Thursday, September 3, 2015

Adab Dalam Shalat



  • Peliharalah segala shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthā. Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’. [QS Al-Baqarah 2:238] 


Shalat adalah ibadah pokok bagi setiap muslim. Sebagaimana kebutuhan sehari-hari seperti makan dan minum bagi tubuh (pisik) manusia. Shalat adalah kebutuhan bathin (spiritual, ruh) – yang juga bermanfaat bagi tubuh [lihat juga blog ini dengan tema “Makna Gerakan Shalat Dari Segi Kesehatan”] bagi manusia. Pada diri manusia terdapat dua unsur, yaitu unsur biologi (tanah) 1 dan unsur jiwa (ruh) 2. Kedua unsur ini saling melengkapi. Seperti itulah manusia diciptakan-Nya. Diciptakan untuk beribadah 3 kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan memakmurkan 4 kehidupan di bumi bersama manusia-manusia lainnya.

Shalat merupakan sendi (rukun) dari sendi-sendi lain dalam “Rukun Islam”. Hukum shalat wajib (shalat lima waktu), disamping shalat sunnah lainnya. Sebagai muslim, shalat mesti dilakukannya. Perintah shalat 5 ini datang langsung dari Allah Subhana Wa Ta’ala. Perintahnya bukan melalui wahyu yang dibawa oleh Jibril alayhis salam. Melainkan langsung diterima Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alayhi Wasallam ketika berada di langit yang tinggi, Sidratul Muntaha. Dengan itu menandakan pentingnya perintah shalat itu mesti dilaksanakan. Dibalik dari perintah itu pasti ada guna dan manfaatnya. Dia Yang Mencipta makhluk, Dia pula yang pasti tahu apa yang dibutuhkan makhluk-Nya.

Shalat yang baik, tentunya bukan begitu saja kita lakukan. Tapi semestinya kita mengikuti pula adab-adabnya. Insya Allah, dengan itu akan mendatangkan berkahnya bagi pelaku shalat.


U
ntuk mewujudkan shalat yang diridhai Allah Subhana Wa Ta’ala, hendaklah dipenuhinya dengan adab-adab. Kata adab ini boleh juga kita sebut sebagai etika atau tatakrama atau prosedur yang semestinya kita lakukan dalam bershalat. Adab-adab mana dapat kita bagi menjadi dua bagian. Yaitu “Adab Umum” dan “Adab Khusus”.

Bagian Pertama. Adab Umum. Yaitu, segala adab yang mesti dilaksanakan diseluruh keadaan shalat, dilakukan dengan sebaik mungkin disetiap posisi shalat seperti ketika berdiri, ketika ruku’, ketika i’tidal, ketika sujud, ketika duduk diantara dua sujud, ketika duduk terakhir sebelum salam dan salam.

   Adab yang dimaksudkan disini adalah etika atau tatakrama yang melahirkan sikap dan perasaan sopan dan hormat  kepada yang ingin ditemui, apalagi kepada Yang Maha Tinggi, Maha Mulia dan Maha Kuasa. Jika sikap dan perasaan sopan dan hormat dilakukan, maka sudah barang tentu pertemuannya dapat berlangsung sangat baik indah dan lancar. Adab seperti itulah sebagai cikal bakal yang akan didengarkan-Nya atas hajat keperluan yang disampaikan dalam pertemuan itu. Dengan itu akan mendapat perhatian yang baik dan sungguh dari-Nya. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wasallam ketika menghadap Allah ‘Azza wa Jalla di Sidratul Muntaha, seperti yang diuraikan dalam Isra’ dan Mi’raj. Allah Subhana Wa Ta’ala berfirman (sebagaimana suka-Nya kepada hamba-Nya yang ingin menemui-Nya dalam keadaan beradab) seperti disebutkan oleh Anas Radhiyallahu Anhu dan Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu keduanya berkata, Nabi Shallallahu ‘Alayhi Wasallam bersabda, Allah Subhana Wa Ta’ala berfirman, Jika seorang hamba mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekatinya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat padanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku berjalan, Aku akan datang kepadanya berlari.” 6

