- Peliharalah segala shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthā. Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’. [QS Al-Baqarah 2:238]
Shalat adalah ibadah pokok bagi
setiap muslim. Sebagaimana kebutuhan sehari-hari seperti makan dan minum bagi
tubuh (pisik) manusia. Shalat adalah kebutuhan bathin (spiritual, ruh) – yang juga
bermanfaat bagi tubuh [lihat juga blog ini dengan tema “Makna Gerakan Shalat Dari Segi Kesehatan”] bagi manusia.
Pada diri manusia terdapat dua unsur, yaitu unsur biologi (tanah) 1 dan unsur jiwa (ruh) 2. Kedua unsur ini saling
melengkapi. Seperti itulah manusia diciptakan-Nya. Diciptakan untuk beribadah 3 kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan memakmurkan 4 kehidupan di bumi
bersama manusia-manusia lainnya.
Shalat
merupakan sendi (rukun) dari sendi-sendi lain dalam “Rukun Islam”. Hukum shalat
wajib (shalat lima waktu), disamping shalat sunnah lainnya. Sebagai muslim,
shalat mesti dilakukannya. Perintah shalat 5 ini datang langsung dari Allah Subhana Wa Ta’ala. Perintahnya bukan
melalui wahyu yang dibawa oleh Jibril alayhis
salam. Melainkan langsung diterima Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alayhi Wasallam ketika berada di langit yang tinggi,
Sidratul Muntaha. Dengan itu menandakan pentingnya perintah shalat itu mesti
dilaksanakan. Dibalik dari perintah itu pasti ada guna dan manfaatnya. Dia Yang
Mencipta makhluk, Dia pula yang pasti tahu apa yang dibutuhkan makhluk-Nya.
Shalat
yang baik, tentunya bukan begitu saja kita lakukan. Tapi semestinya kita
mengikuti pula adab-adabnya. Insya Allah, dengan itu akan mendatangkan
berkahnya bagi pelaku shalat.
U
|
ntuk
mewujudkan shalat yang diridhai Allah Subhana
Wa Ta’ala, hendaklah dipenuhinya dengan adab-adab. Kata adab ini boleh juga kita sebut sebagai etika atau tatakrama atau prosedur yang semestinya kita lakukan dalam
bershalat. Adab-adab mana dapat kita
bagi
menjadi dua
bagian.
Yaitu “Adab Umum” dan “Adab Khusus”.
Bagian
Pertama. Adab Umum. Yaitu, segala adab yang
mesti dilaksanakan diseluruh
keadaan shalat, dilakukan dengan sebaik mungkin disetiap posisi shalat seperti
ketika berdiri, ketika ruku’, ketika i’tidal, ketika sujud, ketika duduk
diantara dua sujud, ketika duduk terakhir sebelum salam dan salam.
Adab yang dimaksudkan disini adalah etika atau tatakrama
yang melahirkan sikap dan perasaan sopan dan hormat kepada yang ingin ditemui, apalagi kepada Yang Maha Tinggi, Maha Mulia dan Maha Kuasa. Jika sikap
dan perasaan sopan dan hormat dilakukan, maka sudah barang tentu pertemuannya
dapat berlangsung sangat baik indah dan lancar. Adab seperti itulah sebagai
cikal bakal yang akan didengarkan-Nya atas hajat
keperluan yang disampaikan dalam pertemuan itu. Dengan itu
akan mendapat perhatian yang baik dan
sungguh dari-Nya. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wasallam ketika menghadap Allah ‘Azza wa Jalla di Sidratul Muntaha,
seperti yang diuraikan dalam Isra’ dan Mi’raj. Allah Subhana Wa Ta’ala berfirman (sebagaimana suka-Nya kepada hamba-Nya
yang ingin menemui-Nya dalam keadaan beradab) seperti disebutkan oleh Anas Radhiyallahu
Anhu dan Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu keduanya berkata, Nabi Shallallahu
‘Alayhi Wasallam bersabda, Allah Subhana
Wa Ta’ala berfirman, “Jika
seorang hamba mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekatinya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat padanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku berjalan, Aku akan datang kepadanya berlari.” 6
Bagian Kedua. Adab Khusus. Yaitu, segala adab yang
ditentukan dengan suatu rukun (ketentuan dari cara-cara melakukannya) dalam melakukan
perbuatan maupun apa yang yang mesti dibaca dalam pembacaan yang dilakukan oleh
pelaku shalat. Adab yang dimaksudkan
disini adalah mengikuti etika atau tatakrama atau prosedur yang telah ditentukan terlebih dahulu oleh “Yang Mau Ditemui” dimana yang mau menemuinya semestinya mengikuti apa yang telah ditentukan-Nya itu.
