Dalam
perkembangan sejarahnya Astrolabe, yaitu suatu peralatan yang
digunakan untuk memprediksi posisi matahari, bulan,
planet, dan bintang-bintang. Alat mana telah digunakan dan disempurnakan selama zaman keemasan Islam. Dan selanjutnya
digunakan bangsa Eropa pada
akhir Abad Pertengahan dan Renaissance. Astrolabe terbuat dari beberapa lempengan logam berbentuk piringan - disk yang berbeda sesuai dengan penggunaan yang
dimaksud dan grafik bintang untuk
mengetahui konstalasi bintang di langit.
A
|
l-‘Ijlia,
nama lengkapnya Mariam Al-‘Ijliya Al-Asturlabiya. Barasal
dari Suriah (Syria). Ia pembuat
astrolabe. Dalam perkembangan sejarahnya Astrolabe adalah peralatan yang digunakan untuk memprediksi posisi matahari, bulan,
planet, dan bintang-bintang. Alat mana telah digunakan dan disempurnakan selama zaman keemasan Islam dan selanjutnya
digunakan Eropa pada
akhir Abad Pertengahan dan Renaissance. Banyak tokoh-tokoh sejarah
terkemuka - termasuk penulis
Geoffery Chaucer dan kemungkinan astronom kuno Claudius Ptolemy - telah menulis tentang penggunaan astrolabe. Astrolabe terbuat dari beberapa lempengan logam berbentuk piringan - disk yang bermacam-macam sesuai dengan penggunaan yang
dimaksud, dan juga grafik bintang untuk
mengetahui konstalasi bintang di langit. Al-‘Ijliya secara signifikan terkait dengan desain astrolabe. Meskipun Muhammad Al-Fazari adalah Muslim pertama yang telah membantu
membangun astrolabe di dunia Islam pada abad kedelapan, Al-‘Ijliya telah menyumbangkan dengan merancang dan mengembangkan instrumen ini.
Dalam
kitab Al-Fihrist yang dibuat
oleh Ibn al-Nadim terdapat informasi mengenai matematikawan, insinyur,
praktisi aritmetika, musisi, kalkulator, astrolog, para pembuat instrumen,
mesin dan otomata, memaparkan daftar 16 nama para insinyur, pembuat dan pengrajin instrumen astronomi. Di antara
mereka adalah Al-‘Ijliya. Ia satu-satunya tokoh perempuan dalam daftar nama
itu. Dia adalah putri dari Al-‘Ijli al-Usturlabi, murid Betolus. Keduanya
bekerja di istana Sayf al-Dawla; (Al-‘Ijli al-Usturlabi ghulâm Bitolus;
Al-‘Ijliya ibnatuhu ma'a Sayf al-Dawla tilmidhat Bitolus). Nama-nama Al-‘Ijli dan putrinya
berasal dari Banu ‘Ijl, suatu suku yang merupakan bagian dari suku Banu Bakr,
yaitu suku bangsa Arab yang tergabung dalam cabang Rabi'ah dari suku Adnani.
Mereka sebenarnya menghuni Nejd di bagian tengah jazirah Arab, namun menjelang
datangnya Islam nenek moyang mereka pindah ke Al-Jazirah di utara sungai
Eufrat.
Di zaman keemasan Islam, peralatan astrolabe
secara luas digunakan untuk menentukan kiblat, arah shalat menghadap Ka'bah yang berada di al-Masjid al-Haram, Makkah, sebagaimana juga untuk menentukan jadwal waktu shalat dengan memperhitungkan pergerakan matahari.
Astronom Muslim juga menambahkan skala sudut pada peralatan astrolab, dengan itu memungkinkan untuk menghitung navigasi jarak dan juga menentukan posisi dan arah perjalanan kapal
laut. Dalam sejarah telah dicatat bahwa pelaut
Arab yang membawa pedagangan dengan barang dagangannya menggunakan kapal laut dalam menjelajahi dunia sejak dari Irak, Suriah,
Mesir, Spanyol Al-Andulus, India, Sumatra dan Jawa (Indonesia), dan Cina, dan
sebaliknya. Tentunya keberhasilan pelayaran tersebut karena adanya astrolabe
sebagai alat perhitungan arah pelayaran dan posisi kapal. Yang lainnya adalah
atlas dunia yang dibuat oleh Al-Idrisi.
