Sunday, April 2, 2017

Sungguh Shalat Membangun Peradaban Manusia di Bumi





KATA PENGANTAR

T
ajuk diatas diambil dari draft buku Shalat Membangun Peradaban, bab 12. Ukuran buku ini  tebalnya ¾”, lebarnya 6,7” dan tingginya 8”.  Terdiri 372 halaman, diluar kata pengantar 54 halaman. Gambar berwarna 15 halaman, hitam putih 18 halaman. Terdiri dari 12 bab pembahasan.

Sebagai gambaran uraian dari tajuk “Shalat Membangun Peradaban” ini, terdiri dari duabelas bab sebagai berikut:   (1) Mukaddimah; (2) Makna Wudhu’; (3) Makna Adzan dan Iqamat; (4) Makna Shalat; (5) Adab Shalat; (6) Shalat Rasulullah - Cara Gerakan dan Bacaan Shalat yang dilakukan Rasulullah saw; (7) Adab Bathin Dalam Shalat - Memahami Makna Gerakan dari Shalat, Memahami Makna Yang Dalam dari Bacaan Shalat; Memahami surat Al-Fatihah (8) Dzikir Rasulullah; (9) Makna Gerakan Shalat Bagi Kesehatan; (10) Hikmah Shalat Lima Waktu; (11) Peradaban Islam Merebak Dunia; (12) Penutup - Sungguh Shalat Membangun Peradaban Manusia di Dunia.

Resensi draft buku ini di hidangkan kepada pembaca blog untuk memberikan gambaran dari secercah isi buku tersebut. Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua, āmīn. Selamat membaca. □ AFM




SHALAT MEMBANGUN PERADABAN
Oleh: A. Faisal Marzuki



“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang baik (ma’ruf, agent of development) dan mencegah dari yang salah (mungkar, agent of change), dan beriman kepada Allah.” [22]

“Dan sungguh, telah Kami tulis di dalam Zabur (Kitab para nabi yang terdahulu), setelah (tertulis) di dalam Adz-Dzikir (Lauh Mahfuz), bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang shaleh.” [23]



IBADAH SHALAT

S
ebelum melakukan ‘upacara ibadah’ shalat tentu mesti berwudhu’ lebih dulu dan mengetahui makna dan adabnya, bab 2. Mendengarsimak suara adzan dan iqamat serta mengetahui makna dan adabnya, bab 3. Berikutnya, mengenal makna dan adab shalat yang akan di kerjakan, bab 4 dan 5. Maka, dari prashalat ini saja, jiwa dan raga kita sudah merasakan betapa agungnya nilai-nilai pelajaran yang terkandung didalam peribadatan shalat ini. Sungguh luar biasa.

Setelah rangkaian prashalat selesai kita kerjakan dan pahami, baru kita dapat melakukan shalat. Shalat yang baik itu adalah shalat yang sesuai dengan cara dan adab yang Rasul saw  lakukan. Shalat seperti itu menenteramkan jiwa, hatinya damai dan menyehatkan tubuh, bab 6, 7, 8 dan 9.

Shalat fardhu adalah suatu kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman, [1] yaitu 5 waktu dalam sehari. Waktu-waktu tersebut bersesuai dengan sunatullah dalam bentuk tenaga alam yang dibutuhkan manusia, baik bagi kesehatan raga maupun kesehatan jiwa manusia, bab 10. Tenaga itu sangat diperlukan manusia dalam meningkatan energi produktifitas dan kreatifitas dalam bekerja. Dalam Kata Pengantar dan Bab 1 jelas sekali diterangkan bahwa ibadah shalat membawa implikasi positif bagi kehidupan manusia yang berperadaban.

Kewajiban ibadah shalat merupakan perintah-Nya. Ia tegakkan shalatnya. Dengan itu akan mendatangkan keridhaan-Nya, keberkahan-Nya, kesejahteraan hidup di bumi, melalui peradaban yang dibangunnya. Ia lakukan seperti itu karena manusia diciptakan untuk beribadah kepadaNya itu sebagai khalifah-khalifah pemakmur bumi. Yaitu melalui pekerjaan yang dilakukan bersama-sama dalam team dan pembagian tugas yang terorganisir rapih sesuai dengan bakat dan kemampuannya masing-masing. [2] Dengan cara itulah kesejahteraan rohani dan materi di dunia dapat dicapai, serta di akhirat kelak berbuah Surga pula.

