SEJARAH SEKULARISME
D
|
alam sejarah kehidupan umat manusia mulai abad
ke-20, terutama dari negara-negara yang telah terbebas dari penjajahan
bangsa-bangsa Eropa, mulai menata hidup bangsanya yang ingin disebut menjadi
modern, seperti majunya negara-negara dari ex-penjajahnya yang sudah developed countries [1]. Dengan itu
manusianya selalu diiming-imingi oleh ingin adanya perobahan dan untuk itu
berinovasi, yaitu ingin tampil beda dari kehidupan sebelumnya dengan berpegang
pada konteks realitas. Dalam hal ini, manusia ingin tampil lebih maju dan
modern sehingga tidak segan-segan dalam mengkritik sesuatu yang dianggap bisa
menghambatnya, tidak terkecuali agama.
Seperti halnya dalam sejarah kehidupan bangsa Eropa
yang secara terbuka mengkritik eksistensi agama di Eropa, karena dianggap
keberadaan mereka dibawah otoritas agama (agama di Eropa adalah Kristen) dalam
sejarahnya telah mengikat kebebasan dan kemajuannya, sehingga muncullah sebuah
wacana sekularisme, yaitu pemisahan antara urusan dunia (negara) dengan agama.
Disini mereka beranggapan bahwa agama tidak berhak mengintervensi dunia, dengan
kata lain agama adalah urusan pribadi dan tidak boleh dibawa dalam ranah publik
(negara). Negara-negara Eropa atau ex-Eropa seperti Australia dan Amerika
Serikat dasar hukum bernegaranya adalah sekulerisme.
Sekularisme merupakan sebuah ideologi yang pada
mulanya berkembang di dunia Barat dan menyebar hampir ke seluruh penjuru Dunia
tak terkecuali dunia Islam. Paham ini mempunyai tujuan yaitu memisahkan antara
“hak Tuhan” dengan “hak Manusia” atau memisahkan antara urusan Manusia dengan
urusan Tuhan. Demikian pandangan paradigma yang telah terbangun di Barat yang
ingin dibangun di negara-negara ex-jajahannya.
Pengertian Sekularisme
I
|
stilah sekuler (secular) berasal dari
bahasa latin Saeculum yang memiliki dua konotasi yaitu time dan location. Waktu menunjukan sekarang sedangkan tempat dinisbahkan
kepada dunia. Jadi saeculum berarti
zaman ini atau masa kini, dan zaman ini atau masa kini menunjukan peristiwa di
dunia ini, dan itu juga berarti peristiwa–peristiwa masa kini. [2] Adapun
sekularisasi dalam kamus ilmiah adalah hal usaha yang merampas milik gereja
atau penduniawian. Sedangkan Sekularisme adalah sebuah gerakan yang menyeru
kepada kehidupan duniawi tanpa campur tangan agama. [3]
Al-Attas, dalam bukunya yang berjudul Islam dan
Sekularisme, menjelaskan bahwa sekularisasi didefinisikan sebagai pembebasan
manusia, yaitu mula-mula dari agama dan kemudian dari metafisika. Itu berarti
terlepasnya dunia dari pengertian-pengertian religious dan religious-semu,
terhalaunya semua pandangan-pandangan dunia yang tertutup, terpatahkannya semua
mitos supernatural dan
lambang-lambang suci. Sekularisme lebih condong kepada proses peralihan
fungsi-fungsi dan sifat-sifat keagamaan kearah fungsi-fungsi dan sifat-sifat
yang tak bernilai atau yang tidak ada hubungannya dengan keagamaan. Pengertian
yang lain menyebutkan sekularisme adalah penduniawian sesuatu yang pada mulanya
bersifat atau bernilai keagamaan.
Dari pengertian-pengertian diatas,
kata “secular”, “sekularisasi” dan “sekularisme” mempunyai makna dan pengertian
yang berbeda-beda. Kata “secular” berasal dari kata latin saeculum diartikan dengan masa dan tempat yang berlaku sekarang
atau masa kini. Kata “sekularisasi” banyak diartikan sebagai “proses menuju ke
sekuler dan sekularisme”. Sedangkan “sekularisme” banyak diartikan sebagai
“idiologi yang dihasilkan dari proses sekularisasi”.
Sejarah Munculnya Sekularisme
B
|
ila kita melacak sejarah bangsa Eropa,
sekularisme muncul disebabkan peranan gereja dalam tindakannya dalam pengungkungan
atau menyekat pintu pemikiran dan penemuan sains
(ilmu pengetahuan). Pihak gereja Eropa telah menghukum ahli sains seperti Copernicus, Gradano,
Galileo dll yang mengutarakan penemuan saintifik yang berlawanan dengan ajaran
gereja. Kemunculan paham ini juga disebabkan tindakan pihak gereja yang
mengadakan upacara agama yang dianggap berlawanan dengan nilai pemikiran dan
moral seperti penjualan surat pengampunan dosa, yaitu seseorang boleh membeli
surat pengampunan dengan nilai wang yang tinggi dan mendapat jaminan syurga
walaupun berbuat kejahatan di dunia.
