PENDAHULUAN
M
|
ula pertama kali Islam hadir, melalui
Nabi Muhammad saw di tengah kerasnya
peradaban jahiliyah di Makkah
khususnya, dan umumnya di jazirah Hijaz. Perkembangan berikutnya Islam
mampu bermetamorfosis, yaitu berubah kedudukan dan tingkat martabatnya,
menyebar hampir ke seluruh penjuru jagad. Setelah masa Rasulullah saw, yang kemudian dilanjutkan oleh masa
khulafaur-rasyidin dan dinasti-dinasti kekhalifahan Islam yang muncul sesudahnya.
Dan telah berhasil membangun peradaban dan kekuatan politik yang menandingi
dinasti besar lainnya pada masa itu, yakni Bizantium dan Persia [1].
Demikian Islam telah menorehkan tinta
emas pada sejarah kehidupan umat manusia, sebagaimana Islam datang sebagai rahmatan
lil ‘alamin, sebagaimana yang ditunjukkan antara lain di Al-Andalus yang
memerintah di Spanyol dan membangun peradaban disana, lihat Islam di Spanyol
dan peninggalannya. [2] Islam mampu berdiri tegak pada setiap masa dan kurun waktu.
Realitas spiritual dan metahistorikal yang mentransformasi kehidupan lahir dan
batin dari beragam manusia di dalam situasi temporal maupun ruang yang berbeda.
Dan secara historis Islam telah memainkan peran yang signifikan dalam
perkembangan beberapa aspek pada peradaban dunia.
PERIODE KEJAYAAN PERADABAN ISLAM
P
|
eradaban Islam adalah bagian-bagian
dari kebudayaan Islam yang meliputi berbagai aspek seperti moral, kesenian, dan
ilmu pengetahuan, serta meliputi juga kebudayaan yang memilliki sistem
teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan, dan ilmu pengetahuan
yang luas. [3] Dengan kata lain peradaban Islam bagian dari kebudayaan yang
bertujuan memudahkan dan mensejahterakan hidup di dunia dan di akhirat.
Sejalan dengan pengertian tersebut,
Islam dalam menegakkan peradabannya tidak hanya memandang satu sisi kehidupan
dunia dengan pencapaian kebudayaan yang dapat memajukan peradabannya, akan
tetapi juga memperhatikan prinsip pencapaian kebahagiaan kehidupan akhirat,
dengan memberikan ajaran dengan cara berkehidupan yang bermoral dan santun
dalam memandang keberagaman dunia.
Dalam memahami peradaban Islam, amat
penting untuk mengingat tidak hanya keragaman seni dan ilmu pengetahuan, tetapi
juga keragaman interpretasi teologis dan filosofis pada doktrin-doktrin Islam,
bahkan pada bidang hukum Islam. Tidak ada kesalahan yang serius daripada
pendapat yang menegaskan bahwa Islam adalah realitas yang seragam, dan
peradaban Islam tidak mengapresiasi ciptaan atau eksistensi beragam. Meskipun
kesan adanya keseragaman sering mendominasi segala hal yang berkaitan dengan
Islam, sisi keragaman di bidang interpretasi agama itu sendiri selalu ada,
sebagaimana juga terdapat aspek beragam pada pemikiran dan kultur Islam. Akan
tetapi, Nabi Muhammad saw sebagai
pembawa ajaran Islam, menganggap bahwa keragaman pendapat para pemikir Muslim
adalah sebuah karunia Tuhan. [4] Namun dengan segala keberagamannya tersebut,
masih saja terlihat kesatuan yang amat mengagumkan tetap mempengaruhi peradaban
Islam, sebagaimana hal tersebut telah mempengaruhi agama yang melahirkan
peradaban itu, dan membimbing alur sejarahnya selama berabad-abad.
Demikianlah Islam dengan ajaran suci
dan universal sebagaimana yang telah diwahyukan, mengalami perkembangan dari masa
ke masa. Adapun penyebaran Islam dan torehan peradabannya ke penjuru dunia,
tidak akan lepas dari metode dan sistem penyebarannya, mulai dari perdagangan,
korespondensi, seperti yang dilakukan Rasulullah saw dengan mengirim surat kepada para raja Mesir, Persia, dan
Bizantium, diplomasi politik. Selanjutnya oleh khalifah-khalifah berikutnya
menggunakan dengan jalan peperangan, perebutan kekuasaan dalam internal
Islam, serta pendudukan wilayah atas
kemenangannya dari ekspedisi militer yang dilakukannya.
