Oleh:
A. Faisal Marzuki
Walaupun
“Supercontinent – Pangaea” telah menjadi 6 kontingen benua. Dari setiap benua
terdiri banyak negara. Dari setiap negara terdiri dari banyak suku, ras, bahasa
dan warna kulit. Tapi di era informasi, hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
menjadikan manusia berada di satu kampung dunia global seperti kembali ke “Supercontinent
– Pangaea”. Dengan itu tidak bisa di sekat-sekat lagi. Hari ini kejadian di Eropa dalam tayangan tv misalnya, penduduk benua lain akan tahu, seperti kejadian peledakan di Paris.
T
|
idak
seperti sekarang dimana daratan
Bumi telah terpisah oleh air laut menjadi 6 kontingen benua, 200 juta tahun yang lalu daratan bumi satu yang disebut The Supercontinent.
Atau dalam bahasa Yunani disebut Pangaea
yang maksudnya adalah permukaan daratan bumi berkumpul menjadi satu. Enam kontingen
benua Asia, Afrika, Eropah, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Australia
menjadi satu di zaman paruh kedua Era Paleozoic. Proses selanjutnya
lempengan-lempengan cikal bakal 6 kontingen benua itu secara perlahan-lahan
dengan adanya gempa tektonik menjadikan Pangaea 6 kontingen benua seperti
sekarang ini. Dari sini lahirlah berbagai bahasa, kebiasaan, warna kulit,
budaya dan peradaban. Dengan itu dinamika kegiatan manusia menjadi beragam
sesuai dengan kondisi alam setempat. Dari sini timbul kepentingan (interest) masing-masing kelompok di daerah dimana mereka menetap. Antar kehidupan kelompok yang membesar sesuai dengan perjalanan waktu dapat melahirkan hubungan terpisah fision -
splits power, berpecahnya menjadi kelompok-kelompok kecil karena suatu pertikaian; Atau fusion – combine power antar kelompok menjadi besar dalam ikatan kerja
sama antar satu kelompok dengan kelompok yang lain; Ada lagi balance power, masing-masing kelompok
hidup dalam kelompok masing-masing yang tidak mau atau tidak perlu bekerja sama.
Menghadapi
baik dan buruk dari kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi seperti tersebut diatas Maha Pencipta Alam Semesta telah
memberikan arahannya – guidance (advice or information aimed at resolving a
problem or difficulty, especially as given by someone in authority) sebagai
berikut:
Wahai Manusia! Sungguh, Kami (Tuhan, Maha Pencipta
Alam Semesta) telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu saling mengenal (lita'ārafū) satu sama lainnya. Sungguh, yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa
(patuh dengan arahan-Nya). Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.
[QS Al-Hujurāt 49:13]
Manusia yang ada sekarang ini barasal dari “homo
adamis” yang diperkirakan mulai ada 10 millennium yang lalu yaitu Adam as kreasi Tuhan Maha Pencipta Alam
Semesta dan ras manusia homo-adamis. Istri
Adam as namanya Hawa. Dari keduanya
ini melahirkan manusia homo-adamis
yang menghuni 6 kontingen benua sekarang ini telah mencapai 7 ½ milyar manusia.
Homo-Adamis ini kelihatannya serupa dengan puncak terakhir proses biologis homo sapiens sebagaimana hipothesa Charles Robert Darwin (1809 – 1882) seorang naturalis Inggris dan ahli geologi, paling
dikenal karena kontribusinya pada teori evolusi. Menurut
hipotesa Darwin asal manusia adalah hasil dari proses evolusi dari perkembangan makhluk yang sudah ada. Malah ia memaparkan: “Misteri
awal segala sesuatu tidak dapat dipecahkan oleh kami, manusia ”- The
mystery of the beginning of all things is insoluble by us; dan saya untuk
satu hal
harus puas untuk tetap agnostik - ragu, dan tak percaya terhadap konsep yang
datang dari "Tuhan" - and I for one must be content to remain
an agnostic. Selanjutnya
ia berpendapat: “Manusia yang
berani membuang-buang waktu walaupun
hanya sejam saja,
percuma, karena tidak akan pernah menemukan
nilai dari
arti kehidupan ini”- A
man who dares to waste one hour of time has not discovered the value of life. Darwin melanjutkan pendapatnya: “Manusia bukanlah, yang
terkuat dari spesies makhluk
yang survive (dapat bertahan hidup) dalam evolusi alam, dan juga bukanlah yang paling cerdas, tetapi yang paling responsif terhadap perubahan” - It
is not the strongest of the species that survive, nor the most intelligent, but
the one most responsive to change. Dia
sendiri meragukan kemampuan manusia untuk mengerti sesuatu yang diluar
jangkauan nalar manusia, apalagi masalah-masalah gaib – beyond reality dan metaphysic
– dibalik materi. Tapi dia sendiri telah berani mengatakan bahwa asal manusia berdasarkan perkembangan evolusi alam semata, dan kehidupan dan keberadaan yang ada itu tidak ada nilai seperti yang disebutkan diatas.
