Wednesday, December 31, 2014

Pergantian Tahun Syamsiyah




oleh A.Faisal Marzuki
 
Salah satunya planet Bumi mengelilingi Matahari. Satu putaran, satu tahun

W
aktu perjalanan hidup manusia sejak dari zaman Nabi Adam as dan anak-anak, cucu-cucu dan cicit-cicitnya seterusnya, diukur dari satuan unit waktu. Waktu yang paling kecil yang diketahui manusia saat ini disebut ‘a nanosecond’. Biasanya tulisan singkatnya adalah  ns’ atau ‘nsec’. ‘a nanosecond’ yang diambil dari dua kata yaitu ‘nano’ dan ‘second’. Nilainya setara dengan ‘one billionth’. Dalam sebutan bahasa Indonesia adalah seper miliyard. Atau rumus matematiknya adalah 10-9 (sepuluh pangkat minus sembilan), atau dapat pula dituliskan 1/ 1.000.000.000 menit. ‘ns’ sangat dikenal sekali dalam teknologi computer dalam mengukur kecepatan read (membaca) dan write (menulis) waktu mengakses memori computer (RAM, Random Access Memory).

   Kadang kala seorang guru kursus komputer mengilustrasikan nanosecond ini sebagaimana sinyal listrik yang dapat berjalan dalam kecepatan selama  ‘a nano second’. Bahkan Rasul Allah saw (baca RasululLahu shalalLahu ‘alayhi was salam) ketika mengajarkan sebuah do’a kepada putrinya Fatimah ru, menyebutkan: Ya Allah! Jangan  Engkau tinggalkan aku walaupun hanya “tarfata ‘ain” – sekejab mata, “just a nano second”. Begitulah pengharapan Muslim yang sejati tidak mau ditinggalkan Allah Azza wa Jalla walaupun ‘in just a nano second’ sebagaimana di ajarkan Rasul Allah saw kepada putrinya. Selanjutnya di ‘copy’ oleh pengikutnya sebagai do’a ma’tsur. Yaitu, suatu do’a seperti yang telah dilakukan para Nabi dan Rasul yang diharapkan kepada Allah Pencipta Alam Raya di Raya ini.

   Satuan waktu berikutnya secara berurutan adalah detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun. Nah sebentar lagi Tuhun kita akan melangkah dari tahun 2014 ke 2015, menurut penanggalan tahun ‘Syamsiyah’ yaitu tahun yang dihitung berdasarkan Sistim Matahari. Sebagaimana kita ketahui bahwa Tahun Syamsiah artinya adalah tahun yang dihitung berdasarkan peredaran Bumi kembali dari mengelilingi Matahari dari mulai titik 0 (awal) kembali ke titik 0 lagi. Satu putarannya sering disebut selama 365 hari. Tepatnya bukan demikian, melainkan 365¼ hari. Namun perhitungan manusia tetap menyebutkan 365. Kemudian ditahun kabisatnya menjadi berjumlah 366 hari yang diberikan kepada bulan Februari yang menurut penanggalan biasa berumur 28 hari, namun pada tahun kabisat bilangan tiap tahun yang 365¼ digenapkan menjadi dari ¼  hari tiap tahun itu menjadi 1 (satu) hari pada tahun kabisat. Bulan Februari ketika tahun kabisat itu berumur 29 hari.

   Penanggalan lainnya dalam kalender Islam adalah tahun Qomariyah. Yaitu penanggalan yang dihitung berdasarkan peredaran Bulan terhadap Bumi yang tiap bulannya selama antara 29 hari atau 30 hari dalam 12 bulan, mulai bulan Muharram (bulan ke-1, setara dengan bulan Januari dalam penanggalan Syamsiyah) berakhir bulan Dzul Hijjah (bulan ke-12, setara dengan bulan Desember dalam penanggalan Syamsiyah). Satu tahun dalam penanggalan Qomariah adalah lk 354 hari, sedangkan penanggalan Syamsiyah adalah lk 365 hari.

