Kata Pengantar
Seorang
Korea sering mengamati orang-orang muslim sholat berjamaah di Masjid. Kebetulan
markas pasukannya berada dekat Masjid itu yang terletak di wilayah Irbil, Irak
bagian Utara. Namanya, San Jin Gu dengan
pangkat Kapten. Ia adalah salah
satu komandan Brigade-11 SF, pasukan perdamaian PBB dari Korea Selatan.
Sungguh
luar biasa gerakan-gerakan Sholat ini, sampai-sampai sang Kapten sangat
tertegun dan mencoba menirukan di kamarnya
sendirian. Pada saat mempraktekan itulah ia merasakan ketenangan dan damai
dalam hatinya. Oleh sebab itu gerakan-gerakan sholat tersebut kemudian
ia jadikan program meditasi untuk pasukan yang ia pimpin - disamping Yoga. Ternyata
sebagian besar prajurit setelah mempraktikkan gerakan-gerakan sholat tersebut
merasakan hal yang sama dengan apa yang dialami komandannya.
Sejak
itu Kapten San mempelajari Islam untuk mengenali lebih dalam lagi. Akhirnya ia
memutuskan untuk memeluk agama Islam. Sebelum niat ingin memeluk Islam
disampaikan kepada prajurit-prajuritnya, ia berkata: “Aku telah menemukan
cahaya kehidupan yang sesungguhnya, aku ingin berada dalam cahaya itu, dan
cahaya itu adalah Islam”. Tanpa ia duga, secara spontan 37 prajurit yang ia
pimpin mengangkat tangan mereka, sebagai tanda ikut bersama komandannya – untuk
juga memeluk Islam! Luar biasa pengaruh dan manfaat gerakan-gerakan sholat ini.
Pendahuluan
D
|
itinjaun secara fisik atau lahiriahnya, kita dapat melihat bahwa shalat itu ta’rif-nya adalah:
“Beberapa ucapan dan beberapa gerakan yang dimulai dengan ‘takbir’, disudahi
dengan ‘salam’, yang dengan shalat itu
kita beribadat kepada Allah, menurut syarat-syarat yang telah ditentukan.”
Syarat-syarat mana adalah: Berwudhu’; Berpakaian
bersih; Menghadap Kiblat; Niat; Berdiri; Takbir; Ruku’; I’tidal; Sujud; Duduk diantara dua sujud;
Duduk terakhir; Diakhiri
dengan menebarkan salam. Serta dilakukan dengan segala adab-adabnya seperti:
Ikhlas; Khusyu’; Thu’maninah; Dan Tawadhu’.
Bila ditinjauan dari segi ruh atau jiwa shalat, yaitu: suatu ta’rif
yang menggambarkan Ruhush-shalat adalah: “Berhadap (at-tawajjuhu)
kepada Allah swt, Dengan
sepenuh jiwa;
Dengan segala khusyu’kan
di hadapan-Nya;
Berikhlas bagi-Nya; Serta hadir hati dalam berdzikir, berdo’a
dan memuji-Nya.” Maka bersabdalah Nabi Muhammad saw: “Tiadalah seorang Muslim
mengambil wudhu’ lalu menyempurnakan wudhu’nya, kemudian berdiri dalam
shalatnya serta mengetahui apa yang diucapkannya, melainkan selesai mengerjakan
shalatnya setampil seorang anak yang baru dilahirkan ibunya.”
Disebut pula ibadah shalat merupakan tiang Agama Islam. Artinya jika kita
shalat maka kita telah menegakkan agama Islam. Jika hendak menegakkan agama bagi keselamatan
kita di dunia dan akhirat, atau
menegakkan agama sebagai pegangan hidup di dunia bagi keselamatan, kebaikan dan
kedamaian hidup kita, maka tegakkanlah
shalat.
Ibadah
shalat juga sebagai pembuka
pintu syurga. Bersabda Nabi saw: “Permulaan amalan yang diperiksa dari amalan
seseorang hamba pada hari kiamat, ialah shalatnya. Diperhatikan benar-benar
shalatnya. Maka jika betul urusan shalatnya, mendapat kemenanganlah dia. Jika
tidak betul urusan shalatnya, rugi dan sia-sialah usahanya.”
