ISLAM DAN MODERNISASI (II)
Oleh: A. Fasial Marzuki
Islam yang dibawa oleh Rasul
Muhammad saw adalah Islam yang
membawa perubahan sosial yang lebih baik dan maju dari sebelumnya
S
|
ocial development (amar ma’ruf, membangun masyarakat) tidak
akan berlangsung dengan baik tanpa adanya social change (nahi
munkar). Yaitu merubah adat kebiasaan yang contrary yang (bertentangan)
dengan nilai-nilai kemajuan. Keduanya tidak bisa dicampur begitu saja jika
ingin social development berhasil secara optimal. Sepertihalnya
dengan konsep tauhid tidak bisa dicampur dengan konsep syirik. Konsep bathil (kepalsuan atau
kesalahan) dengan konsep haq (kebenaran).
Atau kepentingan bersama (nasional) dalam mensejahterakan rakyat vs keuntungan
pribadi (corrupt).
Sebelumnya
kesetiaannya hanya ada pada kabilah (keturunan suku, kelompok interest, bin nafsi, ego
kelompok tanpa melihat kemashlahatan atau kepentingan umum ).
Yang baik hanyalah kabilahnya. Oleh karena itu tidak jarang antar kabilah ini
saling menjatuhkan; yang kuat memakan yang lemah; berperang satu sama lainnya.
Dalam zaman mederen ini adalah melakukan fitnah dan curang dalam melakukan
sesuatu dengan jalan misalnya memanipulasi data; sogok, memberi uang dst. Untuk
mencapai kehendaknya ketimbang misalnya program dan integritas diri. Nah dalam
hal ini Islam menggantinya dengan konsep saling lita’ārafū (saling
kenal). [1] Saling kenal atau respect each other, yaitu bisa dalam arti satu dan lainnya
saling membantu (team work).
Atau berlomba satu dengan lainnya dalam membuat kebajikan. Yaitu berkompetisi (fastabikul khairat) [2] dalam
suasana fairness (kejujuran),
dengan wasit yang jujur pula (karena mempunyai integritas yang tinggi).
Sepertihalnya dalam berolah raga; Melakukan pemilihan umum (wakil rakyat atau
pemilihan president atau gubernur dst); Pemilihan pimpinan organisasi community. Pemain dan Wasit [3]
mempunyai kesadaran akhlak yang tinggi karena mereka ini diawasi Allah Yang
Maha Melihat dan ini berpengaruh karena ada konsekwensinya, yaitu mendapat
pahala yang berlipat ganda jika dilakukan dengan jujur atau siksa sangat berat
jika melakukan kecurangan oleh Allah Azza wa Jalla. Jadi bangsa atau citizen (warga) bangsa itu
mesti sadar dari arti berintegritas dalam hubungannya dalam menegakkan
kesalehan hubungan antar manusia baik warga skala nasional atau warga antar
bangsa.
Konsep ini bukanlah
menafikan adanya suku (marga), asal daerah, asal bangsa, atau bangsa. Tetapi
adanya golongan-golongan tersebut bukan untuk saling memangsa satu sama
lainnya, atau yang satu lebih berhak dari yang lainnya, tetapi ialah
saling lita’ārafū dalam
konsep taqwa. [4] Yaitu siapa yang mempedomani sistim hidupnya dengan
jalan atau cara hidup yang ditetapkan oleh Allah Azza wa Jalla Yang Mencipta
Alam Semesta yang segala sesuatunya teratur (karena tunduk kepada-Nya)
sebagaimana alam yang telah ber-ecosystem dalam
keteraturan seperti layaknya tata surya dan universe yang harmonis. [5] Artinya tidak saling berbenturan satu sama lainnya, karena
masing-masing berjalan pada garis edarnya (pada tingkat tatanan manusia
khalifah ada aturan main yang fair dan
satria baik kalah atau menang – karena disini adalah arena penawaran program
dan integritas diri pelaksana program yang mana yang lebih baik). Sebagaimna
pula negara-negara (ingin) maju yang (mesti) berjalan tertib seperti halnya mematuhi
peraturan lalu lintas (aturan main) dan tanda-tanda lalu lintas (rambu-rambu
aturan main). Yaitu mana yang boleh mana yang tidak. Kalaupun boleh juga ada
syaratnya, bukan semaunya. Yang ditegakkan dengan integritas akhlak yang tinggi
(harkat diri, kemuliaan diri yang mengatasi hawa nafsu) yaiyu jujur (fairness) dari
kemauan politik (negarawan) atau warga bangsa yang berkarakter mulia.
Suatu waktu terjadilah
pertikaian antar kabilah. Hampir-hambir satu sama lainnya adu pukul. Pasalnya
adalah ketika itu Ka’bah sedang diperbaiki. Kemudian batu Hajral Aswat akan
diletakkan kembali pada tempatnya. Pekerjaan ini adalah pekerjaan mulia dan
bergengsi. Masing-masing kabilah merasa kabilahnyalah yang berhak melakukannya.
