Thursday, November 5, 2015

Al-Khwarizmi Bapak Aljabar 1




Dunia mungkin belum tahu betapa berharganya warisan ilmu-ilmu pengetahuan yang ditemukan oleh Kaum Muslimin. Bahkan agaknya banyak yang tak menyangka bahwa prinsip-prinsip pengetahuan modern itu ditemukan lewat kecemerlangan pemikiran Ilmuwan Muslim. Untuk masa itu, ilmu mereka dapat dikatakan telah melampaui batas zamannya. Berikut adalah kontribusi ilmuwan dan penemu Muslim bagi dunia, “Al-Khwarizmi, Bapak Aljabar”.


Kata Pengantar

Seandainya sekarang orang tetap menggunakan angka Eropa (angka Romawi), dapatkah kita bayangkan hitungan matematika akan berkembang seperti sekarang? Atau dapatkah gadget (smart phone) yang ada genggam sekarang ada? Bahkan, computer desktop di rumah atau di kantor ada? Juga, yang anda selalu menenteng (terutama mahasiswa) laptop?

Mari kita lihat aplikasi dari angka Romawi yang sebelum Al-Khwarizmi datang. Ketika itu Eropa (Barat) menggunakan angka hurup I (1) , II (2) , III (3) , IV (4), V (5) , X (10), L (50), C (100), D (500), M (1000). Tidak ada angko nol. Untuk menuliskan ”1848” diperlukan 4 digit angka, sedangkan dengan menggunakan (angka huruf) Romawi memerlukan 11 digit huruf. Seperti dituliskan menjadi. MDCCCXLVIII. Dimana M=1000; DCCC=800; XL=40; VIII=8. Untuk abad moderen serta abad informasi dan teknologi  saat ini apakah mungkin peradaban teknologi manusia dapat berkembang?

Buku Al-Jabar Al-Khwarizmi diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa Lain (kemudiannya di terjemahkan ke bahasa Inggris dan dilanjutkan lagi ke bahasa-bahasa Dunia lainnya) di Eropa mulai tahun 1000. Aljabar disebut juga dengan nama algoritmi terambli dari namanya. Tanpa karyanya dalam mengembangkan hitungan aljabar aplikasi moderen matematik seperti teknik engineering yang melahirkan perangkat komputer, alat navigasi, satelit navigasi, pengiriman manusia ke Bulan, mengirim Robot Curiosity ke Mars, tidak mungkin ada. Karya-karya al-Khwarizmi ini digunakan sebagai buku pelajaran matematik di Eropa selama ratusan tahun setelah kematiannya.


Pendahuluan

S
eringkali Islam diberikan gambaran sebagai agama yang mundur dan memundurkan. Islam juga dikatakan tidak menggalakkan umatnya menuntut dan menguasai pelbagai lapangan ilmu. Kenyataan dan gambaran yang diberikan itu bukan saja tidak benar tetapi bertentangan dengan hakikat sejarah yang sebenarnya. Sejarah telah membuktikan betapa dunia Islam telah melahirkan banyak  sarjana dan ilmuwan yang sangat hebat dan handal dalam bidang falsafah, sains, politik, kesusasteraan, kemasyarakatan, agama, pengobatan, dan sebagainya. Salah satu ciri yang dapat diperhatikan pada para tokoh ilmuwan Islam ialah mereka tidak sekedar dapat menguasai ilmu tersebut pada usia yang muda, tetapi dalam masa yang singkat dapat menguasai beberapa bidang ilmu secara bersamaan. Salah satunya adalah Al-Khwarizmi.