Melakukan shalat ialah melakukan munajat kepada Allah Pengayomnya yang
disembahnya. Nabi saw
bersabda: “Apabila seseorang kamu berada dalam shalat, maka sesungguhnya
dia sedang bermunajat kepada Rabb Tuhannya.”
Karena itu, wajiblah kita kerjakan dengan sepenuh hati dan penuh kecermatan. Artinya:
Hadir hati; Khusyu’; Thu’maninah. Dalam bershalat hadirkanlah hati, ”Allah tidak menerima sesuatu amal
dari seorang hamba, sehingga hati si hamba itu hadir beserta tubuhnya.” Dalam
bershalat kerjakanlah dengan khusyu’,
Bersabdalah Rasulullah saw: “Sekiranya khusyu’ hati orang ini, tentu khusyu’lah segala anggota
tubuhnya.”
Dengan cara itu, kesempurnaan bekerjanya ibadah shalat
akan dapat terasakan jika komponen-komponen
shalat diatas merupakan
‘sistim’- yang tak dapat dipisahkan satu sama lain - yang bekerja secara simultan antara ucapan disertai gerakan-gerakannya serta hadir hati. Dengan cara
bershalat seperti itu, akan dapat
menghasilkan ‘output’ yang optimal,
berupa ridha Allah. Dengan begitu efektiflah sistim komunikasi munajat
ibadah shalat ini, sebagai usaha mushalli
(pelaku shalat) dalam berhubungan dengan-Nya.
Setiap tahapan-tahapan upacara munajat itu
ditandai oleh tiga komponen ‘bahasa’
yaitu: Kesatu:
Bahasa badan (berdiri; ruku’; i’tidal; sujud; duduk; salam). Kedua:
Bahasa lidah (bacaan-bacaan dalam berdoa dan berdzikir yang dilafatkan). Ketiga: Bahasa hati,
yaitu hati hadir dengan sadar merasakan serta paham hakekat gerakan badan dan
ucapan-ucapan lidah. Atau hati berbisik yang melahirkan ucapan-ucapan lidah
disertai gerakan-gerakan badan dan anggota badan.
S
|
ehubungan dengan
gerakan-gerakan dalam shalat, boleh jadi banyak orang belum tahu rahasia dari
gerakan shalat. Ternyata dari sudut medis gerakan-gerakan dalam shalat sangat
berfaedah bagi kesehatan tubuh manusia. Gerakan-gerakan shalat sangat
proporsional bagi anatomi tubuhnya. Bahkan, shalat adalah gudang obat dari berbagai
jenis penyakit.
Allah, Sang Maha
Pencipta Alam Semesta dan Manusia, tahu persis apa yang sangat dibutuhkan oleh
makhluk ciptaan-Nya, dalam hal ini, khususnya manusia. Semua perintah-Nya tidak
hanya bernilai ibadah spiritual (bahthin) saja, tetapi mempunyai kemanfaatan
yang sungguh besar bagi kesehatan tubuh manusia itu sendiri. Kalau tidak,
bagaimana manusia dapat melakukan peribadatan dengan baik dan menjalankan peran
”pemakmur bumi”, tanpa sehat tubuhnya. Bahkan dalam duduk diantara dua sujud
kita memohon doa ”...wa ’āfinī...”
artinya dan ”sehatkanlah (healthy, well being, wellness) saya”.
Gerakan ibadah dalam
shalat merupakan ibadah yang paling tepat untuk sistim metabolisme dan tekstur
tubuh manusia, dimana gerakan-gerakan di dalam shalat ini mempunyai kemanfaatan
masing-masing antara lain dari posisi gerakan-gerakan shalat sebagai berikut:
Dalam Takbiratul Ihram
Pada posisi ini berdiri tegak. Kemudian
mengangkat kedua tangan sejajar telinga sambil bertakbir Allāhu Akbar, setelah itu melipat kedua tangan di perut bagian atas
atau dada bagian bawah. Gerakan seperti ini bermanfaat untuk melancarkan aliran
darah, getah bening – limfe, dan
kekuatan otot lengan. Posisi jantung di bawah otak memungkinkan darah mengalir
lancar ke seluruh tubuh. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu meregang
dengan itu aliran darah kaya akan oksigen. Kemudian kedua tangan didekapkan di perut
bagian atas atau dada dibagian bahwa,
dengan sikap itu menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya
pada tubuh bagian atas.
