Monday, August 10, 2020

Peranan Buku Dalam Peradaban Islam

 

 

PENGANTAR


Peradaban Islam adalah jembatan penting dari hadirnya peradaban masa kini. Carli Fiorina, CEO dari Hewlett Packard, Perusahaan perancang computer dan kemudian memproduksinya dengan merek HP, seorang yang visioner dan berbakat tinggi, memaparkan: “Para arsitek yang merancang bangunan-bangunan yang mampu melawan gravitasi adalah mereka para matematikawan yang menciptakan aljabar dan algoritma yang dengan itu komputer dan enkripsi data dapat tercipta. Mereka para dokter yang memeriksa tubuh manusia, dan menemukan obat baru untuk menyembuhkan penyakit. Mereka para astronom yang melihat ke langit, memberi nama bintang-bintang, dan membuka jalan bagi perjalanan dan eksplorasi antariksa” - mereka itu adalah para ilmuan dan penemu Muslim pada zaman kejayaan Islam di abad tengah.

 

B

uku adalah jendela ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Dari ilmu pengetahuan, kita bisa mempelajari berbagai hal serta mengembangkan diri. Buku yang menuntun kita menjelajah berbagai kemungkinan dalam kehidupan ini memandu untuk mengatasi bermacam persoalan, mendorong penemuan, dan membangun peradaban manusia yang lebih maju.

Bangsa yang maju adalah bangsa yang membaca buku. Sebaliknya, kian rendah daya baca masyarakat, kian sulit bangsa itu maju. Ingat saja pernyataan terkenal dari penyair kelahiran Amerika Serikat yang kemudian hijrah ke Inggris, TS Eliot (1888-1965), “Sulit membangun peradaban tanpa budaya tulis dan baca.”

Sementara Peradaban Islam Tempo Doeloe maju, karena adanya dorongan seperti yang ada baik dalam Al-Qur’an maupun Al-Hadits sebagai berikut:

“Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. [QS Al-Mujādilah 58:11]

Bacalah, dan Tuhanmu lah Yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia ) dengan pena (penulisan di kertas). Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” [QS Al-‘Alaq 96:3-5]

“Carilah ilmu walau sampai ke negeri China, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Sesungguhnya Malaikat akan meletakan sayapnya bagi penuntut ilmu karena rela atas apa yang dia tuntut.” [HR Ibnu Abdil Bar].  □ AFM

 

 

PERANAN BUKU DALAM PERADABAN ISLAM

Oleh: A. Faisal Marzuki

 

D

alam sebuah kuliahnya mantan Menteri Luar Negeri, Mochtar Kusumaatmadja, mengatakan ada sebuah hal yang terus ‘disembunyikan’ dalam peradaban moderen di mana Barat kini menjadi pihak yang menghegemoninya. Hal itulah adalah fakta bahwa di dasar peradaban mereka ada sebuah peninggalan khasanah ilmu pengetahuan hasil karya peradaban Islam.

''Berkat peradaban Islamlah cara berpikir rasional yang merupakan peninggalan zaman Yunani hidup kembali. Yang membangunkannya adalah para ilmuwan Islam. Jadi di sini peradaban Islam adalah sebagai 'jembatan penting' dari hadirnya peradaban masa kini,'' kata Muchtar Kusumaatmadja.

Bagi benak banyak orang, mereka tampaknya begitu yakin bahwa peradaban kontemporer ini hadir begitu saja sebagai karya orisinil peradaban Barat. Fanatisme ini banyak terlihat dengan mengatakan bahwa 'bapak peradaban' dunia adalah Isac Newton. Begitu juga dengan anggapan fanatik bahwa bapak ilmu filsafat moderen adalah Imanuel Kant.

'Kebutaan' akan fakta sejarah ini pun sebenarnya harus dimaklumi. Para ahli hukum misalnya tak akan pernah berpikir bahwa hukum perdata yang kini berlaku di Indonesia 'diam-diam' juga mendapat sumbangan kasanah hukum fikih. Mereka tidak tahu betapa pada zaman Napoleon misalnya, begitu banyak buku klasik dari Mesir diangkut ke Perancis bersamaan dengan 'dirampoknya' berbagai barang peninggalan peradaban era ke kaisaran Firaun dari negara itu. Salah satu kaidah peninggalan fiqh yang diimpor dalam hukum perdata di antara adalah pengaturan pasal bahwa setiap kali terjadi transaksi adalah harus dilakukan dengan tertulis.