Dalam puncak pertengkaran itu yang hampir-hampir terjadi pertumpahan darah
sebagai mana lazimnya ketika itu, muncullah sosok pemuda berumur 25 tahun yang
dikenal nama julukannya al-amīn (orang yang dipercaya) [6] tidak diam
berpangku tangan, melainkan pemuda yang bernama Muhammad proaktif. Yaitu
mendamaikan para kabilah ini dengan cara berbuat langsung. Beliau meletakkan
jubahnya ke tanah sambil menyatakan kepada para kabilah menunjuk wakilnya untuk
memegang setiap pinggiran jubah tersebut. Kemudian batu itu diletakkan di atas
jubah dan menggotong bersama-sama para wakil kabilah itu dan membawanya
bersama-sama dan meletakkan pada tempatnya. Pertengkaran yang akan
mengakibatkan pertumpahan darah dapat dihindari dengan cara itu. Para kabilah
merasa puas, karena masing-masing merasa telah berjasa dan mendapat kehormatan
meletakkan batu mulia Hajral Aswat itu ke tempatnya. Dalam hal ini pemuda
Muhammad telah berhasil menegakkan keadilan antar kabilah sebagai pengganti
angkara murka hawa nafsu yang uncivilize,
tidak berbudaya - ber-budi-daya, tidak homo humini lupus - satu memangsa yang lain, main hakim
sendiri.
ISU GENDER
P
|
embunuhan bayi perempuan sudah menjadi kebiasaan
Arab Jahiliyah, begitu juga
penghargaan terhadap perempuan tidak ada sama sekali. Ketika Muhammad saw datang membawa Islam dimana harkat
diri perempuan diangkat, sebagaimana sabda Beliau saw “Surga berada dibawah telapak kaki ibu”. Kalau ibu atau ayah
memanggil anaknya bersamaan siapa dulu yang didengar “ibu” sampai 3x tetap ibu,
jawab RasululLah saw, berikutnya baru
ayah.
Demikianlah Islam
datang membawa pembaharuan dari adat kebiasaan yang tidak mendukung kemajuan
dirubah (social change).
Dengan itu baru social
development mulai dapat dilakukan atau secara bersamaan
melakukan social change.
Yaitu melakukan social
development sambil melakukan juga social change. Hal itu dapat
dimulai dari memajukan keluarga - family
development, selanjutnya memajukan tingkat antar keluarga
yaitu community atau
masyarakat - community development,
dan selanjutnya memajukan tingkat antar community (society
development), dan selanjutnya memajukan tingkat antar societies tingkat nasional
atau bangsa - national community
development, selanjutnya sampai ketingkat memajukan antar bangsa - international comunity development).
FAMILI SEBAGAI BUILDING BLOCK NEGARA
K
|
emajuan bangsa dimulai
dari keluarga. Karena keluarga atau kumpulan-kumpulan keluarga ini adalah
merupakan building block-nya
bangsa. Yaitu dengan mengembangkan cara hidup atau tata tertib hidup dalam
berkeluarga seperti tidak boleh berbohong; tidak boleh curang; saling
menghargai; saling bekerja sama; amanah; jujur; saling menghormati kedudukan
antara kakak dan adik, antara anak dengan orang tua, antara suami dan istri
dalam bingkai akhlak mulia dalam ajaran Islam dalam mencapai keluarga mawaddah (intim atau akrab
yaitu tanpa sekat), [7] sakinah (damai
atau akur satu sama lainnya), [8] dan rahmah (kasih mengasihi), [9] Disertai pula
mendapat pendidikan dan pengajaran sekolah+madrasah; pendidikan dan pengajaran
jasmani dan rohani. Karena pembangun bangsa dimulai dari institusi
pengajaran-pendidikan yang ditopang pula oleh media masa dan jejaringan
sosialnya yang tayangannya berintegritas, jujur (objektif), faktual, dan
bermoral yang memelihara dan membangun kerangka kebangkitan berbangsa. Pola ini
diteruskan pula pada tingkat-tingkat hubungan sosial dari keluarga, community, society seperti tersebut
diatas. Setelah ada pemantapan dalam tingkat nasional, baru kemudiannya tingkat
hubungan antar bangsa atau international dibenahi
pula. Dengan itu setiap bangsa tidak ada jajah menjajah seperti dulunya dalam
bentuk kolonialisme atau dalam bentuk modern yaitu ada penjajahan ekonomi.
Negara terbelakang jadi ajang konsumen produk negara maju. Nilai tambah ekonomi
menguntungkan negara maju ketimbang negara terkebelakang pengekspor bahan
mentah dimana added valuenya sangat-sangat rendah, dibanding dengan finished product (barang
jadi) yang mana added value-nya
sangat-sangat tinggi.