Dalam Ruku’
Ruku’ adalah membungkukkan badan dengan
posisi 90 derajat (dari yang sebelumnya tegak). Ruku’ yang sempurna ditandai
dengan tulang belakang lurus, badan berada pada posisi datar, sehingga bila
diletakkan segelas air di atas punggung tersebut tidak akan tumpah. Posisi kepala
menghadap ke bawah dan sama lurus dengan
badan. Gerakan ruku’ ini bermanfaat untuk menjaga kesempurnaan posisi serta
fungsi tulang belakang (corpus vertebrae)
sebagai penyangga tubuh dan pusat syaraf. Posisi jantung sejajar dengan otak,
dengan itu aliran darah akan maksimal pada tubuh bagian tengah. Tangan yang
bertumpu di lutut berfungsi untuk mereleksasikan otot-otot bahu hingga ke
bawah. Selain itu, ruku’ adalah sarana latihan bagi kemih sehingga ganguan prostate dapat di jegah.
Dalam I’tidal
Bangun dari ruku’ disebut i’tidal. Tubuh
kembali tegak setelah mengangkat kedua tangan setinggi telinga. I’tidal
merupakan perpindahan gerakan dari postur setelah ruku’ dan sebelum sujud.
Gerakan ini bermanfaat sebagai latihan yang baik bagi organ-organ pencernaan.
Pada saat i’tidal dilakukan, organ-organ pencernaan di dalam perut mengalami
pemijatan dan pelonggaran secara bergantian. Tentu ini memberi efek melancarkan
pencernaan.
Dari posisi tegak kemudian menyungkurkan
badan dalam posisi menungging dimana sebelum meletakkan dahi kepala ke atas
lantai sajadah, badan bertekan kepada kedua ujung telapak
kaki dalam posisi tegak kebawah dengan jari-jari kedua kaki tertekuk menghadap
kiblat, kedua lutut, kedua tapak tangan dan akhirnya dahi ke lantai sajadah.
Dalam posisi sujud seperti ini berguna untuk memompa getah bening kebahagian
leher dan ketiak. Posisi jantung diatas otak menyebabkan oksigen mengalir
dengan maksimal ke otak. Aliran semacam ini akan berpengaruh pada daya pikir
seseorang. Oleh karena itu, sebaiknya lakukan sujud dengan tu’maninah, tidak
tergesa-gesa, agar darah mencukupi kapasitasnya di otak. Juga posisi ini
menghindarkan seseorang dari gangguan penyakit wasir. Khusus bagi wanita, baik
ruku’ maupun sujud memiliki manfaat luar biasa bagi kesuburan dan kesehatan
organ kewanitaan.
Sujud juga adalah untuk latihan kekuatan
otot-otot tertentu, termasuk otot dada. Saat sujud, beban tubuh bagian
atas ditumpukan pada kedua lengan dan
kedua telapak tangan. Saat itu kontraksi terjadi pada otot dada, bagian tubuh
yang menjadi kebanggaan wanita – payudara, tidak hanya menjadi lebih indah
bentuknya, tetapi juga memperbaiki fungsi kelenjar air susu di dalamnya.
Masih dalam posisi sujud, manfaat lain yang
bisa dinikmati kaum wanita adalah otot-otot perut (rectus abdominis dan obliqus
abdominis externus) berkontraksi penuh saat saat pinggul serta pinggang
terangkat melampaui kepala dan dada. Kondisi ini melatih organ di sekitar perut
untuk mampu mengejan lebih dalam dan lebih lama yang membantu dalam proses
persalinan (melahirkan). Karena di dalam proses persalinan dibutuhkan
pernapasan yang baik dan kemampuan mengejan yang mencukupi. Bila otot perut
telah berkembang menjadi lebih besar dan kuat, maka secara alami, otot ini
justru menjadi elastis. Dengan kebiasaan sujud ini menyebabkan tubuh dapat
mengembalikan dan mempertahankan organ-organ perut pada tempatnya kembali.