Intinya, dengan ibadah shalat yang diperintahkan-Nya itu akan membentuk akhlak-mental-karakter yang diperlukan sebagai Khalifah - Pemakmur di muka Bumi. Khalifah itu dalam bahasa era millennium ke-3 ini adalah mampu membangun peradaban dengan perannya sebagai Agent of Change - Agen Perubahan. Merubah kemunkaran diganti dengan berbuat kebaikan. Agent of Development - Agen Pembangunan. Membangun kema’rufan. Kalau tidak berbuat ma’ruf dan mencegah munkar, maka dunia semesta ini akan menuju chaos, porak poranda. Tentunya sebagai  khalifah wajib melakukan tugas amar ma’ruf (agent of development) dan nahi munkar  (agent of change).  [3]

Manusia di planet biru ini kini sudah berjumlah 7,5 miliar lebih. Kalau tidak ditata dengan baik nafsu egonya dengan nilai moral, mental, akhlak dan karakter yang semestinya seperti mana yang baik mana yang tidak, mana yang haq dan mana yang bathil, mana yang membangun mana yang merusak, dunia ini benar-benar akan chaos. Bahkan kalau pencapaian egonya dengan menggunakan senjata nuklir akan menimbulkan nightmare, mimpi buruk yang menjadi kenyataan. Yaitu hancur lebur seluruh bangunan peradaban (dan manusia juga) yang sudah susah payah dibangun,  lihat Lampiran-5. Tentu ini sangat berlawanan secara diametral dengan ‘konsep langit’. Yakni menjadikan manusia sebagai Khalifah Pemakmur kehidupannya di bumi ini, artinya mesti membangun peradaban  yang diridhai-Nya.


BUAH DARI MENGERJAKAN IBADAH SHALAT

M
emang, dari mengerjakan shalat yang amat bersungguh-sungguh seperti yang dilaksanakan oleh Rasulullah saw, sangat berguna bagi pembangunan moral, mental, akhlak, karakter mushalli dalam misinya sebagai khalifah dalam visinya memakmurkan bumi. Kesadaran jiwa mushalli seperti itu, akan membawa kebaikan dan kemajuan bagi dirinya  dan masyarakat di sekelilingnya (T31I).

Dengan itu Allah swt menyebut kecintaan dan perlindungan-Nya kepada para mushalli yang mengerjakan shalat dan selesai shalat berbuat kebajikan dalam kehidupan sehari-harinya, sebagaimana hadits Qudsi Allah swt menyebutkan, artinya:

“Aku hanya menerima shalat dari orang yang bertawadhu’ kepada kebesaran-Ku; Tiada berlaku curang terhadap makhluk-Ku; Tiada berkekalan mengerjakan kejahatan; Menghabiskan hari dengan menyebut-Ku; Merahmati orang miskin, ibnu sabil dan janda; Merahmati orang yang tertimpa bencana. Orang yang demikian itu, cahayanya semisal cahaya matahari, Aku memeliharanya dengan kebesaran-Ku; Aku perintahkan malaikat-Ku menjaganya; Aku jadikan baginya cahaya dalam gelap, ketenangan dalam menghadapi ketakutan. Perumpamaan dari antara makhluk-Ku adalah sebagai Firdaus dalam surga.”  [4]
 
Dari firman Allah swt ini, kita telah mendapatkan gambaran dari ciri-ciri moral, mental, akhlak dan karakter serta pekerjaan yang dilakulan orang yang shalat.

Untuk itu perlu kita memeliharanya secara istiqamah ibadah shalat ini termasuk menjalankan nilai-nilai yang terkandung dalam shalat setelah selesai shalat, untuk diaplikasikan dalam kegiatan sehari-harinya.