Dalam peradaban Islam itu karya tulis memang menjadi bahan penting. Apalagi ada sandaran perintah Tuhan bahwa membaca adalah hal yang wajib, QS Al-‘Alaq 96:3-5. Akibatnya, selama era kekhalifahan Islam, penulisan buku menjadi sangat penting artinya. Para khalifah membangun perpustakaan dengan koleksi ribuan buku. Ilmuwan pun getol menulis hasil karyanya, baik itu dari bidang ilmu filsafat etika, kedokteran, sejarah, sosiologi, dan musik, aljabar, algoritma, ...dst. Tokoh klasiknya dalam hal ini seperti Al Ghazali, Al Kindi, Ibu Rush, Al Farabi, Ibnu Khaldun, Ibnu Haitam, Al-Khwarizmi dan banyak lainnya. Serta buku-buku dalam Al-Dīn Al-Islam (baca: addiinul islam) lainnya seperti fiqh, ibadah, akhlak, akaid, dst.

Tokoh yang berjasa besar dalam bidang perbukuan atau kasanah intelektual adalah salah satu raja dalam dinasti Abbasiyah, Khalifah Al-Makmun yang memerintah pada 813-833. Dia sangat antusias mendorong penerjemahan berbagai karya filsafat dan ilmu pengetahuan Yunani ke dalam bahasa Arab. Penerjemahan itu sebagian dilakukan secara langsung dari karya asli bahasa Yunani, sebagian lainnya hasil terjemahan bahasa Syiria dari bahasa Yunani.

Bahkan, pada era itu, Khalifah Makmun mensyaratkan agar para pejabat pemerintahnya yang non Arab diminta menguasai sedikitnya dua bahasa. Dan memang dari sanalah sumber tenaga para penerjemah buku direkrut. Salah satu jalur penandatanganannya adalah melalui Harran, kota di Mesopotamia, yang memang banyak penduduknya masih menggunakan bahasa Yunani. Jalur datangnya para penerjemah lainnya adalah melalui Jund-i-Shahpur di Khuzistan. Kota ini dibangun oleh Kaisar Sasanid Shahpur I sebagai tempat para tawanan yang dibawa dari Syiria. Kota ini menjadi pusat ilmu kedokteran.

Membanjirnya terjemahan buku dari bahasa Yunani dan Syira ke dalam bahasa Arab tersebut jelas menunjukan bahwa waktu itu sudah terdapat masyarakat pembaca yang aktif. Sedangkan pusat kebudayaan Arab yang sedang tumbuh pada saat itu adalah Baghdad. Kota itu terletak di tepi sungai Tigris, tidak jauh dari Ctesiphon, bekas ibu kota kerajaan Persia dan ibu kota kerajaan sebelumnya, Parta Arsacadid. Baghdad sendiri dibangun pada 762 sebagai ibukota Kekhalifahan Abbasiyah. Selain dipenuhi bangunan megah, kota ini juga dilengkapi dengan gedung perpustakaan yang lengkap.

Dalam soal perkembangan keilmuan melalui maraknya penerbitan buku, penulis 'Mankind and Mother Earth', Arnold Toynbee, menyatakan, fermentasi intelektual yang muncul pada masyarakat Islam pada masa itu didorong oleh kebutuhan untuk melengkapi ajaran Islam dengan berbagai perangkat intelektual. Islam jelas membutuhkan sistem hukum dan sistem teologi yang memadai bagi sebagian masyarakat di kerajaan yang wilayahnya meliputi berbagai pusat peradaban kuno di mana sudah mempunyai peradaban 'lebih matang'.

 

TRANFORMASI PERADABAN ISLAM KEPADA PERADABAN DUNIA.

S

ekian lamanya Islam melakukan penyebaran ajarannya, hingga lebih dari 14 abad lamanya.  Tentunya dari masa perjuangan tersebut telah menorehkan banyak hasil yang dapat dirasakan oleh dunia saat ini walaupun sudah tidak ada lagi kekuasaan Islam yang mutlak. Karena Islam dalam ekspansinya, tidak hanya mengambil keuntungan materi dari daerah yang dapat dikuasai, melainkan ikut membangun dan memajukan peradaban yang ada dan tetap toleran terhadap budaya lokal yang ada.

Para tokoh Islam klasik yang telah membangun peradaban di masa itu, dan tidak dilakukan oleh orang-orang Barat pada masa kegelapannya, adalah dengan mempelajari dan mempertahankan peradaban Yunani Kuno, serta mengembangkan buah pemikirannya untuk menemukan sesuatu yang baru dari segi filsafat dan ilmu pengetahuan. Seorang pemikir orientalis barat Gustave Lebon, dan telah diterjemahkan oleh Samsul Munir Amin, mengatakan bahwa “(orang Arab-lah) yang menyebabkan kita mempunyai peradaban, karena mereka adalah imam kita selama enam abad”.

