Tuesday, May 14, 2019

Balasan Sesuai Amal





BALASAN SESUAI AMAL
DALAM BERMASYARAKAT
Oleh: A. Faisal Marzuki


“lahā mā kasabat wa 'alaihā maktasabat.” Artinya: Dia (manusia) mandapat (pahala, kebahagian hidup) dari kebajikan yang dikerjakan - sebagai agents of development, dan sebagai agents of change, dan dia (manusia) mendapat (dosa, kesengsaraan hidup) dari (kejahatan, kerusakan) yang diperbuatnya. [QS Al-Baqarah 2:286]

“wa idzā qīlalahum lā tufsidū fil ardhi qōlū innamā nahnu mushlihūn. alā innahum humul mufsidūn walā killā yas’urūn”. Artinya: Dan apabila dikatakan kepada mereka “jangan berbuat kerusakan di bumi!” Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan.” Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari. [QS Al-Baqarah 2:11-12]



PENDAHULUAN

K
osa kata ‘amal’ ini berasal dari bahasa Arab yang sudah menjadi bahasa Indonesia. Ditulis dalam ejaan Arabnya عَمَلَ. Arti kata amal ini adalah mengamalkan, berbuat, bekerja. Dipertegas lagi dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) artinya perbuatan, perbuatan mana bisa baik atau buruk.


Amal Atau Perbuatan Yang Baik

Ia dihormati orang, karena amal yang diberikan  dirasakan baik atau bermanfaat bagi penerima - bukan karena kedudukan atau kekayaannya, tapi siapa saja yang melakukan amal (perbuatan) baik. Amal atau perbuatan baiknya itu mendatangkan pahala - menurut ajaran agama Islam, karena bermanfaat untuk sesama manusia. Contoh: berbuat amal kepada fakir miskin (orang yang kekurangan atau tidak mampu yang memerlukan bantuan) dengan memberikan santunan infak atau sedekah.

Amalan atau perbuatan yang dilakukan dengan tujuan untuk berbuat kebaikan terhadap masyarakat atau sesama manusia dihargai, karena kepeduliannya bermanfaat.


Amal atau Perbuatan Yang Buruk

Ia tidak dihormati orang karena amalnya yang dirasakan buruk (merugikan, tidak bermanfaat) yang diberikan oleh pelaku amal terhadap penerima amal - bukan karena kedudukan atau kekayaannya, tapi siapa saja yang perbuatannya dirasakan buruk oleh penerimanya. Buruk disini artinya tidak memberi manfaat sama sekali atau merugikannya. Amal atau perbuatan buruknya itu mendatangkan dosa - menurut ajaran agama Islam. Contoh: berbuat amalan buruk kepada fakir miskin dengan tidak memberikan infak atau sedekah padahal dia mampu untuk itu. Amalan atau perbuatan seperti itu merugikan masyarakat atau sesama manusia yang mesti saling tolong menolong.


Seumpama Pelukis

Boleh kita umpamakan manusia itu sebagai ‘pelukis’. Pekerjaan pelukis merupakan refleksi dari dirinya sendiri yang dituangkan diatas kertas atau kanvas dengan menggunakan pensil atau kuas dan pewarana. Pelukis  melukis sesuai dengan apa yang ia mau lukis. Ia berkuasa untuk melukis apa yang ia maui baik bentuk maupun warnanya. Tapi dan umumnya, baik atau tidaknya si pelukis tergantung dari rasa orang yang melihatnya. Jadi amalan yang dilakukan pelukis dirasakan oleh orang lain. Baik atau tidaknya atau indah atau tidaknya oleh orang lain yang menilainya.


AMAL PERBUATAN DALAM TINJAUAN AJARAN ISLAM

T
injauan tersebut diatas adalah berdasarkan tinjauan akal sehat, karena manusia dalam hidup dan menjalankan hidup diberi akal dan hati. Akal untuk menimbang dengan kecerdasan, hati untuk merasa dengan kesadaran. ‘Akal’ yang baik sering di sebut ‘akal sehat’ atau ‘akal plus hati’ (akal hati). Potensi ‘akal’ [1] seperti itu telah ‘built-in’ ada dalam diri setiap makhluk manusia.  Tergantung manusianya, menggunakan atau tidak.

Jangan lupa! Bahwa baik buruknya tergantung dari orang yang merasakannya. Acap kali (jika tidak terdidik dengan moral integritas atau akhlaqul karimah) cenderung subjektif. Tidak semua berlaku umum. Terutama dalam penilaian oleh manusia yang berakal sehat. Kalau alam kauniyyah atau alam semesta perilakunya, tetap, berulang. Salah satu contoh alam kauniyyah adalah matahari. Matahari terbit dan terbenam - siang dan malam. Berulang tetap berlaku seperti itu. Kalau tidak terlihat terbit, karena di halangi awan tebal yang sebenarnya sudah terbit. Dengan itu dapat diukur dan terukur. Selanjutnya dapat dirumuskan hukumnya, hukumnya objektif. Dapat diramalkan dengan pasti. Dengan itu melahirkan sains dan tekonologi.

Lain halnya dengan manusia sering objektifitasnya relatif, disebabkan ada kepentingan (interest) diri atau kelompok dan hawanafsu. Objektifitasnya menjadi bias. Biasanya untuk membenarkan kemauan atau perilakunya dimanipulasi dulu, sehingga kesimpulannya yang benar itu sebenarnya tidak benar. Disini ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan yang dengan itu rasa keadilan tidak tercerminkan.

Kejadian ini bisa terjadi karena orang itu tidak jujur dan rasa adilnya tidak ada. Tiga (3) ditambah dua (2) sama dengan lima (5), perbuatannya adil (tepat, cocok, dan shahih). Data yang masuk setelah dihitung dari 2 warna ada terkumpul yang berjunlah lima (5) itu. Tapi, merahnya ada dua (2) ditulis tiga (3), sedang yang putihnya ada tiga (3) ditulis 2, ini namanya tidak jujur. Disebut juga curang. Untuk itulah perlu adanya penegakkan keadilan dan kejujuran. Namun (ada yang berperilaku) tidak perduli. Budaya seperti itu disebut budaya jahiliyah. Dengan budaya jahiliyah, peradaban tidak akan pernah ada.

Jadi suatu masyarakat atau bangsa itu tidak akan berkembang menjadi maju, karena pada gilirannya yang kalah atau yang dirugikan itu pada suatu waktu akan merebut kembali. Begitu seterusnya gonta ganti, rebut merebut, masyarakat (bangsa) itu menjadi lemah. Kemelut terus terjadi, dengan itu kapankah majunya masyarakat atau bangsa itu? Bisa-bisa kedaulatan kita diganggu, karena ada intervesi dari luar. Jadilah kita dijajah kembali sebagai bentuk penjajahan gaya baru. Berdaulat (boneka) yang tidak berdaulat. Mautah kita seperti itu?