Allah Pencipta Alam Semesta, lihat Lampiran-3, secara berulang-ulang memerintahkan kita mengerjakan shalat, karena shalat itu menjadikan manusia benar-benar menjadi manusiawi. Yaitu, manusia yang pandai bersyukur [5]  kepada Penciptanya Yang Maha Kasih-Sayang; Bermanfaat kepada sesama manusia termasuk alam lingkungannya; Manusia yang memelihara dan menjaga ekositimnya; [6] Manusia yang beribadat kepadanya [7] dan melakukan perbuatan baik. Dia inilah manusia Khalifah Allah yang sejati, yakni wakil Allah yang mendapat kepercayaan sebagai khalifah di bumi. [8] Dalam memakmurkan bumi dengan cara menegakkan keadilan sosial; memelihara keamanan dunia; memelihara lingkungan hidup; mensejahterakan hidup manusia; menegakkan dan memelihara kehidupan religious, karena manusia disamping sebagai makhluk biologis juga sebagai makhluk rohaniah yang memerlukan bimbingan religious. Rohaniah (ruh) ini akan kembali kepada-Nya untuk menerima balasan dari segala perbuatan dan kebebasan yang dilakukannya.


Kebebasan Manusia Sekaligus Ujiannya

Manusia di berikan kebebasan dalam hidup. Hak kebebasan ini baik atau tidaknya bergantung kepada niat, kemashlahatannya, cara melaksanakannya, dan tujuannya. Hak kebebasan ini merupakan ujian bagi penggunanya. Dalam hal ini firman Allah swt menyebutkan yang artinya:

Maha Suci Allah yang ditangan-Nya (segala) kerajaan (kekuasaan), dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Yang menciptakan mati dan hidup (manusia), untuk menguji kamu (atas kebebasan dan pekerjaanmu), siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya (pekerjaannnya). Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun. [QS Al-Mulk 67:1-2]


Syarat-Syarat Kebebasan Dan Ganjarannya

“Dan orang-orang yang memelihara amanah dan memenuhi janjinya; Dan yang memelihara shalatnya; Itulah orang-orang yang mempusakai; mereka mempusakai surga Firdaus; mereka kekal di dalamnya.” [QS Al-Mu’minūn 23:8-11]

Ayat ini menegaskan bahwa Allah swt memastikan surga bagi orang-orang yang melaksanakan shalat yang melakukan perbuatan baik seperti memelihara amanah kekuasaan memerintah yang diberikan; memenuhi janji apabila berjanji; memelihara shalatnya – yaitu hubungan dengan penciptanya melalui media ibadah shalat, yang dikerjakan dengan memenuhi adab-adabnya atau aturan-aturan seperti yang telah diuraikan, bukan yang sebaliknya yaitu shalat tapi tidak melakukan perbuatan baik. Shalat yang benar-benar bershalat akan menumbuh suburkan perbuatan baik di segala bidang kehidupan dan keadaan. Mereka nanti akan mendapati Taman Firdaus untuk selama-lamanya.

“Bacalah Kitab [9] yang diwahyukan kepada engkau; dan tetaplah mengerjakan shalat; sesungguhnya shalat itu menghalangi dari mengerjakan perbuatan fahsya dan munkar. [10] Sesungguhnya mengingati Allah itu amat besar manfaatnya; [11] dan Allah itu mengetahui apa yang kamu kerjakan. [QS Al-‘Ankabūt 29:45]

Dalam ayat itu Allah swt secara ekplisit dan tegas menyebutkan shalat, padahal Kitab al-Qur’an selalu menyebutkan kepada ketaatan dalam memenuhi perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Penekanan (double emphasis) ayat ini menunjukkan bahwa shalat itu sangat penting kedudukannya diantara segala macam ketaatan yang lain, karena shalat adalah mengingatkan atau mempunyai pesan untuk sekali-kali tidak boleh melakukan perbuatan fahsya (keji, buruk) dan mungkar (salah, pelanggaran). [12] Orang yang benar-benar melakukan shalat akan ‘mendengarkan dan taat melakukan’ (sami’na wa atha’na) pesan-Nya itu.