Sedangkan periode penyebaran Islam dan
peradabannya yang dimulai sejak masa Rasulullah saw pada abad ke-6 hingga saat ini, terdapat masa-masa kejayaan
peradaban Islam yang kemudian diwarisi oleh peradaban dunia. Dan pereodisasi
peradaban Islam tersebut, secara umum terbagi menjadi 3 (tiga) periode, [5]
yang antara lain sebagai berikut:
KESATU: PERIODE KLASIK
P
|
ada masa ini merupakan masa ekspansi,
integrasi dan keemasan Islam. Sebelum wafatnya Nabi Muhammad saw tahun 632, seluruh semenanjung Arabia
telah dibebaskan ke bawah kekuasaan Islam, yang kemudian dilanjutkan dengan
ekspansi keluar Arabia pada masa khalifah pertama Abu Bakar ash-Shiddiq, hingga
berlanjut pada kekhalifahan berikutnya.
Pencapaian kemenangan Islam pada masa
ini adalah dapat dikuasainya Irak pada tahun 634, yang kemudian meluas hingga
Syria, kemudian pada masa Umar bin Khattab, Islam mampu menguasai Damaskus
tahun 635 dan tentara Bizantium di daerah Syiria pun ditaklukkan pada perang
Yarmuk tahun 636. Selanjutnya Alexandria
jatuh pada tahun 641, dan menguasai Mesir dengan tembok Babilonnya pada masa
itu. Dan kekuasaan Islam pun meluas hingga Palestina, Syiria, Irak, Persia dan
Mesir. Pada masa khalifah Utsman bin Affan, menduduki Tripoli dan Ciprus.
Walaupun setelah itu terjadi keguncangan politik pada masa kekhalifahan Ali bin
Abi Thalib, hingga wafatnya.
Kekhalifahan berlanjut pada kekuasaan
Bani Umayyah, yang pada masa ini kekuasaan Islam semakin meluas, berawal dti
Tunis, Khurasan, Afganistan, Balkh, Bukhara, Khawarizm, Farghana, Samarkand,
Bulukhistan, Sind, Punjab, dan Multan. Bukan hanya itu, perluasan dilanjutkan
ke Aljazair dan Maroko, bahkan telah membuka jalan ke kawasan Eropa yaitu
Spanyol, dan menjadikan Cordova sebagai ibu kota Islam Spanyol. Lebih
ringkasnya, pada masa dinasti ini kekuasaan Islam telah menguasai Spanyol,
Afrika Utara, Syiria, Palestina, Semenanjung Arabia, Irak, sebagaian dari Asia
Kecil, Persia, Afganistan, Pakistan, Turkmenia, Uzbek, dan Kirgis (di Asia
Tengah).
Sejak kedinastian Bani Umayyah,
peradaban Islam mulai menampakkan pamor keemasannya. Walaupun Bani Umayyah
lebih memusatkan perhatiannya pada kebudayaan Arab. Benih-benih peradaban baru
tersebut antara lain perubahan bahasa administrasi dari bahasa Yunani dan Pahlawi
ke bahasa Arab, dengan demikian bahasa Arab menjadi bahasa resmi yang harus
dipelajari, hingga mendorong Imam Sibawaih menyusun Al-Kitab yang
menjadi pedoman dalam tata bahasa Arab.
Pada saat itu pula, sekitar abad ke-7,
bermunculan sastrawan-sastrawan Islam, dengan berbagai karya besar antara lain
sebuah novel terkenal Laila Majnun yang ditulis oleh Qais al-Mulawwah.
Lain dari pada itu, dengan adanya pusat kegiatan ilmiah di Kufah dan Basrah,
bermunculan ulama bidang tafsir, hadits, fiqh, dan ilmu kalam.
