Friday, March 12, 2021

Pengantar Buku SMPD



KATA PENGANTAR

   Pada bulan Rajab tanggal 27 tahun ke delapan kenabiannya adalah hari yang sangat bersejarah bagi kaum muslimin yaitu terjadinya peristiwa perjalanan Isra’ Rasulullah saw dari Masjidil Haram, Makkah ke Masjidil Aqsho di Baitul Maqdis, Palestina. Kemudian dilanjutkan Mi’raj ke Sidratul Muntaha di langit ke tujuh dalam satu malam. Di Sidratui Muntaha ini Rasulullah saw saat itu mendapat perintah untuk melaksanakan ibadah sholat 50 waktu dalam sehari, namun Nabi Musa as Mengingat Nabi Muhammad saw akan batas kemampuan umatnya yang dengan itu Rasulullah saw meminta keringan kepada Allah swt sehingga perintah sholat itu  akhirnya menjadi 5 waktu dalam sehari. Sejak saat itulah umat Muslim disyariatkan harus melakukan sholat wajib liwa waktu.

   Berkenaan Isra' Mi'raj merupakan perjalanan agung Nabi Muhammad saw menuju langit ke-7 untuk menerima perintah sholat dari Allah swt itu kami perkenalkan - sebagai Kata Pengantar - sebuah buku yang Insya Allah akan diterbitkan oleh Perpustakaan IMAAM Center dengan judulnya "Sholat Membangun Peradaban Dunia."  AFM


PENGANTAR BUKU

SHOLAT MEMBANGUN PERADABAN DUNIA

A. Faisal Marzuki


”Ra’sul amril islām wa ’amūduhush sholāt”. Artinya: Inti (pokok) segala perkara adalah (dalam ajaran) Islam, dan tiangnya (penopangnya) adalah sholat. (HR Tirmidzi no. 2616 dan Ibnu Majah no.3937).

Wahai  anakku,  Laksanakanlah  sholat dan  suruhlah (mereka) berbuat yang ma’ruf (kebajikan, membangun) dan cegahlah (mereka) dari yang munkar (buruk, merusak)…” (QS Luqman 31:17).

“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dianta-ramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat”. (QS Al-Mujādalah 58:11). 

Sholat adalah tiang agama (dīn). Barang siapa yang menegakkan sholat, maka berarti ia menegakkan agama (dīn), dan barang siapa yang meninggalkan sholat berarti ia merobohkan agama (dīn)”. (HR Bukhari Muslim)

"Kamu (Umat Islam) adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang ma'ruf (agent of develoment) dan mencegah dari yang munkar (agent of change), dan beriman kepada Allah." (QS Āli 'Imrān 3:110).

 

A

lhamdu lillāhi Rabbil ’ālamīn, segala puji bagi Allah Tuhan Pencipta, Pemelihara dan Pengendali seluruh alam semesta. Berkat hidayah dan rahmat dariMu jualah buku ini berhasil kami susun, seperti yang anda akan baca nanti - setelah diterbitkan atau dicetak. Buku ini terdiri dari kata pengantar, isi buku (12 bab), catatan kaki, lampiran-lampiran dan gambar berwarna dan hitam putih semuanya menjadi 450 halaman.

   Ikhwalnya, bermula dari usaha mengkaji ulang ibadah sholat yang penulis lakukan. Tentu alangkah baiknya hasil kajian ini kami sharing kepada yang mulia pelaku sholat (musholli), kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat yang dicintai Allah swt. Juga bagi siapa saja yang ingin mengetahui kenapa sholat di wajibkan bagi yang beriman kepadaNya.

   Sholat pada dasarnya untuk memelihara hubungan antara musholli dengan Allah Maha Penciptanya. Dengan itu tentunya mempunyai manfaat bagi musholli serta manusia dan lingkungannya, khususnya dalam ’membangun peradaban’ selaku ’pemakmur kehidupan di bumi’. Hal seperti itulah yang akan dikupas dalam buku ini.

