Thursday, November 12, 2015

Al-Biruni Ilmuwan Pendiri Tiga Ilmu 1




Carli Fiorina, CEO Hewlett Packard, seorang yang visioner dan berbakat tinggi, memaparkan: “Para arsitek yang merancang bangunan-bangunan yang mampu melawan gravitasi adalah mereka para matematikawan yang menciptakan al-jabar dan al-goritma yang dengan itu komputer dan enkripsi data dapat tercipta. Mereka para dokter yang memeriksa tubuh manusia, dan menemukan obat baru untuk menyembuhkan penyakit. Mereka para astronom yang melihat ke langit, memberi nama bintang-bintang, dan membuka jalan bagi perjalanan dan eksplorasi antariksa” -mereka itu adalah para ilmuan dan penemu Muslim pada zaman kejayaan Islam di abad tengah.


Pendahuluan


A
l-Bīrūnī  (البيروني) ,  nama lengkapnya Abū al-Rayān Muammad ibn Amad al-Bīrūnī   (أبو الريحان محمد ابن احمد البيروني). Ia lahir lahir menjelang terbit fajar pada tanggal 5 September 973M di Kota Kath—sekarang adalah Kota Khiva—di sekitar wilayah aliran Sungai Oxus, Khwarizm (Uzbekistan) yang pada masa itu dibawah kekaisaran Samanid (Persia). Ia meninggal 13 Desember 1048M pada umur 75 tahun. Sejarah masa kecilnya tak terlalu banyak diketahui. Dalam biografinya, Al-Biruni mengaku sama sekali tak mengenal ayahnya, hanya sedikit mengenal tentang kakeknya.
Selain menguasai beragam ilmu pengetahuan, Al-Bīrūnī juga fasih sederet bahasa seperti Arab, Turki, Persia, Sansekerta, dan paham bahasa Yunani, Yahudi, dan Suriah. Al-Bīrūnī muda menimba ilmu matematika dan Astronomi dari Abu Nasir Mansur.
Abū al-Rayān Muammad ibn Amad al-Bīrūnī, yang sering disebut Al-Bīrūnī, merupakan seorang ahli matematika. Selain itu, Al-Bīrūnī juga mahir dalam bidang astronomi, fisika, ensiklopedia, filsafat, sejarah, serta farmasi.  Sumbangan terbesar dari pemikirannya adalah di bidang matematika, filsafat, dan obat-obatan.

Al-Biruni juga merupakan teman filsuf dan ahli obat-obatan Abu Ali Al-Hussain Ibn Abdallah Ibn Sina (Ibnu Sina).  Selain itu, ia juga pernah mengembara ke India dengan Mahmud dari Ghazni untuk mempelajari bahasa, falsafah, dan agama mereka serta menulis buku mengenainya. Beberapa pemikirannya yang penting bagi pembangunan baik bendungan maupun irigasi adalah geometri, ilmu ukur sudut segitiga, dan teoroma Archimedes.

Al-Bīrūnī Pendiri Tiga Ilmu
Sebagai ilmuwan yang menguasai beragam ilmu, Al-Bīrūnī juga menjadi pelopor dalam berbagai metode pengembangan sains. Sejarah sains mencatat, ilmuwan yang hidup di era kekuasaan Dinasti Samanid itu merupakan salah satu pelopor metode saintifik eksperimental.
Dialah ilmuwan yang bertanggung jawab untuk memperkenalkan metode eksperimental dalam ilmu mekanik. Al-Biruni juga tercatat sebagai seorang perintis psikologi eksperimental. Dia juga merupakan saintis pertama yang mengelaborasi eksperimen yang berhubungan dengan fenomena astronomi. Sumbangan yang dicurahkannya untuk pengembangan ilmu pengetahuan sungguh tak ternilai.
Sejarah mencatat, Al-Biruni sebagai sarjana Muslim pertama yang mengkaji dan mempelajari tentang seluk-beluk India dan tradisi Brahminical. Dia sangat intens mempelajari bahasa, teks, sejarah, dan kebudayaan India. Kerja keras dan keseriusannya dalam mengkaji dan mengeksplorasi beragam aspek tentang India, Al-Biruni pun dinobatkan sebagai 'Bapak Indologi', studi tentang India.

Di era keemasan Islam, Al-Biruni ternyata telah meletakkan pula dasar-dasar satu cabang keilmuan tertua yang berhubungan dengan lingkungan fisik bumi atau disebut ilmu geodesi. Oleh karena jasanya itu, Al-Biruni dinobatkan sebagai 'Bapak Geodesi'.
Al-Biruni pernah tinggal di Gurgan, kota yang terletak di daerah Laut Kaspia. Dia tinggal di wilayah itu selama beberapa tahun. Selama tinggal di Gurgan, Al-Biruni telah menyelesaikan salah satu karyanya yakni menulis buku berjudul “The Chronology of Ancient Nations”. Dengan penulisan buku tersebut Al-Biruni juga dinobatkan sebagai 'antropolog pertama' di seantero jagad.

