Monday, September 7, 2015

Memahami Makna Gerakan Dan Bacaan Shalat 3



  • Sabda Nabi saw, “Shallū kamā ra-aytumū fī ushallī”. Artinya: “Bershalatlah kamu sebagaimana kamu lihat aku bershalat”



Adab Di Kala Membaca Tasbih di Dalam Sujud

A
pabila kita membaca “Subhana Rabbiyal a’la”, maka hendaklah kita akui ketinggian (martabat, kedudukan, kemampuan, kesempurnaan) Allah swt; Bahwasanya Allah swt Maha Tinggi. Kita ucapkan tasbih itu untuk menyatakan dengan lisan akan kemaha sucian dan kemaha tinggian Allah swt.


Adab Di Kala Duduk Antara Dua Sujud

   Duduk antara dua sujud adalah bersimpuh di hadapan Allah Yang Maha Rahim untuk memohon: ampun, belas kasih (rahmat), menutupi kekurangan yang ada, dapat kesuksesan (diangkat derajatnya), rezeki, hidayah, dan kesehatan.

   Dalam kita duduk antara dua sujud itu, maka hendaklah kita memenuhkan dada dengan rasa takut dan sekaligus suka (cinta) akan Allah disertai dengan pengharapan semoga Allah swt memperkenankan doa-doa kita itu. Hendaklah kita di kala membaca: “Allahummaghfirli, warhamni, wajburni, war-zuqni,warfa’ni, wahdini, wa afini”, memenuhkan pengharapan semoga Allah swt menerima permohonan-permohonan kita, karena kita sangat berhajat kepadanya.


Adab di Kala Duduk Membaca Tasyahhud

   Duduk membaca tasyahhud adalah duduk yang bersimpuh dihadapan Allah untuk memuji-Nya (bersyukur kepada-Nya); Membaca shalawat untuk Nabi-Nya; Untuk memohonkan apa yang kita hajati.

   Apabila kita duduk buat bertasyahhud, maka hendaklah kita ingat benar-benar bahwa di saat itu kita duduk di hadapan Raja Yang Maha Besar, untuk menyampaikan ucapan segala penghormatan dan penghargaan kepada-Nya; Mendengarkan salam kerahmatan dan keberkahan Allah kepada Nabi-Nya; Serta meng-amin-kan doa selamat, rahmat dan berkah dari Rasul saw yang dipanjatkan kepada-Nya bagi umatnya yang saleh; Memperbaharui syahadat; Untuk menyatakan bahwa kita sangat menghargai akan jasa usaha Rasul-Nya Muhammad saw yang telah sangat bersusah payah mengembangkan Agama Allah sehingga kita menjadi seorang Muslim; Untuk itu kita memberikan doa, salam dan shalawat kepada Nabi saw;  Dan untuk mengharapkan memperoleh sesuatu hajat yang kita inginkan melalui permohon dengan jalan berdoa kepada-Nya.

   Apabila kita membaca: “At-tahiyyatu lilLah, wash-shalawatu wath-thayyibāt”, maka hendaklah kita ingat bahwa segala kehormatan, segala ibadat, segalah sesuatu yang baik semuanya adalah milik Allah azza wa jalla. Tak ada kesejahteraan, tak ada kebesaran, tak ada kemuliaan melainkan dari dan hanya milik Allah yang Maha Besar lagi Maha Mulia.

   Apabila kita membaca: “Assalamu ‘alaika ayyuhan Na-biyyu wa rahmatul Lahi wa barakatuh”, maka hendaklah kita hadirkan dalam perasaan yaitu bahwasanya Rasulullah saw berdiri dihadapan kita dan kita memberikan ucapan yang sungguh-sungguh ikhlas dan hikmat dengan menirukan  ucapan salam, rahmat dan berkah dari Allah swt bagi Nabi saw.
   Apabila kita membaca shalawat, hendaklah kita ingat bahwa di antara kewajiban kita terhadap Rasulullah saw adalah: menghargai jasa-jasanya dengan jalan memohon kepada Allah swt semoga Allah swt menambahkan kemuliaan kepada Rasul saw yang telah melipat gandakan perkembangan Agama-Nya.