"The Bubble Nebula" yang jaraknya 7.100 tahun cahaya dari Bumi sebagai benda langit, kini menyaksikan pergantian tahun penanggalan Syamsiyah  (penanggalan Mayahari).




   Hari penanggalan agama (ad-Din) menggunakan penanggalan Qomariyah. Penanggalan Qomariyah adalah penanggalan yang selalu adil sekali bagi umat Islam yang berada di belahan dunia dimana saja dia berada di kolong langit ini, ketimbang dengan menggunakan penanggalan yang menggunakan Syamsiyah. Karena apa? Karena dengan menggunakan tahun Qomariah umat yang ada di belahan utara bumi (atas, azimuth). 1  Dan umat manusia yang ada di belahan selatan (bawah, nadir).  2  Akan mengalami hari singkat yang sama dalam bulan puasa. Kalau pada suatu tahun di belahan utaranya musim fall-winter waktu puasanya pendek, sedangkan dibelahan selatannya musim spring-summer waktu puasanya panjang. Suatu waktu sebaliknya (karena harinya selalu berkurang sebelas hari ketimbang tahun yang menggunakan kalender Syamsiyah). Lain halnya dengan menggunakan tahun Syamsiyah belahan utara, kalau waktu ‘Christmas’ selalu dingin (atau bersalju, White Christmas). Sementara itu belahan selatan selalu panas (tanpa dingin atau tanpa bersalju, ‘Never White’ Christmas).

"The Crescent Nebula" yang jaraknya dari bumi selama 5.00 tahun cahaya sekarang menyambut kedatangan tahun baru Syamsiyah, juga bagi penduduk langit lainnya. Apalagi yang di bumi demikian pula.




Dan mata langit lainnya, juga menyaksikan




   Demikianlah waktu selalu berjalan dan berlalu. Sebentar lagi akan segera ada penggantian waktu dari tahun 2014 ke tahun 2015. Yang penting dalam saat pergantiannya, selalu perhatikan 'peringatan' Allah Azza wa Jalla kepada segenap umat manusia serta merenungkannya. Bahwa pergantian waktu ini sebagai tanda waktu yang lalu itu telah digunakan. Dengan itu apakah penggunaannya telah dilakukan untuk melaksanakan amalan kebajikan dan beriman kepada-Nya (dimana manusia berada di dalamnya - ruang dan waktu)? Peringatan-Nya itu adalah sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:

● Demi Masa (Waktu)…
● Sungguh manusia berada dalam kerugian…
● Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, serta saling menasihati untuk kebenaran, dan saling menasihati untuk kesabaran…[QS al-‘Ashr 103:1 s/d 3]

Kita lakukan dengan sia-sia, maka merugilah kita - na'udzubilLahi min zalik. Kita gunakan dengan sebaik-baiknya, maka beruntunglah kita. AlhamdulilLahi Rabbal 'alamiin. "La haa maa kasabat, wa 'alayhaa maktasabat" 3 -  Dia mendapat (pahala) dari kebajikan yang dikerjakannya, dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. Semua perbuatan itu, hasilnya berpulang kepada pelakunya sendiri.Wahai manusia, jangan salah pilih. Be wise, be smart! ©AFM

Catatan kaki:
1Azimuth, kosakata bahasa Arab yang masih dipakai dalam ilmu astronomi yang artinya di belahan utara bumi (azimuth, atas)
2Nadir, kosakata bahasa Arab yang masih dipakai dalam ilmu astronomi yang artinya di belahan selatan (nadir, bawah)
3[QS al-Baqarah 2:286]

Saturday, December 27, 2014

Pelajaran dari Roma (IV)



oleh A. Faisal Marzuki

Area: 30,000 m2, Capacity 12,000 people, Distance from Vatican City: 5 km.


Memperkenalkan kepada kalangan pembaca blog ini akan esensi dan kearifan, keindahan dan keagungan daripada kitab suci al-Qur’an surat ke-30 yaitu ar-Rūm ayat 2 sampai dengan ayat 7.

