Wednesday, December 9, 2015

Mengatasi Kemelut Dunia 1


Oleh: A. Faisal Marzuki



Walaupun “Supercontinent – Pangaea” telah menjadi 6 kontingen benua. Dari setiap benua terdiri banyak negara. Dari setiap negara terdiri dari banyak suku, ras, bahasa dan warna kulit. Tapi di era informasi, hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, menjadikan manusia berada di satu kampung dunia global seperti kembali ke “Supercontinent – Pangaea”. Dengan itu tidak bisa di sekat-sekat lagi. Hari ini kejadian di Eropa dalam tayangan tv misalnya, penduduk benua lain akan tahu, seperti kejadian peledakan di Paris.

T
idak seperti sekarang dimana daratan Bumi telah terpisah oleh air laut menjadi 6 kontingen benua,  200 juta tahun yang lalu daratan bumi satu yang disebut The Supercontinent. Atau dalam bahasa Yunani disebut Pangaea yang maksudnya adalah permukaan daratan bumi berkumpul menjadi satu. Enam kontingen benua Asia, Afrika, Eropah, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Australia menjadi satu di zaman paruh kedua Era Paleozoic. Proses selanjutnya lempengan-lempengan cikal bakal 6 kontingen benua itu secara perlahan-lahan dengan adanya gempa tektonik menjadikan Pangaea 6 kontingen benua seperti sekarang ini. Dari sini lahirlah berbagai bahasa, kebiasaan, warna kulit, budaya dan peradaban. Dengan itu dinamika kegiatan manusia menjadi beragam sesuai dengan kondisi alam setempat. Dari sini timbul  kepentingan (interest) masing-masing kelompok di daerah dimana mereka menetap. Antar kehidupan kelompok yang membesar sesuai dengan perjalanan waktu dapat melahirkan hubungan terpisah fision - splits power, berpecahnya menjadi kelompok-kelompok kecil karena suatu pertikaian; Atau fusioncombine power antar kelompok menjadi besar dalam ikatan kerja sama antar satu kelompok dengan kelompok yang lain; Ada lagi balance power, masing-masing kelompok hidup dalam kelompok masing-masing yang tidak mau atau tidak perlu bekerja sama.

Menghadapi baik dan buruk dari kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi seperti tersebut diatas Maha Pencipta Alam Semesta telah memberikan arahannya – guidance (advice or information aimed at resolving a problem or difficulty, especially as given by someone in authority) sebagai berikut:

Wahai Manusia! Sungguh, Kami (Tuhan, Maha Pencipta Alam Semesta) telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal (lita'ārafū) satu sama lainnya. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa (patuh dengan arahan-Nya). Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. [QS Al-Hujurāt 49:13]

Manusia yang ada sekarang ini barasal dari “homo adamis” yang diperkirakan mulai ada 10 millennium yang lalu yaitu Adam as kreasi Tuhan Maha Pencipta Alam Semesta dan ras manusia homo-adamis. Istri Adam as namanya Hawa. Dari keduanya ini melahirkan manusia homo-adamis yang menghuni 6 kontingen benua sekarang ini telah mencapai 7 ½ milyar manusia. Homo-Adamis ini kelihatannya serupa dengan puncak terakhir proses biologis homo sapiens sebagaimana hipothesa Charles Robert Darwin (1809 – 1882) seorang naturalis Inggris dan ahli geologi, paling dikenal karena kontribusinya pada teori evolusi. Menurut hipotesa Darwin asal manusia adalah hasil dari proses evolusi dari perkembangan makhluk yang sudah ada. Malah ia memaparkan: “Misteri awal segala sesuatu tidak dapat dipecahkan oleh kami, manusia ”- The mystery of the beginning of all things is insoluble by us;  dan saya untuk satu hal harus puas untuk tetap agnostik - ragu, dan tak percaya terhadap konsep yang datang dari "Tuhan" - and I for one must be content to remain an agnostic. Selanjutnya ia berpendapat: “Manusia yang berani membuang-buang waktu walaupun hanya sejam saja, percuma, karena tidak akan pernah menemukan nilai dari arti kehidupan ini”- A man who dares to waste one hour of time has not discovered the value of life. Darwin melanjutkan pendapatnya: “Manusia bukanlah, yang terkuat dari spesies makhluk yang survive (dapat bertahan hidup) dalam evolusi alam, dan juga bukanlah yang paling cerdas, tetapi yang paling responsif terhadap perubahan” - It is not the strongest of the species that survive, nor the most intelligent, but the one most responsive to change. Dia sendiri meragukan kemampuan manusia untuk mengerti sesuatu yang diluar jangkauan nalar manusia, apalagi masalah-masalah gaib – beyond reality dan metaphysicdibalik materi. Tapi dia sendiri telah berani mengatakan bahwa asal manusia berdasarkan perkembangan evolusi alam semata, dan kehidupan dan keberadaan yang ada itu tidak ada nilai seperti yang disebutkan diatas.