Sejak adanya manusia di bumi terjadi cobaan hidup.  Dimulai generasi pertama dan seterusnya sampai kini, selalu terjadi ujian kepada manusia.  Yaitu apakah manusia itu benar-benar manusia yang sebenarnya atau tidak? Padahal Allah Pencipta alam semesta dan manusia Yang Mahatahu kelebihan dan kekurangan manusia (blue print manusia ada ditangan-Nya) telah memberikan petunjuk untuk menghindarinya, yaitu bahwa jangan terperangkap dengan kesalahan dan sesungguhnya manusia mesti berlaku adil dan beramal baik. [2] [3] Manusia yang sebenar-benarnya adalah ditentukan oleh perilakunya yang berakhlak baik. [4] Diperingatkan bahwa semestinya kehidupan manusia sejak lahir sampai matinya berlaku dan beramal baik dan bersikap ta’aruf sesama manusia. [5]

Yaitu beribadah [6] kepada Allah Pencipta Alam Semesta, habblum minAllāh. Sebagai khalifah-khalifah untuk membangun peradaban manusia yang memakmurkan kehidupan di bumi. [7][8] Karena manusia tidak hidup sendiri, melainkan ada manusia lain dan lingkungan hidupnya, habblum min-Nās. Maka potensi bermasyarakat dan alam lingkungan ini diperlukan budaya interaksi positif pula yaitu saling ta’ruf (respek), [5] berkoordinasi dalam membangun dan memakmurkan hidupnya [7] sebagai tantangan hidupnya. Membangun dan memakmurkan tidak terjadi dengan sendirinya, tapi mesti dikerjakan manusia sendiri, dan pasti terjadi, asal mau. Itulah sunatullah, mengerjakan dengan niat karena Allah bernilai ibadah pula. Potensi itu eksis, sejak dari dulu.

Dalam ukuran bangsa yang bukan nomaden (pengembara), yaitu bangsa yang selalu berpindah-pindah yang dengan itu tidak perlu membangun kota-kota tempat tinggal. Setelah itu, pengganti dari bangsa-bangsa yang berpindah-pindah menjadi menetap disuatu tempat. Dengan itu mereka perlu membangun kota dengan bangunan rumah-rumah. Pada kota tersebut ada tempat tinggal, ada pasar, ada pekerja yang bekerja, ada yang bertani, ada pembeli dan penjual, ada yang memproduksi keperluan hidup, ada jalan umum. Dengan itu diperlukan kehidupan yang tertib, terjaga keamanan, ada pemimpin dan pengurus kota dst, maka perlu ada keteraturan yang diatur dalam aturan hidup dalam kota.

Dengan ada perkembangan kota-kota seperti itu, dalam catatan sejarah disebut kemunculan peradaban. Peradaban awal yang muncul pertama kali itu ada di Mesopotamia Hulu (3500 SM), diikuti dengan peradaban Mesir di sepanjang sungai Nil (3300 SM) dan peradaban Harappa di lembah sungai Indus (pada masa kini merupakan wilayah Pakistan; 3300 SM). Sekarang Peradaban yang maju ada di Barat, Eropa dan eks Eropa (abad modern), Sebelumnya di Timur, Islam (abad tengah).


PENUTUP

H
idup di zaman modern ini beda dengan sebelumnya. Dulu sistim pemeritahan adalah kerajaan. Dalam sistim kerajaan tidak ada demokrasi. Yaitu pimpinan bangsa itu ditentukkan oleh raja dan keturunannya. Setelah rajanya meninggal, diteruskan oleh anak keturunannya, demikian seterusnya. Raja tidak perlu dipilih lagi, karena merupakan hak keturunannya.

Namun di zaman modern ini tidak. Karena pimpinan negara ditentukan oleh hasil pemilihan rakyat. Pemimpin bekerja untuk (kesejahteraan) rakyat.  Maka rakyatlah yang menentukan pilihannya. Pemimpin bangsa ini disebut Presiden atau Perdana Menteri. Kedudukan pemimpin bangsa ini berbatas waktu. Setelah masa temponya boleh dipilih lagi, umumnya selama 2 kali jabatan, kalau itu tract record-nya baik.

Negara ketiga, dulunya negara koloni (jajahan) Eropa belum terbiasa dengan sistim demokrasi. Karena menjalankan demokrasi itu memerlukan tract record calon pemimin tercatat dan dapat dilihat kepemimpinannya dan moral integritasnya. Dan inti dari demokrasi adalah berjalan dengan jujur, tidak ada kecurangan. Kalau tidak terpilih ya secara jujur legowo atau satria. Demokrasi yang baik adalah demokrasi yang calonnya pada dasarnya berlandaskan moral integritas yang baik yaitu jujur dan bertanggung jawab serta satria dan tentunya juga mempunyai program, visi dan misi bagi kemakmuran rakyatnya serta menjaga teritorial tanah airnya dari bangsa asing yang mencoba menguasainya. Kemudian para penegak hukum seperti polisi, ahli hukum, badan pemilihan, pengawasan pemilihan dan para politisinya juga mesti mempunyai moral integritas yang baik pula. Karena ‘Balasan (Hasil) Amal, Sesuai dengan Amal (para pelakunya)’. ‘Baik Pelakunya, Baik Pula Hasilnya’. Semoga yang tidak baik jangan terjadi, karena konsekuensinya sangat berat [9][10] bagi rakyat NKRI ini. Billāhit Taufiq wal-Hidāyah. □ AFM