Bagian Kedua. Adab Khusus. Yaitu, segala adab yang ditentukan dengan suatu rukun (ketentuan dari cara-cara melakukannya) dalam melakukan perbuatan maupun apa yang yang mesti dibaca dalam pembacaan yang dilakukan oleh pelaku shalat. Adab yang dimaksudkan disini adalah mengikuti etika atau tatakrama atau prosedur yang telah ditentukan terlebih dahulu oleh Yang Mau Ditemui dimana yang mau menemuinya semestinya mengikuti apa yang telah ditentukan-Nya itu. Ketentuan itu berupa gerakannya bagaimana, serta ucapan apa saja yang mesti disebutkan. Jika ketentuan ini dilakukan, maka perbuatannya itu akan diridhai-Nya. Diterima karena memenuhi syaratnya.

   Selanjutnya sikap dan perasaan sopan dan hormat yang dilakukan pada Adab-adab Umum itu adalah,

Membesarkan nama Allah dan memuliakan-Nya. Yakni, Hendaklah sesuatu yang dikerjakan dalam shalat disertai dengan rasa membesarkan Allah Subhana Wa Ta’ala yang berhak menerima ibadat disertai dengan rasa memuliakan-Nya. Hal ini kita lakukan mengingat benar-benar bahwa diri kita yang bershalat ini adalah hamba Allah dan bahwa Allah itu adalah Khalik, yang menjadikan kita, Dia itu Yang Maha Besar lagi Yang Maha Tinggi.

Mewujudkan rasa khusyu’, takut dan cinta kepada Allah. Yakni, Bahwa shalat itu adalah tali perhubungan antara hamba dengan Tuhan penciptanya. Karena itulah menjadi suatu kewajiban mewujudkan khusyu’, takut dan cinta kepada Allah Subhana Wa Ta’ala di dalam perhubungan (shilat dalam shalat) ini. Sebenarnya rasa khusyuk, takut dan cinta kepada Allah Subhana Wa Ta’ala ini bukanlah hal yang sukar dirasakan seandainya kita mengenal 99 nama-nama baik dari Asmaul Husna-Nya. Mengenal keadaan alam jagat semesta 7, jagat kecil 8, dan kitab suci al-Qur’an. 9

Menghadirkan Hati. Yakni, hendaklah kita hadapkan segala pikiran dan perasaan hati kita kepada amal yang kita kerjakan dalam berdiri, rukuk, i’tidal, sujud, dan duduk diantara dua sujud, dan sujud terakhir dalam melakukan do’a, tahlil, tahmid, takbir yang kita bacakan, hendaknya dan diusahakan selalu jangan berpaling kepada yang selain dari-Nya.

Memahamkan makna yang diucapkan dan dikerjakan. Yakni hendaklah hati memahamkan - sesudah mengetahui - akan makna yang dilafadzkan oleh lidah dan makna yang dikerjakan oleh badan termasuk anggotanya.

Seperti itulah hendaknya kita melakukan pada “Adab-adab Umum” itu yang telah diuraikan diatas. Selanjutnya ikuti uraian Adab-adab Khusus.

   Sikap dan perasaan sopan dan hormat yang dilakukan pada Adab-adab Khusus itu adalah adab dalam memenuhi ketentuan yang telah ditentukan terlebih dahulu bagaimana cara-caranya shalat yang mesti dilakukan itu, seperti halnya dalam gerakan-gerakan yang akan dilakukan, serta ucapan-ucapan yang akan disebutkan.  Dalam hal ini ada dua yaitu,

Adab khusus yang lahir. Yakni, Adab-adab lahir dikerjakan oleh anggota-anggota lahir dibawah perintah atau kesadaran anggota bathin (hati). Disebut juga sebagai proses recognation (kenal betul, tahu betul atau paham betul) - cognitive 10  yaitu, mengetahui dan selanjutnya melakukan cara gerakan-gerakan shalat dan bacaan-bacaan shalat yang dilakukan Rasulullah.