   Apabila kita membaca doa untuk kita sendiri, hendaklah kita lakukan dengan tawadhu; Dengan pengharapan yang benar-benar kuat; Dengan perasaan sunguh sangat dalam yaitu bahwasanya kita sangat berhajat kepada Allah swt; Sangat berhajat kepada diterimanya permohonan dalam doa-doa kita itu.


Susunan Pengucapan Doa Tahiyyat

   Apabila kita perhatikan susunan ucapan di dalam duduk tahiyyat, nyatalah bahwa dipermulaan duduk kita ucapkan kata-kata yang memberi penghormatan yaitu: “At-tahiyyatu lil Lah, washshalawatu, waththayyibat”. Sesudah itu memberi salam (memohon kesejahteraan) untuk Nabi saw yaitu: “As-salāmu ‘alika ayyuhan Nabiyyu warahmatul Lahi wa barakatuh”. Seselesainya kita dilanjutkan lagi bermohon untuk diri kita dan untuk hamba-hamba Allah swt yang baik (saleh) yaitu: “Assalāmu ’alaynā wa ’alā ’ibādil Lahish shālihīn.

    Sesudah bersyahadat yaitu: “Asyhadu a-lā ilāha illal-Lõh, wa asyhadu anna Muhammadan ’abduhu wa rasūluh”, kemudian bershalawat Nabi  yang artinya yaitu: “Ya Allah! Limpahkanlah rahmat kepada Muhammad beserta keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah limpahkan kepada Ibrahim beserta keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi maha mulia. Ya Allah! Berkatilah Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi berkat kepada Ibrahim beserta keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi maha mulia. Setelah selesai bershalawat nabi itu, barulah kemudian  kita bermohon untuk kita yaitu berdoa apa yang kita ingini.

   Diletakkan ucapan memberi hormat dipermulaan adalah karena dia setamsil khutbah hajat. Sesudah itu kita bershalawat buat Nabi saw - yang berkat usaha kerja kerasnya  termasuk harta dan jiwa dipertaruhkan dalam memperjuangkan Agama Allah - kini kita mendapat petunjuk, sesudah itu barulah kita berdoa. Doa yang mula-mula kita panjatkan ialah doa mohon perlindungan dari empat perkara yaitu: azab kubur, azab neraka, fitnah hidup dan mati, serta fitnah dajjal. Sesudah itu barulah kita memohon sesuatu doa yang kita hajati pada saat itu.

   Berdoa dalam duduk tasyahhud lebih sangat utama dari pada berdoa sesudah salam. Lebih tajam dan kuat kemanfaatan bagi kita, karena waktu sebelum bersalam itu momentum-nya  masih dalam bermunajat dengan Allah swt yaitu masih bersimpuh dihadapan-Nya dalam bershalat. Maka memohon doa kepada Allah swt dalam keadaan yang demikian itu lebih dekat kepada diperkenankan ketimbang bermohon kepada-Nya sesudah berpaling (selesai bershalat) dari pada-Nya.


Adab di Kala Bersalam

   Salam itu dijadikan sebagai bukan saja tanda selesai dari pekerjaan bermunajat atau selesai dari upacara shalat, tapi juga sebagai tanda salam kedamaian kepada lingkungan kita yaitu hasil shalat atau munajat kita mempunyai kemanfaat kepada lingkungannya.