Pada bidang ekonomi dan pembangunan,
Bani Umayyah di bawah pimpinan Abd al-Malik, telah mencetak alat tukar uang
berupa dinar dan dirham. Sedangkan pembangunan yang dilakukan adalah
pembangunan masjid-masjid di Damaskus, Cordova, dan perluasan masjid Makkah
serta Madinah, termasuk al-Aqsa di al-Quds (Yerussalem), juga pembangunan
Monumen Qubbah as-sakhr, juga pembangunan istana-istana untuk tempat
peristirahatan di padang pasir, seperti Qusayr dan al-Mushatta.
Setelah kekuasaan Bani Umayyah menurun,
dan ditumbangkan oleh Bani Abbasiyah pada tahun 750 H, kembali Islam dengan
perkembangan peradabannya terus menerus bergerak pada kemajuan. Di masa
al-Mahdi, perekonomian mengalami peningkatan dengan konsep perbaikan sistem
pertanian dengan irigasi, dan juga pertambangan emas, perak, tembaga dan
lainnya yang juga meningkat pesat. Bahkan perekonomian menjadi lebih baik
setelah dibukanya jalur perdagangan dengan transit antara timur dan barat,
dengan Basrah sebagai pelabuhannya.
Masa selanjutnya pada masa Harun
al-Rasyid, kehidupan sosial pun menjadi lebih mapan dengan dibangunnya rumah
sakit, pendidikan dokter, dan farmasi. Hingga Baghdad pada masa itu mempunyai
800 orang dokter. Dilanjutkan pada masa al-Makmun yang lebih berkonsenrasi pada
pengembangan ilmu pengetahuan, dengan menerjemahkan buku-buku Yunani dan
Sansekerta, [6] dan berdirinya Baitul-Hikmah sebagai pusat kegiatan
ilmiahnya. Yang disusul kemudian dengan berdirinya Universitas Al-Azhar di
Mesir. Juga dibangunnya sekolah-sekolah, hingga Baghdad menjadi pusat
kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Maka, tak dapat dipungkiri lagi bahwa
masa-masa ini dikatakan sebagai the golden age.
Kemajuan keilmuan dan teknologi Islam
mengalami masa kejayaan di masa ini. Munculnya para ilmuwan, filosof dan
cendekiawan Muslim telah mewarnai penorehan tinta sejarah dunia. Islam bukan
hanya menguasai ilmu pengetahuan dan filsafat yang mereka pelajari dari
buku-buku Yunani, akan tetapi menambahkan ke dalam hasil penyelidikan yang
mereka lakukan sendiri dalam lapangan sains dan filsafat. Tokoh cendekiawan
Muslim yang terkenal adalah Muhammad bin Musa al-Khawarizmi sebagai
metematikawan yang telah menelurkan aljabar dan algoritma, al-Fazari dan
al-Farghani sebagai ahli astronomi (abad ke VIII), Abu Ali al-Hasan ibnu
al-Haytam dengan teori optika (abad X), Jabir ibnu Hayyan dan Abu Bakar Zakaria
ar-Razi sebagai tokoh kimia yang disegani (abad IX), Abu Raihan Muhammad
al-Baituni sebagai ahli fisika (abad IX), Abu al-Hasan Ali Mas’ud sebagai tokoh
geografi (abad X), Ibnu Sina sebagai seorang dokter sekaligus seorang
filsuf yang sangat berpengaruh (akhir abad IX), Ibnu Rusyd sebagai seorang
filsuf ternama dan terkenal di dunia filsafat Barat dengan Averroisme, dan juga
al-Farabi yang juga seorang filsuf Muslim.
Selain sains dan filsafat pada masa ini
juga bermunculan ulama besar tentang keagamaan dalam Islam, seperti Imam
Muslim, Imam Bukhari, Imam Malik, Imam Syafi’I, Abu Hanifah, Ahmad bin Hambal,
serta mufassir terkenal ath-Thabari, sejarawan Ibnu Hisyam dan Ibnu Sa’ad.