Padahal Tuhan Pencipta mempunyai konsep dalam menjadikan manusia untuk hidup di bumi, yaitu membawa misi yang mulia sebagai pemakmur kehidupan di bumi. Agar bumi lestari dan bermanfaat bagi manusia dan ekosistimnya. Manusia ini akan berkembang biak sedemikian banyaknya (kini berjumlah 7 1/2 milyar). Adam as sebagai manusia pertama hidup di bumi dijadikan-Nya dan diajari pengetahuan serta diberi bekal “Sukhuf” [1] yaitu lembaran panduan hidup. Dengan sukhuf itu dia menjalankan tugasnya di bumi sebagai khalifah yang dipercayakan kepadanya yang ia sanggupi. Tugasnya di bumi untuk beribadah kepada-Nya dan memakmur bumi untuk kehidupan manusia dan alam lingkungannya yang layak huni, sehat, teratur, aman dan damai dalam berperadaban yang di ridhai-Nya.
Tuhan Pencipta Alam Semesta berfirman:
"wa idz qõla rabbuka lilmalāikati innī jā’ilun
fil ardhi khalīfah" - Dan
(ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku (Allah,
Pencipta Alam Semesta) hendak menjadikankan seorang khalifah (mandataris-Nya) di
bumi. [QS Al-Baqarah 2:30]
Manusia sebagai species makhluk unggulan dari Sang Pencipta Alam Raya di Raya - universe, diberi kepercayaan menjalankan misinya sebagai khalifah yang
diserahi tugas untuk mengelola kehidupan manusia di bumi sebagai pemakmur bumi.
[QS Hud 11:61]
Riwayat
Manusia Khalifah
“Wa idz
qõla Robbuka lil-malāikati innī jā-‘ilun fil ardhi khalīfah”.
Artinya, “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat, “Sesungguhnya
Aku (Allah swt) hendak menjadikan
seorang khalīfah di bumi. [QS Al-Baqarah 2:30]
Kata Arab khalīfah diartikan dalam
bahasa Indonesia sebagaimana juga bunyinya dalam bahasa aslinya yaitu khalifah.
Sedangkan oleh Abdullah Yusuf Ali, dalam bukunya “The Qur’an, Text, Translation
and Comentary” menyebutkan khalīfah dalam bahasa Inggris sebagai visegerent. Visegerent bentuk kata benda yang artinya adalah, a person appointed by another especially by
ruler. Yaitu orang yang mendapatkan tugas yang biasanya diberikan oleh
seorang penguasa (yang kekuasaannya lebih tinggi daripada yang mendapat tugas). Untuk apa? Untuk to exercise the latter’s power and authority. Demikianlah manusia
khalifah diciptakan dan diberi tugas untuk melaksanakan kekuasaan dan otoritas
dari-Nya. Manusia khalifah tersebut sebagai deputy atau wakil-Nya selaku
mandataris untuk mengelola kehidupan manusia di bumi. Latter bentuk kata sifat yang artinya it represents the original. Yaitu melakukannya sesuai dengan
apa-apa yang di perintahkan-Nya. [2]
Dari keterangan Abdullah Yusuf Ali
tersebut, artinya disini adalah kalaupun dia manusia berkuasa dan mempunyai
otoritasnya itu dalam melakukan tugasnya mesti dan sepantasnya sesuai dengan
isi perintah dan ketentuan-ketentuan dalam cara pelaksanaan dari pemberi
mandatnya. Sebagaimana seorang Jendral memerintahkan Prajuritnya. Ada disiplin
aturan yang mesti dipatuhinya. Begitu pula seorang Manager terhadap Bossnya. Jadi kalau dia - manusia
sewenang-wenang dalam menjalankannya ‘power’ yang ada padanya itu tidak
sesuai dengan pemberi mandat maka akan terjadi worst (malapetaka) dan chaos
(kekacauan) bagi manusia itu sendiri. Ada amanah yaitu perintah sekaligus
diberi kuasa (power) dan otoritas
melaksanakannya, maka disitu timbul tanggung jawab dalam melaksanakan tugas
kewajibannya. Jadi disini ada nilai moral integritas yang harus dipedomaninya
dalam melaksanakan kewajibannya.