Catatan Kaki:
[1] Segala puji bagi Allāh ‘Azza wa Jalla, yang telah built-in’ (menganugerahkan) ‘hati’  kepada umat manusia, yang dengan ‘hati’ itu mereka menjadi berakal (akal bekerja), mampu berfikir, merenung, dan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Allāh ‘Azza wa Jalla berfirman: وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ Artinya: Dialah yang menjadikan kalian memiliki pendengaran, penglihatan, dan hati, supaya kalian bersyukur [QS An-Nahl 16:78]
Ibnu Katsīr rahimahullah ketika menafsirkan ayat ini mengatakan, “Allāh ‘Azza wa Jalla memberikan mereka telinga untuk mendengar, mata untuk melihat, dan hati -yakni akal yang tempatnya di hati - untuk membedakan mana yang bermanfaat dan mana yang membahayakan. Dan Allāh ‘Azza wa Jalla memberikan umat manusia kenikmatan-kenikmatan ini, agar dengannya mereka dapat beribadah kepada Rabb-nya.”
Perlu diketahui bahwa sebagian Ulama membagi akal menjadi dua jenis yaitu akal insting dan akal tambahan. Akal insting adalah kemampuan dasar manusia untuk berfikir dan memahami sesuatu yang dibawa sejak lahir. Sedangkan akal tambahan adalah kemampuan berfikir dan memahami, yang dibentuk oleh pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Jika dua akal ini berkumpul pada seorang hamba, maka itu merupakan anugerah besar yang diberikan oleh Allāh kepada hamba yang dikehendaki-Nya, urusan hidupnya akan menjadi baik, dan pasukan kebahagiaan akan mendatanginya dari segala arah. [Miftâhu Dâris Sa’ādah, 1/117]
Tentunya adanya pembedaan dua jenis akal di atas, tidak berarti adanya pemisah antara akal insting dengan akal tambahan. Karena akal tambahan pada dasarnya adalah akal insting yang telah berkembang seiring bertambahnya ilmu dan pengalaman yang diperoleh seseorang. Bisa dikatakan, bahwa akal tambahan melazimkan adanya akal insting. Sebaliknya, sangat jarang adanya akal insting yang tidak berkembang seiring berjalannya waktu, wallahu a’lam.
[2] innal lāha ya’-muru bil-’adli wal ihsāni. Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (memerintahkan kamu): ● Berlaku adil (adli) dan ● Berbuat ihsan (kebajikan). [QS An-Nahl 16:90]
[3] “alladzī khalaqolmauta walhayāta liyab-luwakum ayyukum ahsanu amala”. Artinya Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. [QS Al-Mulk 67:2]
[4] “innama bu’itstu liutammima makarimal akhlaq”. Artinya: Sungguh aku diutus menjadi Rasul tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak yang saleh (baik).” [HR Al-Bukhari].
Pada sebagian riwayat: لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ Artinya: “Untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
Salah satu tujuan dari penciptaan jin dan manusia adalah hanya untuk menyembah Allah (“Wama Kholaqtu- lJinna walInsa Illa liya’budun”) dan tujuan diturunkannya Al-Qur’an dan Rasulullah saw adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. (“Innama bu’itstu liutammima makarimal Akhlaq”) Ajaran Islam sangat menjunjung tinggi urgensi akhlaqul karimah dalam rotasi kehidupan dunia, implikasinya adalah amar ma’ruf dan nahi munkar. Sesungguhnya akhlak bertalian dengan adab, etika, sopan santun, rasa hormat, ketaatan. Akhlak adalah harta yang sangat berharga dalam pertalian norma - norma kehidupan manusia. Maknanya adalah bahwa “Menebarkan rahmat dan memperbaiki akhlak itulah misi utama Nabi Muhammad saw, membangun kesalehan sosial yang dengan itu artinya membangun peradaban.
[5] Wahai manusia! Sungguh Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu TA’ARUF (saling kenal mengenal, artinya kemauan orang yang siap hidup bersama dengan orang atau bangsa lain dalam ‘perbedaan’). [QS Al-Hujurāt 49:13].
Prinsip TA’ARUF ini meliputi: Ta’aruf; Tafahum; Ta’awun dan Itsar. Maknanya adalah (T) Ta’aruf yakni saling mengenal; (T) Tafahum yakni saling memaklumi latar belakang hidup, keyakinan dan pandangan hidup; namun dapat melakukan (T) Ta’awun yakni kerja sama dalam masalah hubungan sesama manusia; (I) Itsar yakni tidak saling bertengkar, tidak saling memusuhi, tidak saling memerangi.
[6] Allāh Ta’ālā berfirman: وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ Artinya: Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan untuk beribadah kepada-Nya. (bertaqwa hanya kepada-Nya, mengikuti petunjuk-Nya, perintah-Nya, menyembah-Nya)”. (QS Adz-Dzāriyāt 51:56).
[7] Dia menciptakan kamu dari bumi [5] dan menjadikan kamu sebagai pemakmurnya. [QS Hūd 11:61]
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala sesuatu yang ada di bumi untuk kamu (olah, gunakan, manfaatkan) [QS Al-Baqarah 2:29]
“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa yang ada di langit dan apa yang di bumi”. [QS Luqmān 31:20]
[8]wahuwal ladzī ja’alakum khalā-ifal ardhi. Dan Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah (para mandataris-Nya) di bumi [QS Al-An’ām 6:165]
[9] “lahā mā kasabat wa 'alaihā maktasabat.” Artinya: Dia (manusia) mandapat (pahala, kebahagian hidup) dari kebajikan yang dikerjakan - sebagai agents of development, dan sebagai agents of change, dan dia (manusia) mendapat (dosa, kesengsaraan hidup) dari (kejahatan, kerusakan) yang diperbuatnya. [QS Al-Baqarah 2:286]
[10] “wa idzā qīlalahum lā tufsidū fil ardhi qōlū innamā nahnu mushlihūn. alā innahum humul mufsidūn walā killā yas’urūn”. Artinya: Dan apabila dikatakan kepada mereka “jangan berbuat kerusakan di bumi!” Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan.” Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari. [QS Al-Baqarah 2:11-12] □□

Wednesday, May 1, 2019

Perjalanan Kehidupan Manusia




KATA PENGANTAR


“lahā mā kasabat wa 'alaihā maktasabat.” Artinya: Dia (manusia) mandapat (pahala, kebahagian hidup) dari kebajikan yang dikerjakan - sebagai agent of development, dan sebagai agent of change, dan dia (manusia) mendapat (dosa, kesengsaraan hidup) dari (kejahatan, kerusakan) yang diperbuatnya. [QS al-Baqarah 2:286]


S
ubhanallah! Inilah Perjalanan Kehidupan Manusia sejak dari Alam Ruh; Alam Kandungan; Lahir, artinya Hidup di Dunia. Untuk mengikuti bahasan Penciptaan Manusia dari Ruh, Alam Kandungan, kemudian Lahir dapat diikuti (klik -->) Penciptaan Manusia. Setelah itu meninggal dunia, kemudian di kubur. Demikianlah kehidupan manusia dari tiada  kepada atau menjadi ada. Setelah itu jasadnya mati. Jasad dari tanah kembali ke tanah. Ruh tetap hidup dari langit kembali ke langit. Baru disadari bahwa ternyata kita baru menempuh tahapan kehidupan di Dunia yang berlanjut ke dunia lain, Dunia Akhirat.

“…wabil ākhiroti hum yūqinūn. Artinya: … dan mereka (umat Islam -  khususnya mu’minin) yakin akan adanya hari akhirat. [QS al-Baqarah 2:4]


Semoga kehidupan ‘Dunia Akhirat’ yang akan digambarkan dan dijelaskan di bawah ini. Dengan itu kita bisa merenungi kembali tentang tujuan dan kiprah kita hidup di dunia ini (sebelum meninggalkan kehidupan di Dunia ini) sebelum terlanjur salah kaprah. Atau tidak tahu jalan yang benar atau sesat, yang kemudiannya kelak 'menyesal' yang tidak berguna lagi (telat). Untuk itu mohonkanlah dengan berdo'a: "Ya Allah! Pimpinanlah kami selalu kejalan yang Engkau Ridhoi - Jalan Shirotol Mustaqim, āmīn."

Tahap-tahap kehidupan setelah meninggal dunia (mati jasad) itu adalah sebagai berikut: 1. Alam Kubur; 2. Peniupan Sangkakala; 3. Hari Kebangkitan; 4. Padang Mahsyar; 5. Syafa’at; 6. Hisab; 7. Pembagian Catatan Amal; 8. Mizan; 9. Telaga; 10. Ujian Keimanan Seseorang; 11. Shirot; 12. Jembatan. Berikut ini adalah uraian detail dari tahah-tahap tersebut.



PERJALANAN KEHIDUPAN MANUSIA
SETELAH MENINGGAL DUNIA


1. ALAM KUBUR

P
ara ulama salaf bersepakat tentang kebenaran adzab dan nikmat yang ada di Alam Kubur, disebut juga Alam Barzakh. Di dalam alam kubur ini, kalau mendapatkan ‘nikmat’ merupakan nikmat yang hakiki, begitu pula kalau mendapat adzabnya. Jadi bukan sekedar bayangan atau perasaan sebagaimana diklaim oleh kebanyakan ahli bid’ah. Pertanyaan bahwa (fitnah) kubur itu berlaku terhadap ruh dan jasad manusia baik orang mu’min maupun kafir, tergantung amalnya selagi sebelum meninggal dunia.

Dalam sebuah hadits shahih disebutkan Rasulullah Shallallāhu ‘Alaihi Wasallām selalu berlindung kepada Allah Subhāna Wa Ta’ala dari siksa kubur.

