Oleh: A. Faisal Marzuki
…supaya
kamu menggunakan akal pikiran (la‘allakum
ta’qilūn) - untuk mengerti atau memahami. [QS Al-Mu’min/Ghāfir 40:67]
PENDAHULUAN
K
|
alau kita menyebutkan AKAL, maka serta merta
terbayang disana OTAK sebagai alat manusia untuk berfikir - yaitu menimbang dan
menyimpulkan (karena mengerti dan memahami) serta dengan itu mengambil
keputusan. Secara umum pendapat ini tidaklah salah, bahkan biasa digunakan
orang. Manusia di karuniai otak dari Allah Maha Pencipta diri manusia sebagai
alat untuk membantu dalam keperluan hidupnya.
Dari segi bentuk pisiknya berat otak manusia
lebih kurang 1.500 gram. Mengambil ruang (volume)
sekitar 1.350 cc. Di dalam otak ini
terdapat banyak sel-sel,
jumlahnya 100 milyar. Otak ini memiliki banyak kabel-kabel syaraf. Kabel-kabel
mana mengandung pula sel-sel sebanyak 1 triliyun (1.000 milyar), fungsinya
sebagai penghubung satu sama lain.
Sedang otak kecil yang terletak antara belakang
kepala bagian bawah dan leher belakang (lihat poster gambar diatas), memiliki
sel-sel sebanyak 70 milyar. Selanjutnya otak kecil ini memiliki pula
kabel-kabel syaraf. Kabel-kabel mana mengandung sel-sel sebanyak 1.000 milyar,
fungsinya sebagai penghubung dengan syaraf-syaraf yang berada di dalam tulang
belakang. Kondisi dari kualitas otak manusia ini melebihi otak-otak dari
makhluk khewan yang ada.
FUNGSI-FUNGSI OTAK
S
|
ebenarnya fungsi otak tidak hanya untuk berfikir
saja, akan tetapi juga sebagai pusat pengaturan. Otak mengatur dan
mengkoordinir sebagian besar gerakan, perilaku dan fungsi tubuh ‘homeostatis’ seperti detak jantung, tekanan darah,
keseimbangan cairan dan suhu tubuh. Otak manusia bertanggung jawab terhadap
pengaturan seluruh tubuh badan dan pemikiran manusia. Oleh karena itu terdapat
kaitan erat antara otak dan pemikiran (akal). Otak dan sel syaraf didalamnya
dipercayai sebagai faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya ‘kognisi’ (pengenalan sesuatu, cognition)
bagi manusia. Pengetahuan mengenai otak mempengaruhi perkembangan ilmu
psikologi kognitif. Fungsi otak bertanggung jawab atas fungsi seperti pengenalan,
emosi, ingatan, motorik (motor penggerak), pengenalan dan pembelajaran serta
segala bentuk pembelajaran lainnya.
Dengan demikian otak kita adalah suatu yang
menakjubkan. Ia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Dengan adanya milyaran
sel syaraf di otak kita ini, ia menjadi pusat kehidupan dalam mengenali Dunia
melalui indera. Dengan proses itu kita dapat mengerti dan memahami Dunia
melalui pemikiran, yang dengan itu kita memutuskan segala sesuatu yang harus
kita lakukan. Jadi walaupun pisik otak itu beratnya hanya seperseratus dari
berat tubuh, namun peranannya luar biasa.
Dengan itu pantaslah Allah memberi tugas kepada
manusia 'yang berakal' (juga harus berakhlak mulia - adil, jujur dan
bertanggung jawab sebagai makhluk yang beribadah kepada-Nya) sebagai
Pemakmur Bumi dengan jabatan (para) Khalifah di Dunia. Dimana dalam ayat-ayat
Allah ‘Azza wa Jalla menyebutkan fungsi akal yang merupakan bagian dari kerja
otak yang bersangkut paut pula dengan indra dan hati (consciousness, cognition).