Padahal Tuhan Pencipta mempunyai konsep dalam menjadikan manusia untuk hidup di bumi, yaitu membawa misi yang mulia sebagai pemakmur kehidupan di bumi. Agar bumi lestari dan bermanfaat bagi manusia dan ekosistimnya. Manusia ini akan berkembang biak sedemikian banyaknya (kini berjumlah 7 1/2 milyar). Adam as sebagai manusia pertama hidup di bumi dijadikan-Nya dan diajari pengetahuan serta diberi bekal “Sukhuf” [1] yaitu lembaran panduan hidup. Dengan sukhuf itu dia menjalankan tugasnya di bumi sebagai khalifah yang dipercayakan kepadanya yang ia sanggupi. Tugasnya di bumi untuk beribadah kepada-Nya dan memakmur bumi untuk kehidupan manusia dan alam lingkungannya yang layak huni, sehat, teratur, aman dan damai dalam berperadaban yang di ridhai-Nya.

Tuhan Pencipta Alam Semesta berfirman:

"wa idz qõla rabbuka lilmalāikati innī jā’ilun fil ardhi khalīfah" - Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku (Allah, Pencipta Alam Semesta) hendak menjadikankan seorang khalifah (mandataris-Nya) di bumi. [QS Al-Baqarah 2:30]

Manusia sebagai species makhluk unggulan dari Sang Pencipta Alam Raya di Raya - universe, diberi kepercayaan menjalankan misinya sebagai khalifah yang diserahi tugas untuk mengelola kehidupan manusia di bumi sebagai pemakmur bumi. [QS Hud 11:61]


Riwayat Manusia Khalifah

Wa idz qõla Robbuka lil-malāikati innī jā-‘ilun fil ardhi khalīfah”. Artinya, “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat, “Sesungguhnya Aku (Allah swt) hendak menjadikan seorang khalīfah di bumi. [QS Al-Baqarah 2:30]

Kata Arab khalīfah diartikan dalam bahasa Indonesia sebagaimana juga bunyinya dalam bahasa aslinya yaitu khalifah. Sedangkan oleh Abdullah Yusuf Ali, dalam bukunya “The Qur’an, Text, Translation and Comentary” menyebutkan khalīfah dalam bahasa Inggris sebagai visegerent. Visegerent bentuk kata benda yang artinya adalah, a person appointed by another especially by ruler. Yaitu orang yang mendapatkan tugas yang biasanya diberikan oleh seorang penguasa (yang kekuasaannya lebih tinggi daripada yang mendapat  tugas). Untuk apa? Untuk to exercise the latter’s power and authority. Demikianlah manusia khalifah diciptakan dan diberi tugas untuk melaksanakan kekuasaan dan otoritas dari-Nya. Manusia khalifah tersebut sebagai deputy atau wakil-Nya selaku mandataris untuk mengelola kehidupan manusia di bumi. Latter bentuk kata sifat yang artinya it represents the original. Yaitu melakukannya sesuai dengan apa-apa yang di perintahkan-Nya. [2]

