Monday, November 30, 2015

No Terorism in Islam “Karen Armstrong”



Oleh: Mahrida Wati



PENGANTAR

R
untuhnya Menara Kembar World Trade Center (WTC) New York dan diserangnya Markas Pertahanan Pentagon, Washington, 11 September 2001, telah menggeser berbagai isu global seperti perdagangan bebas, hak asasi manusia (HAM), dan lingkungan hidup ke isu terorisme. Multplier effect dari isu terorisme tersebut menempatkan Islam sebagai tertuduh. [1]

Islam adalah agama yang berisi ajaran yang luhur yang membawa misi rahmat bagi alam semesta ini. Sehingga saya pribadi menolak jika Islam selalu saja dikaitkan dengan tindak terorisme. Meskipun, telah kita ketahui bersama bahwa pelaku pemboman di sejumlah kota di Indonesia sebagai negara penganut muslim terbesar didunia, semua pelakunya adalah Muslim. Seperti Amrozi dkk.

Dalam suatu perkuliahan yang di ampu oleh Moh. Wildan [2], ada cerita yang disampaikan tentang Afghani yang hijrah ke Perancis, dan setelah kembalinya ke Mesir, Afghani pun ditanya oleh temannya, “Apa yang kau peroleh dari sana wahai Afghani?” dan jawabnya “Sesungguhnya aku banyak menemukan Islam disana namun sedikit Muslim”. Pengetahuan ini membuka pikiran saya tentang bagaimana Islam sesungguhnya, dan siapa muslim.

Karen Armstrong, hadir lewat pemikirannya tentang Islam dengan karya-karyanya yang dibukukan. Salah satunya berjudul Sejarah Tuhan (History of God) dimana dalam buku tersebut tertulis berbagai agama yang dibahas satu persatu mengenai Tuhannya. Dalam membahas setiap episode manusia dalam memahami dan meyakini kepercayaan terhadap Tuhan, entah itu dari pihak Yahudi, Nasrani atau Islam, bahkan kaum Ateis, Karen selalu saja berusaha secara empatik untuk masuk kedalam perasaan dan jiwa para pemuja Tuhan tersebut kemudian berusaha menjelaskan dan mengelaborasi serta memberikan suatu pencerahan, dengan bahasanya sendiri, kenapa kepercayaan itu bisa timbul. Tidak salah jika setiap pembahasan mengenai Tuhan, ia selalu mengedepankan rasa dibandingkan aspek intelektualitas atau kritik. Inilah alasan saya kenapa memilih tokoh Karen Armstrong pada bahasan makalah ini.

Makalah ini hadir dengan maksud untuk memaparkan ajaran Islam yang sebenarnya tanpa ada ajaran terorisme di dalamnya. Sehingga harapan penulis agar ke depannya tidak ada lagi anggapan yang miring tentang agama suci ini, khususnya keterkaitannya dengan terorisme yang meresahkan warga dunia.

Penelitian dalam makalah ini menggunakan pendekatan Normatif-Empiris. Obyek material dari bahasan dalam makalah ini adalah agama yaitu Islam, dan formalnya atau pisau yang akan mengupas bahasan ini adalah pemikiran Karen Armstrong tentang Islam dengan keterkaitannya dengan terorisme.

Sistematika bahasan terdiri atas biografi Karen Armstrong, dan Islam menurut Karen Armstrong, lalu kesimpulan.

PEMBAHASAN

Biografi Karen Armstrong

Karen Armstrong is one of the world’s foremost scholars on religious affairs. She is the author of several bestselling books, including The Battle for God, Jerusalem, The History of God, and through the Narrow Gate, a memoir of her seven years as a nun. She lives in London.[3]

[Karen Armstrong merupakan salah satu sarjana terkemuka di dunia dalam hal yang menyangkut dengan keagamaan. Dia adalah penulis beberapa buku laris, termasuk Berjuang untuk Tuhan (The Battle for God), Yerusalem, Sejarah Tuhan, dan melalui SecuilPintu, sebuah memoar dari tujuh tahun sebagai seorang biarawati. Dia tinggal di London].