Sebagaimana firman-Nya dalam al-Qur’an menyebutkan antara lain yang artinya:
Yang
demikian itu adalah karena mereka orang-orang yang tidak mau menggunakan akal (ya’qilūn). [QS Al-Mā’idah 5:58]
Tidakkah
kamu menggunakan akal fikiran (afalā
ta’qilūn) - untuk mengerti atau memahami. [QS Yūsuf 12:109]
…supaya
kamu menggunakan akal pikiran (la‘allakum
ta’qilūn) - untuk mengerti atau memahami. [QS Al-Mu’min/Ghāfir 40:67]
Akal manusia ini sebagai sistim yang bekerja
simultan antara ‘otak’ (sebagai alat memikir) dengan ‘telinga’ (sebagai alat
mendengar suaranya) dengan ‘mata’ (sebagai alat untuk melihatnya) dengan ‘hati’
(yang dapat ‘menyadari’ kejadian dan keberadaan serta sebab akibat suatu
objek). Khusus mengenai masalah ‘hati ini’ secara ilmiah disebut consciousness (kesadaran, hati) yang tidak
terlihat tapi ada (sifatnya bathin) sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla dalam
al-Qur’an menyebutkannya yang artinya:
Orang-orang
yang kurang akal (bodoh, al-sufahā-u,
tidak memahami, tidak menyadari) di antara manusia akan berkata….[QS Al-Baqarah
2:142]
...wahai
orang-orang yang berakal (ūlil-albāb
- ‘berakal’ dan ‘beriman kepada Tuhan Rabb ‘Alamīn’), ….[QS Al-Baqarah 2:179]
…bertaqwakah
hai orang-orang yang berakal (ūlil-albāb
- ‘berakal dan beriman kepada Tuhan Rabb ‘Alamīn’). [QS Al-Baqarah 2:197]
Dan
jangalah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya (al-sufahā-u)...[QS An-Nisā’ 4:5]
Dan
tidak ada seorangpun akan beriman, kecuali dengan izin Allah, dan Allah
menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya (ya’qilūn). [QS Yūnus 10:100]
Demikianlah kedudukan manusia di Dunia dalam
melihat, merencanakan, mengerjakan atau mengeksekusi untuk mencapai target atau
rencana, dan memecahkan masalah yang ada dalam kehidupannya. Mempelajari dan
memahami ayat-ayat Kauniyah - yakni
tanda-tanda dari gejala-gejala atau fenomena-fenomena di alam, di masyarakat
dan di dunia zaman lalu, kini dan akan datang.
Juga ayat-ayat Qauliyah - yakni tanda-tanda atau makna-makna firman Allah ‘Azza wa
Jalla dalam Kitab Suci Al-Qur’an sebagai pedoman dan petunjuk kehidupan. Untuk
memahaminya menggunakan segala karunia yang ada pada diri manusia seperti akal,
pendengaran, penglihatan dan kesadaran hati sebagaimana firman-Nya menyebutkan
yang artinya:
“Kemudian
Dia (Allah) menyempurnakan [1] dan meniupkan ke dalam (tubuhnya) roh
(ciptaan)-Nya, [2] dan Dia menjadikan kamu pendengaran, [3] penglihatan, [4] hati. [5] (Tetapi)
kamu sedikit sekali bersyukur. [6] [QS As-Sajdah 32:19].
Penjelasan:
[1] Kemudian Dia (Allah) menyempurnakan,
maknanya: Fungsi-fungsi organ tubuh biologis serta akal fikiran (otak) dan
panca indra serta hati untuk siap pakai.
[2] dan meniupkan ke dalam (tubuh-biologis
manusia) roh (ciptaan)-Nya, maknanya: Fungsi organ ruh seperti penglihatan
ruhani (sensing dari penglihatan rohani ke mata biologis dan sebaliknya sensing
dari mata biologis ke penglihatan ruhani); pendengaran ruhani (sensing dari
pendengaran rohani ke telinga biologis dan sebaliknya sensing dari telinga
biologis ke pendengaran ruhani); dan hati nurani (akal budi yakni suatu
kesadaran yang dalam yakni tahu mana yang salah dan mana yang benar, mana yang
haq dan mana yang bathil, yang mana baik serta berguna dan yang buruk serta tak
berguna; menjadi mengerti; menjadi paham dari hati nurani ke akal fikiran otak
dan sebaliknya) untuk siap pakai.