Keturunan selanjutnya dari homo adamis ini mempunyai misi hidup
yang sama dengan Bapak Manusia Pertama - Adam as,
“Dan
Dia-lah (Allah-lah) yang menjadikan kamu khalifah-khalifah (para
mandataris-Nya) di bumi”. [QS Al-An’am 6:165]
Allah subhana wa ta'ala berfirman:
”…Bumi adalah tempat kediaman dan kesenanganmu
sampai waktu yang telah ditentukan” [QS Al-‘Arāf 7:24]
“Disana
(dunia) kamu hidup, dan disana kamu mati, dan dari sana (pula) kamu akan
dibangkitkan (untuk dimintai pertanggungan jawaban atas amal pekerjaan semasih hidup di dunia dan menerima ganjarannya).” [QS Al-‘Arāf 7:25]
Misi
Manusia
Dia (Allah) telah menciptakan kamu dari
bumi dan menjadikan kamu pemakmurnya. [QS Hud 11:51]
Memakmurkan bumi perlu moral integritas
sebagai mana yang ditetapkan dalam firman-Nya sebagai berikut:
Sesungguhnya Allah, ● Menyuruh (kamu): Berlaku adil; Berbuat
kebajikan; Memberi bantuan kepada kerabat. ● Dia melarang (melakukan): Perbuatan
keji; Kemungkaran, dan Permusuhan. ● Dia memberi: Pengajaran kepadamu agar
kamu dapat mengambil pelajaran. [QS Surat An-Nahl 16:90]
●Dan tepatilah janji dengan Allah
apabila kamu berjanji, dan janganlah kamu melanggar sumpah setelah diikrarkan,
sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah itu).
Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. [QS Surat An-Nahl 16:91]
●Dan janganlah kamu seperti seorang
perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi
cerai-berai kembali. ● Kamu menjadikan sumpah (perjanjian) mu
sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih
banyak jumlahnya dari golongan yang lain. ● Allah hanya menguji kamu dengan hal
itu, dan pasti pada hari Kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu
kamu perselisihkan itu. [QS Surat An-Nahl 16:92]
●Dan jika Allah menghendaki, niscaya Dia
menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Dia menyesatkan siapa yang Dia
kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Tetapi kamu
pasti akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan. [QS Surat An-Nahl 16:93]
□ AFM
Bersambung
ke: Mengatasi Kemelut Dunia 2
Catatan Kaki:
[1] Sukhuf adalah lembaran-lembaran yang tidak lengkap. Isinya terbatas sesuai dengan zamannya. Menurut para ulama, terdapat 110 sukhuf yang diturunkan kepada beberapa Nabi. Para Nabi yang menerima sukhuf ada 5. Para Nabi yang menerima sukhuf adalah:
1) Nabi Adam as menerima 10 sukhuf.
2) Nabi Idris as menerima 30 sukhuf.
3) Nabi Shith as, cucu Nabi Nuh as menerima 50 sukhuf.
4) Nabi Ibrahim as menerima 10 sukhuf.
5) Nabi Musa as menerima 10 sukhuf
[2] Yusuf Ali, The Qur’an, Text, Translation and Comentary, Published by Tahrike
Tarsile Qur’an Inc. P.O. Box 1115 Corona-Elmhurst Station, Elmhurst, New York
11373-1115. hal. 24. □□□