Wednesday, September 2, 2015

Makna Gerakan Shalat Dari Segi Kesehatan




Kata Pengantar


   Seorang Korea sering mengamati orang-orang muslim sholat berjamaah di Masjid. Kebetulan markas pasukannya berada dekat Masjid  itu yang terletak di wilayah Irbil, Irak bagian Utara. Namanya, San Jin Gu dengan pangkat Kapten. Ia adalah salah satu komandan Brigade-11 SF, pasukan perdamaian PBB dari Korea Selatan.




Sungguh luar biasa gerakan-gerakan Sholat ini, sampai-sampai sang Kapten sangat tertegun dan mencoba menirukan di kamarnya sendirian. Pada saat mempraktekan itulah ia merasakan ketenangan dan damai dalam hatinya. Oleh sebab itu gerakan-gerakan sholat tersebut kemudian ia jadikan program meditasi untuk pasukan yang ia pimpin - disamping Yoga. Ternyata sebagian besar prajurit setelah mempraktikkan gerakan-gerakan sholat tersebut merasakan hal yang sama dengan apa yang dialami komandannya.

Sejak itu Kapten San mempelajari Islam untuk mengenali lebih dalam lagi. Akhirnya ia memutuskan untuk memeluk agama Islam. Sebelum niat ingin memeluk Islam disampaikan kepada prajurit-prajuritnya, ia berkata: “Aku telah menemukan cahaya kehidupan yang sesungguhnya, aku ingin berada dalam cahaya itu, dan cahaya itu adalah Islam”. Tanpa ia duga, secara spontan 37 prajurit yang ia pimpin mengangkat tangan mereka, sebagai tanda ikut bersama komandannya – untuk juga memeluk Islam! Luar biasa pengaruh dan manfaat gerakan-gerakan sholat ini.


Pendahuluan

D
itinjaun secara fisik  atau lahiriahnya, kita dapat melihat bahwa shalat itu ta’rif-nya adalah: “Beberapa ucapan dan beberapa gerakan yang dimulai dengan ‘takbir’, disudahi dengan ‘salam’, yang dengan shalat itu kita beribadat kepada Allah, menurut syarat-syarat yang telah ditentukan.” Syarat-syarat mana adalah: Berwudhu; Berpakaian bersih; Menghadap Kiblat; Niat; Berdiri; Takbir; Ruku’; Itidal; Sujud; Duduk diantara dua sujud; Duduk terakhir; Diakhiri dengan menebarkan salam. Serta dilakukan dengan segala adab-adabnya seperti: Ikhlas; Khusyu; Thumaninah; Dan Tawadhu. 

  Bila ditinjauan dari segi ruh atau jiwa shalat, yaitu: suatu ta’rif yang menggambarkan Ruhush-shalat adalah: “Berhadap (at-tawajjuhu) kepada Allah swt, Dengan sepenuh jiwa; Dengan segala khusyu’kan di hadapan-Nya; Berikhlas bagi-Nya; Serta hadir hati dalam berdzikir, berdo’a dan memuji-Nya.” Maka bersabdalah Nabi Muhammad saw: “Tiadalah seorang Muslim mengambil wudhu’ lalu menyempurnakan wudhu’nya, kemudian berdiri dalam shalatnya serta mengetahui apa yang diucapkannya, melainkan selesai mengerjakan shalatnya setampil seorang anak yang baru dilahirkan ibunya.”

  Disebut pula ibadah shalat merupakan tiang Agama Islam. Artinya jika kita shalat maka kita telah menegakkan agama Islam. Jika hendak menegakkan agama bagi keselamatan kita di dunia dan akhirat, atau menegakkan agama sebagai pegangan hidup di dunia bagi keselamatan, kebaikan dan kedamaian hidup kita, maka tegakkanlah shalat.