[3] dan Dia menjadikan kamu pendengaran,
maknanya: Daya simak (dan pemilah) dari apa yang didengar.
[4] penglihatan, maknanya: Daya memahami (dan
pemilah) apa yang dilihat.
[5] hati, maknanya: Daya kesadaran merasakan dan
menghayati dari apa yang didengar oleh telinga, dan apa yang dilihat oleh mata
(dan mampu memilahnya kemudian diambil nilai baiknya, sebagai pembelajaran
hidup).
[6] (Tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur,
maknanya: Tidak banyak orang yang menyadari fungsi dan penggunaan yang
sebenarnya dari apa yang didengar, dilihat dan dirasakan dalam aplikasi
kehidupan sehari-hari.
KELEMAHAN AKAL OTAK
N
|
amun demikian ‘otak ansich’ (otak sendiri
saja) sebagai alat berfikir bukanlah segala-galanya tanpa petunjuk dan
bimbingan dari-Nya. Karena apa? Karena kalau hanya otak ansich digunakan
(otak sebagai alat pikir tanpa ada dasar pijak Qur'anik) untuk mengambil
keputusan akan berbahaya, karena akal otak mempunyai kelemahan.
Dibawah ini daftar beberapa cara otak
mengacaukan pandangan kita mengenai kehidupan seperti 'kacau, galau, samar,
tidak pasti, ragu, nekad'-nya pikiran terhadap suatu masalah atau kejadian yang
ada dan sedang dihadapi.
Beberapa Kelemahan Akal Otak
Adanya
kelemahan-kelemahan dari penggunaan Akal Otak saja (ansich) tanpa yang ‘lain’ bisa menyesatkan yang menyebabkan
keputusan atau tindakan mengalami fail
(kegagalan, menyesatkan) disebabkan oleh adanya beberapa faktor yang berupa: Confabulation,
Implicit Memory, Halusinasi, Change Blindness, Saccadic Masking, Proprioception, Lucid Dreaming.
Penjelasan dari pengertian dan cara kerja faktor-faktor yang menyebabkan kelemahan
fungsi ‘akal otak ansich’ dapat diikuti sebagai berikut.
Confabulation
‘Confabulation’ adalah suatu kondisi dimana kita bisa
mengingat ingatan yang sebenarnya tidak pernah terjadi. Hal ini biasanya
terjadi pada ingatan-ingatan masa kecil yang mengerikan. Kondisi ini bisa
dimasukkan ke dalam pikiran kita oleh orang lain seperti media massa, film,
majalah, komik, cerita novel, permainan-game dan cerita horor. Kasus
yang terkenal menyangkut seorang yang dipandu oleh terapis kejiwaan untuk
mengingat masa lalunya, yaitu bahwa dirinya sebagai anggota aliran sesat (satanic, satanik). Ia dicekam rasa
takut, karena diburu oleh sesuatu yang menakutkan (dihantui). Padahal itu semua
tidak pernah terjadi karena semuanya itu hanya rekaan yang dibuat otaknya
sendiri yang telah tertanam sebelumnya.
Kondisi lain lagi adalah pernah Anda bertemu dengan kawan lama yang berbicara tentang suatu yang terjadi semasa Anda kecil, namun Anda tidak pernah mengikuti acara tersebut? Otak Anda terkadang langsung mengira Anda seakan ikut acara itu. Dalam menceritakannya, "menciptakan" detail-detail kecil untuk mendukung kenangan palsu tersebut seperti "Saya datang kok, memakai baju biru, ketemu si fulan disitu".