Hingga peradaban Islam telah memberi kontribusi besar dalam berbagai bidang khususnya bagi dunia Barat yang saat ini diyakini sebagai pusat peradaban dunia. Kontribusi besar tersebut antara lain:

(1). Sepanjang abad ke-12 dan sebagian abad ke-13, karya-karya kaum Muslim dalam bidang filsafat, sains, dan sebagainya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, khususnya dari Spanyol. Penerjemahan ini sungguh telah memperkaya kurikulum pendidikan dunia Barat.

(2). Kaum muslimin telah memberi sumbangan eksperimental mengenai metode dan teori sains ke dunia Barat.

(3). Sistem notasi dan desimal Arab (Arabic number) dalam waktu yang sama telah dikenalkan ke dunia Barat yang sebelumnya menggunakan angka Romawi yang tidak praktis. Untu menulis angka 'seribu sembilan ratus empat puluh delapan' dituliskan ilmuan Muslim menggunakan dengan 4 digit angka, yaitu 1848. Sementara orang Barat menggunakan angka Romawi memerlukan 11 digit huruf seperti MDCCCXLVIII.  Ilmu dan teknologi tidak akan maju dan berkembang seperti sekarang ini  apabila masih tetap menggunakan angka Romawi yang ruwet serta sama sekali tidak praktis seperti MDCCCXLVIII (11 digit huruf).

(4). Karya-karya dalam bentuk terjemahan, khususnya karya Ibnu Sina (Avicenna) dalam bidang kedokteran, digunakan sebagai teks di lembaga pendidikan tinggi sampai pertengahan abad ke-17.

(5). Para ilmuwan Muslim dengan berbagai karyanya telah merangsang kebangkitan Eropa, memperkaya dengan kebudayaan Yunani Kuno dan Romawi Kuno serta literatur klasik yang pada gilirannya melahirkan Renaisance.

(6). Lembaga-lembaga pendidikan Islam yang telah didirikan jauh sebelum Eropa bangkit dalam bentuk ratusan madrasah adalah pendahulu universitas yang ada di Eropa.

(7). Para ilmuwan muslim berhasil melestarikan pemikiran dan tradisi ilmiah Romawi-Persi (Greco Helenistic) sewaktu Eropa dalam kegelapan.

(8). Sarjana-sarjana Eropa belajar di berbagai lembaga pendidikan tinggi Islam dan mentransfer ilmu pengetahuan ke dunia Barat.

(9). Para ilmuwan Muslim telah menyumbangkan pengetahuan tentang rumah sakit, sanitasi, dan makanan kepada Eropa. Pada kondisi-kondisi tersebut, terutama pada abad ke-11 dan ke-12, walaupun tradisi Islam yang diboyong ke Barat masih belum terjadi pemisahan yang jelas antara ilmu-ilmu yang ada dan ketika itu ilmu kalam, filsafat, tasawuf, ilmu alam, matematika, dan ilmu kedokteran masih bercampur. Akan tetapi Islam telah mampu mendamaikan akal dengan iman dan filsafat dengan agama. Sedangkan  bangsa Barat pada masa itu masih terdapat stereotipe yang memisahkan antara akal dan iman serta filsafat dan agama. Hal ini juga terjadi pada ilmu pengetahuan dan ilmu alam, yang mana Islam telah berjasa menyatukan akal dengan alam, menetapkan kemandirian akal, menetapkan keberadaan hukum alam yang pasti, dan keserasian Tuhan dengan alam.

Hingga akhirnya filsafat skolastik Barat mencapai puncaknya yang telah didukung oleh adanya pilar Islam dengan dibangunnya akademi-akademi di Eropa yang diadopsi dari gaya akademi di kawasan Timur. Hal ini merupakan evolusi dari illuminisme biara ke kegiatan pemikiran yang dialihkan kesekolahan dan akademi. Dan kurikulum yang diajarkan adalah filsafat lama, dan ilmu-ilmu Islam terutama Averoisme Paris. Pada saat yang sama terjadi perubahan kecenderungan pemikiran dari kesenian dan kasusatraan ke gramatika dan logika, dari retorika ke filsafat dan pemikiran, dan dari paganisme kesusastraan Latin ke penyucian Tuhan sebagai pemikiran Islam.