Gerakan sujud tergolong unik. Sujud memiliki
falsafah bahwa manusia menundukkan kepala (yang biasanya kalau dalam keadaan
jaga selalu tegak berdiri di atas ujung badan) yang diikuti badannya ke bawah
sampai ke tempat serendah-rendahnya sama dengan telapak kaki. Dalam pandangan
ibadah artinya tunduk dan patuh kepada Tuhan Penciptanya. Sujud ini hanya untuk
Tuhan Pencipta saja bukan untuk segala makhluk. Dari sudut pandang ilmu psikoneuroimunulogi (ilmu mengenai
kekebalan tubuh dari sudut pandang psikologi) yang di dalami oleh Profesor
Soleh, gerakan ini mengantarkan manusia pada derajat yang setinggi-tingginya.
Mengapa kesimpulannya seperti itu?
Dengan melakukan gerakan sujud secara rutin
seperti dalam setiap shalat ini, pembuluh darah di otak terlatih untuk menerima
banyak pasokan oksigen. Pada saat sujud, posisi jantung berada di atas kepala
yang memungkinkan darah mengalir dengan maksimal ke otak. Artinya, otak
mendapatkan pasokan darah yang kaya oksigen dan bahan nutrisi lainnya yang
memacu kerja sel-selnya. Dengan kata lain, sujud yang tu’maninah dan kontinyu
dapat memicu peningkatan kecerdasan otak seseorang yang melakukannya.
Setiap inci otak
manusia memerlukan darah yang cukup untuk berfungsi secara normal. Darah tidak
akan memasuki urat syaraf di dalam otak melainkan ketika seseorang sujud dalam
shalat. Urat syaraf tersebut memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja.
Ini berarti, darah akan memasuki bagian urat tersebut mengikuti waktu shalat,
sebagaimana yang telah diwajibkan dalam Dinul (agama) Islam.
Dari gerakan-gerakan shalat itu,
juga mencegah kepikunan karena
gerakannya meningkatkan brain-derived
neurotrophic factor (BDNF). Yakni, sejenis protein yang
berfungsi menguatkan neuron. Otak yang mengandung banyak BDNF mampu menampung
lebih banyak informasi.
Riset di atas telah mendapat pengakuan dari
Harvard University, Amerika Serikat. Bahkan seorang dokter berkebangsaan
Amerika yang tidak dikenalnya menyatakan diri masuk Islam setelah diam-diam
melakukan riset pengembangan khusus mengenai gerakan sujud. Di samping itu,
gerakan-gerakan dalam shalat sekilas mirip gerakan yoga ataupun peregangan (stretching). Intinya, berguna untuk
melenturkan tubuh dan melancarkan peredaran darah. Keunggulan shalat dibandingkan
dengan gerakan lainnya adalah dalam shalat kita lebih banyak menggerakkan
anggota tubuh, termasuk jari-jari tangan dan kaki.
Duduk setelah sujud terdiri dari dua macam,
yaitu yaitu duduk iftirosy (duduk
dalam tahiyyat awal) dan tawarru’
(duduk dalam tahiyyat akhir), perbedaannya terletak dalam posisi telapak kaki.
Pada saat iftirosy, tubuh bertumpu
pada pangkal paha yang terhubung dengan syaraf nervus Ischiadus. Posisi ini mampu menghindarkan nyeri pada pangkal
paha yang sering menyebabkan penderitanya tak mampu berjalan. Sedang duduk tawarru’ sangat baik bagi pria, sebab
tumit menekan aliran kandung kemih (uretra),
dan kelenjar kelamin pria (prostate)
serta saluran vas deferens. Jika
dilakukan dengan benar. Posisi seperti ini mampu mencegah impotensi. Variasi
posisi telapak kaki pada iftirosy dan
tawarru’ menyebabkan seluruh otot
tungkai turut meregang dan kemudian releks kembali. Gerakan dan tekanan
harmonis inilah yang menjaga kelenturan dan kekuatan organ-organ gerak kita.
