi). Sepertihalnya dalam berolah raga; Melakukan pemilihan umum (wakil rakyat atau pemilihan president atau gubernur dst); Pemilihan pimpinan organisasi community. Pemain dan Wasit  [3]  mempunyai kesadaran akhlak yang tinggi karena mereka ini diawasi Allah Yang Maha Melihat dan ini berpengaruh karena ada konsekwensinya, yaitu mendapat pahala yang berlipat ganda jika dilakukan dengan jujur atau siksa sangat berat jika melakukan kecurangan oleh Allah Azza wa Jalla. Jadi bangsa atau citizen (warga) bangsa itu mesti sadar dari arti berintegritas dalam hubungannya dalam menegakkan kesalehan hubungan antar manusia baik warga skala nasional atau warga antar bangsa.

Konsep ini bukanlah menafikan adanya suku (marga), asal daerah, asal bangsa, atau bangsa. Tetapi adanya golongan-golongan tersebut bukan untuk saling memangsa satu sama lainnya, atau yang satu lebih berhak dari yang lainnya, tetapi ialah saling lita’ārafū dalam konsep taqwa. [4] Yaitu siapa yang mempedomani sistim hidupnya dengan jalan atau cara hidup yang ditetapkan oleh Allah Azza wa Jalla Yang Mencipta Alam Semesta yang segala sesuatunya teratur (karena tunduk kepada-Nya) sebagaimana alam yang telah ber-ecosystem dalam keteraturan seperti layaknya tata surya dan  universe yang harmonis. [5] Artinya tidak saling berbenturan satu sama lainnya, karena masing-masing berjalan pada garis edarnya (pada tingkat tatanan manusia khalifah ada aturan main yang  fair dan satria baik kalah atau menang – karena disini adalah arena penawaran program dan integritas diri pelaksana program yang mana yang lebih baik). Sebagaimna pula negara-negara (ingin) maju yang (mesti) berjalan tertib seperti halnya mematuhi peraturan lalu lintas (aturan main) dan tanda-tanda lalu lintas (rambu-rambu aturan main). Yaitu mana yang boleh mana yang tidak. Kalaupun boleh juga ada syaratnya, bukan semaunya. Yang ditegakkan dengan integritas akhlak yang tinggi (harkat diri, kemuliaan diri yang mengatasi hawa nafsu) yaiyu jujur (fairness) dari kemauan politik (negarawan) atau warga bangsa yang berkarakter mulia.

Suatu waktu terjadilah pertikaian antar kabilah. Hampir-hambir satu sama lainnya adu pukul. Pasalnya adalah ketika itu Ka’bah sedang diperbaiki. Kemudian batu Hajral Aswat akan diletakkan kembali pada tempatnya. Pekerjaan ini adalah pekerjaan mulia dan bergengsi. Masing-masing kabilah merasa kabilahnyalah yang berhak melakukannya. Dalam puncak pertengkaran itu yang hampir-hampir terjadi pertumpahan darah sebagai mana lazimnya ketika itu, muncullah sosok pemuda berumur 25 tahun yang dikenal nama julukannya al-amīn (orang yang dipercaya) [6] tidak diam berpangku tangan, melainkan pemuda yang bernama Muhammad proaktif. Yaitu mendamaikan para kabilah ini dengan cara berbuat langsung. Beliau meletakkan jubahnya ke tanah sambil menyatakan kepada para kabilah menunjuk wakilnya untuk memegang setiap pinggiran jubah tersebut. Kemudian batu itu diletakkan di atas jubah dan menggotong bersama-sama para wakil kabilah itu dan membawanya bersama-sama dan meletakkan pada tempatnya. Pertengkaran yang akan mengakibatkan pertumpahan darah dapat dihindari dengan cara itu. Para kabilah merasa puas, karena masing-masing merasa telah berjasa dan mendapat kehormatan meletakkan batu mulia Hajral Aswat itu ke tempatnya. Dalam hal ini pemuda Muhammad telah berhasil menegakkan keadilan antar kabilah sebagai pengganti angkara murka hawa nafsu yang uncivilize, tidak berbudaya - ber-budi-daya, tidak homo humini lupus - satu memangsa yang lain, main hakim sendiri.