''Dia adalah salah satu ilmuwan terbesar dalam seluruh sejarah manusia.'' Begitulah Al-Sabra menjuluki Al-Biruni—ilmuwan Muslim serba bisa dari abad ke-10 M. Bapak Sejarah Sains Barat, George Sarton, pun begitu mengagumi kiprah dan pencapaian Al-Biruni dalam beragam disiplin ilmu. ''Semua pasti sepakat bahwa Al-Biruni adalah salah seorang ilmuwan yang sangat hebat sepanjang zaman,'' puji Sarton. Bukan tanpa alasan bila Sarton dan Sabra mendapuknya sebagai seorang ilmuwan yang agung. Sejatinya, Al-Biruni memang seorang saintis yang sangat fenomenal.

Pengembaraan Al-Biruni

Menginjak usia yang ke-20 tahun, Al-Biruni telah menulis beberapa karya di bidang sains. Dia juga kerap bertukar pikiran dan pengalaman dengan Ibnu Sina, ilmuwan besar Muslim lainnya yang begitu berpengaruh di Eropa.

Al-Biruni tumbuh dewasa dalam situasi politik yang kurang menentu. Ketika berusia 20 tahun, Dinasti Khwarizmi digulingkan oleh Emir Ma'mun Ibnu Muhammad, dari Gurganj.
Saat itu, Al-Biruni meminta perlindungan dan mengungsi di Istana Sultan Nuh Ibnu Mansur. Pada tahun 998 M, Sultan dan Al-Biruni pergi ke Gurgan di Laut Kaspia.
Selama tinggal di Gurgan, Al-Biruni telah menyelesaikan salah satu karyanya yakni menulis buku berjudul “The Chronology of Ancient Nations”. Sekitar 11 tahun kemudian, Al-Biruni kembali ke Khwarizmi.
 Sekembalinya dari Gurgan dia menduduki jabatan yang terhormat sebagai penasehat sekaligus pejabat istana bagi penggati Emir Ma'mun. Pada tahun 1017 M, situasi politik kembali bergolak menyusul kematian anak kedua Emir Ma'mun akibat pemberontakan.
Khwarizmi pun diinvasi oleh Mahmud Ghazna pada tahun 1017 M. Mahmud lalu membawa para pejabat Istana Khwarizmi untuk memperkuat kerjaannya yang bermarkas di Ghazna, Afghanistan.
 Al-Biruni merupakan salah seorang ilmuwan dan pejabat istana yang ikut diboyong. Selain itu, ilmuwan lainnya yang dibawa Mahmud ke Ghazna adalah matematikus, Ibnu Iraq, dan seorang dokter, Ibnu Khammar.
Untuk meningkatkan prestise istana yang dipimpinnya, Mahmud sengaja menarik para sarjana dan ilmuwan ke Istana Ghazna. Mahmud pun melakukan beragam cara untuk mendatangkan para ilmuwan ke wilayah kekuasaannya. Ibnu Sina juga sempat menerima undangan bernada ancaman dari Mahmud agar datang dan mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya di istana Ghazna.
Meski Mahmud terkesan memaksa, namun Al-Biruni menikmati keberadaannya di Ghazna. Di istana itu, dia dihormati dan dengan leluasa bisa mengembangkan pengetahuan yang dikuasainya. Salah satu tugas Al-Biruni adalah menjadi astrolog istana bagi Mahmud dan penggantinya.
Pada tahun 1017 M hingga 1030 M, Al-Biruni mendapat kesempatan untuk melancong ke India. Selama 13 tahun, sang ilmuwan Muslim itu mengkaji tentang seluk beluk India hingga melahirkan apa yang disebut indologi atau studi tentang India.
Di negeri Hindustan itu, Al-Biruni mengumpulkan beragam bahan bagi penelitian monumental yang dilakukannya. Dia mengorek dan menghimpun sejarah, kebiasaan, keyakian atau kepercayaan yang dianut masyarakat di sub-benua India.
Selama hidupnya, dia juga menghasilkan karya besar dalam bidang astronomi lewat “Masudic Canon” yang didedikasikan kepada putera Mahmud bernama Ma’sud. Atas karyanya itu, Ma'sud menghadiahkan seekor gajah yang bermuatan penuh dengan perak. Namun, Al-Biruni mengembalikan hadiah yang diterimanya itu ke kas negara.
Sebagai bentuk penghargaan, Ma'sud juga menjamin Al-Biruni dengan uang pensiun yang bisa membuatnya tenang beristirahat serta terus mengembangkan ilmu pengetahuan. Dia juga berhasil menulis buku astrologi berjudul “The Elements of Astrology”.
Selain itu sang ilmuwan itu pun menulis sederet karya dalam bidang kedokteran, geografi, serta fisika. Al-Biruni wafat di usia 75 tahun, tepatnya pada 13 Desember 1048M di Kota Ghazna. Untuk tetap mengenang jasanya, para astronom mengabadikan nama Al-Biruni di kawah bulan.  □ AFM 

Bersambung ke:  Al-Biruni Ilmuan PendiriTiga Ilmu Ke-2

Bahan Bacaan:
Wikipedia, Republika, Lost Islamic History, Britannica, dan sumber lainnya. □□□

Blog Archive