Ketentuan itu berupa gerakannya bagaimana, serta ucapan apa saja yang mesti
disebutkan. Jika ketentuan ini dilakukan, maka perbuatannya itu akan
diridhai-Nya. Diterima karena memenuhi syaratnya.
Selanjutnya
sikap dan perasaan sopan dan hormat yang
dilakukan pada Adab-adab Umum itu adalah,
Membesarkan nama Allah dan
memuliakan-Nya. Yakni, Hendaklah sesuatu yang dikerjakan dalam
shalat disertai dengan rasa membesarkan Allah Subhana Wa Ta’ala yang berhak menerima ibadat disertai dengan rasa
memuliakan-Nya. Hal ini kita lakukan mengingat benar-benar bahwa diri kita yang
bershalat ini adalah hamba Allah dan bahwa Allah itu adalah Khalik, yang
menjadikan kita, Dia itu Yang Maha Besar lagi Yang Maha Tinggi.
Mewujudkan
rasa khusyu’, takut dan cinta kepada Allah. Yakni, Bahwa shalat
itu adalah tali perhubungan antara hamba dengan Tuhan penciptanya. Karena
itulah menjadi suatu kewajiban mewujudkan khusyu’, takut dan cinta kepada Allah
Subhana Wa Ta’ala di dalam perhubungan (shilat dalam shalat)
ini. Sebenarnya rasa khusyuk, takut
dan cinta kepada Allah Subhana Wa Ta’ala
ini bukanlah hal yang sukar dirasakan seandainya kita mengenal 99 nama-nama baik dari Asmaul Husna-Nya. Mengenal keadaan alam
jagat semesta 7, jagat kecil 8, dan kitab suci al-Qur’an. 9
Menghadirkan
Hati.
Yakni, hendaklah kita hadapkan segala
pikiran dan perasaan hati kita kepada amal yang kita kerjakan dalam berdiri,
rukuk, i’tidal, sujud, dan duduk diantara dua sujud, dan sujud terakhir dalam melakukan do’a, tahlil, tahmid, takbir
yang kita bacakan, hendaknya dan diusahakan selalu jangan berpaling kepada yang
selain dari-Nya.
Memahamkan makna yang diucapkan
dan dikerjakan. Yakni hendaklah hati memahamkan - sesudah
mengetahui - akan makna yang dilafadzkan
oleh lidah dan makna yang dikerjakan oleh badan termasuk anggotanya.
Seperti itulah hendaknya kita melakukan pada “Adab-adab
Umum” itu yang telah diuraikan diatas. Selanjutnya ikuti uraian Adab-adab
Khusus.
Sikap dan perasaan sopan dan hormat yang dilakukan pada
Adab-adab Khusus itu adalah
adab dalam memenuhi ketentuan yang telah ditentukan terlebih
dahulu bagaimana cara-caranya shalat yang mesti dilakukan itu, seperti halnya dalam
gerakan-gerakan yang akan dilakukan, serta ucapan-ucapan yang akan disebutkan. Dalam hal ini ada dua yaitu,
Adab
khusus yang
lahir. Yakni,
Adab-adab lahir dikerjakan oleh anggota-anggota lahir dibawah
perintah atau kesadaran anggota bathin (hati). Disebut
juga sebagai proses recognation (kenal betul, tahu betul atau paham betul)
-
cognitive 10 yaitu, mengetahui dan selanjutnya melakukan cara gerakan-gerakan
shalat dan bacaan-bacaan shalat yang dilakukan Rasulullah.