  Tentunya usaha kaji ulang ini dilakukan agar kefahaman, kualitas, dan keabsahan dari ibadah sholat yang dilakukan itu benar-benar sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad saw sebagai Rasul utusanNya. Terutama dalam masalah bagaimana cara gerakan, bacaan, adab, dari sholat yang Rasul saw lakukan. Ketentuan syar’i sudah ditetapkan seperti itu, tinggal kita mengikuti saja. Dengan mengikuti aturan syar’i seperti itu, kita akan mendapatkan keberkahan serta kebaikan atas ketaatan dari perintahNya. Semisal ke dokter agar yang sakit menjadi sembuh. Tidak sakit, tapi tetap menjaga kesehatan dengan mengikuti general checkup dan mengikuti advisnya dalam meme-lihara kesehatan tubuh biologis dan jiwa manusia sebagaimana psikologis atau ulama lakukan.

   Dibalik itu semua kita akan mengerti apa hikmah yang terkandung dari cara, adab dan bacaan ibadah sholat yang dikerjakan oleh Rasulullah saw. Hal itu akan lebih dapat dirasakan nanti setelah kita pelajari bab demi bab dari setiap kupasan dalam bab-bab yang ada di dalam buku ini.

 


   Setiap individu muslim akan diperiksa terlebih dahulu di Yaumil Akhir adalah ibadah sholatnya oleh Allah swt. Sebab di dalam mengerjakan ibadah sholat itu ada keutamaan-keutamaannya sebagaimana firmanNya dalam surat Al-’Ankabūt ayat 45 penggal terakhir mengatakan:

"...Dan (ketahuilah) mengingat Allah (wa ladzikrul-Lāh dalam sholat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain)...”

Yaitu, ibadah sholat sebagai pembuka pintu Surga;  Di dalam ibadah sholat yang sebenarnya, dapat mencegah perbuatan-perbuatan yang merusak kehidupan; Di dalam sholat menumbuhkan akhlak dan perilaku yang baik, seperti bertutur kata yang baik, benar, tidak berdusta, tidak menyakiti orang lain. Dengan itu pribadinya menyenangkan dan dapat dipercaya. Artinya, didalam ibadah sholat yang dikerjakan ini mengandung seminal (strongly influencing later developments) - benih sebagai cikal bakal yang sangat mempengaruhi terjadinya atau bangunnya peradaban.

  Syarat bangunnya peradaban bila ada ukhuwah sesama muslim dan menjaga hubungan baik dengan tetangga, sekalipun tetangga itu non muslim sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah saw dan dipraktekkan peng-ikutnya. Yaitu memelihara kehidupan yang damai dan beradab dengan jalan ta’aruf - saling kenal, tafahum - memaklumi satu sama lainnya, ta’awun - tolong menolong, dan itsar - tidak bertengkar dan tidak memusuhi - melainkan caring, peduli sesama. Ta’aruf atau saling kenal diantara teman, tetangga, komunitas, dan lingkungannya, baik dari segi persamaan dan perbedaan. Dalam persamaan tidak masalah, yang bisa menjadi masalah adalah perbedaan. Perbedaan di zaman millennium ke-3 ini masih sering disikapi bukan dengan tafahum, melainkan dengan phobia, hate crime dan teror. Lebih parah dari itu adalah mengatasinya melalui kerusuhan atau 'perang' yang munggunakan senjata. Dengan itu korbannya termasuk orang-orang yang tak berdosa seperti anak-anak, perempuan dan usia lanjut. Yaitu orang yang tidak ada hubungan dengan pertikaian dalam konflik tersebut.

  Untuk menghindarinya dan mengurangi konflik bersenjata perlu menyikapinya dengan bijak. Yaitu, dengan jalan dialog dan membangun kehidupan koeksistensi damai sesama manusia dalam bingkai lakum dīnukum waliyadīn - bagimu ’agama’mu dan bagiku ’agama’ku termasuk dalam pengertian ideologi, ajaran dan keyakinan selama tidak melakukan tindakan fisik bersifat kriminal, teror apalagi dengan menggunakan senjata. Berikutnya tafahum dan dilanjutkan dengan ta’awun yaitu saling kerja sama dan saling membantu dalam membangun dan memelihara perdamaian dalam bernegara dan antar negara, daripada perang memerangi. Dilanjutkan lagi itsar, yaitu saling peduli.