Dari Al-Barrak bin Azib Radhiyallāhu ‘anhu, beliau menceritakan, kami pernah mengiringi jenazah orang Anshar bersama Rasulullah Shallallāhu ‘Alaihi Wasallām. Sesampainya di kuburan, dan menunggu liang lahatnya dibenahi, Rasulullah duduk menghadap kiblat. Kamipun duduk di sekitar beliau dengan khusyu’, seolah di kepala kami ada burung.

Di tangan Nabi Shallallāhu ‘Alaihi Wasallām ada ranting, beliau tusukkan ke tanah kemudian beliau menengadah ke langit lalu beliau menunduk. Beliau ulang tiga kali. Kemudian beliau bersabda yang artinya:

“Mintalah perlindungan kepada Allah dari adzab kubur.” Beliau ulangi dua atau tiga kali. Kemudian beliau berdoa: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur.” (do’anya tersebut diucapkan tiga kali).


Mayit Yang Beruntung

Kemudian beliau menceritakan proses perjalanan ruh Mu’min dan kafir. Sesungguhnya hamba yang beriman ketika hendak meninggalkan dunia dan menuju akhirat, turunlah malaikat dari langit, wajahnya putih, wajahnya seperti matahari. Mereka membawa kafan (pembungkus jasad yang telah meninggal dunia) yang dibawanya dari surga beserta hanuth (minyak wangi). Merekapun duduk di sekitar mayit sejauh mata memandang. Kemudian datanglah ‘Malaikat Maut’ ‘Alaihis Salam. Dia duduk di samping kepalanya, dan mengatakan: “Wahai jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan Allah dan ridho-Nya.’ Keluarlah ruh itu dari jasad, sebagaimana tetesan air keluar dari mulut ceret, dan langsung dipegang Malaikat Maut. Para Malaikat yang lain tidak meninggalkan walaupun sekejap, dan mereka langsung mengambilnya dari Malaikat Maut.

Mereka memberinya kafan dan hanuth itu. Keluarlah ruh itu dengan sangat wangi seperti bau parfum paling wangi yang pernah ada di Bumi. Para Malaikat inipun naik membawa ruh itu. Setiap kali bertemu dengan Malaikat yang lain, mereka akan bertanya: ‘Ruh siapakah yang baik ini?’ Mereka menjawab: “Fulan bin Fulan” – dengan nama terbaik yang pernah dia gunakan di Dunia, karena amalan baiknya. Hingga sampai di langit Dunia. Mereka minta agar pintu langit dibukakan, lalu dibukakan. Mereka naik menuju langit berikutnya, dan diikuti para Malaikat langit dunia. Hingga sampai di langit ketujuh. Kemudian Allah Subhāna Wa Ta’ala berfirman, ‘Tulis catatan amal hamba-Ku di Illiyin.’

“Tahukah kamu Apakah ‘Illiyyin itu? (yaitu) kitab yang bertulis, disaksikan oleh para malaikat.” Setelah itu, “Kembalikan hamba-Ku ke Bumi, karena dari Bumi Aku ciptakan mereka. Ke Bumi Aku kembalikan mereka, dan dari Bumi Aku bangkitkan mereka untuk kedua kalinya.” Maka dikembalikanlah ruhnya ke jasadnya. Kemudian Mayit mendengar suara sandal orang yang mengantarkan jenazahnya sewaktu mereka pulang setelah pemakaman.

Kemudian datanglah dua Malaikat yang keras gertakannya. (dalam riwayat lain: warnanya hitam biru). Lalu mereka menggertaknya, dan mendudukkan si Mayit.

Mereka bertanya: “Siapa Rabb-mu?” Si Mu’min menjawab, “Rabb-ku Allah.” “Apa agamamu?” Tanya Malaikat. “Agamaku Islam” jawab si Mu’min. “Siapakah orang yang diutus di tengah kalian?” Si Mu’min menjawab, “Dia Rasulullah Shallallāhu ‘alaihi Wa Sallam.’ Sang Malaikat bertanya lagi: “Bagaimana amalmu?” Jawab Mu’min: “Saya membaca Kitab Allah, saya mengimaninya dan membenarkannya.”

Pertanyaan Malaikat: ‘Siapa Rabb-mu? Apa agamamu? Siapa Nabi-mu?’ Inilah ujian terakhir yang akan diterima seorang Mu’min. Allah memberikan keteguhan bagi Mu’min untuk menjawabnya, seperti firman-Nya yang artinya:

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” [QS Ibrāhīm 14:27]

Sehingga dia bisa menjawab: Rabb-ku Allah, agamaku Islam, Nabi-ku Muhammad Shallallāhu ‘alaihi Wa Sallam.

Tiba-tiba ada suara dari atas, “Hambaku benar, bentangkan untuknya Surga, beri Pakaian Surga, bukakan Pintu Surga untuknya.” Diapun mendapatkan Angin Surga dan Wanginya Surga, dan kuburannya diluaskan sejauh mata memandang.

Kemudian datanglah orang yang wajahnya sangat bagus, pakaiannya bagus, baunya wangi. Dia mengatakan: “Kabar gembira dengan sesuatu yang menyenangkanmu. Kabar gembira dengan ridho Allah dan Surga nan penuh kenikmatan abadi. Inilah hari yang dulu kamu dijanjikan.” Si Mayit dengan keheranan bertanya: “Semoga Allah juga memberi kabar gembira untuk Anda. Siapa Anda, wajah Anda mendatangkan kebaikan?” Orang yang berwajah bagus ini menjawab: “Saya amal sholehmu.” - Suhnahallāh, amal shaleh yang menemani kita di kesepian, menemani kita di kuburan. Kemudian dibukakan untuknya Pintu Surga dan Pintu Neraka. Ketika melihat ke Neraka, disampaikan kepadanya: “Itulah tempatmu jika kamu bermaksiat kepada Allah. Dan Allah gantikan kamu dengan tempat yang itu.”

Kemudian si Mayit menoleh ke arah Surga. Melihat janji Surga, si Mayit berdoa: “Wahai Rabb-ku, segerakanlah kiamat, agar aku bisa berjumpa kembali ke keluarga dan hartaku.” Lalu disampaikan kepadanya: “Tenanglah.”


Mayit Yang Malang

Sementara hamba yang kafir, ketika hendak meninggalkan Dunia dan menuju Akhirat, turunlah para Malaikat dari langit, yang bengis dan keras, wajahnya hitam, mereka membawa masuh (kain yang tidak nyaman digunakan) dari Neraka. Mereka duduk di sekitar mayit sejauh mata memandang. Kemudian datanglah Malaikat Maut, dan duduk di samping kepalanya. Dia memanggil: “Wahai jiwa yang busuk, keluarlah menuju murka Allah.”