Karen Armstrong lahir pada 14 November 1944 di Wildmoor, Worcestershire, Inggris. Adalah seorang pengarang, feminis, dan penulis tentang agama-agama Yudaisme, Kristen, Islam, dan Buddhisme. Ia dilahirkan dalam sebuah keluarga Irlandia yang setelah kelahiran Karen pindah ke Bromsgrove dan kemudian ke Birmingham. [4]

Pada tahun 1962 ia disuruh masuk biara. Namun dalam biara ia merasa seperti dalam penjara. Badan dan jiwanya merasa terkungkung, kaku, harus mengikuti aturan yang monoton, dan banyak pengalaman yang menekan hidupnya. Setiap hari pekerjaannya selalu begitu saja. Selama tujuh tahun ia mengikuti tradisi yang berlaku di biara. Tujuh tahun itu pula ia merasa di “penjara”, memberikan trauma yang sangat dalam sekali, yang sulit dihilangkan hingga beberapa tahun setelah ia keluar dari biara tersebut. [5

Setelah memutuskan keluar ia kemudian masuk ke perguruan tinggi di Universitas Oxford, jurusan sastra Inggris. Ia tengah memulai kehidupan baru yang sekuler. Namun, ia merasa tak bisa bebas juga hidupnya. Ia merasa terasing di dunia luar. Banyak hal yang tidak ia ketahui. Ia menjadi manusia kuper (kurang pergaulan), dan menjadi bahan ejekan teman-temannya. Dan ia masih saja dibayang-bayangi kehidupan biaranya, yang begitu melekat akan pengalaman pedihnya. Perlakuaan-perlakuan di biara dulu masih terbayang jelas di matanya. Dengan kata lain, ia tengah mengalami trauma yang berkepanjangan dan sangat akut sampai-sampai ia menderita epilepsi serta gangguan lainnya.[6]

 Pengalaman tragisnya dialami juga setelah keluar dari biara, gara-gara penyakit yang dideritanya. Suatu ketika ia telah menjadi guru tetap di SMA khusus perempuan. Namun karena penyakit yang dideritanya ia diberhentikan oleh pihak sekolah. Inilah penderitaan klimaks yang dialaminya. Gara-gara diberhentikan dan sering kambuh traumanya, ia sering berhalusinasi, kadang-kadang ketakutan dan kadang-kadang ia panik. Ia merasa tak berguna hidupnya. Karena penyakit yang sangat akut itu ia pernah mencoba bunuh diri, berharap penderitaannya berakhir.[7]

Namun, sedikit demi sedikit ia mulai sembuh setelah sering berkonsultasi ke psikiater, dan akhirnya sang dokter bisa mendeteksi penyakitnya tersebut. Setelah sembuh walau belum seratus persen, ia mencoba kembali menggeluti dunia spiritualnya yang telah hilang. Ia lalu menulis buku keagamaan sebagai representasi pencarian dan pengalamannya. A History of God, begitu ia namakan bukunya. Dan dengan secepat kilat kehidupannya berubah. Ia telah menemukan kembali ruh hidupnya lantaran menuliskan segala pencarian serta pengalaman spiritualnya. Tulisan-tulisan yang bertemakan keagamaan terus ia tekuni, dan menjadi pembicaraan banyak kalangan. Karya-karyanya seperti Sejarah Tuhan, Berperang Demi Tuhan, Perang Suci, Islam, dan Buddha, dan yang lainnya mendapat apresiasi di sebagian negara di dunia ini. Buku-bukunya telah diterjemahkan ke berbagai bahasa yang kurang lebih berjumlah 40 bahasa di seluruh dunia. [8]

Penulis yang tinggal di London ini juga membuat acara-acara yang bertemakan keagamaan, di antaranya bersama Bill Moyers [9] dalam seri Genesis. Ia sering mendapat undangan-undangan untuk menjadi pembicara tentang keagamaan lantaran tulisannya. Dan bahkan banyak orang Barat menanyakan pada dia tentang Islam, dan sekali lagi, lantaran bukunya, yang banyak membahas tentang Islam.