Sesungguhnya, Aku ini Allah, Tiada Tuhan selain Aku; Sebab itu sembahlah Aku; dan tetaplah mengerjakan shalat untuk mengingat Aku.” [13] [QS Thāhā 20:14]

Dalam ayat ini Allah swt menerangkan bahwa shalat itu adalah media untuk mengingat Allah yang bersamaan dengan itu mengingat pula akan perintah yang mesti kita kerjakan, dan larangan-Nya yang mesti kita hindari. Apa yang disukai-Nya kita kerjakan dan apa yang tidak diridhai-Nya kita tinggalkan, artinya jangan kerjakan.

Dengan tegas pula Allah swt mengingatkan kita untuk menyuruh seluruh keluarga kita mengerjakan shalat:

“Dan suruhlah olehmu akan keluargamu mengerjakan shalat dan bersabarlah kamu atasnya; Kami tiada meminta rezeki kepada engkau, melainkan Kami yang memberi engkau rezeki; Dan akibat baik adalah untuk orang yang bertaqwa (berhati-hati,  patuh, kepada Allah swt).” [QS Thāhā 20:132]

“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluarga dari api neraka” [QS  At-Tahrīm 66:6]

Juga dalam ayat itu disebutkan bersabar dalam menyuruh mengerjakan shalat, karena dalam pelaksanaannya acap kali tidak mudah mereka melakukannya, namun tetap harus diingati terus, bahkan didoakan. Janji Allah pula jika mengerjakan ibadah shalat Allah akan mempermudah mendapatkan rezeki bagi mereka yang shalat dan melakukan perbuatan baik yaitu bekerja  dengan sebaik mungkin.

Wahai orang-orang yang beriman! Carilah pertolongan dengan sabar [14] dan mengerjakan shalat  Sesungguhnya Allah bersama dengan orang yang sabar. [QS al-Baqarah 2:153]

Orang yang bershalat berarti membaikkan dirinya, membaikkan segala orang muslim sebagaimana orang yang bershalat membaca dalam doa tasyahutnya:

Assalāmu ‘alaynā wa ‘alā ‘ibādil Lāhish shā-lihīn. Artinya: Mudah-mudahan kesejahteraan (well being, wellness) itu, Allah limpahkan atas kami dan atas segala hamba-hamba-Nya yang shalih.


Pesan Rasulullah sawDalam Mendekati Ajalnya

Mengingat begitu pentingnya kedudukan shalat ini, Nabi saw mengingatkan kita walau pun diketika sakratul maut datang menjemput beliau. Dalam suatu hadits diterangkan, bahwa: “Shalatlah akhir wasiat Nabi saw kepada umatnya, serta hal yang menyangkut dengan perikemanusiaan (walau pun kepada hamba sahaya). Ummu Salamah ra berkata: Adalah di antara akhir wasiat Rasulullah saw ialah: “Tetaplah kamu memelihara shalat, dan tetaplah kamu berbuat baik kepada budak-budak sahayamu (penegakan prinsip perikemanusiaan)”. [HR Ahmad, al-Fathur Rabbani 1:208]. Dari Ali ra berkata: Adalah akhir pembicaraan Rasulullah saw: “Peliharalah shalat dan bertaqwalah kepada Allah terhadap budak sahayamu (perikemanusiaan yang berperadaban).” [HR Ahmad; Nailul Amani 1:203]

Dari pesan-pesan Rasulullah saw terakhir ini jelas bahwa: Pertama, masalah hubungan (shilat) dalam shalat dengan Allah swt harus tetap terpelihara dengan baik. Artinya tetap shalat ditegakkan beserta nilai-nilai yang terkandung didalamnya setelah selesai shalat yaitu: Shalat sebagai bagian beribadah kepada-Nya; Shalat sebagai bagian dari agent of change dari masyarakat jahiliah kepada masyarakat madani yang berperadaban; Shalat sebagai bagian dari comunity development seperti sebagaimana beliau membangun masyarakat Madinah yang plural (majemuk) [15] tetap berlaku adil dan damai berdasarkan ketentuan-ketentuan yang disepakati berdasarkan hukum yang adil bagi semua. Dan tetap menegakkan dan memelihara adab-adab dalam melakukan ibadah shalat sebagaimana yang telah beliau saw kerjakan yang tentunya mesti kita teladani pula. Tegak (establish) yang dimaksud adalah ibadah shalat tetap dikerjakan, serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya tetap dilaksanakan walaupun beliau saw telah tiada.

