Monday, November 23, 2015

Al ‘Ijlia Insyinyur Muslimah




Dalam perkembangan sejarahnya Astrolabe, yaitu suatu peralatan yang digunakan untuk memprediksi posisi matahari, bulan, planet, dan bintang-bintang. Alat mana telah digunakan dan disempurnakan selama zaman keemasan Islam. Dan selanjutnya digunakan bangsa Eropa pada akhir Abad Pertengahan dan Renaissance. Astrolabe terbuat dari beberapa lempengan logam berbentuk piringan - disk yang berbeda sesuai dengan penggunaan yang dimaksud dan grafik bintang untuk mengetahui konstalasi bintang di langit.


A
l-‘Ijlia, nama lengkapnya Mariam Al-Ijliya Al-Asturlabiya. Barasal dari Suriah (Syria). Ia pembuat astrolabe. Dalam perkembangan sejarahnya Astrolabe adalah peralatan yang digunakan untuk memprediksi posisi matahari, bulan, planet, dan bintang-bintang. Alat mana telah digunakan dan disempurnakan selama zaman keemasan Islam dan selanjutnya digunakan Eropa pada akhir Abad Pertengahan dan Renaissance. Banyak tokoh-tokoh sejarah terkemuka - termasuk penulis Geoffery Chaucer dan kemungkinan astronom kuno Claudius Ptolemy - telah menulis tentang penggunaan astrolabe. Astrolabe terbuat dari beberapa lempengan logam berbentuk piringan - disk yang bermacam-macam sesuai dengan penggunaan yang dimaksud, dan juga grafik bintang untuk mengetahui konstalasi bintang di langit. Al-‘Ijliya secara signifikan terkait dengan desain astrolabe. Meskipun Muhammad Al-Fazari adalah Muslim pertama yang telah membantu membangun astrolabe di dunia Islam pada abad kedelapan, Al-Ijliya telah menyumbangkan dengan merancang dan mengembangkan instrumen ini.

Dalam kitab Al-Fihrist yang dibuat oleh Ibn al-Nadim terdapat informasi mengenai matematikawan, insinyur, praktisi aritmetika, musisi, kalkulator, astrolog, para pembuat instrumen, mesin dan otomata, memaparkan daftar 16 nama para insinyur, pembuat dan pengrajin instrumen astronomi. Di antara mereka adalah Al-‘Ijliya. Ia satu-satunya tokoh perempuan dalam daftar nama itu. Dia adalah putri dari Al-‘Ijli al-Usturlabi, murid Betolus. Keduanya bekerja di istana Sayf al-Dawla; (Al-‘Ijli al-Usturlabi ghulâm Bitolus; Al-‘Ijliya ibnatuhu ma'a Sayf  al-Dawla tilmidhat Bitolus). Nama-nama Al-‘Ijli dan putrinya berasal dari Banu ‘Ijl, suatu suku yang merupakan bagian dari suku Banu Bakr, yaitu suku bangsa Arab yang tergabung dalam cabang Rabi'ah dari suku Adnani. Mereka sebenarnya menghuni Nejd di bagian tengah jazirah Arab, namun menjelang datangnya Islam nenek moyang mereka pindah ke Al-Jazirah di utara sungai Eufrat.

Di zaman keemasan Islam, peralatan astrolabe secara luas digunakan untuk menentukan kiblat, arah shalat menghadap Ka'bah yang berada di al-Masjid al-Haram, Makkah, sebagaimana juga untuk menentukan jadwal waktu shalat dengan memperhitungkan pergerakan matahari. Astronom Muslim juga menambahkan skala sudut pada peralatan astrolab, dengan itu memungkinkan untuk menghitung navigasi jarak dan juga menentukan posisi dan arah perjalanan kapal laut. Dalam sejarah telah dicatat bahwa pelaut Arab yang membawa pedagangan dengan barang dagangannya menggunakan kapal laut dalam menjelajahi dunia sejak dari Irak, Suriah, Mesir, Spanyol Al-Andulus, India, Sumatra dan Jawa (Indonesia), dan Cina, dan sebaliknya. Tentunya keberhasilan pelayaran tersebut karena adanya astrolabe sebagai alat perhitungan arah pelayaran dan posisi kapal. Yang lainnya adalah atlas dunia yang dibuat oleh Al-Idrisi.