PENUTUP

D

emikianlah sumbangan besar Islam atas peradaban dunia Barat, yang selanjutnya jusru dijadikan sebagai pusat peradaban dunia pada saat ini. Hal ini dikarenakan kekonsistensian dunia Barat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologinya. Bahkan karya-karya besar para ilmuwan Muslim tersebut hingga kini masih dapat kita temukan di perpustakaan-perpustakaan internasional, khususnya di Amerika, yang secara profesional dan rapi telah menyimpannya. Sehingga para umat Muslim di masa kini, yang ingin mempelajari lebih banyak tentang khasanah Islam tersebut, harus pergi ke negara Barat agar dapat meminta kembali “permata” yang sementara ini telah mereka pinjam.

Sejarah telah membuktikan bahwa kontribusi Islam pada kemajuan ilmu pengetahuan di dunia modern menjadi fakta sejarah yang tak terbantahkan sebagaimana Carli Fiorina, CEO dari Hewlett Packard, Perusahaan perancang computer dan kemudian memproduksinya dengan merek HP, seorang yang visioner dan berbakat tinggi, memaparkan: “Para arsitek yang merancang bangunan-bangunan yang mampu melawan gravitasi adalah mereka para matematikawan yang menciptakan aljabar dan algoritma yang dengan itu komputer dan enkripsi data dapat tercipta. Mereka para dokter yang memeriksa tubuh manusia, dan menemukan obat baru untuk menyembuhkan penyakit. Mereka para astronom yang melihat ke langit, memberi nama bintang-bintang, dan membuka jalan bagi perjalanan dan eksplorasi antariksa” - mereka itu adalah para ilmuan dan penemu Muslim pada zaman kejayaan Islam di abad tengah.

Bermula, dari dunia Islam lah ilmu pengetahuan mengalami transmisi (penyebaran, penularan), diseminasi dan proliferasi (pengembangan) ke dunia Barat yang sebelumnya diliputi oleh Masa Gelap (Dark Ages) mendorong munculnya zaman renaissance atau enlightenment (pencerahan) di Eropa.

Melalui dunia Islam lah mereka mendapat akses untuk mendalami dan mengembangkan ilmu pengetahuan moderen. Menurut George Barton, ketika dunia Barat sudah cukup masak untuk merasakan perlunya ilmu pengetahuan yang lebih dalam, perhatiannya pertama-tama tidak ditujukan kepada sumber-sumber Yunani, melainkan kepada sumber-sumber Arab (Islam).

Demikianlah sumbangan besar Islam atas peradaban dunia Barat, yang selanjutnya jusru dijadikan sebagai pusat peradaban dunia pada saat ini. Hal ini dikarenakan kekonsistensian dunia Barat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologinya. Bahkan karya-karya besar para ilmuwan Muslim tersebut hingga kini masih dapat kita temukan di perpustakaan-perpustakaan internasional, khususnya di Amerika, yang secara profesional dan rapi telah menyimpannya. Sehingga para umat Muslim di masa kini, yang ingin mempelajari lebih banyak tentang khasanah Islam tersebut, harus pergi ke negara Barat agar dapat meminta kembali “permata” yang sementara ini telah mereka pinjam. Billāhi Taufiq wal-Hidāyah. □ AFM

 

Baca juga topik ini dengan mengklik topiknya sbb:

Membaca Sebagai Jendela IPTEK

Al-Khwarizmi Bapak Aljabar 1

Al-Khwarizmi Bapak Aljabar 2

Ibnu Haitham Penemu Ilmu Optik

Al-Idrisi Pencipta Peta Dunia 1

Al-Idrisi Pencipta Peta Dunia 2

Al-Biruni Ilmuwan Pendiri Tiga Ilmu 1

Al-Biruni Ilmuwan Pendiri Tiga Ilmu 2

Al-Jazari Insinyur Jenius dan Bapak Robotik 1

Al-Jazari Insinyur Jenius dan Bapak Robotik 2

Teknologi Jam Warisan Peradaban Islam   □□

 

Sumber Penulisan:

https://afaisalmarzuki.blogspot.com/2015/10/membaca-sebagai-jendela-iptek.html

https://khazanah.republika.co.id/berita/pwyvai313/jejak-buku-dalam-peradaban-islam

https://afaisalmarzuki.blogspot.com/2017/02/kontribusi-islam-bagi-kemajuan.html

https://afaisalmarzuki.blogspot.com/2017/10/jejak-islam-napoleon-bonaparte.html  

https://afaisalmarzuki.blogspot.com/2016/08/islam-dan-peradaban-dunia.html   □□□

Blog Archive