Selanjutnya, para astronom dan penemu Muslim menciptakan
astrolabe bola, model dunia berbentuk benda di langit, yang terdiri dari cincin
dan garis yang melambangkan bujur, lintang, dan fitur astronomi dan geografi
penting lainnya. Astrolabe bola akhirnya diperkenalkan ke Eropa, di mana alat
itu digunakan dalam studi astronomi awal. Penemuan
ini juga membantu umat Islam untuk menyempurnakan astrolabe
bola langit, yaitu sebuah alat yang menentukan posisi letak bagian dunia yang sebenarnya dilihat dari posisi langit. Dengan alat astrolabe bola langit ini
dapat membantu memetakan bintang-bintang dan rasi atau konstelasi bintang dalam hubungannya dilihat dari dataran bumi.
Penciptaan dan kesempurnaan astrolabe, serta astrolabe
bola dan dunia langit, secara signifikan memajukan pengetahuan dunia dalam hubungannya dengan astronomi, dimana berawal.
Dengan
penemuan alat-alat itu mendorong
kemajuan eksplorasi ilmiah dan
astronomi, dan dibudidayakan cara-cara baru navigasi dan ketepatan waktu dapat
dilakukan. Dalam dunia peribadatan
lima waktu shalat kaum Muslimin, membantu
menyempurnakan temuan perhitungan arah kiblat shalat yang berbeda dalam tempat tinggal, sesuai
dengan posisi dibagian wilayah dunia mana mereka berada.
Mariam Al-Astrolabiya Al-‘Ijliya secara signifikan terkait dengan desain astrolab ini. Meskipun Muhammad Al-Fazari adalah Muslim pertama yang
telah membantu membangun astrolabe di dunia Islam pada abad kedelapan, Al-‘Ijliya mengambil bagian dengan merancang mengembangkan dan memajukan instrumen astrolabe ini.
Meskipun tidak banyak yang ditulis tentang Al-‘Ijliya, Insyinyur Muslimah Pertama, ia bekerja pada pertengahan abad ke-10 (sekitar 944 - 967)
di Aleppo yang sekarang dikenal Suriah bagian utara. Karyanya dinilai baik,
kreatif dan inovatif. Ayahnya adalah magang sebagai pembuat astrolabe terkenal, dan Al-‘Ijliya belajar di bawah bimbinganya, sebagai murid. Dia menciptakan desain baru, yang segera
diakui oleh Sayf Al Dawla, penguasa kota. Selain itu, ia juga membantu teknik
navigasi dan ketepatan waktu lebih baik dari alat-alat sebelumnya.
Al-‘Ijliya
mencontohkan bahwa mengejar ilmu dan pengetahuan didorong oleh (ajaran dan agama) Islam [1] yang dipeluknya,
artinya tidak mencegah peran serta perempuan untuk dapat melakukannya. Al-‘Ijliya dianggap sebagai ilmuwan perempuan
yang diperhitungkan waktu ini .
Banyak di zaman kini menganggap bahwa Islam 'menindas' perempuan atau membatasi tingkat pendidikan mereka. Bahkan lebih luas lagi menilai antara Islam
dengan ilmu pengetahuan saling bertentangan. [2] Tapi Al-‘Ijliya seorang Muslimah yang merancang dan membuat astrolabe ini, menampis anggapan dan penilaian itu. Bahwa mereka
yang menilai itu tidak tahu hal ihwal ajaran Islam yang sebenarnya. Pengetahuan (ilmiah dan umum) yang
ditekuninya, karena didukung oleh (ajaran dan agama) Islam [3]. Karena motivasi Islam itulah dia mengejar studi dan membantu berinovasi dalam teknologi baru untuk zamannya, Mariam 'Al-'Ijliya' Al-Astrolabiya tetap menjadi panutan perempuan lainnya untuk dapat
maju hingga saat ini. □ AFM
Catatan
Kaki:
[1] Allah
akan mengangkat (derajat) orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang
diberi ilmu beberapa derajat. [QS Al-Mujadalah 58:11]
[2] Manusia
dapat menguasai alam dengan ilmu. [45:12,13]
[3] Perintah
mempelajari alam. [10:5,6; 13:3,4; 16:11,16; 17:12; 35:27,28]
Sumber:
□http://www.muslimheritage.com/article/womens-contribution-classical-islamic-civilisation-science-medicine-and-politics#sec7
□http://integralist.blogspot.com/2015/01/mariam-al-ijliya-al-asturlabiya-944-967.html
□Dan sumber-sumber lainnya.□□□