Hal terpenting
adalah turut berkontraksinya otot-otot daerah perineum. Bagi wanita, di daerah ini terdapat tiga liang, yaitu
liang persenggamaan, dubur untuk melepaskan kotoran, dan saluran kemih. Saat tawarru’, tumit kaki kiri harus menekan
daerah perineum. Punggung
kaki harus diletakkan di atas telapak
kaki kiri dan tumit kaki kanan harus menekan pangkal paha kanan. Pada posisi
ini tumit kaki kiri akan memijit dan menekan daerah parineum. Tekanan inilah yang memperbaiki organ reproduksi di
daerah perineum.
Dalam Salam
Dalam gerakan salam yaitu memutar kepala menghadap
ke kanan secara maksimal. Selanjutnya memutar lagi menghadap ke kiri dilakukan secara
maksimal, maka gerakan dalam bersalam ini bermanfaat untuk merileksasikan otot
sekitar leher dan kepala. Dengan itu, menyempurnakan aliran darah di kepala,
Dengan itu mencegah sakit kepala serta menjaga kekencangan kulit wajah.
Penutup
Pada dasarnya, seluruh gerak shalat mempunyai
efek yang signifikan dalam meremajakan tubuh. Jika tubuh lentur, kerusakan sel
dan kulit dapat dicegah (kalaupun terjadi juga maka dapat dikurangi). Apalagi
dilakukan secara rutin, maka sel-sel yang rusak dapat segera tergantikan.
Regenerasipun berlangsung dengan lancar.
Dengan
itu, tubuh senantiasa bugar, fikiran menjadi cemerlang, ketaatan kepada-Nya
menjadi prima. Efek lainnya adalah dalam melakukan tugasnya sebagai ”pemakmur
bumi” senantiasi menjadi positif dan produktif. Terbukti dalam sejarah
menunjukkan bahwa, sejak dari kepindahan (hijrah) kaum muslimin dari Makkah ke
Madinah sampai mencapai puncaknya di Eropah Spanyol Al-Andalus yang mengalami kejayaannya yang ditandai dari peradaban
tinggi baik spiritual maupun material, dunia maupun akhirat, serta ”peninggalannya”
[baca: Islam di Spanyol dan
Peninggalannya] yang tiada ada tandingannya
ketika itu, karena yang lainnya tidur lelap dalam ’kesengsaraan abad kegelapan’
(dark age).
Demikianlah uraian dari tulisan dengan tema ”makna
gerakan shalat dari segi kesehatan”. Mudah-mudahan tambahan informasi tentang
manfaat shalat ini berguna. Menjadi motifasi (dorongan) yang dahsyat dalam
melakukan shalat. Shalat sebagai media pertemuan antara mushalli (pelaku shalat) dengan Tuhan Al-Khaliq menjadi lebih berkualitas lagi, Amīn Ya Rabb Al-’Ālamīn. Allāhu a’lam
bish-shawāb. □ AFM
Ikuti
juga tayangan video ini, untuk melihatnya manfaat gerakan shalat bagi kesehatan. Klik https dibawah ini.
Keajaiban Gerakan Shalat
Sumber
Bacaan:
Islampos.Com-Mengapa Kapten San Jin Gu Memeluk Islam; Shalat & Dzikir Rasulullah Implikasinya Dalam
Kehidupan, A. Faisal Marzuki, Rockville, Maryland, USA; Menegakkan
sholat 5 waktu, Gerakan Shalat Untuk Kesehatan; Ummi Online, Sehat Bugar Dengan
Shalat; Sehat Secara Islam, Manfaat Gerakan Shalat Untuk Kesehatan; Gerakan Solat
Dalam Konsep Sains dan Islam, Idah Faridah, Academia.Edu; Dokter Hati.Com, Rahasia
Keajaiban Gerakan Shalat Dari Sudut Pandangan Medis. □□□