Masih adalagi yang bergerak dalam ilmu kalam dan teologi, seperti Washil bin
Atha’, Ibnu al-Huzail, al-Allaf, Abu al-Hasan al-Asyari, al-Maturidi, bahkan
tokoh tasawuf dan mistisisme seperti, Zunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami,
Husain bin Mansur al-Hallaj, dan sebagainya. Di dunia sastra pun mengenalkan
Abu al-Farraj al-Asfahani, dan al-Jasyiari yang terkenal melalui karyanya 1001
malam, yang telah diterjemahkan ke berbagai bahasa di dunia.
KEDUA: PERIODE PERTENGAHAN
P
|
ada periode ini, terdapat periode
kemunduran Islam pada sekitar 1250-1500. Yang mana satu demi satu kerajaan
Islam jatuh ke tangan Mongol, dan kerajaan Islam Spanyol pun mampu ditaklukkan
oleh raja-raja Kristen yang bersatu, hingga orang-orang Islam Spanyol
berpindah ke kota-kota di pantai utara Afrika.
Namun dengan demikian, terdapat
kebangkitan kembali kedinastian Islam pada masa 1500-1800. Di sana terdapat 3
kerajaan besar, yang menjadi tonggak berjayanya peradaban Islam yang ke-2.
Kerajaan besar tersebut adalah Kerajaan Turki Usmani, Kerajaan Safawi Persia,
dan Kerajaan Mughal di India.
Karajaan Turki Usmani berhasil
mengambil alih Bizantium dan menduduki Konstantinopel (Istanbul). Hingga
akhirnya kekuasaan Turki Usmani mampu menguasai Asia Kecil, Armenia, Irak,
Syiria, Hijaz, Yaman, Mesir, Libya, Tunis, Aljazair, Bulgaria, Yunani,
Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania.
Sedangkan di tempat lain, Persia Islam
bangkit dengan dengan Kerajaan Safawi tahun 1252, dengan dinasti yang
berasal dari Azerbaijan Syaikh Saifuddin yang beraliran Syi’ah. Kekuasaannya
menyeluruh hingga seluruh Persia. Dan berbatasan dengan kekuasaan Usmani di
barat dan kerajaan Mughal di kawasan timur.
Kerajaan Mughal di India, yang berdiri
pada tahun 1482 dengan pendirinya Zahirudin Babur. Kekuasaannya mencakup
Afganistan, Lahore, India Tengah, Malwa dan Gujarat. Di India, bahasa Urdu
akhirnya menjadi bahasa kerajaan menggantikan bahasa Persia. Dan kemajuannya
telah membuat beberapa bukti peninggalan sejarah antara lain, Taj Mahal,
Benteng Merah, masjid-masjid, istana-istana, dan gedung-gedung pemerintahan di
Delhi.
Akan tetapi pada masa kemajuan ini,
ilmu pengetahuan tidak banyak diberikan perhatian, namun perhatiannya terhadap
seni dalam berbagai bentuk adalah sangat besar, sehingga kerajaan Usmani
mendapatkan julukan the patron of art. Ketiga kerajaan besar tersebut
lebih banyak memperhatikan bidang politik dan ekonomi. Sedangkan di Barat,
mulai menuai kebangkitan dengan melihat jalur yang terbuka ke pusat
rempah-rempah dan bahan-bahan mentah dari daerah Timur Jauh melaui Afrika
Selatan.
Hingga pada Abad ke-17, di Eropa mulai
muncul negara-negara kuat, bahkan Rusia mulai maju di bawah Peter Yang Agung.
Dan melalui peperangan, Utsmani mengalami kekalahan. Dan Safawi Persia pun
ditaklukkan oleh Raja Afghan yang mempunyai perbedaan faham. Dan kerajaan
Mughal India pecah dikarenakan terjadi pemberontakan dari kaum Hindu, bahkan
Inggris pun berperan menguasainya pada tahun 1857.
KETIGA: PERIODE MODEREN
P
|
eriode ini dikatakan sebagai periode
kebangkitan Islam, yang mana dengan berakhirnya ekspedisi Napoleon di Mesir,
telah membuka mata umat Islam akan kemunduruan dan kelemahannya di samping
kemajuan dan kekuasaan Barat. Raja dan pemuka-pemuka Islam mulai berpikir
mencari jalan keluar untuk mengembalikan keseimbangan kekuatan, yang telah
pincang dan membahayakan umat Islam. [7] Sebab Islam yang pernah berjaya pada
masa klasik, kini berbalik menjadi gelap. Bangsa Barat menjadi lebih maju dengan
ilmu pengetahuan, teknologi dan peradabannya dan kolonisasinya.