Islam menurut Karen Armstrong

Penulis terkenal Inggris Karen Armstrong menyatakan, Islam tidak selayaknya diasosiasikan dengan serangan teroris yang dilakukan oleh orang-orang yang menyebut diri mereka muslim. Karena tindakan orang-orang itu justru sudah melanggar prinsip-prinsip esensial Islam. [10]

Dalam artikelnya yang dimuat harian Inggris terkemuka The Guardian, Armstrong menulis “Kita membutuhkan satu kata yang lebih pas dari sekedar kata ‘teroris Islam’. Al-Qur’an melarang peperangan yang bersifat menyerang, perang dibolehkan hanya untuk kepentingan mempertahankan diri dan nilai-nilai Islam yang benar mengajarkan perdamaian, rekonsiliasi, dan pemberian maaf. [11]

Armstrong juga mengatakan bahwa orang yang melakukan tindakan yang mengerikan, tidak memiliki agama, apakah mereka menyebutnya sebagai Muslim, Kristen, atau Yahudi yang melakukan kejahatan atas nama agama mereka. [12]

Maka, meskipun Muslim, seperti juga Kristiani atau Yahudi, seringkali gagal untuk mengedepankan idealismenya, hal itu bukan karena agamanya. “Kata Armstrong yang dengan menyatakan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan perdamaian, cinta, dan toleransi serta tidak pernah melakukan paksaan yang berkaitan dengan agama. [13]

Hukum Islam tidak membenarkan perang terhadap Negara yang memberikan kebebasan bagi warga muslimnya untuk beribadah, Islam melarang pembakaran, perusakan bangunan-bangunan dan pembunuhan terhadap warga sipil tak berdosa dalam sebuah kampanye militer. Hal ini sangat kontras jika dilihat dari kenyataan yang ada. Apa yang dilarang oleh Islam justru dilakukan oleh orang-orang yang mengatasnamakan dirinya sebagai Muslim. Armstrong pun mengungkapkan keheranannya, mengapa pemboman berdarah yang dilakukan oleh tentara Republik Irlandia (IRA) tidak membuat orang serta merta menyamakan Kristen dengan terorisme seperti mereka mengaitkan kasus serupa dengan Islam. Kita jarang, bahkan tidak pernah menyebut pemboman yang dilakukan kelompok ‘Katolik’ IRA sebagai terorisme, karena kita cukup tahu dan menyadari bahwa persoalan ini secara esensi bukan sebuah kampanye keagamaan. [14]

Armstrong, penulis buku ‘Islam, a Short History juga mengkritik stereotype kata ‘Jihad’ yang berasal dari bahasa Arab, semata-mata diartikan dengan perang suci. “Para ekstrimis dan politikus yang tidak bermoral sudah mencuri kata itu untuk tujuan-tujuan mereka sendiri, makna sebenarnya dari jihad bukan hanya ‘perang suci’ tapi ‘perjuangan’ atau ‘ikhtiar’. Umat Islam diperintahkan untuk berjuang sekuat tenaga di berbagai aspek-sosial, ekonomi, intelektualitas, etika, dan spiritual untuk melaksanakan perintah Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. [15]

Armstrong mengatakan, jihad merupakan nilai-nilai spiritual yang baik yang bagi kebanyakan umat Islam tidak ada kaitannya dengan kekerasan. Ia menilai sejumlah orang sudah melakukan kesalahan dengan lebih suka menyebut teroris dengan istilah ‘para pelaku jihad’. Ia menekankan kembali bahwa teroris sama sekali tidak mewakili Islam yang sebenarnya.[16]

KESIMPULAN

Agama yang berisikan dogma (axiomatic) yang harus ditaati dari apa yang diperintahkan di dalamnya, dan menjauhi dari apa yang dilarang adalah kebaikan untuk semua umat manusia dari agama apapun. Baik, Yahudi, Nasrani, Kristen, Islam, dan sebagainya. Adapun tindakan-tindakan keji yang bersifat mengganggu, menyakiti, dan merugikan umat lain itu bukanlah ajaran yang patut untuk dilakukan dari sebuah agama. Maka, jelaslah tindakan berupa terorisme yang kerap kali melanda dunia adalah tindakan non agamis.  Tidak ada agama yang menyeru umatnya untuk saling mencelakakan antara satu dengan yang lainnya. Sehingga sangat salah diri seseorang tersebut yang melakukan tindakan tercela itu dengan mengatasnamakan agama. □