Pada suatu kondisi tertentu ternyata kerja otak
sangat buruk dalam mengingat kenangan di masa lalu. Sering kali otak hanya
mengingat detail besar dan digambarkannya dalam rupa detail kecil, bahkan
selalu melupakan asal dari kenangan tersebut.
Untuk masalah ini sebenarnya Allah Yang Maha
Menciptakan Manusia mengetahui betul "kondisi kelemahan manusia" ini.
Kalau tidak, fatal akibatnya. Maka dari itu Allah Yang Maha Tahu sebagai
Arsitek Pencipta Manusia perlu mengingatkan dengan memberitahukan
keberadaan-Nya (kehadiran-Nya, His
existing) dan hubungannya antara Allah Pencipta (Creator, Khaliq) dan Manusia (Creation, Makhluk) sejak dini, yaitu ketika
manusia berada di alam 'Premordial'
yaitu alam dimana saat akan mulai diciptakannya (sebelum kelahiran manusia,
akan ditempatkan di rahim ibunya) sebagai 'akad perjanjian' kenal dengan Maha
Penciptanya. Kisahnya diceritakan dalam surat Al-A'raf sebagai berikut ini yang
artinya:
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari 'sulbi' (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap 'Ruh' mereka (seraya berfirman), "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, "Sesungguhnya kami lengah [tidak tahu, tidak diberitahu, tidak tahu Tuhan penciptanya menurunkan bimbingan dan petunjuk serta aturan hidup] terhadap [masalah] ini. [QS Al-A'rāf 7:172].
Implicit Memory
Orang cenderung lebih percaya kepada alam
pikirannya sendiri daripada suatu pernyataan yang sering kali dikemukakan, tapi
tidak akrab dengan pikiran yang telah ada pada dirinya. Sebuah contoh yang
sangat lucu (dan ini menunjukkan betapa mudahnya Orang Amerika tertipu oleh
keyakinan dirinya sendiri) yaitu 60% orang Amerika percaya bahwa Obama itu
seorang Muslim.
Untuk meyakinkan bahwa Obama bukan seorang
Muslim seperti tersebut diatas kami beri gambar Obama minum bir. Isu ini
dihembus-hembuskan terus agar menjadi sebuah ilusi kebenaran bahwa Obama itu
seorang Kristen yang taat. Namun mereka (60%-nya) tetap saja menyebutkan Obama
seorang Muslim. Aplikasi kelemahan pikiran ini sangat banyak, contoh lainnya
adalah pemimpin di negri kita sendiri (maksudnya Indonesia) yang sering
"pasang tampang benar" daripada berbuat sesuatu yang benar.
Sebaliknya kalau sesuatu itu belum diketahuinya (belum menjadi keyakinannya)
maka beritakanlah sesuatu itu berulang kali, maka lama kelamaan isi berita ini
diterimanya walaupun beritanya itu bohong adanya. Inilah 'jahatnya' (karena ada
kepentingan didalamnya, vested
interest) dari sponsor media massa itu, bisa memelintir yang
sebenarnya tidak ada (kalau ada kecil sifatnya) dikatakan ada (yang kecil itu
dibesar-besarkan). Kejadian ini terjadi dalam kasus 'Islam itu terorist'
(padahal tidak, lihat ajaran Islam yang sesungguhnya).
Jadi dengan itu media itu bisa memelintir berita yaitu sesuatu berita yang
sebenarnya tidak ada bisa menjadi ada, yang sebenarnya salah bisa menjadi benar
(dengan suatu teknik penyajian yang 'canggih'). Sesuatu itu jika dijejali
setiap kali, berita kebohongan itu menjadi kebenaran bagi (kesan) publik
(pemerhati dan pemirsa).