ISU GENDER

P
embunuhan bayi perempuan sudah menjadi kebiasaan Arab Jahiliyah, begitu juga penghargaan terhadap perempuan tidak ada sama sekali. Ketika Muhammad saw datang membawa Islam dimana harkat diri perempuan diangkat, sebagaimana sabda Beliau saw “Surga berada dibawah telapak kaki ibu”. Kalau ibu atau ayah memanggil anaknya bersamaan siapa dulu yang didengar “ibu” sampai 3x tetap ibu, jawab RasululLah saw, berikutnya baru ayah.

Demikianlah Islam datang membawa pembaharuan dari adat kebiasaan yang tidak mendukung kemajuan dirubah (social change). Dengan itu baru social development mulai dapat dilakukan atau secara bersamaan melakukan social change. Yaitu melakukan social development sambil melakukan juga social change. Hal itu dapat dimulai dari memajukan keluarga - family development, selanjutnya memajukan tingkat antar keluarga yaitu community atau masyarakat - community development, dan selanjutnya memajukan tingkat antar community (society development), dan selanjutnya memajukan tingkat antar societies tingkat nasional atau bangsa - national community development, selanjutnya sampai ketingkat memajukan antar bangsa - international comunity development).


FAMILI SEBAGAI BUILDING BLOCK NEGARA

K
emajuan bangsa dimulai dari keluarga. Karena keluarga atau kumpulan-kumpulan keluarga ini adalah merupakan building block-nya bangsa. Yaitu dengan mengembangkan cara hidup atau tata tertib hidup dalam berkeluarga seperti tidak boleh berbohong; tidak boleh curang; saling menghargai; saling bekerja sama; amanah; jujur; saling menghormati kedudukan antara kakak dan adik, antara anak dengan orang tua, antara suami dan istri dalam bingkai akhlak mulia dalam ajaran Islam dalam mencapai keluarga mawaddah (intim atau akrab yaitu tanpa sekat), [7] sakinah (damai atau akur satu sama lainnya), [8] dan rahmah (kasih mengasihi), [9] Disertai pula mendapat pendidikan dan pengajaran sekolah+madrasah; pendidikan dan pengajaran jasmani dan rohani. Karena pembangun bangsa dimulai dari institusi pengajaran-pendidikan yang ditopang pula oleh media masa dan jejaringan sosialnya yang tayangannya berintegritas, jujur (objektif), faktual, dan bermoral yang memelihara dan membangun kerangka kebangkitan berbangsa. Pola ini diteruskan pula pada tingkat-tingkat hubungan sosial dari keluarga, communitysociety seperti tersebut diatas. Setelah ada pemantapan dalam tingkat nasional, baru kemudiannya tingkat hubungan antar bangsa atau international dibenahi pula. Dengan itu setiap bangsa tidak ada jajah menjajah seperti dulunya dalam bentuk kolonialisme atau dalam bentuk modern yaitu ada penjajahan ekonomi. Negara terbelakang jadi ajang konsumen produk negara maju. Nilai tambah ekonomi menguntungkan negara maju ketimbang negara terkebelakang pengekspor bahan mentah dimana added valuenya sangat-sangat rendah, dibanding dengan finished product (barang jadi) yang mana added value-nya sangat-sangat tinggi.


MEMBANGUN BANGSA DENGAN MERUBAH KEBIASAAN BURUK YANG ADA

D
iawal abad ke-21 ini ciri-ciri tendensi ini ada (bahkan sudah ada?) Sementara negara terbelakang mental dan fikiran, pengetahuan, kesadaran dan kemauannya (layaknya seperti bangsa Jahiliyah Arab tempo doeloe) masih rendah memungkinkan hal itu terjadi.