Daftar Pustaka

Maulani, Z.A. Islam dan Terorisme, Dari Minyak Hingga Hegemoni Amerika, Yogyakarta: UCY Press Yogyakarta, 2005

Armstrong, Karen, Islam: A Short History, New York: A Modern Library Chronicles Book New York, 2002

Dawami, M. Iqbal, Menulis dengan ‘Kelopak Mata’,  Jakarta: Evolitera Jakarta, 2010





Catatan Kaki:
[1] Maulani, Z.A. Islam dan Terorisme, Dari Minyak Hingga Hegemoni Amerika, UCY Press, , Yogyakarta, 2005, 7
[2] Staff  pengajar  Sejarah Peradaban Islam dan Barat, di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
[3] Armstrong, Karen, Islam: A Short History, A Modern Library Chronicles Book (New York, 2002), 271
[4] http://id.wikipedia.org/wiki/Karen_Armstrong, dikutip pada 11.13, 9 Desember 2011
[5] Dawami, M. Iqbal, Menulis dengan ‘Kelopak Mata’, Evolitera ( Jakarta, 2010) , 5
[6] Ibid, 6.
[7] Ibid, 7
[8] Ibid, 7
[9] Bill Moyers (born June 5, 1934) is an American journalist and public comentator. He served as White House Press Secretary in The United States President Lyndon B. Johnson Administration from 1965 to 1967. He worked as a news commentator on television for ten years. Moyers has had an extensive involvement with public television, producing documentaries and news journal programs. He has won numerous awards and honorary degrees. He has become well known as a trenchant critic of the U.S. media. Since 1990, Moyers has been President of the Schuman Center for Media and Democracy. He lives in New York City, United States.
[10] http://bangyanyanberkarya.multiply.com/reviews/item/52, dikutip pada 15.02, 09 Desember 2011.
[11] ibid
[12] ibid
[13] ibid
[14] ibid
[15] ibid
[16] ibid

Sumber:
https://itsmemahrida.wordpress.com/2013/04/23/islam-dalam-pemikiran-karen-armstrong/□□□

Al-Zahrawi Bapak Ahli Bedah



 AL-ZAHRAWI BAPAK AHLI BEDAH


A
bū al-Qāsim Khalaf ibn al-‘Abbās az-Zahrāwī (936–1013), (أبو القاسم خلف بن العباس الزهراوي), dikenal dengan nama Al-Zahrawi (الزهراوي). Dalam bahasa Latin dikenal dengan nama Abulcasis - sesuai dengan lidah Eropa, terambil dari nama awalnya, Abū al-Qāsim. Ia adalah seorang dokter Arab Muslim dan ahli bedah, tinggal di Spanyol Al-Andalus. Dia adalah seorang dokter, dan ahli bedah terbesar yang telah muncul dari Dunia Islam di abad pertengahan. Dia digambarkan sebagai “Bapak Ahli Bedah”.


Disamping itu kontribusinya yang terbesar juga dalam bentuk obat-obatan, ditulis dalam Kitab al - Tasrif, dalam tiga puluh  jilid buku - ensiklopedia yang membahas praktek-praktek medis. Dia lah sebagai pionir dalam sumbangannya dalam bidang prosedur bedah termasuk menciptakan instrumennya. Penemuan instrumen alat-alat operasi ini memiliki dampak yang sangat besar di Dunia Timur dan Barat sampai abad modern, di mana beberapa peralatan penemuannya masih dipakai dalam dunia kedokteran sampai hari ini.