   Ibadah shalat juga sebagai pembuka pintu syurga. Bersabda Nabi saw: “Permulaan amalan yang diperiksa dari amalan seseorang hamba pada hari kiamat, ialah shalatnya. Diperhatikan benar-benar shalatnya. Maka jika betul urusan shalatnya, mendapat kemenanganlah dia. Jika tidak betul urusan shalatnya, rugi dan sia-sialah usahanya.”

   Melakukan shalat ialah melakukan munajat kepada Allah Pengayomnya yang disembahnya. Nabi saw bersabda: “Apabila seseorang kamu berada dalam shalat, maka sesungguhnya dia sedang bermunajat kepada Rabb Tuhannya.” 

   Karena itu, wajiblah kita kerjakan dengan  sepenuh hati dan penuh kecermatan. Artinya: Hadir hati; Khusyu’; Thu’maninah. Dalam bershalat hadirkanlah hati, ”Allah tidak menerima sesuatu amal dari seorang hamba, sehingga hati si hamba itu hadir beserta tubuhnya.” Dalam bershalat kerjakanlah dengan khusyu’, Bersabdalah Rasulullah saw: “Sekiranya khusyu’ hati orang ini, tentu khusyu’lah segala anggota tubuhnya.”

  Dengan cara itu, kesempurnaan bekerjanya ibadah shalat akan dapat terasakan jika komponen-komponen shalat diatas merupakan ‘sistim’- yang tak dapat dipisahkan satu sama lain - yang bekerja secara simultan antara ucapan disertai gerakan-gerakannya serta hadir hati. Dengan cara bershalat seperti itu, akan dapat menghasilkan ‘output’ yang optimal, berupa ridha Allah. Dengan begitu efektiflah sistim komunikasi munajat ibadah shalat ini, sebagai usaha mushalli (pelaku shalat) dalam berhubungan dengan-Nya.
   
   Setiap tahapan-tahapan upacara munajat itu ditandai oleh  tiga komponen ‘bahasa’ yaitu: Kesatu: Bahasa badan (berdiri; ruku’; i’tidal; sujud; duduk; salam).    Kedua: Bahasa lidah (bacaan-bacaan dalam berdoa dan berdzikir yang dilafatkan). Ketiga: Bahasa hati, yaitu hati hadir dengan sadar merasakan serta paham hakekat gerakan badan dan ucapan-ucapan lidah. Atau hati berbisik yang melahirkan ucapan-ucapan lidah disertai gerakan-gerakan badan dan anggota badan.


S
ehubungan dengan gerakan-gerakan dalam shalat, boleh jadi banyak orang belum tahu rahasia dari gerakan shalat. Ternyata dari sudut medis gerakan-gerakan dalam shalat sangat berfaedah bagi kesehatan tubuh manusia. Gerakan-gerakan shalat sangat proporsional bagi anatomi tubuhnya. Bahkan, shalat adalah gudang obat dari berbagai jenis penyakit.

Allah, Sang Maha Pencipta Alam Semesta dan Manusia, tahu persis apa yang sangat dibutuhkan oleh makhluk ciptaan-Nya, dalam hal ini, khususnya manusia. Semua perintah-Nya tidak hanya bernilai ibadah spiritual (bahthin) saja, tetapi mempunyai kemanfaatan yang sungguh besar bagi kesehatan tubuh manusia itu sendiri. Kalau tidak, bagaimana manusia dapat melakukan peribadatan dengan baik dan menjalankan peran ”pemakmur bumi”, tanpa sehat tubuhnya. Bahkan dalam duduk diantara dua sujud kita memohon doa ”...wa ’āfinī...” artinya dan ”sehatkanlah (healthy, well being, wellness) saya”.