Kedua, nilai-nilai kemanusiaan secara keseluruhan (termasuk kepada hamba sahaya) tetap harus dilaksanakan  dan dihormati dengan baik sebagai bagian dari taqwa kepada Allah swt. Inilah arti berperadaban itu. Yaitu, perbuatan-perbuatan seperti disebutkan diatas. Karena hal ini merupakan bagian integral dari orang-orang yang dikategorikan sebagai orang-orang beriman dan melakukan amal kebajikan (āmanū wa ‘amilush shālihāti). [16]


Keteladan Nabi saw Di Madinah

Kebijakan-kebijakan Nabi saw selaku Imam di Madinah adalah mendirikan masjid tempat peribadatan shalat dan pembinaan jamaah. Masjid sebagai tempat: Sanctuary (suci, berlindung kepada-Nya, memohon kepada-Nya); Beribadat Shalat; Kegiatan-kegiatan pembinaan jamaah dan masyarakat seperti madrasah yaitu tempat belajar mengajar Qur’an dan ilmu-ilmu Islam dan umum dalam basis kelompok atau kelas. Kemudian, berkembang menjadi tempat konsultasi, perancanaan, kajian al-Qur’an dan seterusnya sampai kepada social development (pembangunan masyarakat) agar lebih maju dan tanggap berdasarkan nilai-nilai moral kedamaian, keselamatan dan sejahtera. Perubahan masyarakat kearah kebaikan dan kemajuan - berperadaban.

Michael Hart [17] meyebutkan bahwa sepanjang catatan sejarah Muhammad adalah pemimpin peringkat pertama yang sesungguhnya dan paling sukses. Dia mempengaruhi dunia, baik dalam kapasitasnya sebagai tokoh agama (religious) dan tokoh keduniaan (secular realms).

Bahkan dia membangun ’negara’ Madinah ’ala moderen’ layaknya seperti abad ini. Warga terdiri dari suku bangsa Yahudi (beragama Yahudi), Anshar (Islam, penduduk asli), Muhajirin (Islam, pendatang dari Makkah), Badui (Arab Pagan, penduduk asli) yang nomaden. Di tambah lagi semuanya terdiri dari kelompok suku-suku kabilah, namun semua tertib dan patuh kepada ketentuan Piagam Madinah.

Bunyi naskah Piagam (charter) Madinah itu sangat menarik, Lampiran-1. Ia memuat pokok-pokok pikiran yang dari sudut tinjauan modern pun mengagumkan. Dalam piagam itu lah untuk pertama kali dirumuskan ide-ide yang kini menjadi pandangan hidup moderen di dunia, seperti kebebasan beragama, hak setiap kelompok untuk mengatur hidup sesuai dengan keyakinannya, kemerdekaan hubungan ekonomi antar golongan, dan lain lain. Tetapi juga ditegaskan adanya suatu kewajiban umum, yaitu partisipasi dalam usaha pertahanan bersama menghadapi musuh dari luar. [18]  Mereka telah bercelup sebagai satu bangsa (nation).


KEADAAN DUNIA SEKARANG
PERLU MENGENAL PARADIGMA HIDUP

M
emasuki abad ke-21 dunia ditandai dengan masih adanya kekerasan, tidak ada toleransi dan saling percaya. Maka kehadiran ajaran Islam seperti yang dibawa Rasulullah saw dan dipraktekkan ketika itu telah membawa kesuksesan patut diteruskan, pelihara dan kembangkan demi kedamaian dan kesejahteraan hidup sekarang dan masa mendatang, lihat Lampiran-4 dan lampiran-6. Bagi warga muslim se tempat dan dunia sadarilah, bahwa ajaran-ajaran kemanusiaan Islam yang adil dan beradab dalam ’ibadah’ muamalah, wajib kita tegakkan sebagai khalifah-khalifah [19] (pemimpin, mandataris) di bumi dalam melanjutkan nilai-nilai kemanusiaan yang bersumber dari keteladanan Nabi Muhammad saw ketika memimpin Madinah.