Al-Zahrāwī adalah dokter pertama yang menjelaskan kehamilan ektopik (komplikasi kehamilan di mana embrio menempel di luar rahim), dan dokter pertama untuk mengidentifikasi sifat penyakit turun-temurun dari penyakit jenis hemofilia (penyakit darah).


Riwayat Hidupnya

A
l-Zahrawi lahir di kota El-Zahra, 9 km di sebelah barat laut dari Córdoba, Andalusia. Penisbatan nama Al-Anshari adalah menunjukkan asal nenek moyang keturunannya dari suku Madinah, Al-Ansar. Ia hidup sebagian besarnya berada di Córdoba dimana dia belajar, mengajar dan berpraktek  kedokteran dan sebagai ahli bedah sampai menjelang sebelum kematiannya pada sekitar 1013, dua tahun setelah perampasan El-Zahra oleh Castilian.

Beberapa rincian mengenai hidupnya, selain dari karyanya diterbitkan, ketika berkecamuk perang antara Castillian dan Andalusia (Spanyol al-Andalus, diperintah oleh bangsa yang berasal dari bangsa Moor, Maroko) yang menyebabkan rusaknya wilayah kota El-Zahra. Nama Al-Zahrawi pertama kali muncul dalam tulisan-tulisan Abu Muhammad bin Hazm (993 - 1064), yang terdaftar di antara dokter terbesar dari bangsa Moor Spanyol. Namun biografi pertama al-Zahrawi yang lebih rinci bersumber dari al-Humaydi dalam bukunya Jadhwat al-Muqtabis (bab Sarjana-sarjana Andalusia), ditulis enam dekade setelah kematian al - Zahrawi. Disebutkan dalam buku itu al-Zahrawi juga adalah seorang ahli kimia kontemporer Andalusia seperti halnya Ibn al-Wafid, Maslamah bin Ahmad al- Ajriti dan Artephius .


Karya dan Pekerjaannya

A
l-Zahrawi adalah seorang dokter pengadilan untuk khalifah Andalusia Al-Hakam II. Dia mengabdikan seluruh hidup dan kejeniusannya untuk kemajuan kedokteran pada umumnya, dan operasi bedah pada khususnya. Karya terbaik nya adalah Kitab al-Tasrif, seperti akan dibahas di bawah.

Al-Zahrawi khusus dalam menyembuhkan penyakit dengan metoda pembakaran  untuk membunuh kuman-kuman (cauterization). Ia menemukan beberapa perangkat alat yang digunakan dalam bedah operasi, seperti pemeriksaan bagian dalam kandung kemih (urethra), menggunakan aplikasi alat untuk mengeluarkan benda asing dari tenggorokan, pemeriksaan telinga, dll. Dia juga termasuk menjadi orang pertama dalam memaparkan penyakit kehamilan ektopik (diluar kandungan) pada tahun 963, ketika itu merupakan jenis penyakit berbahaya sekali yang dapat menyebabkan kematian.

Al-Zahrawi adalah orang pertama yang menjelaskan tentang berbagai kegunaaan macam-macam alat berupa tabung (cannulae) yang dapat disisipkan kedalam bagian tubuh yang sakit sebagai alat penyalur dan pengeluar cairan. Dia juga orang yang pertama untuk mengobati kutilan (wart) dengan tabung besi dan logam kaustik sebagai instrumen untuk membunuh penyakit tersebut. Selanjutnya, dia juga orang yang pertama menciptakan instrumen atau alat yang dipergunakan untuk menarik dengan kaitan dimana ujung berbentuk ganda yang digunakan dalam operasi.


Kitab al-Tasrif

R
isalah al-Zahrawi tiga puluh jilid buku medis dalam Kitab al-Tasrif, selesai pada ditulis pada tahun 1000. Daftar isinya meliputi berbagai topik medis, termasuk kedokteran gigi dan persalinan dan kebidanan. Didalam buku tersebut terdapat data-data yang dikumpulkan selama karirnya yang membentang hampir 50 tahun pelatihan, pengajaran dan praktek. Di dalamnya ia juga menulis tentang pentingnya hubungan positif antara dokter-pasien. Dan menuliskan pula bagaimana pengabdian murid-muridnya dalam praktek dan pengembangan ilmu yang diajarkannya, yang ia sebut sebagai "anak-anak saya" yang setia - penuh dedikasi. Dia juga menekankan pentingnya merawat pasien terlepas dari status sosial mereka. Dia mendorong pengamatan melalui pendekatan perkasus individu untuk membuat diagnosis yang paling akurat dan pengobatan yang terbaik.