Gerakan ibadah dalam shalat merupakan ibadah yang paling tepat untuk sistim metabolisme dan tekstur tubuh manusia, dimana gerakan-gerakan di dalam shalat ini mempunyai kemanfaatan masing-masing antara lain dari posisi gerakan-gerakan shalat sebagai berikut:

Dalam Takbiratul Ihram

   Pada posisi ini berdiri tegak. Kemudian mengangkat kedua tangan sejajar telinga sambil bertakbir Allāhu Akbar, setelah itu melipat kedua tangan di perut bagian atas atau dada bagian bawah. Gerakan seperti ini bermanfaat untuk melancarkan aliran darah, getah bening – limfe, dan kekuatan otot lengan. Posisi jantung di bawah otak memungkinkan darah mengalir lancar ke seluruh tubuh. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu meregang dengan itu aliran darah kaya akan oksigen. Kemudian kedua tangan didekapkan di perut bagian atas  atau dada dibagian bahwa, dengan sikap itu menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian atas.


Dalam Ruku’




   Ruku’ adalah membungkukkan badan dengan posisi 90 derajat (dari yang sebelumnya tegak). Ruku’ yang sempurna ditandai dengan tulang belakang lurus, badan berada pada posisi datar, sehingga bila diletakkan segelas air di atas punggung tersebut tidak akan tumpah. Posisi kepala menghadap ke bawah dan  sama lurus dengan badan. Gerakan ruku’ ini bermanfaat untuk menjaga kesempurnaan posisi serta fungsi tulang belakang (corpus vertebrae) sebagai penyangga tubuh dan pusat syaraf. Posisi jantung sejajar dengan otak, dengan itu aliran darah akan maksimal pada tubuh bagian tengah. Tangan yang bertumpu di lutut berfungsi untuk mereleksasikan otot-otot bahu hingga ke bawah. Selain itu, ruku’ adalah sarana latihan bagi kemih sehingga ganguan prostate dapat di jegah.


Dalam I’tidal

   Bangun dari ruku’ disebut i’tidal. Tubuh kembali tegak setelah mengangkat kedua tangan setinggi telinga. I’tidal merupakan perpindahan gerakan dari postur setelah ruku’ dan sebelum sujud. Gerakan ini bermanfaat sebagai latihan yang baik bagi organ-organ pencernaan. Pada saat i’tidal dilakukan, organ-organ pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian. Tentu ini memberi efek melancarkan pencernaan.


Dalam Sujud





   Dari posisi tegak kemudian menyungkurkan badan dalam posisi menungging dimana sebelum meletakkan dahi kepala ke atas lantai sajadah, badan bertekan kepada kedua ujung telapak kaki dalam posisi tegak kebawah dengan jari-jari kedua kaki tertekuk menghadap kiblat, kedua lutut, kedua tapak tangan dan akhirnya dahi ke lantai sajadah. Dalam posisi sujud seperti ini berguna untuk memompa getah bening kebahagian leher dan ketiak. Posisi jantung diatas otak menyebabkan oksigen mengalir dengan maksimal ke otak. Aliran semacam ini akan berpengaruh pada daya pikir seseorang. Oleh karena itu, sebaiknya lakukan sujud dengan tu’maninah, tidak tergesa-gesa, agar darah mencukupi kapasitasnya di otak. Juga posisi ini menghindarkan seseorang dari gangguan penyakit wasir. Khusus bagi wanita, baik ruku’ maupun sujud memiliki manfaat luar biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan.

   Sujud juga adalah untuk latihan kekuatan otot-otot tertentu, termasuk otot dada. Saat sujud, beban tubuh bagian atas  ditumpukan pada kedua lengan dan kedua telapak tangan. Saat itu kontraksi terjadi pada otot dada, bagian tubuh yang menjadi kebanggaan wanita – payudara, tidak hanya menjadi lebih indah bentuknya, tetapi juga memperbaiki fungsi kelenjar air susu di dalamnya.

   Masih dalam posisi sujud, manfaat lain yang bisa dinikmati kaum wanita adalah otot-otot perut (rectus abdominis dan obliqus abdominis externus) berkontraksi penuh saat saat pinggul serta pinggang terangkat melampaui kepala dan dada. Kondisi ini melatih organ di sekitar perut untuk mampu mengejan lebih dalam dan lebih lama yang membantu dalam proses persalinan (melahirkan). Karena di dalam proses persalinan dibutuhkan pernapasan yang baik dan kemampuan mengejan yang mencukupi. Bila otot perut telah berkembang menjadi lebih besar dan kuat, maka secara alami, otot ini justru menjadi elastis. Dengan kebiasaan sujud ini menyebabkan tubuh dapat mengembalikan dan mempertahankan organ-organ perut pada tempatnya kembali.