Ruhnya ketakutan, dan terpencar ke suluruh ujung tubuhnya. Lalu Malaikat Maut menariknya, sebagaimana gancu bercabang banyak ditarik dari wol yang basah. Sehingga membuat putus pembuluh darah dan ruang tulang. Dan langsung dipegang Malaikat Maut. Para Malaikat yang lain tidak meninggalkan walaupun sekejap, dan mereka langsung mengambilnya dari Malaikat Maut. Kemudian diberi masuh yang mereka bawa. Ruh ini keluar dengan membawa bau yang sangat busuk, seperti busuknya bau bangkai yang pernah ada di muka Bumi. Merekapun naik membawa ruh ini. Setiap kali mereka melewati Malaikat, Malaikat itupun bertanya, “Ruh siapah yang buruk ini?” Mereka menjawab: “Fulan bin Fulan.” – dengan nama yang paling buruk yang pernah dia gunakan ketika di Dunia – hingga mereka sampai di Langit Dunia. Kemudian mereka minta dibukakan, namun tidak dibukakan. Ketika itu, Rasulullah Shallallāhu ‘Alaihi Wasallam membaca firman Allah yang artinya:

(Orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya), tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk Surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. [QS Al-A’rāf 7:40]

Kemudian Allah Subhāna Wa Ta’ala berfirman: “Tulis catatan amal hamba-Ku di Sijjin, di bumi yang paling dasar.” Kemudian dikatakan: “Kembalikan hamba-Ku ke Bumi, karena Aku telah menjanjikan bahwa dari Bumi Aku ciptakan mereka, ke Bumi Aku kembalikan mereka, dan dari Bumi Aku bangkitkan mereka untuk kedua kalinya.’ Kemudian ruhnya dilempar hingga jatuh di jasadnya. Kemudian Rasulullah Shallallāhu ‘Alaihi Wasallam membaca firman Allah yang artinya:

Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh. [QS Al-Hajj 22:31]

Kemudian ruhnya dikembalikan ke jasadnya, sehingga dia mendengar suara sandal orang mengiringi jenazahnya ketika pulang meninggalkan kuburan. Kemudian datanglah dua Malaikat, gertakannya keras. Merekapun menggertak si mayit dan mendudukkannya. Mereka bertanya: ‘Siapa Rabb-mu?’ Si Kafir menjawab: ‘Hah hah saya tak tahu.’ ‘Apa agamamu?’ Tanya malaikat: ‘Hah hah saya tak tahu,’ jawab si Kafir. ‘Siapakah orang yang diutus di tengah kalian?’ Si kafir tidak kuasa menyebut namannya. Lalu dia digertak: “Namanya Muhammad!” Si Kafir hanya bisa mengatakan: ‘Hah hah saya tak tahu’. Saya cuma mendengar orang-orang bilang seperti itu. Diapun digertak lagi: “Kamu tidak tahu dan tidak mau tahu.” Tiba-tiba ada suara dari atas, “Hambaku dusta, bentangkan untuknya Neraka, bukakan Pintu Neraka untuknya.”

Diapun mendapatkan Panasnya Neraka dan Racun Neraka. Kuburnya disempitkan hingga tulang-tulangnya berserakan. Lalu datanglah orang yang wajahnya sangat buruk, berbaju jelek, baunya seperti bangkai. Dia mengatakan: ‘Kabar buruk untukmu, inilah hari dimana dulu kau dijanjikan.’ Si mayit Kafirpun menjawab: ‘Kabar buruk juga untukmu, siapa kamu? ‘Wajahmu mendatangkan keburukan.’ Orang ini menjawab: ‘Saya amalmu yang buruk.’ – Allāhul musta’an, amal buruk itu semakin menyesakkan pelakunya di lahatnya – kemudian dia diserahkan kepada makhluk yang buta, tuli, dan bisu. Dia membawa pentungan! Andaikan dipukulkan ke gunung, niscaya akan jadi debu. Kemudian benda itu dipukulkan ke mayit kafir, dan dia menjadi debu. Lalu Allah kembalikan seperti semula, dan diapun memukulnya lagi. Dia berteriak sangat keras, bisa didengar oleh semua makhluk, kecuali jin dan manusia. Lalu dibukakan untuknya Neraka dan disiapkan tempatnya di Neraka. Diapun memohon: “Yā Rabb, jangan Engkau tegakkan kiamat.”

Hadits ini diriwayatkan Ahmad #18543, Abu Daud #4753, Syuaib Al-Arnauth menyatakan, Sanadnya shahih.


2. PENIUPAN SANGKAKALA

S
angkakala adalah terompet yang ditiup oleh malaikat Israfil yang menunggu kapan diperintahkan Allah Subhāna Wa Ta’ala. Tiupan yang pertama akan mengejutkan manusia Dan membinasakan mereka dengan kehendak Allah Subhāna Wa Ta’ala, seperti dijelaskan pada Al-Qur’an yang artinya:

“Dan sangkakala pun ditiup, maka matilah semua (makhluk) yang di Langit dan di Bumi, kecuali mereka yang dikehendaki Allah.” [QS Az-Zumar 39:68]

Tiupan ini akan mengguncang seluruh alam dengan guncangan yang keras Dan hebat sehingga merusak seluruh susunan alam yang sempurna ini. Ia akan membuat gunung menjadi rata, bintang bertabrakan, matahari akan digulung, lalu hilanglah cahaya seluruh benda-benda di alam semesta. Setelah itu keadaan alam semesta kembali seperti awal penciptaannya.

Allah Subhāna Wa Ta’ala menggambarkan kedahsyatan saat kehancuran tersebut sebagaimana firman-Nya yang artinya:

“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan Hari Kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada Hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya Dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, Dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi adzab Allah itu sangat keras.” [QS Al-Hajj 22:1-2]

Sedangkan pada tiupan sangkakala yang kedua adalah tiupan untuk membangkitkan seluruh manusia sebagaimana firman-Nya menyebutkan yang artinya:

“Dan tiupan sangkakala (kedua), maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Rabb mereka. [QS Yā Sīn 36:51]

Rasulullah Shallallāhu ‘Alaihi Wasallam bersabda yang artinya:

“Kemudian ditiuplah sangkakala, dimana tidak seorangpun tersisa kecuali semuanya akan dibinasakan. Lalu Allah SWT menurunkan hujan seperti embun atau bayang-bayang, lalu tumbuhlah jasad manusia.Kemudian sangkakala yang kedua ditiup kembali, Dan manusia pun bermunculan (bangkit) Dan berdiri”. [HR Muslim].


3. HARI KEBANGKITAN

“Pada Hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakannya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha menyaksikan segala sesuatu”. [QS Al-Mujādilah 58:6]

P
ada hari kebangkitan ini seluruh manusia akan dibangkitkan dalam 3 kelompok, yaitu: 1. Kelompok yang berkendaraan; 2. Kelompok yang berjalan kaki; 3. Kelompok yang berjalan dengan wajahnya.

Ada salah seorang sahabat yang menanyakan, bagaimana bisa sekelompok tersebut berjalan dengan wajahnya, kemudian Muhammad SAW menjawab “Allah yang menjadikan mereka berjalan dengan kaki, pasti mampu membuat mereka berjalan dengan wajah.”


Bentuk Umat Manusia Di hari Kebangkitan

Nabi Muhammad bersabda yang artinya: “Wahai Muadz, sesungguhnya engkau bertanyakan sesuatu yang sangat besar. Ada 12 kelompok umatku akan dihalau ke Padang Mahsyar. Mereka semuanya itu Allah Maha Kuasa tukarkan, tidak seperti mereka hidup ketika di dunia.” Golongan itu adalah seperti berikut:

Pertama: Dibangkitkan dari kubur dengan keadaan tanpa bertangan dan berkaki. Mereka adalah orang yang ketika di dunia dulu suka mengganggu tetangganya.

Kedua: Dibangkitkan dari kubur dengan keadaan berupa babi hutan. Mereka adalah orang yang ketika hidupnya, meringankan malas dan lalai dalam shalat.

Ketiga: Dibangkitkan dari kubur dengan keadaan mereka seperti keledai. Sedangkan perutnya membesar seperti gunung dan di dalamnya penuh dengan ular dan kalajengking. Meraka ini adalah orang yang enggan membayar zakat.