Disamping itu, Kemudian muncul revolusi rakyat
Eropa yang menentang pihak agama dan gereja yang bermula dengan pimpinan Martin
Luther, Roussieu dan Spinoza. Akhirnya tahun 1789, Perancis menjadi negara
pertama yang bangun dengan sistem politik tanpa (berdasarkan) agama. Revolusi
ini terus berkembang sehingga di negara-negara Eropa, muncul ribuan pemikir dan
saintis yang berani mengutarakan teori yang menentang agama dan berunsurkan
rasional. Seperti muncul paham Darwinisme, Freudisme, Eksistensialisme,
Ateismenya dengan idea Nietche yang menganggap "Tuhan telah mati" dan
manusia bebas dalam mengeksploitasi. Akibatnya, agama dipinggirkan dan menjadi
bidang yang sangat kecil, terpisah daripada urusan politik, sosial dan sains.
Bagi mereka yang melakukan penolakan terhadap sistem agama telah menyebabkan
kemajuan sains dan teknologi yang pesat dengan munculnya zaman Renaissance
[4] yaitu pertumbuhan pesat dari perindustrian dan teknologi di benua Eropa.
Dalam perjalanannya, Paham ini terus menular dan
mulai memasuki dunia Islam pada awal kurun ke 20. Turki merupakan negara
pertama yang mengamalkan paham ini di bawah pimpinan Mustafa Kemal Atatürk. [5] Seterusnya paham ini
menelusuri negara Islam yang lain seperti di Mesir melalui polisi Napoleon,
Algeria, Tunisia dan lain-lain yang terikat dengan pemerintahan Perancis. Juga,
Indonesia, Malaysia masing-masing dibawa oleh Belanda dan Inggeris. Ini dapat
kita lihat dengan munculnya dualisme yaitu agama satu sisi dan yang bersifat
keduniaan satu sisi. Seperti pengajian yang berasaskan agama tidak boleh
bercampur dengan pengajian yang berasaskan sains dan keduniaan.
Disamping itu, sejarah yang paling kental
tentang munculnya sekularisme adalah disebabkan dari bentuk kekecewaan (mosi
tidak percaya) masyarakat Eropa kepada agama Kristen saat itu (abad 15). Di
mana Kristen beberapa abad lamanya menenggelamkan dunia Barat ke dalam periode
yang kita kenal sebagai “the dark ages”
(abad gelap Eropa). Padahal pada saat yang sama peradaban Islam saat itu sedang
berada di puncak kejayaannya - baca blog afaisalmarzuki dengan tajuk Islam di Spanyol
dan Peninggalannya. Sehingga ketika perang salib berakhir dengan
kekalahan di pihak Eropa, walau mereka mengalami kerugian di satu sisi, tetapi,
sebenarnya mereka mendapatkan sesuatu yang berharga, yaitu inspirasi
pengetahuan dari Islam yang memegang pemerintahan “Kekhalifahan Islam” saat
itu. Karena justru setelah mereka “bergesekan” dengan umat Islam di “Perang
Salib” (Crusader). Hal tersebut
ternyata menjadi kawah lahirnya renaissance
beberapa abad setelahnya di Eropa. Setelah mereka menerjemahkan buku-buku
filsafat Yunani berbahasa Arab dan karya-karya filosof Islam, dan buku-buku
ilmu pengetahuan seperti astronomi, matematik, aljabar, algoritmi, kedokteran,
obat-obatan, ilmu optik, sosiologi dan lainnya ke dalam bahasa Latin.
Pada saat Eropa mengalami the dark ages, Kristen yang sudah melembaga saat itu menguasai
semua ranah kehidupan masyarakat Eropa. Politik, ekonomi, pendidikan dan
semuanya tanpa terkecuali yang dikenal denga istilah ecclesiastical jurisdiction (hukum Gereja). Semua hal yang berasal
dari luar kitab suci Injil dianggap salah. [8] Filsafat yang notabene sebagai al-umm (ilmu induk) dari ilmu
pengetahuan dengan ruang lingkupnya yang sangat luas, mereka sempitkan dan
dikungkung hanya untuk menguatkan keyakinan mereka tentang ketuhanan yang
trinitas itu. Mereka menggunakan filsafat hanya sekedar untuk menjadikan
trinitas yang irasional menjadi kelihatan rasional. Dengan demikian secara
otomatis filsafat yang seharusnya menjadi induk dari seluruh ilmu pengetahuan
yang ada menjadi mandul dan tidak berfungsi.
Ilmu pengetahuan yang menopang majunya sebuah
peradaban malah dimusuhi. Ketika ada penemuan baru yang dianggap bertentangan
dengan isi kitab suci Injil dianggap sebagai sebuah pelanggaran yang harus
ditebus dengan nyawa. Sebagaimana yang dialami Copernicus yang menyatakan teori
“heliosentris”-nya (tatasurya dimana matahari sebagai pusat dari jagat
planet-planet yang mengelilinginya) yang notabene
bertentangan dengan Injil nama kita suci Kristen yang mengemukan teori
“geosentris” (bumilah sebagai pusat jagat raya termasuk matahari dan
planet-planet).