Nama lengkapnya adalah Mu
ammad bin Mūsā al-Khwārizmī (محمد بن موسى الخوارزمي). Ia adalah seorang ahli matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal dari Persia. Lahir sekitar tahun 780 di Khwārizm (sekarang Khiva, Uzbekistan) dan wafat sekitar tahun 850 di Baghdad. Hampir sepanjang hidupnya, ia bekerja sebagai dosen di Sekolah Kehormatan di Baghdad. Ketika itu Baghdad sebagai kota Intelektual Islam dan Pusat Ilmu Dunia. Abad-abad itu adalah abad pertengahan (the medieval ages). Bagi peradaban Islam disebut sebagai ‘abad keemasan’ (the golden ages)-nya, dalam waktu yang bersamaan di Eropa (Barat) masih merupakan ‘abad gelap’ (the dark ages). Baca juga blog kami dalam tema Islam di Spanyol dan Peninggalannya.

Buku pertama al-Khawārizmī bernama ‘al-Jabar’, atau dalam bahasa Inggris disebut ‘algebra’, sementara di sebagaian kawasan Asia Tenggara disebut ‘aljabar’.  Buku ini membahas solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat. Sehingga ia disebut sebagai ‘Bapak Aljabar’. Translasi bahasa Latin dari Aritmatika beliau, yang memperkenalkan angka India, kemudian diperkenalkan sebagai ‘Sistem Penomoran Posisi Desimal’ di dunia Barat pada abad ke-12, yaitu dari angka huruf (angka Romawi) diganti dengan angka ‘Arabic Number’ yaitu angka seperti 1,2,3 sampai 9 dan 0. Ia juga merevisi dan menyesuaikan Geografi Ptolemeus sebaik mengerjakan tulisan-tulisan tentang astronomi dan astrologi.

Kontribusi beliau tak hanya berdampak besar pada matematika, tapi juga dalam kebahasaan. Kata ‘Aljabar’ berasal dari kata ‘al-Jabr’, satu dari dua operasi dalam matematika untuk menyelesaikan notasi kuadrat, yang tercantum dalam buku beliau. Kata ‘algorisme’ dan ‘algoritma’ diambil dari kata ‘Algorismi’ yang merupakan Latinisasi dari nama beliau. Nama beliau juga di serap dalam bahasa Spanyol dengan sebutan ‘Guarismo’. Dan dalam bahasa Portugis disebut ‘Algarismo’, yang berarti digit.


Biografi Al-Khwarizmi

Nama lengkap al-Khawarizmi adalah Muammad ibn Mūsā al-Khwārizmī (محمد بن موسى الخوارزمی), juga dikenal dengna nama Abu Ja’far. Ia hidup pada masa khalifah al-Ma’mun yang mengetahui kepandaian ilmuwan ini. Oleh karena itu, khalifah segera belajar kepadanya. Sebagai imbalan atas ilmu yang telah diberikan oleh al-Khawarizmi, khalifah memberikan fasilitas memadai dan pengamanan yang ketat.

Tidak diketahui secara pasti tanggal kelahiran al-Khawarizmi. Meskipun demikian, ada riwayat yang mengatakan bahwa ia lahir tahun 780 M dan meninggal tahun 850 M. Tetapi data ini masih tidak begitu jelas dan kuat, karena tidak sesuai dengan data-data sejarah yang lebih akurat, yang menyebutkan bahwa al-Khawarizmi masih hidup hingga masa Khalifah al-Watsiq Billah yang meninggal pada tahun 847 M.

Al-Khawarizmi berasal dari daerah Khwarizm lam yang sekarang berada di kota Keyfa atau Kheywa di Republik Uzbekistan, bekas jajahan Uni Soviet, dekat dengan ujung sungai Amodaria timur dari laut Qazwain. Ia menghabiskan lebih dari separuh umurnya di kota Baghdad, tempat ia mencapai nama besar dan menjadi terkenal. Di kota itu jugalah ia mengarang buku-bukunya yang mengabadikan namanya di antara para cendekiawan Arab lainnya.

Al-Khawarizmi hidup di zaman berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan ekonomi. Kota Baghdad pada waktu itu merupakan sebuah kota besar yang sangat penting dan menjadi salah satu pusat peradaban, di samping ia juga menjadi tempat bertemunya para pedagang antara wilayah timur dan barat kekuasaan Islam.