   Gerakan sujud tergolong unik. Sujud memiliki falsafah bahwa manusia menundukkan kepala (yang biasanya kalau dalam keadaan jaga selalu tegak berdiri di atas ujung badan) yang diikuti badannya ke bawah sampai ke tempat serendah-rendahnya sama dengan telapak kaki. Dalam pandangan ibadah artinya tunduk dan patuh kepada Tuhan Penciptanya. Sujud ini hanya untuk Tuhan Pencipta saja bukan untuk segala makhluk. Dari sudut pandang ilmu psikoneuroimunulogi (ilmu mengenai kekebalan tubuh dari sudut pandang psikologi) yang di dalami oleh Profesor Soleh, gerakan ini mengantarkan manusia pada derajat yang setinggi-tingginya. Mengapa kesimpulannya seperti itu?

   Dengan melakukan gerakan sujud secara rutin seperti dalam setiap shalat ini, pembuluh darah di otak terlatih untuk menerima banyak pasokan oksigen. Pada saat sujud, posisi jantung berada di atas kepala yang memungkinkan darah mengalir dengan maksimal ke otak. Artinya, otak mendapatkan pasokan darah yang kaya oksigen dan bahan nutrisi lainnya yang memacu kerja sel-selnya. Dengan kata lain, sujud yang tu’maninah dan kontinyu dapat memicu peningkatan kecerdasan otak seseorang yang melakukannya.

Setiap inci otak manusia memerlukan darah yang cukup untuk berfungsi secara normal. Darah tidak akan memasuki urat syaraf di dalam otak melainkan ketika seseorang sujud dalam shalat. Urat syaraf tersebut memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja. Ini berarti, darah akan memasuki bagian urat tersebut mengikuti waktu shalat, sebagaimana yang telah diwajibkan dalam Dinul (agama) Islam.

   Dari gerakan-gerakan shalat itu, juga mencegah kepikunan karena gerakannya meningkatkan brain-derived neurotrophic factor (BDNF). Yakni, sejenis protein yang berfungsi menguatkan neuron. Otak yang mengandung banyak BDNF mampu menampung lebih banyak informasi.
   Riset di atas telah mendapat pengakuan dari Harvard University, Amerika Serikat. Bahkan seorang dokter berkebangsaan Amerika yang tidak dikenalnya menyatakan diri masuk Islam setelah diam-diam melakukan riset pengembangan khusus mengenai gerakan sujud. Di samping itu, gerakan-gerakan dalam shalat sekilas mirip gerakan yoga ataupun peregangan (stretching). Intinya, berguna untuk melenturkan tubuh dan melancarkan peredaran darah. Keunggulan shalat dibandingkan dengan gerakan lainnya adalah dalam shalat kita lebih banyak menggerakkan anggota tubuh, termasuk jari-jari tangan dan kaki.


Dalam Duduk Diantara Dua Sujud



   Duduk setelah sujud terdiri dari dua macam, yaitu yaitu duduk iftirosy (duduk dalam tahiyyat awal) dan tawarru’ (duduk dalam tahiyyat akhir), perbedaannya terletak dalam posisi telapak kaki. Pada saat iftirosy, tubuh bertumpu pada pangkal paha yang terhubung dengan syaraf nervus Ischiadus. Posisi ini mampu menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering menyebabkan penderitanya tak mampu berjalan. Sedang duduk tawarru’ sangat baik bagi pria, sebab tumit menekan aliran kandung kemih (uretra), dan kelenjar kelamin pria (prostate) serta saluran vas deferens. Jika dilakukan dengan benar. Posisi seperti ini mampu mencegah impotensi. Variasi posisi telapak kaki pada iftirosy dan tawarru’ menyebabkan seluruh otot tungkai turut meregang dan kemudian releks kembali. Gerakan dan tekanan harmonis inilah yang menjaga kelenturan dan kekuatan organ-organ gerak kita.