Dari keterangan Abdullah Yusuf Ali tersebut, artinya disini adalah kalaupun dia manusia berkuasa dan mempunyai otoritasnya itu dalam melakukan tugasnya mesti dan sepantasnya sesuai dengan isi perintah dan ketentuan-ketentuan dalam cara pelaksanaan dari pemberi mandatnya. Sebagaimana seorang Jendral memerintahkan Prajuritnya. Ada disiplin aturan yang mesti dipatuhinya. Begitu pula seorang Manager terhadap Bossnya. Jadi kalau dia - manusia sewenang-wenang dalam menjalankannya ‘power’ yang ada padanya itu tidak sesuai dengan pemberi mandat maka akan terjadi worst (malapetaka) dan chaos (kekacauan) bagi manusia itu sendiri. Ada amanah yaitu perintah sekaligus diberi kuasa (power) dan otoritas melaksanakannya, maka disitu timbul tanggung jawab dalam melaksanakan tugas kewajibannya. Jadi disini ada nilai moral integritas yang harus dipedomaninya dalam melaksanakan kewajibannya.

Keturunan selanjutnya dari homo adamis ini mempunyai misi hidup yang sama dengan Bapak Manusia Pertama - Adam as,

“Dan Dia-lah (Allah-lah) yang menjadikan kamu khalifah-khalifah (para mandataris-Nya) di bumi”. [QS Al-An’am 6:165]

Allah subhana wa ta'ala berfirman:

”…Bumi adalah tempat kediaman dan kesenanganmu sampai waktu yang telah ditentukan” [QS Al-‘Arāf 7:24]

“Disana (dunia) kamu hidup, dan disana kamu mati, dan dari sana (pula) kamu akan dibangkitkan (untuk dimintai pertanggungan jawaban atas amal pekerjaan semasih hidup di dunia dan menerima ganjarannya).” [QS Al-‘Arāf 7:25]


Misi Manusia

Dia (Allah) telah menciptakan kamu dari bumi dan menjadikan kamu pemakmurnya. [QS Hud 11:51]

Memakmurkan bumi perlu moral integritas sebagai mana yang ditetapkan dalam firman-Nya sebagai berikut:

Sesungguhnya Allah, Menyuruh (kamu): Berlaku adil; Berbuat kebajikan; Memberi bantuan kepada kerabat.   Dia melarang (melakukan): Perbuatan keji; Kemungkaran, dan Permusuhan. Dia memberi: Pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. [QS Surat An-Nahl 16:90]

Dan tepatilah janji dengan Allah apabila kamu berjanji, dan janganlah kamu melanggar sumpah setelah diikrarkan, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. [QS Surat An-Nahl 16:91]

Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai-berai kembali. Kamu menjadikan sumpah (perjanjian) mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Allah hanya menguji kamu dengan hal itu, dan pasti pada hari Kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu. [QS Surat An-Nahl 16:92]

Dan jika Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Dia menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Tetapi kamu pasti akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan. [QS Surat An-Nahl 16:93] □ AFM


Catatan Kaki:
 
[1] Sukhuf adalah lembaran-lembaran yang tidak lengkap. Isinya terbatas sesuai dengan zamannya. Menurut para ulama, terdapat 110 sukhuf yang diturunkan kepada beberapa Nabi. Para Nabi yang menerima sukhuf ada 5. Para Nabi yang menerima sukhuf adalah:

1) Nabi Adam as menerima 10 sukhuf.
2) Nabi Idris as menerima 30 sukhuf.
3) Nabi Shith as, cucu Nabi Nuh as menerima 50 sukhuf.
4) Nabi Ibrahim as menerima 10 sukhuf.
5) Nabi Musa as menerima 10 sukhuf

[2] Yusuf Ali, The Qur’an, Text, Translation and Comentary, Published by Tahrike Tarsile Qur’an Inc. P.O. Box 1115 Corona-Elmhurst Station, Elmhurst, New York 11373-1115. hal. 24. □□□

Blog Archive