Salah seorang ahli sejarah pernah berkomentar tentang kota Baghdad dengan menggambarkannya sebagai, “Tempat dikumpulkannya pendapatan negara setiap tahunnya yang mencapai lebih dari tujuh ratus ton emas batangan, di samping lowongan pekerjaan yang sanmgat banyak, baik di pelabuhan, benteng, istana, serta rumah sakit yang semakin bertambah banyak dan menjamur. Juga, pekerjaan-pekerjaan tersebut terdiri dari tukang pos yang memiliki tempat pemberhentiannya sendiri-sendiri. Kekayaan dan keamanan pada masa itu tiada tandingannya,”


Karya-karya Al-Khawarizmi

Top of Form
Al-Khawarizmi menulis banyak buku dan berhasil menyelami banyak ilmu pengetahuan. Di antara karya-karya terpentingnya adalah:

1) Buku Pertama besar karya beliau adalah Al-Jabr wal Muqābalah. Lengkapnya Al-Kitāb al-mukhtaar fī isāb al-jabr wa-l-muqābala (English: The Compendious Book on Calculation by Completion and Balancing). Kemudian disebut saja “aljabar” atau algoritmi”.  Salah satu buku yang paling terkenal dan terpenting yang pernah ditulis dalam bidang matematika sepanjang sejarah pemikiran, peradaban dan pengetahuan bangsa Arab. Pada lembaran-lembaran berikutnya akan dipaparkan sedikit mengenai buku ini.

Dalam kitab tersebut diberikan penyelesaian persamaan linear dan kuadrat dengan menyederhanakan persamaan menjadi salah satu dari enam bentuk standar (di sini b dan c adalah bilangan bulat positif),

Kuadrat sama dengan akar (ax2 = bx)
Kuadrat sama dengan bilangan konstanta (ax2 = c)
Akar sama dengan konstanta (bx = c)
Kuadrat dan akar sama dengan konstanta (ax2 + bx = c)
Kuadrat dan konstanta sama dengan akar (ax2 + c = bx)
Konstanta dan akar sama dengan kuadrat (bx + c = ax2)

2) Buku Kedua besar karya beliau adalah tentang aritmatika, yang bertahan dalam Bahasa Latin, tapi hilang dari Bahasa Arab yang aslinya. Translasi dilakukan pada abad ke-12 oleh Adelard of Bath, yang juga menerjemahkan tabel astronomi pada 1126. Pada manuskrip Latin, biasanya tak bernama, tetapi umumnya dimulai dengan kata: Dixit algorizmi (“Seperti kata al-Khawārizmī”), atau Algoritmi de numero Indorum (“al-Kahwārizmī pada angka India”), sebuah nama baru di berikan pada hasil kerja beliau oleh Baldassarre Boncom Pagni pada tahun 1857. Kitab aslinya bernama “Kitāb al-Jam’a wa-l-tafrīq bi-isāb al-Hind(Book of Addition and Subtraction by the Method of Calculation), yaitu, “Buku Penjumlahan dan Pengurangan berdasarkan Kalkulasi angka India”.Karya ini dikenal pelajaran yang pertama kali yang ditulis dengan menggunakan sistem bilangan desimal, merupakan titik awal pengembangan matematika dan sains. Pelajar di Eropa mengaitkan Al-Khwarizmi dengan ‘new aritmetic’ yang akhirnya menjadi basis notasi angka, dimana penulisan angka Arab dikenal dengan istilah ’algorism’ atau ’algorithm’.
   
      Hasil karya Al-Khwarizmi menjadi penting karena merupakan notasi pertama menggunakan basis angka Arab dari 1 sampai 9 dan 0 (nol) dan pola nilai-penempatan. Ini dilengkapi pula dengan aturan-aturan yang diperlukan dalam bekerja denga menggunakan bilangan notasi Arab dan penjelasan tentang empat basis operasi perhitungan, yaitu; penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Ini juga mengakomodir bentuk-bentuk penulisan angka yang lazim digunakan, yaitu penulisan dengan enam digit desimal dan penggunaan tanda akar.