Keempat: Dibangkitkan dari kubur dengan keadaan darah memancar keluar dari mulut mereka. Mereka ini adalah orang yang berdusta di dalam jual beli.

Kelima: Dibangkitkan dari kubur dengan keadaan berbau busuk lebih daripada bangkai. Mereka ini adalah orang yang melakukan maksiat sembunyi-sembunyi kerana takut dilihat orang, tetapi tidak takut kepada Allah.

Keenam: Dibangkitkan dari kubur dengan keadaan leher mereka terputus. Mereka adalah orang yang menjadi saksi palsu.

Ketujuh: Dibangkitkan dari kubur tanpa mempunyai lidah. Dan dari mulut mereka mengalir keluar nanah serta darah. Meraka itu adalah orang yang enggan memberi kesaksian di atas kebenaran.

Kedelapan: Dibangkitkan dari kubur dengan keadaan terbalik yaitu kepala ke bawah dan kaki ke atas, serta farajnya mengeluarkan nanah yang mengalir seperti air. Meraka adalah orang yang berbuat zina dan mati tanpa sempat bertaubat.

Kesembilan: Dibangkitkan dari kubur dengan keadaan wajah hitam gelap dan bermata biru serta perutnya dipenuhi api. Mereka itu adalah orang yang memakan harta anak yatim dengan cara zalim.

Kesepuluh: Dibangkitkan dari kubur dengan keadaan tubuh mereka penuh dengan sopak dan kusta. Mereka adalah orang yang durhaka kepada orang tuanya.

Kesebelas: Dibangkitkan dari kubur dengan keadaan buta, gigi mereka memanjang seperti tanduk lembu jantan, bibir mereka melebar sampai ke dada dan lidah mereka terjulur memanjang sampai ke perut. Perutnya pula menggelebeh hingga ke paha dan keluar beraneka kotoran. Mereka adalah orang yang minum arak.

Keduabelas (Ini yang beruntung karena amalannya): Dibangkitkan dari kubur dengan keadaan wajah yang bersinar-sinar bercahaya laksana bulan purnama. Mereka melalui titian sirath (jembatan di Surga yang dibawahnya Neraka) seperti kilat yang menyambar. Mereka adalah orang yang beramal sholeh dan banyak berbuat baik (kepada sesama manusia), selalu menjauhi perbuatan durhaka, mereka memelihara sholat lima waktu, ketika meninggal dunia keadaan mereka bertaubat dan mendapat ampunan, dan mendapat kasih sayang dan keridhoan Allah.


4. PADANG MAHSYAR

“(Yaitu) pada Hari (ketika) ‘Bumi’ diganti dengan ‘Bumi Yang Lain’. Dan (demikian pula) Langit Dan mereka semuanya di Padang Mahsyar berkumpul menghadap ke hadirat Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”. [QS Ibrāhim 14:48).

H
asr adalah pengumpulan seluruh makhluk pada Hari Kiamat untuk dihisap (dihitung amalan-amalannya) dan diambil keputusannya. Lamanya di Padang Mahsyar adalah satu Hari yang berbanding 50.000 tahun di Dunia, Allah Subhāna Wa Ta’ala berfirman yang artinya:

“Malaikat-Malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Rabb dalam sehari yang kadarnya 50.000 tahun. [QS Al Ma’ārij 70:4]

Karena amat lamanya Hari itu, manusia merasa hidup mereka di Dunia ini hanya seperti satu jam saja.

Dan (ingatlah) akan Hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di Hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) kecuali hanya sesaat saja di siang Hari. [QS Yūnus 10:45]

“Dan pada Hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa, bahwa mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat saja.” [QS Ar-Rūm 30:55]

Adapun orang yang beriman merasakan lama pada Hari itu (di Padang Mahsyar sebentar saja) seperti waktu antara Dhuhur Dan Ashar saja, Subhanallāh.

Keadaan orang kafir saat itu sebagaimana firman-Nya yang artinya: “Orang kafir ingin seandainya ia dapat menebus dirinya dari adzab Hari itu dengan anak-anaknya, dengan istri serta saudaranya, dan kaum familinya yang melindunginya ketika di dunia, Dan orang-orang di atas Bumi seluruhnya, kemudian (mengharapkan) tebusan itu dapat menyelamatkannya”. [QS Al-Ma’ārij 70:11-14].

Di Padang Mashyar nanti bendera-bendera dipasang oleh Pemimpin-Pemimpin Kebenaran dan di bawahnya terdapat barisan-barisan pengikutnya. Bendera itu dipasang dan dikibarkan oleh:

Bendera Liwaus Shidqi (Kebenaran), dikibarkan oleh Abu Bakar Al-Shiddiq bagi semua orang yang benar dan jujur akan berada di bawah bendera tersebut. Bendera Fuqaha’, untuk Mu’adz bin Jabal bagi semua orang yang alim fiqih akan berada dan berbaris di bawah bendera panji-panji ini. Bendera Zuhud, untuk Abu Dzar Al-Ghiffari bagi semua manusia yang menjiwai dan membudi daya dengan zuhud akan berada di bawah bendera ini. Bendera Dermawan, untuk Utsman bin Affan bagi para dermawan akan berada di bawahnya. Bendera Syuhada, untuk Ali bin Abi Thalib bagi setiap orang yang mati syahid sama berbaris di bawah bendera ini. Bendera Qurra’, untuk Ubay bin Ka’ab bagi para qori’ sama berbaris di bawah bendera panji-panji ini. Bendera Mu’adzin, untuk Bilal bin Rabah bagi para mu’adzin akan berada pada barisan di bawah bendera ini. Bendera orang-orang yang dibunuh dengan aniaya, untuk Husain bin Ali bagi orang-orang yang dibunuh dengan aniaya akan berada di bawah bendera ini.


5. SYAFA’AT

S
yafa’at ini khusus hanya untuk umat Muslim, dengan syarat tidak berbuat syirik besar yang menyebabkan kepada kekafiran. Adapun bagi orang musyrik, kafir Dan munafik, maka tidak Ada syafa’at bagi mereka. Syafa’at ini diberikan Rasulullah Shallallāhu ‘Alaihi Wasallam kepada seluruh umat Islam (dengan izin dari Allah SWT).

Selain itu ada juga syafa’at yang diberikan langsung oleh Allah, Ada 7 golongan manusia yang mendapatkan syafa’at khusus dari Allah Subhāna Wa Ta’ala ini:

Penguasa atau pemimpin yang adil. Seorang remaja yang mengawali keremajaannya dengan beribadah kepada Allah. Seorang lelaki yang hatinya dipertautkan dengan masjid-masjid. Dua orang yang saling cinta-mencintai karena Allah, yakni yang keduanya berkumpul dan berpisah kerana Allah. Seorang lelaki yang ketika dirayu oleh wanita bangsawan lagi rupawan, lalu ia menjawab: “Sesungguhnya aku takut kepada Allah”. Seorang yang mengeluarkan sedekah dan disembunyikan, sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat oleh tangan kanannya itu (artinya dia bersedekah dan tidak menceritakan sedekahnya itu kepada orang lain). Seorang yang berzikir kepada Allah di tempat yang sunyi, sehingga kedua matanya mencucurkan air mata.”


