Oleh:
Shamsi Ali [1]
Sayangnya
sikap keadilan universal dan kejujuran seperti ini hilang dari dunia kita.
Ketika terjadi serangan kekerasan terhadap rakyat sipil di Barat, atau negara
non Muslim, maka semua menyuarakan oposisi dan kutukan. Tapi ketika kekerasan,
pembunuhan dan pembantaian bahkan menjadi pemandangan harian di negara-negara
mayoritas Muslim, termasuk di Irak, Suriah, Afghanistan, dan tentu Palestina
khususnya di Gaza, semua seolah menutup mata dan berpura-pura seolah semua
baik-baik saja.
J
|
umat, 13 Nopember lalu dunia
kembali dikejutkan oleh sebuah peristiwa yang tidak diharapkan (undesirable event). Serangan teroris di
kota Paris, ibu kota negara Perancis, yang menewaskan lebih dari seratusan
warga sipil. Merespon peristiwa itu serentak di seluruh dunia, dari anak
jalanan, warga biasa, pimpinan agama hingga kepala negara angkat suara. Ibarat
sebuah paduan suara sepakat menyuarakan “kutukan” atas peristiwa itu. Tentu
tidak ketinggalan media massa sebagai “spirit
lifter” (pembakar semangat) yang cenderung mengambil kesimpulan sebelum ada
fakta hitam di atas putih.
Sebagai seorang Muslim yang
hidup di jantung dunia (New York City), kota yang pernah mengalami peristiwa
sama bahkan lebih parah lagi di tahun 2001, saya tidak ketinggalan mengangkat
suara dan mengutuk peristiwa itu. Bagi saya, kekerasan dan pembunuhan kepada
rakyat sipil, khususnya anak-anak dan wanita, adalah pembunuhan kepada semua
manusia. [2]
Dan pelakunya adalah penjahat, siapapun dan apapun afiliasinya, harus
dikutuk dan ditempatkan sebagai musuh bersama.
Keyakinan saya di atas adalah
keyakinan universal Islam. Kebenaran dan keadilan ketika sudah bersentuhan
dengan kemanusiaan kita maka akan melewati semua batasan kemanusiaan kita.
Tidak ada kebenaran atau keadilan Muslim vs Kristen misalnya. Secara sosial
kebenaran adalah kebenaran dan keadilan adalah keadilan. Walaupun secara
teologis kita meyakini adanya “keyakinan individu” dan bersifat absolut. Tapi
sekali lagi, kebenaran dan keadilan pada tataran sosial kemanusiaan kita
melampaui semua batas, termasuk batas keagamaan.
Korban
murakkab
Sesungguhnya kekerasan atau
pembunuhan yang dilakukan terhadap siapa yang dipersepsikan sebagai “musuh
Islam” di Barat, tanpa disengaja atau tanpa diketahui ternyata menjadikan
komunitas Muslim menjadi korban berlipat ganda (murakkab). Terlebih lagi komunitas Muslim yang kebetulan hidup di
tengah-tengah masyarakat mayoritas non Muslim.
Hal itu dikarenakan di satu
sisi masyarakat Muslim di dunia barat adalah bagian integral dari masyarakat
barat itu sendiri. Segala hiruk pikuk yang terjadi, manis pahitnya, hitam
pithnya, asam tawarnya, mereka juga menjadi bagian dari setiap dinamika itu.
Ketika ada serangan teroris terhadap sebuah kota maka komunitas Muslim menjadi
bagian dari korban, langsung atau tidak.
Ambillah contoh 9-11 2001.
Menurut estimasi kantor pemerintahan kota New York tidak sedikit juga
orang-orang Islam yang menjadi korban dalam serangan itu. Termasuk di dalamya
anggota kepolisian kota New York dari kalangan Muslim. Saya sendiri mengenal
beberapa orang di antara mereka.
Tapi lebih dari itu konsekwensi
sebuah peristiwa seperti tragedi Paris ini, baik secara ekonomi, sosial dan
politik, dan juga konsekwensi retaliasi militer, menjadikan komunitas Muslimlah
yang akan menanggung korban yang jauh lebih dahsyat. Serangan balik Perancis
atas apa yang disebut ISIS di Suriah saat ini sudah pasti membawa akibat jahat
yang lebih lebih besar kepada rakyat sipil, khususnya mereka yang dhuafa (anak-anak dan wanita).
Tapi bagi umat Islam yang paham
akan peta pertarungan dunia saat ini, kejahatan terbesar kepadanya adalah bukan
sekedar kematian atau keterpurukan ekonomi, dan seterusnya. Justeru kejahatan
terbesar terhadap umat ini setiap kali ada kekerasan seperti tragedi Paris
adalah “Islam victimization”. Yaitu
adanya upaya yang jelas, khususnya dari media dan politisi-politisi serta
kelompok-kelompok tertentu yang punya kepentingan untuk secara sistimatis, dan
kadang juga secara sistemis, melakukan langkah-langkah “memburukkan Islam” di
mata publik Barat.