   Esensi perang adalah membunuh lawan dan merusak. Bahkan perang yang akan datang lebih mengerikan lagi dari ’bom atom’ senjata pembunuh dan perusak masal Perang Dunia II, yakni senjata berkepala nuklir. Daya rusak dan bunuhnya luar luar luar biasa dibanding ’bom atom’. Belum lagi senjata kimia dan kuman.

  Ta’aruf, tafahum, ta’awun dan itsar (3T1I) ini sangat possible untuk terjadinya hidup aman dan damai. Dengan aman dan damai manusia dapat membangun kehidupan menjadi sejahtera atau makmur. Untuk itulah sebenarnya manusia dicipta oleh Allah Rabb Alam Semesta. Yaitu beribadah kepada Allah - Dan Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu (beribadah kepada Allah). (QS Adz-Adzāriyat 51:56), serta berdedikasi kepadaNya selaku khalifah-khalifah - Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di Bumi..." (QS Fathīr 35:39), sebagai pemakmur kehidupan di bumi - "...Dia telah menciptakan kamu dari bumi dan menjadikan kamu pemakmurnya..." (QS Hud 11:61).

  Dengan itu semua, tahulah kita sekarang, kenapa ibadah sholat disebut sebagai tiang agama (dīn, way of life). Tentunya kalau tidak ada tiang itu, maka ambruklah tatanan bangunan peradaban itu. Padahal ajaran Islam bertujuan memelihara perdamaian dan membangun peradaban diantara sesama manusia.

  Esensi ibadah sholat merupakan pemelihara hubungan antara Khalik yaitu Pembesar, Penguasa, Pencipta Alam Semesta termasuk makhluk manusia yang diciptaNya. Pemeliharaan hubungan antara Khalik dan makhluk ini mutlak di perlukan agar perjalanan yang ditempuh manusia tetap pada kondisi performance yang prima sesuai dengan yang digariskanNya. Alih-alih tanpa ada maintenance terus menerus melalui ibadah sholat, maka sejarah perjalan hidup ummat manusia mengajarkan selalu terjadinya melenceng, keluar dari ajaran yang semestinya yang mengakibatkan kerusakan di muka bumi. Ini dapat ditelusuri dari selalu adanya para Nabi dan Rasul sebagai utusanNya untuk mengingatkan manusia di setiap zaman. Malah, disamping sebagai pengingatan juga ajaranNya di tumbuh sempurnakan guna membimbing perkembangan zaman. Dan kemudiannya diutuslah Muhammad saw sebagai Nabi Penutup. Pada dirinya terdapat suri tauladan yang baik. Ia membawa kabar gembira yang cocok untuk setiap zaman, melalui Ad-Dīnul (agama) Islām yang diridhoiNya yang berpegang kepada Kitab Suci Al-Qur’an sebagai petunjuk. Di dalamnya terdapat hukum (law & order), akhlak (moral integritas). Ada pula berupa pokok-pokok, dasar-dasar, paradigma-paradigma ajaran Islam yang lengkap, meliputi dunia dan akhirat, sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi umat manusia.

  Khalik yang mencipta disebut juga Rabb. Rabb artinya dalam bahasa Indonesia adalah Tuhan Yang Maha Esa sebagai Pencipta-Pemelihara-Pengatur-Pengendali alam semesta yang menakjubkan ini, menjadi teratur dan harmonis. Rabb dengan sifat seperti itulah yang disembah manusia. Manusia yang diciptakanNya ini adalah sebagai khalifah pemakmur bumi.