Ada pun perbenturan peradaban (clash of civilizations) antara Barat dan Islam seperti dikatakan oleh Huntington dalam bukunya, bukanlah berasal dari ajaran Islam, akan  tetapi ada tidaknya kemauan orang yang siap hidup bersama dengan orang atau bangsa lain dalam perbedaan.

Sebenarnya, sumber perbenturan menurut Martha Nussbaum Ph.D., Professor of Law and Ethics University of Chicago ini adalah pertentangan antara “kehendak menguasai” dengan “kehendak untuk hidup bersama dalam kesetaraan”.

Disinilah letak kelemahan formulasikan Sameul P. Huntington dalam bukunya The Clash of Civilization and the Remaking of World Order, yaitu adanya peradaban-peradaban manusia untuk dipertentangkan (clash) satu sama lainnya. Padahal semestinya dicari hikmah untuk dapat menegakkan ta’aruf yakni saling mengenal; tafahum yakni saling memaklumi; ta’awun yakni kerja sama; itsar yakni tidak saling bertengkar, tidak saling memusuhi, tidak saling memerangi melainkan saling peduli, caring each others.

Kalau pertentangan di millennium ke-3 ini “ditegakkan”, maka ini sangat berbahaya bagi kehidupan umat manusia sedunia sekarang dan akan datang. Karena apa? Karena menggunakan senjata kuman, kimia dan nuklir! Ini, dapat mengakibatkan kiamat dunia (dooms day). Maukah kita? [20]


KESIMPULAN

Y
ang sesungguh-sungguh beribadah shalat, mempunyai kekuatan dahsyat berupa double impact yaitu mendapat kebaikan hidup di Dunia dan kebaikan hidup di Akhirat. Di Akhirat mendapat surga karena beriman dan melakukan kebajikan di Dunia. Adapun kebajikan di dunia itu adalah sebagai berikut:

1) Dari ibadah shalat ini menumbuh suburkan manusia sebagai pemakmur bumi dengan moral integritas (akhlak), [21] motivasi, visi dan misi yang diperlukan dalam membangun peradaban;

2) Memiliki sains, teknologi, organisasi,  manajerial dan kewirausahaan;

3) Memiliki Pemerintah (ulil amri) yang jujur, adil, dan amanah berdasarkan hukum;

4) Merekat suku-suku bangsa dari berbagai ragam bahasa, warna kulit, dan cara pandang hidup (ideologi, agama dan kepercayaan) dengan 3T1I (Ta’aruf; Tafahum; Ta’awun dan Itsar).

Dengan landasan empat komponen paradigma kehidupan global tersebut diatas, baru bangunan peradaban masyarakat dunia yang aman, adil, damai, dan sejahtera dengan signifikan dapat dicapai.

Oleh karena itu para sarjana Muslim kontemporer umumnya menerima pendapat bahwa dīnulLāh (agama-Nya) adalah asas peradaban, menolak dīnulLāh (agama-Nya) adalah suatu kejahiliyahan (kebiadaban).

Adapun yang di sampaikan dalam draf buku Shalat Membangun Peradaban ini kepada jamaah pelaku shalat adalah, berbuatlah sebagaimana Allah swt menggambarkanya sbb:

“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang baik (ma’ruf, agent of development) dan mencegah dari yang salah (mungkar, agent of change), dan beriman kepada Allah.” [22]

“Dan sungguh, telah Kami tulis di dalam Zabur (Kitab para nabi yang terdahulu), setelah (tertulis) di dalam Adz-Dzikir (Lauh Mahfuz), bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang shaleh.” [23]