Adab khusus yang bathin.  Yakni, adab-adab bathin yang dikerjakan anggota bathin (hati), dengan itu lahir bekasannya atau ada pengaruh atau ada akibatnya yang sangat dalam pada anggota-anggota lahir. Disebut juga sebagai proses untuk menghidupkan motor jiwa agar hidup atau bekerja yang terkendali sesuai dengan apa yang dilakukan oleh gerakan-gerakan dalam shalat dan bacaan-bacaan yang dilafadzkan dalam shalat. Dengan itu psycho motoric 11 bekerja dengan baik, karena telah memahami makna gerakan dari  shalat, dan mengetahui makna tujuannya yang dalam dari bacaan shalat. □ AFM


Sumber:

Shalat & Dzikir Rasulullah Implikasinya Dalam Kehidupan, A. Faisal Marzuki, Rockville, Maryland, USA


Catatan kaki:

1Dialah Yang menciptakan kamu dari “tanah” [QS Al-An’am 6:2]. Wahai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani (unsur-unsur yang terdapat dari tanah seperti ‘kimia organik’ yang membentuk building block sel-sel yang menyusun menjadi manusia), kemudian dari (berproses menjadi) segumpal darah, kemudian dari (berproses menjadi) segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan…” [QS Al-Hajj 22:5]

2Kemudian Dia menyempurnakan (tubuh biologisnya) dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya ruh (ciptaan)-Nya…[QS As-Sajdah 32:9]

3”Dan Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia, melainkan supaya mereka beribadat (liya’budūn, menyembah) kepada-Ku”. [QS Adz-Dzāriyat 51:56] 

4Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya. [QS Hūd 11:61]

5Peliharalah segala shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthā. Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’. [QS Al-Baqarah 2:238] 

6Hadist Qudsi riwayat Bukhari, ath-Thabrani meriwayatkan dari Salman ra

7Dalam astronomi telah diteliti bahwa bintang-bintang dan gugus-gugus bintang yang berkilauan bukan hanya seperti taburan intan dan berlian di langit, tapi berwarna-warni yang indah dilihat dengan teropong Hubble dan sinar infra merah. Bintang atau gugus bintang ini hadir di langit dengan harmonis dalam garis edar masing-masing, tidak berbenturan satu sama lain. Jumlahnya triliyunan.

8Lain dari bintang-bintang yaitu keadaan alam jagat kecil seperti yang diteliti oleh ahli biologi antara lain apa yang disebut dengan nama sel (cell) - makhluk hidup yang sangat kecil ada di diri kita. Hanya dapat dilihat rinciannya dengan mikroskop elektron. Sel yang hidup dalam tubuh kita yang banyaknya 40 trilliun, terorganisir rapih. Hidup sendiri-sendiri tapi saling tunjang-menunjang dan melakukan fungsinya masing-masing tanpa kita perintah. Sel mendukung kehidupan jasad kita.


9Kitab yang tiada keraguan dalam ajarannya dan isinya, petunjuk (sebagai GPS) untuk keselamatan dan kebahagiaan hidup bagi yang beriman teguh kepada Allahi Rabbi - Pencipta dan Pembina alam semesta. [QS al-Baqarah 2:2]

10Cognitive: Istilah dalam psikologi, artinya, mengenali dengan baik atau Paham. Kepahaman inilah yang pada giliran berikutnya mau melaksanakan apa yang telah dipahamkan itu. Secara teknis artinya melatih dan membesarkan kemampuan cognitive dalam kepedulian hidupnya, yaitu suatu kesadaran hidup untuk mesti mencapai sesuatu yang perlu dipahami terlebih dahulu, baru setelah itu ada kemauan untuk mengerjakannya atau daya untuk mencapainya menjadi kuat dan pasti (tidak ragu) yang pada gilirannya merangsang perangkat Psycho motoric untuk mau bekerja.

11Psycho motoric: Istilah dalam psikologi, artinya, setelah terpahami, maka motor jiwa secara otomatis bekerja dan menggerakkan anggota tubuh untuk melaksanakannya seperti apa yang telah dipahaminya. □□□

Blog Archive