  Bersimpuhsembahnya melalui ibadah sholat dan disertai amalan-amalan sholeh dalam rangka berdedikasi kepadaNya. Allah Yang Maha Kasih dan Maha Sayang ini menjadikan Alam Semesta teratur dan harmonis, maka manusia sebagai khalifahNya di bumi mesti melakukan hidup teratur dan harmonis pula di bumi. Yaitu diantara sesama manusia dengan cara saling menghormati perbedaan dan keyakinan agama masing-masing dalam bingkai lakum dīnukum waliyadīn.

  Setelah selesai ibadah sholat, baru amalan-amalan lainnya diperiksa. Apa artinya? Artinya disini adalah, mesti ada konsistensi yaitu keselarasan dan kelanjutan antara nilai-nilai yang terkandung dalam mengerjakan ibadah sholat dengan amalan-amalannya perbuatan yang dilakukan musholli setelah mengerjakan ibadah sholat. Yaitu, selesai mengerjakan sholat, kemudian kembali ke dalam kegiatan hidup sehari-harinya mesti melakukan amalan-amalan kebajikan dengan bekerja yang membangun peradaban. Inilah esensi dari mengerjakan ibadah sholat itu, terutama dalam shalat fardhu (wajib) lima kali sehari melakukan ibadah rohani plus ibadah badani. Yaitu, dilatih dan dibina dalam berhubungannya musholli dengan Allah swt melalui ibadah sholat yang menyebut lafadz bacaan tertentu yang bernilai disertai gerakan fisik seperti berdiri, ruku', i'tidal, sujud, duduk serta salam menghadap ke kanan dan ke kiri.

  Perihal seperti tersebut diatas itulah yang sangat mendorong penulis untuk mempelajari lebih dalam lagi tentang sholat ini, takut kalau-kalau ibadahnya yang tadinya diyakini sesuai dengan perintahNya, tapi tidak. Lantas bagaimana nasib kita di Hari Akhirat bila cara mengerjakan ibadah sholatnya tidak menuruti tuntunan dari Rasulullah saw, dan selesai mengerjakan sholat tidak mencontoh suri tauladan perbuatannya (sunnah Rasul saw) dalam membangun peradaban.

  Tentunya, orang-orang beriman mesti taat kepada Allah swt dan taat pula kepada Rasul saw. Yaitu mengerjakan perintahNya untuk melakukan ibadah sholat dan menjalankan sunnah Beliau saw dalam membangun peradaban. Sebelumnya penduduk Madinah belum berperadaban yang dalam sirah Rasul saw selalu disebut sebagai masyarakat jahiliyah. Yaitu bodoh dalam bersosial kemasyarakatan, seperti tidak peduli (racist) kepada orang di luar kabilah atau sukunya; sering kali perbedaan ego dan kepentingan diatasi dengan perang. Masyarakat jahiliyah belum mengenal kehidupan 3T1I. Setelah Rasul saw datang ke Madinah baru kehidupan berlangsung dalam 3T1I melalui tarbiyah - pembelajaran yang istiqomah. Kemudian hasilnya, dalam waktu dua dekade (23 tahun) bangunlah masyarakat baru yang berperadaban, sebagaimana seorang ahli pikir  Prancis Dr. Gustave Le Bon (1814-1931) mengomentari:

“Dalam satu abad atau 3 keturunan, tidak ada bangsa-bangsa manusia dapat mengadakan perubahan yang berarti. Bangsa Prancis memerlukan 30 keturunan atau 1000 tahun baru dapat mengadakan suatu masyarakat yang bercelup (menjadi bangsa) Prancis. Hal ini terdapat pada seluruh bangsa dan umat, tak terkecuali selain dari umat Islam, sebab Muhammad El Rasul sudah dapat mengadakan suatu masyarakat baru dalam tempo satu keturunan yang tidak dapat ditiru atau diperbuat oleh orang lain”.

Untuk apa tujuan dari sholat yang dikerjakan? Apa manfaat atau fadhilahnja bagi musholli? Terakhir yang mesti kita ketahui pula. Apa hikmah mengerjakan sholat yang telah di diperintahkanNya di langit ke-7 kepada Rasulullah saw dalam peristiwa Isra' Mi'raj? Apa dampak mengerjakan sholat bagi kehidupan dan peradaban manusia? Kupasan dari buku ini mencakup semua pertanyaan seperti itu.