Adab
khusus yang
bathin. Yakni, adab-adab
bathin yang dikerjakan anggota bathin (hati), dengan itu lahir
bekasannya atau ada pengaruh atau
ada akibatnya yang sangat dalam pada
anggota-anggota lahir. Disebut juga sebagai proses untuk menghidupkan motor jiwa agar hidup atau bekerja
yang terkendali sesuai dengan apa yang dilakukan oleh gerakan-gerakan dalam
shalat dan bacaan-bacaan yang dilafadzkan dalam shalat. Dengan itu psycho motoric 11 bekerja
dengan baik, karena telah memahami makna gerakan dari shalat, dan mengetahui makna tujuannya yang dalam dari bacaan
shalat. □ AFM
Sumber:
Shalat & Dzikir Rasulullah Implikasinya Dalam Kehidupan, A. Faisal Marzuki, Rockville, Maryland, USA
Catatan
kaki:
1Dialah Yang menciptakan kamu dari “tanah”
[QS Al-An’am 6:2]. Wahai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan
(dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari
tanah, kemudian dari setetes mani (unsur-unsur yang terdapat dari tanah seperti
‘kimia organik’ yang membentuk building
block sel-sel yang menyusun menjadi manusia), kemudian dari (berproses
menjadi) segumpal darah, kemudian dari (berproses menjadi) segumpal daging yang
sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu
dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang
ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan
berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan…” [QS Al-Hajj 22:5]
2Kemudian
Dia menyempurnakan (tubuh biologisnya) dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya ruh
(ciptaan)-Nya…[QS As-Sajdah 32:9]
3”Dan Aku
tidak menciptakan Jin dan Manusia, melainkan supaya mereka beribadat (liya’budūn, menyembah) kepada-Ku”. [QS
Adz-Dzāriyat 51:56]
4Dia
telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya. [QS Hūd
11:61]
5Peliharalah
segala shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthā.
Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’. [QS Al-Baqarah 2:238]
6Hadist Qudsi riwayat Bukhari, ath-Thabrani meriwayatkan dari
Salman ra
7Dalam astronomi telah diteliti bahwa bintang-bintang dan
gugus-gugus bintang yang berkilauan bukan hanya seperti taburan intan dan
berlian di langit, tapi berwarna-warni yang indah dilihat dengan teropong Hubble
dan sinar infra merah. Bintang atau gugus bintang ini hadir di langit dengan
harmonis dalam garis edar masing-masing, tidak berbenturan satu sama lain.
Jumlahnya triliyunan.
8Lain dari bintang-bintang yaitu keadaan alam jagat kecil
seperti yang diteliti oleh ahli biologi antara lain apa yang disebut dengan
nama sel (cell) - makhluk hidup yang sangat kecil ada di diri
kita. Hanya dapat dilihat rinciannya dengan mikroskop elektron. Sel yang hidup
dalam tubuh kita yang banyaknya 40 trilliun,
terorganisir rapih. Hidup sendiri-sendiri tapi saling tunjang-menunjang dan
melakukan fungsinya masing-masing tanpa kita perintah. Sel mendukung kehidupan
jasad kita.
9Kitab yang tiada keraguan
dalam ajarannya dan isinya, petunjuk (sebagai GPS) untuk keselamatan dan
kebahagiaan hidup bagi yang beriman teguh kepada Allahi Rabbi - Pencipta dan
Pembina alam semesta. [QS
al-Baqarah 2:2]
10Cognitive:
Istilah
dalam psikologi,
artinya, mengenali dengan baik atau Paham. Kepahaman inilah yang pada giliran berikutnya mau
melaksanakan apa yang telah dipahamkan itu. Secara teknis artinya melatih dan
membesarkan kemampuan cognitive dalam kepedulian hidupnya, yaitu suatu
kesadaran hidup untuk mesti mencapai sesuatu yang perlu dipahami terlebih
dahulu, baru setelah itu ada kemauan untuk mengerjakannya atau daya untuk
mencapainya menjadi kuat dan pasti (tidak ragu) yang pada gilirannya merangsang
perangkat Psycho motoric untuk mau bekerja.
11Psycho motoric: Istilah
dalam psikologi,
artinya, setelah terpahami, maka motor jiwa secara otomatis bekerja dan menggerakkan
anggota tubuh untuk melaksanakannya seperti
apa yang telah dipahaminya. □□□