Hal terpenting adalah turut berkontraksinya otot-otot daerah perineum. Bagi wanita, di daerah ini terdapat tiga liang, yaitu liang persenggamaan, dubur untuk melepaskan kotoran, dan saluran kemih. Saat tawarru’, tumit kaki kiri harus menekan daerah perineum. Punggung kaki harus diletakkan di atas  telapak kaki kiri dan tumit kaki kanan harus menekan pangkal paha kanan. Pada posisi ini tumit kaki kiri akan memijit dan menekan daerah parineum. Tekanan inilah yang memperbaiki organ reproduksi di daerah perineum.


Dalam Salam

   Dalam gerakan salam yaitu memutar kepala menghadap ke kanan secara maksimal. Selanjutnya memutar lagi menghadap ke kiri dilakukan secara maksimal, maka gerakan dalam bersalam ini bermanfaat untuk merileksasikan otot sekitar leher dan kepala. Dengan itu, menyempurnakan aliran darah di kepala, Dengan itu mencegah sakit kepala serta menjaga kekencangan kulit wajah.


Penutup

   Pada dasarnya, seluruh gerak shalat mempunyai efek yang signifikan dalam meremajakan tubuh. Jika tubuh lentur, kerusakan sel dan kulit dapat dicegah (kalaupun terjadi juga maka dapat dikurangi). Apalagi dilakukan secara rutin, maka sel-sel yang rusak dapat segera tergantikan. Regenerasipun berlangsung dengan lancar.

   Dengan itu, tubuh senantiasa bugar, fikiran menjadi cemerlang, ketaatan kepada-Nya menjadi prima. Efek lainnya adalah dalam melakukan tugasnya sebagai ”pemakmur bumi” senantiasi menjadi positif dan produktif. Terbukti dalam sejarah menunjukkan bahwa, sejak dari kepindahan (hijrah) kaum muslimin dari Makkah ke Madinah sampai mencapai puncaknya di Eropah Spanyol Al-Andalus yang mengalami kejayaannya yang ditandai dari peradaban tinggi baik spiritual maupun material, dunia maupun akhirat, serta ”peninggalannya” [baca: Islam di Spanyol dan Peninggalannya] yang tiada ada tandingannya ketika itu, karena yang lainnya tidur lelap dalam ’kesengsaraan abad kegelapan’ (dark age).

   Demikianlah uraian dari tulisan dengan tema ”makna gerakan shalat dari segi kesehatan”. Mudah-mudahan tambahan informasi tentang manfaat shalat ini berguna. Menjadi motifasi (dorongan) yang dahsyat dalam melakukan shalat. Shalat sebagai media pertemuan antara mushalli (pelaku shalat) dengan Tuhan Al-Khaliq menjadi lebih berkualitas lagi, Amīn Ya Rabb Al-’Ālamīn.  Allāhu a’lam bish-shawāb. □ AFM

Ikuti juga tayangan video ini, untuk melihatnya manfaat gerakan shalat bagi kesehatan. Klik https dibawah ini.

Keajaiban Gerakan Shalat


Sumber Bacaan:

Islampos.Com-Mengapa Kapten San Jin Gu Memeluk Islam; Shalat & Dzikir Rasulullah Implikasinya Dalam Kehidupan, A. Faisal Marzuki, Rockville, Maryland, USA; Menegakkan sholat 5 waktu, Gerakan Shalat Untuk Kesehatan; Ummi Online, Sehat Bugar Dengan Shalat; Sehat Secara Islam, Manfaat Gerakan Shalat Untuk Kesehatan; Gerakan Solat Dalam Konsep Sains dan Islam, Idah Faridah, Academia.Edu; Dokter Hati.Com, Rahasia Keajaiban Gerakan Shalat Dari Sudut Pandangan Medis. □□□

Blog Archive