  Selanjutnya, dalam kata pengantar ini dipandang perlu penulis menggam-barkan garis besar bagaimana hubungan ibadah sholat sampai dapat membangun peradaban. Pertama, mengerti apa yang dibaca dalam sholat. Yaitu bacaan sholat yang dimengerti, kemudian berlanjut menjadi dapat dipahami maksudnya. Dengan itu bukan saja dapat mudah diingat, tapi juga akan terpatri dalam lubuk hati yang paling dalam. Karena setiap bacaannya mengandung makna yang tidak sia-sia, melainkan semua mempunyai nilai-nilai yang berdaya guna. Kandungan bacaan yang telah terpatri itu nantinya sebagai daya pendorong dalam bertingkah laku yang mulia dan mengerjakan amalan sholeh yang bermanfaat. Kedua, testimoni manfaat ibadah sholat. Yaitu, suatu kesaksian pelaku sholat bagaimana sampai terasakan manfaatnya dari ibadah sholat yang dikerjakannya. Ketiga, ibadah sholat membangun peradaban manusia. Yaitu, dengan ibadah sholat yang dikerjakan secara berjamaah ini dapat membangun sebuah peradaban. Keempat, meneladani peran Nabi Muhammad saw dalam berbangsa (bernegara). Beliau saw selaku pemimpin yang al-amin  (dipercaya), capable dan handal dalam menangani administratif pemerintahan bagi warga Madinah dan sekitarnya sampai dapat terlaksananya pembangunan peradaban.

  Kedekatan Nabi Muhammad saw dengan Allah Yang Maha Kuasa ini, Beliau saw bina melalui ibadah sholat, terutama sholat berjamah. Ibadah sholat Rasulullah saw sungguh luar biasa, membangun kebersamaan dalam kepemimpinan (imam) yang amanah, dan ketaatan pengikutnya (jamaah). Dengan itu, memobilisasi pembangunan akan lebih mudah. Kalau ada masalah-masalah sosial dalam kehidupan kabilah (suku) dan antar kabilah sekitarnya dapat diatasi bersama. Kepiawaan Muhammad saw sebagai Rasullullah, pemimpin umat Madinah ini diabadikan oleh Dr. Michael H. Hart, seorang ilmuan Amerika ternama di bidang astronomi dan geometri, ia mengadakan riset tokoh-tokoh terkenal di dunia. Kemudian hasilnya dipaparkan dalam bukunya The 100: A Ranking of the most Influential Persons in History, by Michael H. Hart, Published by Carol Publishing Group. Dalam buku itu disebutkan:

”Sepanjang catatan sejarah, Muhammad (saw) adalah pemimpin peringkat pertama yang sungguh paling sukses. Dia mempengaruhi dunia, baik dalam kapasitasnya sebagai tokoh agama (religious) dan tokoh keduniaan (secular realms).”

Demikian mereka menggambarkan ad-Dīnul Islām sebagai agama kaffah (religious dan secular realms).

  Sebelumnya, George Sale penulis terjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Inggris dari teks asli Al-Qur’an yang berbahasa Arab yang diberi nama The Koran, terbit tahun 1734, melihat sosok Nabi Muhammad saw sebagai: Pribadi yang sungguh baik karakternya; Punya kecerdasan yang mendalam; Perilakunya yang menyenangkan; Mengasihi orang miskin; Sopan kepada setiap orang; Kukuh didepan musuh; Dan diatas segalanya, memiliki peng-hormatan yang sangat tinggi atas nama Allah. Kemudian ia menuliskan lagi sebagai berikut:

“if the religious and civil institutions of foreign nations are worth of knowledge, those of Mohammed, the lawgiver of Arabians, and founder of an Empire which in less than a century spread itself over a greater part of the world than the Romans were ever masters of, must needs be so.”  