Maksud dari hamba-hamba-Ku yang shaleh adalah orang-orang yang tidak melakukan fahsya (keji, buruk) dan tidak melakukan munkar (salah, pelanggaran), melainkan sebagai agen perubahan dari masyarakat (bangsa dan dunia) yang buruk ke yang baik, dan sebagai agen pembangunan masyarakat (bangsa dan dunia) dari jahiliyah menjadi  berperadaban. Berbuat baik kepada tetangga; Mendamaikan yang bersengketa; Membantu yang miskin dan yang kena bencana; Memberikan (menciptakan) lapangan pekerjaan; Menegakkan shalat, termasuk nilai-nilai yang terkandung di dalamnya yaitu: Pandai bersyukur, bertaqwa kepada-Nya; Menegakkan kebenaran; Menjaga persaudaraan sesama umat; Mempunyai sifat-sifat yang santun, solusi, rajin, berpandangan kedepan, berkeadilan sosial, jujur, amanah, mendahulukan kepentingan umum, serta sabar. □


PENUTUP

M
elakukan Shalat bagi seorang yang beriman adalah wajib dan bernilai ibadah. Ibadah adalah salah satu sebab (bahkan diperintahkan) kenapa manusia ini diciptakan sebagaimana firman-Nya menyebutkan: “Dan Aku tiada menciptakan Jin dan Manusia, melainkan supaya mereka beribadat kepada-Ku.” [7]

Dia Yaumil Akhir sebelum di periksa amalan-amalan yang lain, Allah memeriksa lebih dulu kewajiban pelaksaan ibadah shalat ini. Ini berarti kewajiban shalat menandakan penting untuk melakukannya, bahkan disebutkan dalam bahasa khusus yaitu “menegakkan”. Yaitu salah satunya adalah kebiasaan yang membentuk karakter yang bernilai sebagai “agent of change” - agen perubahan fahsyā  dan mungkar menjadi baik, dan “agent of development” - agen pembangunan (ma’ruf - dengan jalan membangun peradaban). [3]

Nilai atau karekter shalat ini sejalan dengan sebab atau peran manusia di bumi adalah sebagai pemakmurnya sebagaimana firman-Nya menyebutkan: “Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya (manusia sebagai penghuni bumi untuk menguasai, memakmurkan dan memelihara lingkungan hidup dan ekosistimnya). [6]

Jadi korelasi antara Shalat dan Membangun Peradaban tergambarkan sangat signifikan sekali, seperti yang telah terpaparkan diatas. Billahit Taufiq wal-Hidayah. □ AFM