Tidak ada ketahanan bangsa itu dari ’dikerjain bangsa lain’ atau kelompok interest dalam negeri yang ingin memancing ikan yang airnya (dibuat) keruh untuk memperkaya diri para pebisnisnya yang tidak bisa dipertanggung jawab (tidak ada jiwa nasionalisme, melainkan hanya profitabilitas bisnisnya) dalam memajukan bangsa ini. Karena watak pemimpinnya masih miskin (kemaruk) materi dan miskin mental (tak ada kemuliaan diri, harkat diri) mudah dipengaruhi (karena tidak ada rasa nasionalisme sejati pada dirinya). Contoh berdemokrasi, mau menang dengan cara curang, bahkan menjual bangsa! Suatu hal yang sangat dicela oleh ajaran akhlak (moral) kesalehan bersosial masyarakat yang ada dalam ajaran Islam. [10]  We must change for national development. [Bersambung] AFM



Islam dan Modernisasi (klik ->)   (I)   (II)   (III)   (IV)   (V)   (VI)

 

Catatan Kaki:
[1] Lita’ārafū (saling kenal). 
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal (lita’arafu). [QS Al-Hujarāt 49:13]
[2] Yaitu berkompetisi (fastabikul khairat)
Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam berbuat kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya (pada hari kiamat untuk mempertanggung jawabkan baik dan jujur atau tidak dan curang). Sungguh Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. [QS Al-Baqarah 2:148]
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya (semasa hidupnya). Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. [QS Al-Mulk 67:2]
[3] Pemain dan Wasit
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. [QS An-Nisā’ 4:65]
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biar pun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya atau pun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan. [QS An-Nisā’ 4:135]
Ayat ini telah dipampangkan di Harvard University sebagai ayat yang terbaik dalam pengungkapan tentang penegakkan keadilan sepanjang sejarah. Baca pula posting penulis sebelumnya tentang hal ini.
[4] Takwa.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.  [QS Al-Hujarāt 49:13]
[5] Universe yang harmonis. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, [QS Āli Imrān 3:190]
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. [QS Āli Imrān 3:191]
Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya. [QS Yā Sīn 36:40]
Lihat pula Surat Yā Sīn ayat 38, 39.
[6)  Julukannya al-amīn (orang yang dipercaya). Rasulullah sejak sebelum menjadi Rasul-Allah telah dipercaya oleh masyarakatnya selalu berbuat dan berkata yang benar. Malah beliau dipercaya sebagai tempat minitip barang-barang. Seketika Beliau saw hijrah ke Madinah secara bersembunyi bersama Abu Bakar as, malam ketika berangkat hijrah adalah malam pembunuhan baginya dalam kelompok yang sudah direncanakan secara matang (tapi luput dari hal itu), Ali as tidak bersamanya. Karena Ali as bertugas antara lain memberikan (mengembalikan) titipan barang yang dipercayakan kepada Rasul saw.
[7] Mawaddah  transkrip dari bahasa Arabi  (مودة) yang artinnya: “kasih sayang, affection”, “cinta, love”, “keramahan, pershabatan, friendliness”.
[8] Sakinah 
adalah kata yang berasal dari kata sukun dalam bahasa Arab yang berarti "damai, peace", "ketenangan, serenity" atau "kesentosaan, tranquily".
[9] Rahmah  transkrip dalam bahasa Arab (رحمة) yang artinya: mercy, rahmat, kemurahan hati.
[10]  Suatu yang dicela oleh ajaran akhlak (moral) kesalehan bersosial masyarakat yang ada dalam ajaran Islam. Baca posting sebelumnya dalam judul Bingkai Islam oleh A. Faisal Marzuki. □□


Bahan Bacaan:
Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurr-Rahman Al-Mubarakfury, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 1997. □□□

Blog Archive