Dengan pertolongan Allah. Ditolong-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. (Karena) Dia Maha Kuasa lagi Maha Mengayomi. (Itulah) janji Allah! Tidak pernah Allah mengingkari janji-Nya. Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. Mereka mengetahui yang lahir (saja) dalam kehidupan dunia. (Namun) terhadap akibat kemudiannya tidak diperhatikan (dunia tidak dimengerti untuk apa, akhiratnya lalai). [QS ar-Rum 30:5.6.7]




J
ika Allah Azza wa Jalla telah berucap (berfirman) ‘akan menolong’, maka pasti akan ditolongnya. Jangan sak (ragu) lagi (sedikitpun). Itulah maknanya kisah yang ada dan terjadi dalam rekaman (bukti) sejarah yang telah dipaparkan dalam ‘Pelajaran dari Roma’ I sampai III sura ar-Rūm ini.  Kehendak Allah yang ber-maha-gelar Al-Qõdir (diantara 99 maha-gelar asmāul husnā lainnya) adalah mutlak (absolute) (pasti) berlaku, karena Dia sangat berkuasa [Al-Qõdir] dan sangat mempunyai kemampuan untuk melakukannya. Kesemuanya itu dilakukan-Nya berkat dari pancaran sinar dari rasa pengayoman atau Kasih-Nya seperti yang difirmankan-Nya pada ayat 5 surat ar-Rūm berikut ini:

BinashrilLāh
Dengan pertolongan Allah
Yanshuru mayyasyā-u
Ditolong-Nya siapa yang dikehendaki-Nya
wa Huwal ‘Azizur Rõhīm
(Karena) Dia Maha Kuasa lagi Maha Mengayomi

Khususnya pada masa kini abad ke-21 yang berada dalam millennium ke-3, diharapkan hajad masing-masing pribadi atau rencana organisasi masing-masing jamaah kaum muslimin akan memperoleh sebagaimana telah kesampainnya pengharapan kaum Muslimin Makah (ketika itu). Yaitu mengharapkan kepada Allah Azza wa Jalla untuk dapat memenangkan bangsa Romawi Ahlul Kitab yang seolah merupakan bagian dari dirinya (yang tidak tega dikalahkan kaum Musyrikin Persia). Maka, janji Allah yang akan berpihak kepada anda (kita semua) itu pasti berlaku juga, asalkan mengerti apa yang diperjuangkan itu demi Allah - tentu dengan cara-cara yang direstui Allah. Nah, karena janji Allah itu benar adanya seperti yang telah dibuktikan kepada kaum Romawi. Jangan sak lagi akan janji Allah itu! Ayat 6 surat ar-Rūm Allah berfirman seperti berikut ini, mempertegasnya:

Wa’dalLāh
(Itulah) janji Allah!
Lā yukh lifulLāhu wa’dah
Tidak pernah Allah mengingkari janji-Nya.
Wa lā kinna ak-tsoron nās,
Tetapi kebanyakan manusia
Lā ya’ lamūn
tidak mengetahuinya.

Kenapa ada disebutkan pada ujung ayat 6 surat ar-Rūm ini disebutkan ‘wa lā kinna ak-tsoron nās, lā ya’ lamūn’, artinya: Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. Maksudnya, tidak banyak manusia yang mengambil pelajaran dari kejadian dalam catatan sejarah itu. Karena apa? Karena, jangan sampai tidak begitu menjadikan al-Qur’an menjadi buku panduan hidup yang seutuhnya. Jangan pula ada hanya dalam usaha nafsi-nafsi jamaah yang ‘terfirkah-firkah’, dan belum dalam jamaah yang terintegrasi baik secara bulat dan total. Itulah yang dimaksudkan oleh Tuhan Pencipta Semesta Alam adalah adanya paradigma dalam suatu kesatuan paham tentang kehidupan. Yaitu maksudnya adalah suatu satu prinsip dalam satu kesatuan gerakan yang menjadi kekuatan yang utuh dalam menegakkan keadilan (justice) , kesejahteraan (well being), kedamaian (peace and love) diantara manusia dan ekosistimnya.