Al Khawarizmi adalah orang pertama memperkenalkan angka 0 (nol) dalam dunia ilmu pengetahuan (bilangan atau hitungan). Meski ia bukan penemu angka 0 (nol), namun Al-Khawarizmi orang pertama di dunia yang memperkenalkan angka nol sebagai suatu bilangan dalam ranah ilmu pengetahuan. ‘Kosong’, atau 0, bukan sebarang angka, penemuannya merevolusikan pemikiran matematik dan sains moden. Angka nol ini sudah digunakan di dunia Arab-Islam pada kurun abad kesembilan. Angka 0 baru diperkenalkan di Eropah pada awal abad ke-13, dibawa oleh pemikir Itali, Fibonacci, dalam tahun 1202 melalui karya popularnya Liber Abaci. Sifar adalah kata Arab untuk angka 0. Perkataan sifar ini juga membentuk perkataan cipher dalam bahasa Inggeris yang membawa maksud “tiada apa-apa”, “simbol”, “kode” atau “mesej rahsia” (pesan rahasia).

Diantara serangkaian notasi bilangan Arab yang diperkenalkan Al-Khwarizmi, tidak terlalu signifikan dibanding notasi nol digit. Tanpa keberadaan bilangan nol tabel-tabel yang memiliki kolom dalam satuan puluhan, ratusan dan selanjutnya diperlukan untuk menempatkan satu satuan bilangan sesuai fungsinya. Notasi nol disimbolkan dengan sebuah ruang kosong dalam satu rangkaian angka, bentuk lingkaran kecil ini sebenarnya merupakan salah satu temuan matematika yang terbesar. Notasi nol juga membuka jalan bagi konsep penulisan bentuk positif dan negatif dalam aljabar.

3) Kitab Ketiga besar karya beliau adalah Kitab Rekonstruksi Planetarium, yaitu peta abad ke-15 berdasarkan Ptolemeus sebagai perbandingan.  Buku ketiga beliau yang terkenal adalah Kitāb ūrat al-Ar (كتاب صورة الأرض “Buku Pemandangan Dunia” atau “Kenampakan Bumi” diterjemahkan sebagai Geography, yang selesai pada 833 adalah revisi dan penyempurnaan Geografi Ptolemeus, terdiri dari daftar 2402 koordinat dari kota-kota dan tempat geografis lainnya mengikuti perkembangan umum.

Hanya ada satu kopi dari Kitāb
ūrat al-Ar, yang tersimpan di Perpustakaan Universitas Strasbourg. Terjemahan Latinnya tersimpan di Biblioteca Nacional de España di Madrid. Judul lengkap buku beliau adalah “Buku Pendekatan Tentang Dunia”, dengan Kota-Kota, Gunung, Laut, Semua Pulau dan Sungai, ditulis oleh Abu Ja’far Muhammad bin Musa al-Khawarizmi berdasarkan pendalaman geografis yamg ditulis oleh Ptolemeus dan Claudius.

Buku ini dimulai dengan daftar bujur dan lintang, termasuk “Zona Cuaca”, yang menulis pengaruh lintang dan bujur terhadap cuaca. Oleh Paul Gallez, dikatakan bahwa ini sangat bermanfaat untuk menentukan posisi kita dalam kondisi yang buruk untuk membuat pendekatan praktis. Baik dalam salinan Arab maupun Latin, tak ada yang tertinggal dari buku ini. Oleh karena itu, Hubert Daunicht merekonstruksi kembali peta tersebut dari daftar koordinat. Ia berusaha mencari pendekatan yang mirip dengan peta tersebut. □ AFM

Bersambung ke:  Al-Khwarizmi 2

Sumber:
www.asraraspia.web.id
lostislamichistory  □□□

Blog Archive