Maka, disinilah pentingnya moral kebaikan dan
akhlak (sincere - jujur, integrity - kejujuran, integritas) yang
ditanamkan oleh agama (kesalehan sosial, ajaran Islam dalam bersosial
kemasyarakatan). Artinya dalam hal ini peran ad-dīn al-Islām (baca addinul islam, agama kaffah) sangat
sangat sangat diperlukan sekali. Karena kesalahan menerapkan nilai moral akhlak
bersosial kemasyarakatan berakibat fatal di dunia - sepertihalnya penyebab
perang 6 tahun dalam Perang Dunia II yang memakan korban matinya 8o juta
manusia boleh dibilang hanya soal ego-ego bangsa, disinilah peran pengadilan di
akhirat sebagai medium pertanggungan jawab di mahkamah yang maha adil (fair).
Halusinasi
Anda ingin merasalan halusinasi? Cobalah percobaan ‘Ganzfeld Effect’, legal dan aman. Potong sebuah bola
pingpong menjadi dua. Setelah itu pergunakan belahan bola pingpong tersebut
untuk menutup mata Anda dalam keadaan duduk, celentang atau tiduran santai.
Dalam keadaan seperti itu hidup dan dengarkan radio saluran tanpa stasion
(hanya bunyi keresek saja pada radio Anda). Biarkan radio yang didengar itu
hidup selama setengah jam dan mungkin saja setelah itu Anda akan mulai halusinasi
ilusi mulai bekerja, yaitu berbicara Anda dengan keluarga Anda yang sudah
meninggal, melihat tugu Monas sedang jalan-jalan, atau mungkin bertemu si fulan
di tengah jalan?
Change Blindness
Bila Anda sedang melihat sebuah pemandangan, misalnya Surga dengan
Malaikat-Malaikat. Dan kemudian sepersekian detik saja mata Anda teralihkan ke
arah lain, maka ketika kembali lagi ke posisi ingin melihat seperti semula
yaitu Malaikat-Malaikat, ternyata Anda tidak menyadari bahwa ada perubahan
penglihatan dari latar belakangnya menjadi seperti Neraka, bukan Surga lagi.
Kenapa demikian? Karena fokus Anda ke
Malaikat-Malaikat telah menjadi berubah. Para ahli menamakan fenomena ini
‘change
blindness’ (buta terhadap perubahan). Beberapa teori menyatakan
bahwa kesadaran (menjadi ketidak sadaran) otak tidak mampu membaca perubah yang
terjadi pada persepsi Anda, atau dari awal persepsi Anda mengenai sesuatu itu
'tidak lengkap' sehingga bagian yang tidak lengkap dibuang begitu saja oleh
ketidak sadaran otak.
Hal ini kerap kali juga terjadi ketika kita tengah melakukan 'shalat yang
kurang khusyu' - terburu-buru atau memikirkan sesuatu sebelum mulai shalat atau
tengah dalam shalat, jadi shalatnya tidak tu'maninah. Apa yang kita baca dan
gerakkan yang terburu-buru menjadikan shalatnya tidak fokus lagi. Pengaruh
tidak fokus, kadang kala lupa apa yang mesti dibaca atau rakaat keberapanya
tidak tahu (lupa).
Saccadic Masking
Masih berkaitan dengan fenomena di atas. Tahukah Anda bahwa sebagian waktu Anda
menggunakan mata Anda, otak Anda menjadi bulat. Sekarang kita tes. Tengok ke
kiri dengan cepat, pandang dinding di sebelah Anda, lalu tengok ke kanan, lihat
dinding di kanan Anda. Saat Anda menengok, dimana gerakan kita terlalu cepat
sehingga mata tidak dapat memfokuskan pandangan. Saat itu otak Anda bergambar
blur (kabur, samar-samar, tidak tajam) itu tidak akan banyak berguna, maka ia
akan membuang pandangan itu dari ingatan dan persepsi Anda. Saat itulah secara
efektif Anda buta. Fenomena ini disebut ‘Saccadic Masking’, dimana ‘Saccade’ itu adalah gerakan cepat mata.