MEMBANGUN BANGSA DENGAN MERUBAH KEBIASAAN BURUK YANG ADA
D
|
iawal abad ke-21 ini
ciri-ciri tendensi ini ada (bahkan sudah ada?) Sementara negara terbelakang
mental dan fikiran, pengetahuan, kesadaran dan kemauannya (layaknya seperti
bangsa Jahiliyah Arab tempo doeloe)
masih rendah memungkinkan hal itu terjadi.
Tidak ada ketahanan bangsa
itu dari ’dikerjain bangsa lain’ atau kelompok interest dalam negeri yang ingin memancing ikan yang airnya
(dibuat) keruh untuk memperkaya diri para pebisnisnya yang tidak bisa
dipertanggung jawab (tidak ada jiwa nasionalisme, melainkan hanya
profitabilitas bisnisnya) dalam memajukan bangsa ini. Karena watak pemimpinnya
masih miskin (kemaruk) materi dan miskin mental (tak ada kemuliaan diri, harkat
diri) mudah dipengaruhi (karena tidak ada rasa nasionalisme sejati pada
dirinya). Contoh berdemokrasi, mau menang dengan cara curang, bahkan menjual
bangsa! Suatu hal yang sangat dicela oleh ajaran akhlak (moral) kesalehan
bersosial masyarakat yang ada dalam ajaran Islam. [10] We must change for national
development. [Bersambung] □ AFM
Catatan Kaki:
[1] Lita’ārafū (saling
kenal).
Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal mengenal (lita’arafu).
[QS Al-Hujarāt 49:13]
[2] Yaitu
berkompetisi (fastabikul khairat)
Dan setiap umat
mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam berbuat
kebaikan. Di mana saja kamu
berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya (pada hari kiamat untuk
mempertanggung jawabkan baik dan jujur atau tidak dan curang). Sungguh Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu. [QS Al-Baqarah 2:148]
Yang menjadikan mati
dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya (semasa
hidupnya). Dan Dia Maha Perkasa
lagi Maha Pengampun. [QS Al-Mulk 67:2]
[3] Pemain dan
Wasit
Maka demi Tuhanmu,
mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim
dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan
dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima
dengan sepenuhnya. [QS An-Nisā’ 4:65]
Wahai orang-orang yang
beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi
karena Allah biar pun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum
kerabatmu. Jika ia kaya atau pun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya.
Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari
kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi
saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu
kerjakan. [QS An-Nisā’ 4:135]
Ayat ini telah
dipampangkan di Harvard University sebagai ayat yang terbaik dalam pengungkapan
tentang penegakkan keadilan sepanjang sejarah. Baca pula posting penulis
sebelumnya tentang hal ini.
[4] Takwa.
Sesungguhnya orang
yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. [QS Al-Hujarāt 49:13]
[5] Universe yang harmonis. Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, [QS Āli Imrān 3:190]
(yaitu) orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa neraka. [QS Āli Imrān 3:191]
Tidaklah mungkin bagi
matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan
masing-masing beredar pada garis edarnya. [QS Yā Sīn 36:40]
Lihat pula Surat Yā
Sīn ayat 38, 39.
[6) Julukannya al-amīn (orang yang
dipercaya). Rasulullah sejak sebelum menjadi Rasul-Allah telah dipercaya oleh
masyarakatnya selalu berbuat dan berkata yang benar. Malah beliau dipercaya
sebagai tempat minitip barang-barang. Seketika Beliau saw hijrah ke Madinah secara bersembunyi bersama Abu Bakar as, malam ketika berangkat hijrah adalah
malam pembunuhan baginya dalam kelompok yang sudah direncanakan secara matang
(tapi luput dari hal itu), Ali as
tidak bersamanya. Karena Ali as bertugas
antara lain memberikan (mengembalikan) titipan barang yang dipercayakan kepada
Rasul saw.
[7] Mawaddah transkrip dari
bahasa Arabi (مودة) yang artinnya: “kasih sayang, affection”, “cinta, love”, “keramahan, pershabatan, friendliness”.
[8] Sakinah adalah kata yang berasal dari kata sukun dalam bahasa Arab yang berarti "damai, peace", "ketenangan, serenity" atau "kesentosaan, tranquily".
[8] Sakinah adalah kata yang berasal dari kata sukun dalam bahasa Arab yang berarti "damai, peace", "ketenangan, serenity" atau "kesentosaan, tranquily".
[9] Rahmah transkrip dalam
bahasa Arab (رحمة) yang
artinya: mercy, rahmat, kemurahan
hati.
[10] Suatu
yang dicela oleh ajaran akhlak (moral) kesalehan bersosial masyarakat yang ada
dalam ajaran Islam. Baca posting sebelumnya dalam judul Bingkai Islam
oleh A. Faisal Marzuki. □□
Bahan Bacaan:
Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurr-Rahman
Al-Mubarakfury, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 1997. □□□