Dengan demikian, timbullah pemikiran
dan pembaharuan dalam Islam yang disebut dengan “Modernisasi dalam Islam”.
Sekian tokoh pembaharu Islam telah mengeluarkan buah pikirannya guna membuat
umat Islam kembali maju sebagaimana pada periode klasik. Para tokoh tersebut
antara lain, Muhammad bin Abdul Wahab di Arab, Muhammad Abduh, Jamaludin
al-Afghani, Muhammad Rasyid Ridha di Mesir, Sayyid Ahmad Khan, Syah Waliyullah,
dan Muhammad Iqbal di India, Sultan Mahmud II dan Musthafa Kamal di Turki, dan
masih banyak lagi yang lainnya.
TRANFORMASI PERADABAN ISLAM
KEPADA PERADABAN DUNIA.
S
|
ekian lamanya Islam melakukan
penyebaran ajarannya, hingga lebih dari 14 abad lamanya. Tentunya dari masa
perjuangan tersebut telah menorehkan banyak hasil yang dapat dirasakan oleh
dunia saat ini walaupun sudah tidak ada lagi kekuasaan Islam yang mutlak.
Karena Islam dalam ekspansinya, tidak hanya mengambil keuntungan materi dari
daerah yang dapat dikuasai, melainkan ikut membangun dan memajukan peradaban
yang ada dan tetap toleran terhadap budaya lokal yang ada.
Para tokoh Islam klasik yang telah
membangun peradaban di masa itu, dan tidak dilakukan oleh orang-orang Barat
pada masa kegelapannya, adalah dengan mempelajari dan mempertahankan peradaban
Yunani Kuno, serta mengembangkan buah pemikirannya untuk menemukan sesuatu yang
baru dari segi filsafat dan ilmu pengetahuan. Seorang pemikir orientalis barat
Gustave Lebon, dan telah diterjemahkan oleh Samsul Munir Amin, mengatakan bahwa
“(orang Arab-lah) yang menyebabkan kita mempunyai peradaban, karena mereka
adalah imam kita selama enam abad”. [8]
Hingga peradaban Islam telah memberi
kontribusi besar dalam berbagai bidang khususnya bagi dunia Barat yang saat ini
diyakini sebagai pusat peradaban dunia. Kontribusi besar tersebut antara lain:
(1). Sepanjang abad ke-12 dan sebagian
abad ke-13, karya-karya kaum Muslim dalam bidang filsafat, sains, dan
sebagainya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, khususnya dari Spanyol.
Penerjemahan ini sungguh telah memperkaya kurikulum pendidikan dunia Barat.
(2). Kaum muslimin telah memberi
sumbangan eksperimental mengenai metode dan teori sains ke dunia Barat.
(3). Sistem notasi dan desimal Arab (Arabic
number) dalam waktu yang sama telah dikenalkan ke dunia Barat yang
sebelumnya menggunakan angka Romawi yang tidak praktis. Untu menulis angka
'seribu sembilan ratus empat puluh delapan' dituliskan ilmuan Muslim
menggunakan dengan 4 digit angka, yaitu 1848. Sementara orang Barat menggunakan
angka Romawi memerlukan 11 digit huruf
seperti MDCCCXLVIII. Ilmu dan teknologi
tidak akan maju dan berkembang seperti sekarang ini apabila masih tetap menggunakan angka Romawi
yang ruwet serta sama sekali tidak praktis seperti MDCCCXLVIII (11 digit
huruf). [9]
(4). Karya-karya dalam bentuk
terjemahan, khususnya karya Ibnu Sina (Avicenna) dalam bidang kedokteran,
digunakan sebagai teks di lembaga pendidikan tinggi sampai pertengahan abad
ke-17.
(5). Para ilmuwan Muslim dengan
berbagai karyanya telah merangsang kebangkitan Eropa, memperkaya dengan
kebudayaan Yunani Kuno dan Romawi Kuno serta literatur klasik yang pada
gilirannya melahirkan Renaisance.