Buku al-Tasrif kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard dari Cremona pada abad ke-12, lengkap dengan gambar ilustrasinya. Boleh jadi selama 500 tahun pada Abad Pertengahan, buku al-Tasrif ini sebagai sumber utama pengetahuan medis, dan pegangan bagi para dokter dan ahli bedah Eropa.

Tidak selalu dipahami benar, bahwa Al-Zahrawi dalam bukunya al-Tasrif telah menjelaskan dengan baik apa yang kemudian dikenal sebagai "metode Kocher" untuk mengobati dislokasi bahu, dan "posisi Walcher" dalam melahirkan atau persalinan (ilmu kebidanan). Buku al-Tasrif menjelaskan bagaimana cara pengikatan pembuluh darah hampir 600 tahun sebelum Ambroise Paré (1510-1590), ahli bedah Perancis melakukannya. Dan buku pertama yang mencatat dan mendokumentasikan beberapa perangkat gigi dan menjelaskan sifat turun-temurun dari penyakit hemofilia. Ia juga yang pertama untuk menggambarkan prosedur bedah dengan cara mengikat arteri temporalis untuk migrain - agar tidak terasa sakit selama operasi. Juga, hampir 600 tahun sebelum Ambroise Paré (1510-1590), ahli bedah Perancis mencatat bahwa ia telah mengikat arteri temporalis sendiri untuk sakit kepala yang sesuai dengan deskripsi saat migrain datang. Karena jasa Al-Zahrawi penemu pertama dalam melakukan dan menggambarkan cara-cara dan prosedur operasi migrain, dimana kemudiannya, dapat dimenikmati pada abad ke-21 ini, yang dipelopori oleh Elliot Shevel seorang ahli bedah Afrika Selatan.


Al-Zahrawi juga menjelaskan dalam bukunya perihal penggunaan alat semacam tang-gunting dalam kebidanan persalinan. Dia telah memperkenalkan lebih dari 200 alat bedah. Banyak dari instrumen penemuan al-Zahrawi ini belum pernah digunakan oleh ahli bedah sebelumnya.

Dia menggunakan benang ‘catgut’. Cutgut berbentuk benang jahitan dari bahan alam - enzyme, sifatnya lentur dan kuat. Dapat diterima tubuh, sebagai benang yang dijahitkan kebagian tubuh yang terbelah saat dioperasi. Kemudian yang terbelah itu dipersatukan kembali dengan menjahitnya menggunakan benang cutgut ini. Hingga kini masih dipraktekkan di era bedah modern. Benang catgut tampaknya menjadi satu-satunya zat alami yang mampu melarut dan diterima oleh tubuh. Al-Zahrawi juga menemukan peralatan tang-gunting untuk mengekstraksi janin yang telah mati, seperti yang digambarkan dalam buku al-Tasrif.


Liber Servitoris

L
iber Servitoris merupakan bagian dari bukunya Kitab At-Tasrif yang bahasa Latinnya disebut Liber Servitoris. Didalamnya membahas tentang obat-obatan. Jadi ia tidak hanya seorang dokter dan ahli bedah dan penemu alat-alat operasi saja, namun juga menulis tentang obat-obatan. Dalam farmasi dan farmakologi, Al-Zahrawi memelopori pembuatan obat-obatan melalui proses sublimasi dan distilasi. Al-Zahrawi dalam Liber Servitoris menjadikan sebuah buku untuk kepentingan tertentu, yakni menyajikan kepada para pembacanya tentang resep obat dan menjelaskan bagaimana mempersiapkan "secara mudah" dari campuran bahan-bahan obat yang digunakan untuk penyembuhan suatu penyakit.