6. HISAB

P
ada tahap (fase) ini, Allah Subhāna Wa Ta’ala menunjukkan amal-amal yang mereka perbuat dan ucapan yang mereka lontarkan, serta segala yang terjadi dalam kehidupan dunia baik berupa keimanan, keistiqomahan atau kekafiran.

Setiap manusia berlutut di atas lutut mereka. “Dan kamu lihat tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang kamu kerjakan. [QS Al-Jātsiah 45:28].

Umat yang pertama kali dihisab adalah umat Muhammad Shallallāhu ‘Alaihi Wasallam, kita umat yang terakhir tapi yang pertama dihisab. Yang pertama kali dihisab dari hak-hak Allah pada seorang hamba adalah Shalatnya, sedang yang pertama kali diadili diantara manusia adalah urusan darah.

Allah SWT mengatakan kepada orang kafir: “Dan kamu tidak melakukan suatu pekerjaan melainkan Kami menjadi saksi atasmu diwaktu kamu melakukannya”. [QS Yūnus 10:61). Seluruh anggota badan juga akan menjadi saksi.

Allah bertanya kepada hamba-Nya tentang apa yang telah ia kerjakan di dunia: “Maka demi Rabbmu, kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa yang akan mereke kerjakan dahulu”[QS Al-Hijr 15:92-93).

Seorang hamba akan ditanya tentang hal: umurnya, masa mudanya, hartanya dan amalnya dan akan ditanya tentang nikmat yang ia nikmati.


7. PEMBAGIAN CATATAN AMAL

M
anusia akan menerima buku catatan amal yang telah dilakukan ketika di dunia. Amal-amal tersebut kemudian ditimbang di atas mizan atau neraca. Barang siapa yang berat amal kebaikannya akan dimasukkan ke Surga dan yang ringan kebaikannya akan dimasukkan ke Neraka. Apabila buku (catatan) itu berat amal kebaikkannya akan diterima tangan kanan, sebaliknya bila buku itu berat amal kejahatannya akan diterima tangan kiri. Sesuai dengan Firman Allah Subhāna Wa Ta’ala dalam Surah Al-Isrā’ yang artinya:

“Ingatlah suatu hari yang saat itu Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya, dan barang siapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya maka mereka ini akan membaca kitab itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun.” [QS Al-Isrā’ 17:71]

Firman Allah Subhāna Wa Ta’ala dalam Al-Insyiqōq yang artinya:

“Maka adapun orang yang diberi kitabnya dari arah kanannya, akan diperhitungkan amal perbuatannya dengan mudah, dan kembali kepada ahlinya riang gembira. Adapun orang yang diberikan kitab amalannya dari arah kirinya dia akan mengalami kesengsaraan, dan dimasukakan kedalam Neraka Sa’ir.” [QS Al-Insyiqōq 84:7-12)

Pada detik-detik terakhir hari perhitungan, setiap hamba akan diberi kitab (amal) nya yang mencakup lembaran-lembaran yang lengkap tentang amalan yang telah ia kerjakan di dunia.

Al-Kitab di sini merupakan lembaran-lembaran yang berisi catatan amal yang ditulis oleh malaikat yang ditugaskan oleh Allah Subhāna Wa Ta’ala.
Manusia yang baik amalnya selama di dunia, akan menerima catatan amal dari sebelah kanan. Sedangkan manusia yang jelek amalnya akan menerima catatan amal dari belakang dan sebelah kiri, seperti pada firman Allah yang artinya sebagai berikut ini:

“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan ia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka ia akan berteriak: “celakalah aku”, dan ia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)”, [QS Al-Insyiqōq 84:8-12)

Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata: “Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini), dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaanku dariku” (Allah berfirman): “Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya”, kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala”. [QS Al-Hāqqah 69:25 31]


8. MIZAN

M
izan adalah apa yang Allah letakkan pada hari kiamat untuk menimbang amalan hamba-hamba-Nya. Allah Subhāna Wa Ta’ala  berfirman yang artinya:

“Dan kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah seorang dirugikan walau sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya.Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan”. [QS Al Anbiyā’ 21:47]

Setelah tahapan Mizan ini, bagi yang kafir, dan mereka yang melakukan perbuatan syirik akan masuk neraka. Sedangkan umat muslim lainnya, akan melalui tahap selanjutnya yaitu Telaga.


9. TELAGA

U
mat Muhammad Shallallāhu ‘Ālaihi Wasallam akan mendatangi air pada telaga tersebut. Barang siapa minum dari telaga itu maka ia tidak akan haus selamanya. Setiap Nabi mempunyai telaga masing-masing. Telaga Rasulullah Shallallāhu ‘Ālaihi Wasallam lebih besar, lebih agung dan lebih luas dari yang lain, sebagaimana sabdanya yang artinya:

Sesungguhnya setiap Nabi mempunyai telaga dan sesungguhnya mereka berlomba untuk mendapatkan lebih banyak pengikutnya di antara mereka dan sesungguhnya Nabi Muhammad mengharapkan agar menjadikan pengikutnya yang lebih banyak. [HR Al-Bukhari Muslim].

Setelah Telaga, umat muslim akan ke tahap selanjutnya yaitu tahap Ujian Keimanan Seseorang. Perlu dicatat bahwa orang kafir dan orang yang berbuat syirik sudah masuk neraka (setelah tahap Mizan, seperti dijelaskan di atas).


10. UJIAN KEIMANAN SESEORANG

S
elama di dunia, orang munafik terlihat seperti orang beriman karena mereka menampakkan keislamannya. Pada fase inilah kepalsuan iman mereka akan diketahui, diantaranya cahaya mereka redup. Mereka tidak mampu bersujud sebagaimana sujudnya orang mu’min. Saat digiring, orang-orang munafik ini merengek-rengek agar orang-orang mukmin menunggu dan menuntun jalannya. Karena saat itu benar-benar gelap dan tidak ada petunjuk kecuali cahaya yang ada pada tubuh mereka.

Allah Subhāna Wa Ta’ala  berfirman yang artinya:

Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang beriman: “Tunggulah kami! Kami ingin mengambil cahayamu’. (Kepada mereka) dikatakan: “Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)”. Lalu diantara mereka dipasang dinding (pemisah) yang berpintu. Di sebelah dalam ada rahmat dan di  luarnya hanya ada azab (siksa). [QS Al-Hadīd 57:13]

Setelah ini umat muslim yang lolos sampai tahap Ujian Keimanan Seseorang ini, akan melalui Shirat.


11. SHIROT

S
hiroth adalah jembatan yang dibentangkan di atas Neraka Jahannam, untuk diseberangi orang-orang mukmin menuju Jannah (Surga). Beberapa Hadits tentang Shiroth

Sesungguhnya Rasulullah Shallallāhu ‘Ālaihi Wasallam pernah ditanya tentang Shiroth, maka beliau berkata: “Tempat menggelincirkan, di atasnya ada besi penyambar dan pengait dan tumbuhan berduri yang besar, ia mempunyai duri yang membahayakan seperti yang ada di Najd yang disebut pohon Sud’an.” [HR Muslim]

“Telah sampai kepadaku bahwasanya shiroth itu lebih tipis dari rambut dan lebih tajam dari pedang”. [HR Muslim]

“Ada yang melewati shiroth ini laksana kejapan mata dan ada yang seperti kilat, ada yang seperti tiupan angin, ada yang terbang seperti burung dan ada yang menyerupai orang yang mengendarai kuda, ada yang selamat seratus persen, ada yang lecet-lecet dan ada juga yang ditenggelamkan di neraka jahannam”. [HR Al-Bukhari Muslim]

Yang paling pertama menyebarangi shiroth adalah Nabi Muhammad Shallallāhu ‘Ālaihi Wasallam dan para pemimpin umat beliau. Beliau bersabda:

“Aku dan umatku yang paling pertama yang diperbolehkan melewati shiroth dan ketika itu tidak ada seorangpun yang bicara, kecuali Rasul dan Rasul berdo’a Yā Allah selamatkanlah, selamatkanlah. [HR Al-Bukhari]

Jembatan yang menghubungkan Mahsyar dengan Surga, menurut keterangan sahabat Abu Said, “Jembatan ini lebih kecil dari rambut dan lebih tajam dari pedang.”