Proprioception
Proprioception adalah
kemampuan otak untuk mengetahui "dimana" bagian tubuh Anda
sebenarnya. Nah otak kita yang tidak sempurna ini sering kali rusak ‘proprioception’-nya,
tepatnya tidak rusak tapi kebingungan. Percobaan yang paling terkenal disebut ‘efek
pinokio’. Anda harus melakukannya bersama teman Anda. Ajak teman Anda duduk di
bangku depan Anda sedangkan Anda duduk dibelakangnya. Pegang hidung Anda dan
hidung teman Anda secara bersamaan (dengan tangan berbeda tentunya), kemudian
mulai elus-elus lembut hidung Anda dan hidung teman Anda. Satu menit kemudian
Anda akan merasakan bahwa hidung Anda menjadi sangat panjang. Disinilah ‘proprioception’ otak Anda
terhadap sang-hidung menjadi bingung. Anda bisa melakukan percobaan ini pada
bagian tubuh lainnya, hasilnya tentu akan sangat lucu.
Lucid Dreaming
Teori ‘lucid dreaming’ adalah apabila pada mimpi Anda, Anda sadar bahwa Anda tidak bermimpi dalam mimpinya itu. Maka Anda dapat berbuat apapun, dan menciptakan apapun dalam mimpi Anda itu. Otak kehilangan kemampuan ‘nalar’-nya saat kita bermimpi dan tidak mampu membedakan suatu persepsi benar atau salah. Jadi Anda tidak bermimpi dan melihat sebuah kuda pink (berwarna pink, hampir seperti merah muda) bersayap, otak Anda akan menolak persepsi itu. Namun di dunia mimpi otak Anda tidak bisa menolak persepsi mimpi tersebut dan akan menerima saja sebagai suatu kenyataan.
KESIMPULAN
D
|
engan itu, boleh jadi kemelut dunia yang tidak
habis-habisnya sejak dulu sampai di seperlima abad ke-21 dalam millennium ke-3
ini ialah karena disebabkan manusia hanya menghandalkan pemikiran akal otak ansich sebagai sumber
nalar-nya satu-satunya dalam mencapai konsensus sesama manusia (itupun umumnya
tidak bulat 100 persen) tanpa menghadirkan sedikitpun petunjuk dari wahyu Al-Qur'an
Al-Karim yang datang dari Yang Maha Tahu atas segala Alam Semesta dan Alam
Manusia. Maka, dari itulah sebabnya kemelut manusia tidak habis-habisnya.
Sebaiknya gunakan juga nalar atau akal otak - ini tidak salah malah dianjurkan,
namun plus “wahyu” yang berkenaan dengan masalahnya atau dan berdasarkan “moral”
atau “akhlak” yang diajarkannya.
Oleh karena itu alangkah bijak bila kembali kepada
ajaran-Nya (paradigma, nilai-nilai moral - kejujuran, keadilan, sebagai yard
stick dalam menilai pandangan atau pendapat serta keputusan manusia itu
melenceng atau tidaknya) melalui Al-Qur’an Al-Karim sebagai petunjuk dan berita
gembira dari-Nya Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan Penyelamat
Kehidupan Manusia.
Buku
Petunjuk (Manual Operating System Kehidupan, GPS)
Kita perlu petunjuk ‘semacam Manual Operating System
Kehidupan atau boleh juga sebut saja GPS’ (Geo
Positioning System) dari-Nya - agar tidak nyasar dijalan - dalam menapaki
kehidupan yang benar dan adil. Hanya dengan itu kita akan dapat mencapai hidup
selamat dan sejahtera serta aman di Dunia daripada hanya bergantung kepada ‘akal
ansich’, pendapat manusia ansich yang versinya macam-macam pula.
Yang satu merasa pendapatnya yang paling benar, begitu sebaliknya. Dalam hal
ini yang kuat yang akan menang, dan lemah akan kalah dan diaturnya setelah itu
agar tunduk kepada yang kuat.