Catatan kaki:
[1] QS An-Nisā’ 4:103.
[2] Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang ‘yang berperang’ (bekerja) di-jalan-Nya ‘dalam barisan yang teratur’ (dalam organisasi, manajemen), ‘mereka seakan-akan  seperti bangunan  yang tersusun kokoh’ (teamwork, dengan pembangian tugas kerja yang terencana, terorganisir, terkendali). [QS Ash-Shaff 61:4]
[3] Kamu (umat Islam) adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, (baik) dan mencegah yang mungkar (buruk), dan beriman kepada Allah. [QS Āli ‘Imrān 3:110]
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan munkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (shalat)  itu lebih besar (keutamaanya dari ibadah yang lain). [QS Al-‘Ankabūt 29:45]
[4] HR al-Bazzar dari ibnu Abbas ra; Miftahul Khathabah, hal 133, at-Targrhib 1:314.
[5] Firman Allah swt: “Sebab itu ingatlah Aku, supaya Aku ingat pula kepadamu, Dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah menjadi orang yang tidak tahu berterima kasih  kepada-Ku. [QS Al-Baqarah 2:152]
Allah ingat kepada kita, berarti memberikan bantuan dan perlindungan sepenuhnya kepada kita. Syukur artinya mempergunakan pemberian (nikmat) Tuhan menurut semestinya dan sebaik-baik-nya, serta menyatakan penghargaan dan rasa terima kasih kepada yang memberikan nikmat itu.
[6] Firman Allah swt: “Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya (manusia sebagai penghuni bumi untuk menguasai, memakmurkan dan memelihara lingkungan hidup dan ekosistimnya). [QS Hūd 11:61]
[7] Dan Aku tiada menciptakan Jin dan Manusia, melainkan supaya mereka beribadat kepada-Ku. [QS adz-Dzāriyāt 51:56]
[8] QS Al-Baqarah 2:30; QS Al-An’ām 6:165; QS Al-A’rāf 7:74
[9] Membaca berarti mengajarkan dan menyampaikan pelajaran al-Qur’an kepada masyarakat. Juga berarti membaca untuk dipelajari dan diperhatikan isinya, supaya dijadikan pedoman hidup dalam segala lapangan.
[10] Shalat yang berisikan doa, puji kepada Tuhan Yang Maha Esa memberikan kesan (gurisan, pengaruh) kesucian dan taqarrub kepada Illahi Rabbi. Karena itu manusia yang mengerjakan shalat dalam arti yang sesungguhnya, mereka terhindar dari perbuatan keji dan salah. Mereka selalu akan ingat kepada pesan Tuhannya.
[11] Dzikrullah (mengingat atau menyebut Tuhan) adalah sesuatu perkara yang amat penting bagi menjaga diri supaya tetap dalam kesucian.
[12]Firman Allah swt: ”Kemudian, Kami rendahkan ke tempat yang paling rendah; Selain dari orang-orang yang beriman dan mengerjakan perbuatan baik. Mereka akan memperoleh pahala yang tiada putus-putusnya.”  [QS At-Tin 95:5,6]
[13] Shalat itu untuk mengingat Tuhan, memuja, memuji dan memohon doa kepada-Nya. Shalat ini merupakan media yang menghubungkan antara manusia dengan Tuhannya.
[14] Sabar artinya bukan hanya mengendalikan amarah, tetapi juga berteguh hati dalam menghadapi kesukaran dalam melakukan sesuatu pekerjaan dan perjuangan. Shalat itu isinya menghadapkan hati kepada Tuhan, dan menundukkan jiwa dan raga kepada Allah semata-mata. Dengan kesabaran dan shalat itu datanglah pertolongan, berkat kekuatan spiritual doa yang begitu besar dan kuat serta yakin. Kadang kala segala macam penderitaan itu adalah cobaan dan ujian (latihan) stamina keimanan dalam kehidupan. Orang-orang yang berhati teguh (sabar), mereka dapat melalui cobaan itu dengan sebaik-baiknya, mengatasi segala kesukaran. Dengan itu imannya akan tumbuh menjadi besar dan kuat. [QS Al-Baqarah 2:155-157]
[15] Masyarakat Madinah yang majemuk yaitu bukan hanya orang-orang Islam saja melainkan ada orang-orang yang beragama lain. ‘Plural’ tapi bukan ‘Pluralisme’.
[16] “Selain dari orang-orang yang beriman dan mengerjakan perbuatan baik. Mereka akan memperoleh pahala yang tiada putus-putusnya.” [QS At-Tīn 95:6]
[17] The 100: A Ranking of the most Influential Persons in History, by Michael H. Hart,  Published by Carol Publishing Group. Lihat juga di Blog afaisalmarzuki.blogspot.com dengan judul: Rasul Muhammad saw, Tokoh Besar Peringkat Pertama Yang Mempengaruhi Dunia.
[18] Cita-cita politik kita, dalam buku Aspirasi Umat Islam Indonesia, Nurcholish Majid, LAPPENAS, Jakarta 1983. Hal. 11.
[19] Wahuwal ladzī ja’alakum khalāifal ardhi. Dan Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah (para mandataris-Nya) di bumi [QS Al-An’ām 6:165]
[20]https://afaisalmarzuki.blogspot.com/2016/02/menguji-clash-of-civilizations-samuel-p.html
[21] “Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus untuk menyempurnakan akhlak (budi pekerti) yang baik. [HR. Al-Bukhari]
[22] QS Āli-’Imrān 3:110
[23] QS al-Anbiyā’ 21:105□□□ 

Sumber:
Dari draft buku Shalat Membangun Peradaban, A. Faisal Marzui, Penerbit Perpustakaan IMAAM Center, Silver Spring, Maryland, USA. Halaman 257-272. □□□□

Blog Archive