(6). Lembaga-lembaga pendidikan
Islam yang telah didirikan jauh sebelum Eropa bangkit dalam bentuk ratusan
madrasah adalah pendahulu universitas yang ada di Eropa.
(7). Para ilmuwan muslim berhasil
melestarikan pemikiran dan tradisi ilmiah Romawi-Persi (Greco Helenistic) sewaktu
Eropa dalam kegelapan.
(8). Sarjana-sarjana Eropa belajar
di berbagai lembaga pendidikan tinggi Islam dan mentransfer ilmu pengetahuan ke
dunia Barat.
(9). Para ilmuwan Muslim telah
menyumbangkan pengetahuan tentang rumah sakit, sanitasi, dan makanan kepada
Eropa. [10] Pada kondisi-kondisi tersebut, terutama pada abad ke-11 dan ke-12,
walaupun tradisi Islam yang diboyong ke Barat masih belum terjadi pemisahan
yang jelas antara ilmu-ilmu yang ada dan ketika itu ilmu kalam, filsafat,
tasawuf, ilmu alam, matematika, dan ilmu kedokteran masih bercampur. Akan
tetapi Islam telah mampu mendamaikan akal dengan iman dan filsafat dengan
agama. Sedangkan bangsa Barat pada masa itu masih terdapat stereotipe
yang memisahkan antara akal dan iman serta filsafat dan agama. Hal ini juga
terjadi pada ilmu pengetahuan dan ilmu alam, yang mana Islam telah berjasa
menyatukan akal dengan alam, menetapkan kemandirian akal, menetapkan keberadaan
hukum alam yang pasti, dan keserasian Tuhan dengan alam.
Hingga akhirnya filsafat skolastik
Barat mencapai puncaknya yang telah didukung oleh adanya pilar Islam dengan
dibangunnya akademi-akademi di Eropa yang diadopsi dari gaya akademi di kawasan
Timur. Hal ini merupakan evolusi dari illuminisme biara ke kegiatan pemikiran
yang dialihkan kesekolahan dan akademi. Dan kurikulum yang diajarkan adalah
filsafat lama, dan ilmu-ilmu Islam terutama Averoisme Paris. Pada saat yang
sama terjadi perubahan kecenderungan pemikiran dari kesenian dan kasusatraan ke
gramatika dan logika, dari retorika ke filsafat dan pemikiran, dan dari
paganisme kesusastraan Latin ke penyucian Tuhan sebagai pemikiran Islam.
Demikianlah sumbangan besar Islam atas
peradaban dunia Barat, yang selanjutnya jusru dijadikan sebagai pusat peradaban
dunia pada saat ini. Hal ini dikarenakan kekonsistensian dunia Barat dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologinya. Bahkan karya-karya besar para
ilmuwan Muslim tersebut hingga kini masih dapat kita temukan di
perpustakaan-perpustakaan internasional, khususnya di Amerika, yang secara
profesional dan rapi telah menyimpannya. [11] Sehingga para umat Muslim di masa
kini, yang ingin mempelajari lebih banyak tentang khasanah Islam tersebut,
harus pergi ke negara Barat agar dapat meminta kembali “permata” yang sementara
ini telah mereka pinjam.
PENUTUP
K
|
esimpulan yang dapat diambil dari
pembahasan diatas adalah sebagai berikut:
1. Penyebaran ajaran Islam dan
ekspansinya ke berbagai penjuru dunia telah berhasil membawa kemajuan pada
setiap masanya, baik dari segi keagamaan maupun non agama yang berupa ilmu pengetahuan
dan teknologi.
2. Para tokoh dan cendekiawan Islam
yang telah berhasil mempelajari ilmu-ilmu Yunani dan Sansekerta, telah
memberikan pengembangan yang signifikan pada bidangnya masing-masing, jauh
sebelum para ilmuwan Barat menemukan teori-teori tentang ilmu pengetahuan.
Dengan demikian telah memberikan bukti
bahwa Islam dan peradaban yang telah dibangunnya pada masa lalu, telah
memberikan investasi besar pada pencapaian peradaban dunia modern saat ini.