   Maka apabila kita bersalam hendaklah kita ingat, bahwa kita memohon kesejahteraan dan kedamaian untuk para hadirin dan kepada sistim lingkungan kita. Kita mesti juga ingat bahwa ketika itu kita baru pulang dari menghadap “Raja” yang Maha Besar disuatu tempat yang jauh. Karena itu kita memberi salam pertemuan kembali kepada orang-orang dan lingkungan yang kita telah berpisah sementara dengan kita beberapa saat lamanya. Bahwa salam itu mengandung maksud berbuat ihsan (kebaikan) kepada segala saudara yang beriman dan kemanusiaan serta lingkungan dalam kewajiban kita menebarkan salam perdamaian kemanusiaan.


   Demikianlah uraian “Memahami Makna Gerakan dan Bacaan Shalat” seperti telah diuraikan sebelumnya pada bagian ke-1, ke-2 dan sampai ke-3 ini, Disana nampak jelas dan tegas sekali bahwa bacaan-bacaan shalat yang  kita ucapan dalam shalat yang sesuai dengan tutunan 11 Rasul Allah saw yaitu,  antara bacaan yang dibaca pada posisi gerakan-gerakan shalat berada, sangat bersesuaian sekali dengan bacaan yang dibaca. Apalagi bacanya disertai pula dengan jiwa-bathin-hati-kesadaran kita, maka terbanglah rasanya kita untuk menemui-Nya. Begitu sangat dekatlah antara kita dengan “Pembesar” yang mencipta kita dan lingkungan kita di Bumi dan Alam Jagat Raya yang maha maha maha besar, luas, dan kompleks, dengan segenap keteraturannya.  Maha Sempura dan Maha Suci Engkau Ya Allah, Tiada Tuhan yang patut disembah selain hanya Engkau-lah Ya Rabb. Dengan “kepahaman seperti uraian tersebut diatas” terasa memudahkan kita untuk mencapai rasa ikhlas kepada-Nya; Mendatangkan sikap tawadhu’ kepada-Nya, dengan sendirinya; Tu’maninah dalam shalat yang sukar dilakukan sebelumnya, menjadi mudah; Begitu pula rasa khusyu’ timbul dan terhujam  dengan sendirinya di hati kesadaran kita dalam bershalat kepada-Nya.

   Akhirul kalam, dengan do’a tahiyyat atau tasyahud, Attahiyātu lilLahi, wash-shalawātu wath-thayyibāt. Assalāmu ’alaika ayyuhan Nabiyyu wa rahmatul Lahi wabarakātuh. Assalāmu ’alaynā wa ’alā ’ibādil-Lahish shālihīn. Asyhadu a-lā ilāha illal-Lāhu, wa asyhadu anna Muhammadan ’abduhu wa rasūluh. Artinya, Segala kehormatan itu kepunyaan Allah, juga segala ibadah dan segala yang baik-baik; Semoga Allah melimpahkan kesejahteraan atas engkau, ya Nabi saw. Demikian pula rahmat Allah dan berkat-Nya. Semoga kesejahteraan itu dicurahkan pula atas kami dan hamba-hamba Allah yang shalih-shalih. Aku akui bahwa tiada Tuhan yang patut disembah selain Allah. Dan aku akui pula bahwa Muhammad itu hamba-Nya dan Rasul-Nya. Amīn Ya Rabbi. [Bacaan do’a tahiyyat ini diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud ra dari Nabi saw]. [Tamat]. AFM

Sumber:

Shalat & Dzikir Rasullullah – Implikasinya Dalam Kehidupan, A.Faisal Marzuki, Rockville, Maryland, USA.


Catatan kaki:

11 Sabda Nabi saw, “Shallū kamā ra-aytumū fī ushallī”. Artinya: “Bershalatlah kamu sebagaimana kamu lihat aku bershalat”. Seperti, Bacaan-bacaan shalat sama seperti yang telah ditetapkan; Penyucapannya dalam bahasa Arab; Gerakan-gerakan shalat seperti yang dicontohkannya; Adab-adab dalam shalat baik lahir maupun bathin seperti yang dilakukannya. □□□ 

Blog Archive