Warisan Peninggalan Ilmunya 

P
endapat Al-Zahrawi  dalam bukunya adalah "yang paling sering dikutip oleh para otoritas ahli bedah dari Abad Pertengahan". Donald Campbell, seorang sejarawan kedokteran Arab, menjelaskan pengaruh Al - Zahrawi di Eropa sebagai berikut:

Pengaruh Tokoh Utama Albucasis (al-Zahrawi) dalam sistem medis Eropa adalah dari kejernihan dan metode presentasinya yang sungguh baik, jelas dan mudah dimengerti, dan berhasil bagi penyembuhan para pasien. Dengan itu metode dan peralatannya dapat bertahan selama limaratus tahun. Penggunaannya sangat dominan dalam dunia medis Eropa. Eropa terbangunkan dari buku peninggalan karya Albucasis. Karyanya di Eropa Kristen dimulai dari adanya purbasangka negatif dari orang-orang Galen yang menghalangi para pendukung buku-buku literatur Arab di kalangan para sarjana Barat. Al-Zahrawi, bagaimanapun, telah membantu meningkatkan kegunaan dari ilmu bedahnya di Eropa.

Dalam bukunya tentang patah tulang dan keseleo, orang-orang Galen menyatakan bahwa, "Ini bagian dari ilmu bedah operasi yang telah jatuh ke tangan buah pikiran orang bodoh dan digarap secara dungu. Alasan orang-orang Galen berkata seperti itu, merupakan penghinaan atas ketidak senangannya kepada Albucasis. Meskipun demikian, ilmu bedah dari Albucasis dengan mantap telah di adopsi Eropa setelah datang Guy de Chauliac (wafat 1368) sebagai ahli bedah Eropah, menggunakan metode dan peralatan temuan Albucasis, demikian sebutan orang Eropa Barat menyebut nama Al-Zahrawi.

Pada abad ke-14, ahli bedah Perancis Guy de Chauliac mengutip al-Tasrif lebih dari 200 kali. Pietro Argallata (wafat 1453) menjelaskan bahwa Al-Zahrawi adalah sosok ilmuan kedokteran  yang “tanpa dapat diragukan lagi sebagai kepala dari semua ahli bedah. Pengaruh al-Zahrawi berlanjut selama setidaknya lima abad, berkembang sampai ke era Renaissance, predikatnya itu dapat dibuktikan dengan seringnya buku al-Tasrif dijadikan sumber referensi ahli bedah Prancis Jacques Delechamps (1513-1588).

Sebuah jalan di Córdoba di mana Al-Zahwari tinggal, nama jalan itu kini dinamai “Calle Albucacis” Albucacis sebutan lidah dan tulisan Latin yang berasal dari namanya Al-Zahrawi. Nama jalan yang diberikan itu sebagai penghormatan kepada Al-Zahrawi yang telah berjasa bagi kepentingan kesehatan manusia. Di jalan Calle Albucacis ini ia tinggal di rumah nomor 6. Sampai kini jalan dan tempat tinggalnya itu diabadikan oleh Dewan Pariwisata Spanyol dengan sebuah plakat perunggu (diberikan pada bulan Januari 1977) yang berbunyi: Ini adalah rumah tempat Al-Zahrawi ketika masih hidup”.

Demikianlah sumbangan seorang Muslim asal Arab dari keturunan Ansar, Madinah. Ia lahir dan bertempat tinggal di Spanyol Al-Andalus. Jasanya bagi kesehatan manusia sampai kini dapat dirasakan. Yaitu peralatan operasi dan metode penjahitan gutcut-nya, masih di gunakan dalam dunia kedokteran saat ini yang telah berumur 1000 tahun. □ AFM


Saksikan pula:  Video Sejarah Islam di Eropa, di menit 11:30 video kedokteran dan Al-Zahrawi.



Sumber:

●https://en.wikipedia.org/wiki/Al-Zahrawi
●http://muslimheritage.com/article/pioneer-physicians
●http://www.mcc-hs.org/Articles/Abu%20Qasim%20Al-Zahrawi.pdf □□

Blog Archive