Kenyataan ini menjadikan orang
seperti saya, yang insya Allah dengan izin-Nya, berjuang siang dan malam, dengan
segala daya yang memungkinkan, untuk memperbaiki wajah Islam yang telah
sedemikian lama disalah pahami di dunia Barat. Tapi dengan kejadian semacam itu
bangunan persepsi yang telah diupayakan bertahun-tahun itu kembali diruntukan
dalam beberapa menit. Sungguh menyedihkan!
Kemunafikan
dunia
Hal yang lain yang menyedihkan
adalah kenyataan bahwa dunia sudah sedemikian munafik sehingga fakta-fakta yang
ada di hadapan matanya disikapi secara berbeda. Saya mengatakan di awal tulisan
ini bahwa kebenaran dan keadilan pada tataran sosial kemanusiaan, bukan tataran
teologis, bersifat universal. Tidak mengenal batas-batas apapun, termasuk
agama.
Oleh karenanya prinsip saya dalam
menyikapi tragedi kemanusiaan, di manapun, siapapun pelaku dan korbannya,
adalah sama. Ketika ada orang Kristen yang dilanggar haknya oleh seorang
Muslim, maka saya menempatkan diri sebagai pembela sang Kristen itu melawan
seorang Muslim. Dan bagi saya ini adalah bagian dari iman saya yang diajarkan
oleh Rasulullah saw ketika bersabda; “Barangsiapa
yang menyakiti dzimmi (minoritas non
Muslim) maka saya adalah musuhnya di hari kiamat”.
Untuk itu kepada
saudara-saudara seiman saya, kiranya jangan selalu membandingkan kejahatan
dengan kejahatan. Terkadang kita dengar, mereka diserang karena mereka menyerang.
Mereka membunuh karena mareka dibunuh. Seorang kejahatan bisa jadi justifikasi
terjadap kejahatan yang lain. Masanya untuk kita “move on” dan berada di atas “higher moral ground” dalam menyikapi
berbagai peristiwa yang tidak diinginkan (undesirable
tragic events).
Sayangnya sikap keadilan
universal dan kejujuran seperti ini hilang dari dunia kita. Ketika terjadi
serangan kekerasan terhadap rakyat sipil di Barat, atau negara non Muslim, maka
semua menyuarakan oposisi dan kutukan. Tapi ketika kekerasan, pembunuhan dan
pembantaian bahkan menjadi pemandangan harian di negara-negara mayoritas
Muslim, termasuk di Irak, Suriah, Afghanistan, dan tentu Palestina khususnya di
Gaza, semua seolah menutup mata dan berpura-pura seolah semua baik-baik saja. [3]
Sikap ini diperlihatkan secara
umum, baik masyarakat luas termasuk orang-orang Islam sendiri dan pemimpinnya,
maupun mereka yang non Muslim dan pemimpin mereka, termasuk media massa.
Mungkin saya ingin memberikan julukan, terjadi kemunafikan murakkab (rangkap) dalam
menyikapi peristiwa kekerasan dan pembunuhan rakyat sipil di dunia ini.
Oleh karenanya untuk
menyelesaikan atau minimal mempersempit ruang pertumbuhan tendensi
kekerasan-kekerasan dan kebuasan dunia kita diperlukan perubahan sikap dunia.
Selama dunia memilih kemunafikan di atas kejujuran selama itu pula semua upaya
menghentikan peristiwa seperti tragedi Paris akan selamanya dilihat sebagai
permainan sandiwara semata. [17 Nopember 2015]
Ikuti
pula uraian Antropologi
Pemikiran Kaum Teroris 1 dan Memahami
Terorisme serta MasaDepan Hidup Manusia. []
Catatan Kaki:
[1] Imam Shamsi Ali is a
renowned Muslim Scholar and a well known Imam in New York City, USA. He was an
Imam of the city’s largest mosque located in 96th street and 3rd AV Manhattan.
He is Chairman of the Al-Hikmah Mosque in Astoria and the Director of Jamaica
Muslim Center in Queens.
[2] Larangan membunuh tanpa hak
dan perintah menjaga jiwa manusia, sebagaimana firman-Nya:
“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya. Barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan seua manusia. dan Sesungguhnya Rasul Kami telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi kemudian banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas (dalam berbuat kerusakan) di bumi. [QS Al-Māidah 5:3]
[3] Keadilan universal Islam, sebagaimana firman-Nya:
Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu berlaku tidak adil. Berlaku adillah. karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah keoada Allah, sungguh, Allah Mahateliti apa yang kami kerjakan. [QS Al-Māidah 5:8]
[1] dan [2] serta [3] tambahan dari admin blog.□□□