Prinsip keadilan yang datang dari manusia, tidak
pernah adil. Kerena apa? Karena kesadaran diri (kelompok) dari hidup manusia
pertamanya adalah untuk diri (kelompoknya) saja didahulukan (disamping pada
umumnya memang ada kepentingan, interest, ego sentris, vested interest), sementara Tuhan Maha
Pencipta tidak.
Dia tidak berhajat dengan Harta, karena Dia
sumber dari Harta dan Dia sendiri Maha Kaya. Dia tidak berhajat dengan ‘power dan kekuasaan', karena Dia sendiri
sumber dari ‘power dan kekuasaan’ dan
Dia sendiri Maha Powerful, Maha Kuasa.
Dia tidak berhajat kepada keadilan, karena Dia sumber dari keadilan dan Dia
sendiri Maha Adil. Dia dihajati makhluk (ciptaan, creation), karena Dia tidak berhajat kepada makhluk dan Dia sendiri
adalah sumber hajat dari para makhluk-Nya. Dia tempat bergantung dari para
makhluk-Nya, karena Dia adalah Khaliq Pencipta segala makhluk-Nya. Dia tidak
berhajat kepada manusia, melainkan manusia berhajat kepada-Nya. Dia Maha Kasih
lagi Maha Sayang dengan itu diberikan-Nya buku petunjuk berupa Kitab Suci Al-Qur'an.
Tidak ada keraguan di dalamnya, sebagaimana firman-Nya menyebutkan yang
artinya:
Kitab
(Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa
- taqwa yaitu mengikuti hukum-Nya (melakukan apa yang diperintah-Nya,
meninggalkan apa yang dilarang-Nya). [QS Al-Baqarah 2:2]
Firman-Nya lainnya menyebutkan yang artinya:
Thō Sīn,
inilah ayat-ayat Al-Qur’an sebagi sebuah Kitab yang menjelaskan, sebagai
petunjuk dan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman (percaya kepada
Kebesaran-Nya dan Kebenaran-Nya dari apa-apa yang dijelaskannya dalam
Al-Qur’an). [QS An-Naml 27:1-2].
Semoga kita mendapat petunjuk dan bimbingan-Nya
agar selamat sejahtera dan bahagia serta damai hidup di Dunia ini (planet Bumi
atau planet lainnya) dan mendapat Surga ‘Adn dikemudiannya bagi mereka yang
percaya kepada-Nya dengan ‘menegakkan shalat dan nilai-nilai yang terkandung
didalamnya dan menunaikan zakat sebagai reperesentasi kepedulian kepada manusia
yang belum beruntung dalam kehidupan materi, percaya kepada adanya hari
akhirat’ sebagai tempat kembali manusia dan mendapat balasan sesuai dengan apa
yang dikerjakannya. [QS An-Naml 27:3].
Dengan itu selama hidup di Dunia marilah kita
melakukan keadilan dan berbuat kebaikan-kebaikan lainnya sesuai dengan petunjuk-Nya.
Dengan itu kita selamat, sejahtera dan damai di planet Bumi ini. Jadilah
sebagai intelektual sebagaimana inteleknya ūlil-albāb. Semoga Allah
Subhana Wa Ta’ala memberkati kita, Amīn. Wallāhu A'lam Bish-Shawab. Billāhit Taufiq wal-Hidāyah. □ AFM
Baca juga (klik --->) Ulil Albab adalahIntelektual Muslim
Baca juga (klik --->) Penggunaan NalarRasionalitas
Sumber:
Al-Qur'an Tafsir Perkata ALHIDAYAH, PT KALIM,
Jakarta
http://www.afaisalmarzuki.blogspot.com/2015/04/kedudukan-manusia-di-bumi-6.html
http://www.kaskus.co.id/thread/51efafdf7e12438d23000005/kelemahan-otak-manusia/?ref=postlist-21&med=recommended_for_you
http://www.afaisalmarzuki.blogspot.com/2015/05/ulil-albab-adalah-intelektual-muslim.html
https://jendelailmu-faisal.blogspot.com/2019/03/penggunaan-nalar-rasionalitas.html □□□