Selanjutnya, para astronom dan penemu Muslim menciptakan astrolabe bola, model dunia berbentuk benda di langit, yang terdiri dari cincin dan garis yang melambangkan bujur, lintang, dan fitur astronomi dan geografi penting lainnya. Astrolabe bola akhirnya diperkenalkan ke Eropa, di mana alat itu digunakan dalam studi astronomi awal. Penemuan ini juga membantu umat Islam untuk menyempurnakan astrolabe bola langit, yaitu sebuah alat yang menentukan posisi letak bagian dunia yang sebenarnya dilihat dari posisi langit. Dengan alat astrolabe bola langit ini dapat membantu memetakan bintang-bintang dan rasi atau konstelasi bintang dalam hubungannya dilihat dari dataran bumi.

Penciptaan dan kesempurnaan astrolabe, serta astrolabe bola dan dunia langit, secara signifikan memajukan pengetahuan dunia dalam hubungannya dengan astronomi, dimana berawal. Dengan penemuan alat-alat itu mendorong kemajuan eksplorasi ilmiah dan astronomi, dan dibudidayakan cara-cara baru navigasi dan ketepatan waktu dapat dilakukan. Dalam dunia peribadatan lima waktu shalat kaum Muslimin, membantu menyempurnakan temuan perhitungan arah kiblat shalat yang berbeda dalam tempat tinggal, sesuai dengan posisi dibagian wilayah dunia mana mereka berada.

Mariam Al-Astrolabiya Al-Ijliya secara signifikan terkait dengan desain astrolab ini. Meskipun Muhammad Al-Fazari adalah Muslim pertama yang telah membantu membangun astrolabe di dunia Islam pada abad kedelapan, Al-Ijliya mengambil bagian dengan merancang mengembangkan dan memajukan instrumen astrolabe ini.

Meskipun tidak banyak yang ditulis tentang Al-Ijliya, Insyinyur Muslimah Pertama, ia bekerja pada pertengahan abad ke-10 (sekitar 944 - 967) di Aleppo yang sekarang dikenal Suriah bagian utara. Karyanya dinilai baik, kreatif dan inovatif. Ayahnya adalah magang sebagai pembuat astrolabe terkenal, dan Al-‘Ijliya belajar di bawah bimbinganya, sebagai murid. Dia menciptakan desain baru, yang segera diakui oleh Sayf Al Dawla, penguasa kota. Selain itu, ia juga membantu teknik navigasi dan ketepatan waktu lebih baik dari alat-alat sebelumnya.

Al-Ijliya mencontohkan bahwa mengejar ilmu dan pengetahuan didorong oleh (ajaran dan agama) Islam [1] yang dipeluknya, artinya tidak mencegah peran serta perempuan untuk dapat melakukannya. Al-Ijliya dianggap sebagai ilmuwan perempuan yang diperhitungkan waktu ini .

Banyak di zaman kini menganggap bahwa Islam 'menindas' perempuan atau membatasi tingkat pendidikan mereka. Bahkan lebih luas lagi menilai antara Islam dengan ilmu pengetahuan saling bertentangan. [2] Tapi Al-Ijliya seorang Muslimah yang merancang dan membuat astrolabe ini, menampis anggapan dan penilaian itu. Bahwa mereka yang menilai itu tidak tahu hal ihwal ajaran Islam yang sebenarnya. Pengetahuan (ilmiah dan umum) yang ditekuninya, karena  didukung oleh (ajaran dan agama) Islam [3]. Karena motivasi Islam itulah dia mengejar studi dan membantu berinovasi dalam teknologi baru untuk zamannya, Mariam 'Al-'Ijliya' Al-Astrolabiya tetap menjadi panutan perempuan lainnya untuk dapat maju hingga saat ini. □ AFM


Catatan Kaki:

[1] Allah akan mengangkat (derajat) orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. [QS Al-Mujadalah 58:11]

[2] Manusia dapat menguasai alam dengan ilmu. [45:12,13]

[3] Perintah mempelajari alam. [10:5,6; 13:3,4; 16:11,16; 17:12; 35:27,28]

Sumber:

□http://www.muslimheritage.com/article/womens-contribution-classical-islamic-civilisation-science-medicine-and-politics#sec7
□http://integralist.blogspot.com/2015/01/mariam-al-ijliya-al-asturlabiya-944-967.html
□Dan sumber-sumber lainnya.□□

Blog Archive