   Menurut hemat kami karena kita hampir tidak pernah mau memikirkan lebih dalam lagi apa yang ada dibalik (beyond)  dari apa yang ada tampak dalam lahirnya. Kita jangan sampai jarang atau belum pernah melihat secara ‘visi’ kejadian yang lahir dan menganalisa kecenderungannya (trend) kemana dan apa berikutnya yang akan terjadi. Dengan cara itu ridha Allah datang, maka kelestarian hidup dapat diraih bersama dalam keharmonisan dan kecukupan hidup di dunia serta juga sebagai jembatan untuk hidup di akhirat kelak.

   Disinilah orang beriman dituntut ke piawaiannya dalam ber –Ulil Albab. 1  Yakni orang beriman atau pemimpin atau pendakwah mesti menggunakan akal pikiran (IQ) untuk merenungkan, menganalisa, meng-observasi alam raya dan alam jiwa manusia. Dan ber-Ulil Abshor. 2  Yakni orang beriman atau pemimpin atau pendakwah mesti mempunyai pandangan yang tajam melihat kedepan yang baik buat umat dalam masa-masa dimana dia hidup. Dia membaca kondisi hidup di zamannya agar lebih baik dari umat sebelum dan sekelilingnya. Para Ulil Abshor ini umumnya menggunakan rasa emosi positif yang membangun, peran metoda Ulil Abshor inilah yang menentukan keberhasilannya hidup manusia (atas ketaqwaan kepada-Nya). Keberhasilan Ulil Abshor menggunakan akal nurani disebut juga qalbu; visi; al-bayan atau daya kepahaman akan sesuatu. Menurut penelitian ahli psychology dan ahli lainnya yang berkenaan dengan jiwa manusia mengatakan keberhasilan manusia ditentukan oleh tingkat pemikiran akal fikiran 3 atau IQ (Intelligent Quotion) hanya 20% selebihnya ditentukan oleh kecerdasan emosional - EQ (Emotional Quation)  yaitu kemampuan memahami ‘Perasaan’ (Daniel Goleman). 4 Dan kecerdasan ‘Spiritual’ - SQ (Spiritual Quotion) yaitu kemampuan dari adanya ‘God Spot’ dalam otak manusia (Danah Zohar dan Ian Marshal) yang berkemampuan memahami Nilai dan Makna. 5 Yaitu orang yang memotivasi hidupnya dilandasi nilai-nilai kesucian seperti yang diajarkan oleh nilai-nilai ruhaniah dalam nilai-nilai ketuhanan. Dengan nilai-nilai ketuhanan itulah manusia akan mampu memahami nilai dan makna kehidupan. Mereka itu dapat mengembangkan pesan-pesan Allah Azza wa Jalla yang terdapat di Alam Raya dan terdapat dalam Kitab Suci (al-Qur’an). Kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di zamannya dimana umatnya berada (ajaran hablum minan nas atau muamalah Islam). Sementara ajaran hablum minalLah atau ajaran hubungan dengan Allah Maha Pencipta rengkuh kuat-kuat, jangan tinggalkan tapi terapkan bergandengan dengan ajaran muamalah Islam yang bijak ini. Sinergi ini akan membawa kehidupan dalam rel ‘shirõthol mustaqīm’ 6 - jalan keberhasilan.

   Pada akhir, surat mengenai masalah ‘Pelajaran dari Roma’ – ar-Rūm ini disinggung dalam firman Allah Azza wa Jalla pada ayat 7 surat ar-Rūm:

Ya’lamūna dzõhirom minal hayawātid dunyā
Mereka mengetahui yang lahir (saja) dalam kehidupan dunia

Wa hum’anil ākhiratihum ghõfilūn
(Namun) terhadap akibat kemudiannya tidak diperhatikan
(dunia tidak dimengerti untuk apa, akhiratnya lalai)