Artinya: Jika agama dan sistem lembaga sipil dari bangsa asing (maksudnya bangsa Arab yang beragama Islam) berguna sekali untuk diketahui, maka ketahuilah bahwa aturan dan hukum yang dibuat oleh Muhammad (saw) selaku pembuat hukum bagi orang Arab dan pendiri Imperium (Madinah), kurang dari satu abad, dengan sendirinya, telah mampu mengembangkan dan melebarkan wilayahnya lebih besar daripada apa yang dicapai Imperium (Kekaisaran) Romawi yang dikenal sebagai penguasa dunia. Dengan itu, mestinya kita melakukan seperti itu pula hendaknya.

 Demikian sejarah telah mencatatnya dengan tinta emas, bahwa perkembangan Islam yang telah membangun peradaban itu tidak lepas dari rintisan usaha dan kerja keras para sahabat dibawah kepemimpinan Muhammad saw di Madinah. Kemudian tradisi itu dilanjutkan oleh setiap generasi dalam pemerintahan yang berdasarkan ajaran Islam yang dicontohkan Rasulullah saw. Dan selanjutnya generasi umat Islam berikutnya, dimana saja mereka berada melestarikan nilai-nilai ajaran Islam yang sangat menakjubkan George Sale, penerjemah Al-Qur’an yang memberi penghormatan dan penghargaan tinggi kepada Rasulullah Muhammad saw dan kitab suci Al-Qur’an. Ini suatu fakta sejarah yang tidak bisa diabaikan begitu saja, seperti apa yang digambarkan George Sale pada abad ke 18 (1734) dan kemudian oleh Michael H. Hart pada akhir abad ke-20 (1978) dan dari para pemikir Barat lainnya seperti Thomas Jefferson, Napoleon Bonaparte yang menerapkan beberapa pokok-pokok hukum Islam untuk negaranya yang dikenal dengan nama 'Napoleon Code', George Bernard Shaw, Lamartine, Thomas Carlyle.

   Demikianlah uraian kata pengantar penulis, yang ingin menggaris bawahi, bahwasanya sungguh betapa luarbiasanya dampak dahsyat dari sholat ini. Dengan ibadah sholat berjamaah yang sungguh-sungguh, dapat membangun peradaban manusia. Suatu hal yang sebelumnya tidak terpikirkan sama sekali oleh penulis. Namun setelah mengadakan penelitian kepustakaan dan mempelajari arti dan maksud dari kata per kata ayat Al-Qur’an dan tafsir yang bertalian dengannya, kini dapat dipahami bahwa dampak melakukan sholat yang bersungguh-sungguh seperti yang dilakukan Nabi saw sungguh luar biasa hasilnya dalam membangun peradaban dunia.

   Dengan 'Kata Pengantar' penulis yang cukup 'panjang ini, insya Allah akan mempermudah dalam memahami pembahasan dari esensi hubungan dan dampak antara “sholat” dan “membangun peradaban dunia” dalam mengikuti paparan salanjutnya yang dituliskan dalam buku ini. Mungkin sebahagian pembaca menduga 'asing' (masa iya?) sebagaimana Rasulullah saw bersabda:

“Islam muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing (dikemudian hari), maka beruntunglah orang-orang yang terasingkan itu.” (HR Muslim no. 208)

Gambaran uraian buku bertajuk “Sholat Membangun Peradaban Dunia” ini, terdiri dari duabelas bab sbb: (1) Mukaddimah; (2) Makna Wudhu’; (3) Makna Adzan dan Iqamat; (4) Makna Sholat; (5) Adab Sholat; (6) Sholat Rasulullah; (7) Adab Bathin Dalam Sholat; (8) Dzikir Rasulullah; (9) Hikmah Sholat Lima Waktu; (10) Makna Gerakan Sholat Bagi Kesehatan; (11) Peradaban Islam Merebak Dunia; (12) Penutup. Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua, āmīn. Billāhit Taufiq wal-Hidāyah. □ AFM


Blog Archive