Billahit Taufiq wal-Hidayah. □ AFM
Catatan Kaki:
[1] M. Abdul Karim, Sejarah
Pemikiran dan Peradaban Islam, cet. 2 (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher,
2009), hlm. 8.
[2] Lihat blog afaisalmarzuki:
http://afaisalmarzuki.blogspot.com/2015/08/islam-di-spanyol-dan-peninggalannya.html
[3] Ibid, hlm. 36
[4] Seyyed Hossein Nasr, Islam: Agama, Sejarah, dan Peradaban,
(Surabaya : Risalah Gusti, 2003), hlm. xviii
[5] Samsul Munir Amin, Sejarah
Peradaban Islam, editor: Lihhiati, Ed.1, cet.1 (Jakarta: Amzah, 2009), hlm.
20-45.
[6] Marshal G.S Hodgson, The Venture
of Islam, Iman dan Sejarah Peradaban Dunia, (masa klasik Islam), buku ke-2,
Peradaban Kekhalifahan Agung, cet. 1, terj. Mulyadhi Kartanegara, (Jakarta:
Paramadina, 2002), hlm. 236.
[7] Samsul Munir Amin, hlm. 45.
[8] Samsul Munir Amin, hlm. 32.
[9] Rom Landau, Batu Sendi Peradaban Barat yang diletakkan
oleh Sarjana-sarjana Islam, Terjemahan H M Bachrun, PT Penerbit dan Balai Buku
Ichtiar, Jakarta.
[10] Mehdi Nakosteen, Kontribusi
Islam Atas Dunia Intelektual Barata, Deskripsi Analisis Abad Keemasan Islam, terj.
Joko S. Kahhar dan Supriyanto Abdullah, cet. 2, (Surabaya: Risalah Gusti, 2003)
hlm. 85.
[11] Abdurrahman Mas’ud, Islam dan
Peradaban (sebagai pengantar), dalam Samsul Munir Amin, hlm. x.
Daftar Pustaka
1. Amin, Samsul Munir, Sejarah
Peradaban Islam, editor: Lihhiati, Ed.1, cet.1 (Jakarta: Amzah, 2009)
2. Ansary, Abdou Filali, Pembaharuan
Islam : dari mana dan hendak ke mana? Terj. Machasin, (Bandung: Mizan,
2009)
3. Hanafi, Hassan, Oksidentalisme: Sikap Kita Terhadap Tradisi Barat, (Jakarta:
Paramadina, 2000)
4. Hodgson, Marshal G.S., The
Venture of Islam, Iman dan Sejarah Peradaban Dunia, (masa klasik Islam),
buku ke-2, Peradaban Kekhalifahan Agung, cet. 1, terj. Mulyadhi Kartanegara,
(Jakarta: Paramadina, 2002)
5. Karim, M. Abdul, Sejarah
Pemikiran dan Peradaban Islam, cet. 2 (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher,
2009)
6. Mansur, Peradaban Islam Dalam
Lintasan Sejarah, (Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2004)
7. Nakosteen, Mehdi, Kontribusi
Islam Atas Dunia Intelektual Barata, Deskripsi Analisis Abad Keemasan Islam, terj.
Joko S. Kahhar dan Supriyanto Abdullah, cet. 2, (Surabaya: Risalah Gusti, 2003)
8. Nasr, Seyyed Hossein, Islam:
Agama, Sejarah, dan Peradaban, (Surabaya: Risalah Gusti, 2003)
9. Batu Sendi Peradaban Barat yang diletakkan oleh
Sarjana-sarjana Islam, Rom Landau, Terjemahan H M Bachrun, PT Penerbit dan
Balai Buku Ichtiar, Jakarta.
10. http://afaisalmarzuki.blogspot.com/2015/08/islam-di-spanyol-dan-peninggalannya.html
11. http://afaisalmarzuki.blogspot.com/2015/10/1001-penemuan-dari-perpustakaan-rahasia.html
Sumber:
https://fahreena.wordpress.com/artikel/islam-peradaban-dunia/
http://afaisalmarzuki.blogspot.com/2015/08/islam-di-spanyol-dan-peninggalannya.html
http://afaisalmarzuki.blogspot.com/2015/10/1001-penemuan-dari-perpustakaan-rahasia.html□□□