   Maka daya kritis dalam cara berfikir ‘emotional-EQ’ dan ‘spiritual’-SQ atas sesuatu masalah dimintakan kepada kita untuk memahaminya. Selanjutnya sebagai ‘agent of development’- ‘amar ma’ruf’ dan ‘agent of change’ – nahi mungkar mengupayakannya kepada hal yang lebih baik lagi.7 Inilah yang dimaksudkan dengan cara kerja manusia khalifah-khalifah di muka bumi yang kelengkapannya telah diberikan dalam bentuk ‘akal fikiran’-IQ dan ‘akal qalbu’-EQ dan SQ. Yaitu seberapa jauh kemampuan manusia berinteraksi dengan Alam Raya (IQ); Seberapa jauh manusia berinteraksi sesama manusia dalam harmonis dan berkecukupan (EQ); Seberapa jauh manusia berinteraksi dengan Tuhannya (SQ) dalam beribadah (hablum minalLahu) kepada-Nya dan menerapkan nilai-nilai ketuhanan di dunia dalam merealisasikan ajaran ‘habblum minan nas-nya’ selama hidup di dunia ini, agar harmonis dan sejahtera dengan umat yang lain menjadi muallaf atau setidak-tidaknya mengerti bahwa Islam ini adalah mengajarkan dan melaksanakan kedamaian hidup bersama dengan umat lainnya. Inilah inti pesan hidup kedua dari surat ar-Rum dari ayat 5 sampai dengan ayat 7 (hikmah dibalik kejadian atau ‘Pengajaran dari Roma’ itu). Sedang pesan pertamanya (dari surat ar-Rum ayat 2 sampai dengan ayat 4 adalah menerangkan kebenaran firman Allah dan iman Islam (janji Allah terlaksana).

   Demikianlah isi pesan dari surat ar-Rūm ayat 2 sampai dengan ayat 7 yang patut kita hikmati dengan sunguh-sungguh dan terapkan dalam kehidupan keseharian kita. Mudah-mudahan tahun-tahun kedepan dalam menghadapi tahap pertama dari 4 etape kehidupan abad ke-21 dapat kita lalui dengan harmonis (harmony), aman (safe), damai  (peace, and love) dan sejahtera (well being), dan kalaupun mungkin tidak 100%, masih tetap terkendali dalam garis rata-rata normal. God already gave all humankind the opportunity for a good life on earth. Now, it is your turn to believe and choose! ©AFM




Catatan kaki:
1Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (ayat-ayat kauniyah, keterangan tentang tabiat atau hukum alam, dan kebesaran Allah) bagi orang yang berakal - Ulil Albab. [QS ‘Āli Imrõn 3:190]
2Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, wahai orang-orang yang mempunyai pandangan - Ulil Abshor, Visioner! [QS al-Hasyr 59:2]
3 Keith Devlin, Goodbye Descartes, The end of logic and the search for a new cosmology of the mind, John Wiley & Sons, Inc. Keith Devlin Ph.D. adalah Senior Researcher pada Stanford University’s Center dalam bidang studi Bahasa dan Komunikasi.
4 Daniel Goleman Ph.D., Emotional Intelligence – Why it can matter more than IQ. He has taught at Harvard (where he received his Ph.D.) and was formerly senior editor at Psychology Today.
5Danah Zohar and Ian Marshall, The Ultimate Intelligence, Bloomsbury Publishing PLC.
Zohar studied Physics and Philosophy at MIT and did post graduate in Philosophy, Religion and Psychology at Harvard University. Ian Marshal is a psychiatric.
6Jalan yang telah membuktikan keberhasilan hidup di setiap zaman yang dibimbing oleh para Nabi atau Rasul dan kemudian dilaksanakan oleh generasi setelah para Nabi dan Rasul tidak ada, berdasarkan nilai-nilai dari contoh bagaimana melaksanakannya ajaran berdasarkan Kitab Suci (dan ajaran-ajaran-Nya yang terkumpul dalam bentuk lainnya) yang ada pada setiap zaman.
7Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang yang makruf - membangun kebajikan (amar ma’ruf, agent of development) dan mencegah dari yang mungkar – mecegah merusak, mengganti dengan yang lebih baik (nahi mungkar, agent of change), dan beriman kepada Allah. [QS Āli ‘Imrān 3:110] ©AFM

Blog Archive