Rasulullah Shallallāhu ‘Ālaihi Wasallam  pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah telah menciptakan Shiroth yang berada di atas neraka, yaitu jembatan yang terletak di tengah-tengah neraka Jahannam yang sangat licin dan dapat menggelincirkan. Jembatan ini mempunyai 7 gardu (pos), yang setiap gardu jaraknya sama dengan perjalanan 3000 tahun, seribu tahun berupa tanjakan yang tinggi, seribu tahun berupa dataran, dan seribu tahun berupa lereng yang curam. Dia lebih kecil dan lembut dari pada rambut, lebih tajam dari pada pedang, dan lebih gelap dibandingkan malam yang pekat. Setiap gardu mempunyai 7 cabang, setiap cabang bentuknya bagai panah yang ujungnya tajam. Duduklah setiap hamba di atas setiap gardu tersebut dan ditanyakan kepadanya tentang perintah-perintah Allah.”

Manusia yang pertama kali menginjakkan kakinya di Shiroth adalah Muhammad Shallallāhu ‘Ālaihi Wasallam, dia akan memimpin kumpulan-kumpulan umatnya. Kumpulannya terbagi menjadi 10 bagian, yaitu:

Kumpulan Pertama, berhasil melintasi seperti kilat yang memancar.
Kumpulan Kedua, melintasi seperti angin yang kencang.
Kumpulan Ketiga, melintasi seperti kuda yang baik.
Kumpulan Keempat, seperti burung yang pantas.
Kumpulan Kelima, berlari.
Kumpulan Keenam, berjalan.
Kumpulan Ketujuh, berdiri dan duduk karena mereka dahaga dan penat. Dosa-dosa terpikul di atas belakang mereka. Muhammad berhenti di atas Shiroth. Setiap kali, Muhammad melihat seorang dari umatnya bergelayut di atas Shiroth, kemudian ia akan menarik tangannya dan membangunkan dia kembali.
Kumpulan Kedelapan, menarik muka-muka mereka dengan rantai karena terlalu banyak kesalahan dan dosa mereka. Bagi yang buruk, mereka akan menyeru: “Wahai Muhammad!” Muhammad kemudian berkata: “Tuhan! Selamatkan mereka! Tuhan! Selamatkan mereka”!
Kumpulan Kesembilan dan Kesepuluh, tertinggal di atas Shirath, mereka tidak diizinkan untuk menyeberang.

Dikatakan bahwa, di Pintu Surga, ada pokok yang mempunyai banyak dahan. Bilangan dahannya tidak terkira hanya Allah saja yang mengetahui.  (perlu perhatian) anak anak yang mati belum baligh ada sendiri tempatnya yaitu Al-A’rāf. Bagi umat muslim yang berhasil melalui shiroth tersebut, akan ke tahap selanjutnya Jembatan.


12. JEMBATAN

J
embatan disini, bukan shiroth yang letaknya di atas neraka jahannam. Jembatan ini dibentangkan setelah orang mu’min berhasil melewati shiroth yang berada di atas neraka jahannam.

Rasulullah Shallallāhu ‘Ālaihi Wasallam bersabda: “Seorang mukmin akan dibebaskan dari api neraka, lalu mereka diberhentikan di atas jembatan antara Jannah (surga) dan neraka, mereka akan saling diqishash antara satu sama lainnya atas kezhaliman mereka di dunia. Setelah mereka bersih dan terbebas dari segalanya, barulah mereka diizinkan masuk Jannah.

Demi Dzat yang jiwa Muhammad ditangan-Nya, seorang diantara kalian lebih mengenal tempat tinggalnya di Jannah daripada tempat tinggalnya di Dunia”. [HR Al-Bukhari]

Setelah melewati jembatan ini barulah orang mu’min masuk Surga. Demikianlah Perjalanan Kehidupan Manusia Setelah Meninggal Dunia. Ternyata Kita Baru (Sedang) Menempuh Tahapan Hidup di Dunia. Setelah kematiannya (meninggal dunia) baru proses seperti yang dipaparkan itu akan di alami.


PENUTUP

D
emikianlah paparan tajuk ini yang membuat harap-harap cemas, takut-takut salah menempuh hidup yang disangka baik tapi, mungkin tidak. Tulisan ini baik sebagai peringatan dan pelajaran bagi kita semua.

Dengan hal tersebut menjadi perhatian bagi kita untuk memersiapkan sebaik-baiknya amalan baik yang diridhoi-Nya, sebagaimana firman-Nya menyebutkan yang artinya:

Dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh Allah tidak menyukai kerusakan. [QS Al-Qashash 28:77]

Dan meninggalkan segala amalan-amalan buruk, agar jangan menjadi manusia yang merugi di kemudian hari, sebagaimana firman-Nya menyebutkan dalam Surah Al-Baqarah:

“lahā mā kasabat wa 'alaihā maktasabat.”

Artinya:

Dia (manusia) mandapat (pahala, kebahagian hidup) dari kebajikan yang dikerjakan - sebagai agent of development, dan sebagai agent of change, dan dia (manusia) mendapat (dosa, kesengsaraan hidup) dari (kejahatan, kerusakan) yang diperbuatnya. [QS al-Baqarah 2:286]

Astaghfirullāhul ‘Ādzīm! Yā Allah! Jauhilah kami dari azhab Neraka. Semoga kita semua selamat dunia akhirat, Āmīn Allāhumma āmīn. Billāhit Taufiq wal-Hidāyah. □ AFM



KEPUSTAKAAN:
1. Hidup Sesudah Mati edisi terjemah oleh Syaikh Jasim Muhammad
2. Al-Yaum Al-Akhir, Juz I, II, III oleh Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar
3. Syarah Lum’atul I’tiqad Al-Hadi Ila Sabilir Rasyad oleh Syaikh Utsaimin
4. Tahdzib Syarah Ath-Thahawiyah oleh Ibnu Abil Izz Al-Hanafi
5. Tadzkirah, Imam Qurthubi
6. At Takhwif Minan Nār oleh Ibnu rajab Al-Hambali
7. Hadiul Arwah Ila Biladil Afrah, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
8. Nihayatul Bidayah wan Nihayah oleh Al-Hafidz Ibnu Katsir
9. Ahwalun Nār oleh Muhammad Ali Al-Kulaib. □□


SUMBER:
KabarMakkah.Com
Faridan M. Dawam, Road to Jannah
https://peribadirasulullah.wordpress.com/2018/02/09/destinasi-pertama-alam-barzakh/ 
https://afaisalmarzuki.blogspot.com/2014/05/islam-ilmu-pengetahuan-iii.html 
Dan sumber lainnya. □□□

Blog Archive