Sesuai dengan teori arus air, jika ia ditahan
maka lama kelamaan akan menjadi tenaga yang begitu dahsyat untuk mengahancurkan
penahannya. Begitu juga yang terjadi di Eropa pada abad 15 dengan apa yang
disebut renaissance sebagai lambang
dari pembebasan masyarakat Eropa dari kungkungan gereja. Gerakan renaissance ini mulai digerakkan di
berbagai lini, seni, gerakan pembaruan keagamaan yang melahirkan Kristen
Protestan, Humanisme dan penemuan Sains. Yang selanjutnya diteruskan dengan
masa enlightenment (abad pencerahan
Eropa) pada abad ke-18 satu abad setelah lahirnya aliran Filsafat Moderen pada
abad ke-17.
Tirani Gereja Kristen—sebagaimana yang kita
ketahui—merupakan agama yang cinta damai dan agama cinta kasih. Ini bisa
dilihat dari perkataan Yesus yang memerintahkan murid-muridnya untuk
"memberikan pipi kanan jika dipukul pipi yang kiri”. Namun, pada
kenyataannya Gereja Kristen yang melembaga justru menjadi “tirani” bagi bangsa
Eropa pada abad pertengahan. Dengan itu membuat Eropa menjadi terpuruk selama
berabad-abad dalam masa yang disebut the
dark ages. Monopoli pemahaman dan penafsiran Injil itu oleh para Pemuka
Kristen terus berlaku sampai akhirnya Kristen mejadi agama resmi Romawi. Justru
semenjak itu pula Kristen melembaga menjadi institusi Gereja. Monopoli kitab
suci semakin menjadi. Yang mana monopoli kitab suci tersebut berbuah kepada
monopoli keberagamaan agama Kristen. Monopoli itu pula menjadikan umat Kristen
sangat bergantung kepada institusi Gereja.
Pokok-Pokok Ideologi Sekuralisme
D
|
ari pemaparan sejarah kekuasaan Gereja dan
Pemuka Agama diatas, setidaknya ada beberapa poin yang menurut penulis bisa
dijadikan sebagai landasan ideologi sekularisme, yaitu:
1. Menolak sistem agama Kristen dalam semua
urusan dunia seperti politik, sosial, pendidikan dan sebagainya. Bagi mereka
agama hanyalah penghalang kepada kemajuan tamadun dan pembangunan sains dan
teknologi. Idea-idea agama bersifat kolot dan bertentangan dengan pemikiran
akal sehat mereka.
2. Kehidupan berasaskan kepada rasional, ilmu
dan sains. Manusia tidak boleh meletakkan doktrin atau kitab-kitab agama
sebagai pegangan, kerana ia akan membutakan kehidupan manusia. Manusia mestilah
berpegang kepada kajian sains, eksperimen sehingga menemukan hal-hal yang baru.
3. Menganggap kewujudan sebenarnya adalah
melalui pancaindera bukan unsur-unsur rohaniah dan metafisik (abstrak) yang
sukar dikesan melalui kajian modern (yang materialistik). Paham ini lebih
mengutamakan material dan membelakangi spiritual. Kehidupan selepas mati
merupakan sesuatu yang bertentangan dengan kajian sains modern dan eksperimen.
4. Nilai baik dan buruk ditentukan oleh akal
manusia bukannya teks agama. Bagi mereka nilai baik dan buruk adalah relatif
dan agama menyempitkan konsep nilai baik dan buruk. sehingga, muncullah
paham hedonisme yang mengajak manusia bebas melakukan apa saja demi
terpenuhinya kesenangan nafsu syahwat. Contohnya amalan seks bebas menurut Freud,
mempunyai unsur kebaikan pada suatu masa dan keadaan tertentu.
5. Menganggap alam ini terjadi melalui fenomena
sains dan kimia tertentu bukannya kuasa “tuhan”. Dari anggapan kaum sekuler ini
muncullah berbagai teori tentang kejadian alam termasuk kekuatan unsur kimia
dan atom yang menyebabkan adanya Ledakan Besar (Big Bang) sebagai asas
kewujudan alam, seolah-olah tuhan tidak terlibat dalam penciptaan alam ini. [6]
Sebahagian penganut paham ini menolak tuhan manakala sebahagian yang lain
mempercayai tuhan tetapi tuhan tidak mencampuri urusan manusia di dunia.
Manusia bebas menentukan kehendak dan mengikut tindakan mereka.
6. Melahirkan konsep negara nasionalisme sempit
seperti fasisme, chauvinism, totalitarianism
yang akhir melahirkan nasionalisme Eropa yang pada kelahirannya menghasilkan
“deklarasi hak-hak manusia” berubah menjadi kebijakan yang didasarkan atas “kekuatan dan self interest” dan bukan atas dasar kemanusiaan. (Rasyidi dalam
Yatim, 2001:63). Selanjutnya, dalam perkembangannya “nasionalisme Eropa” berpindah haluan menjadi “persaingan fanatisme
nasional antar bangsa-bangsa Eropa” yang “melahirkan Perang Dunia I dan Perang
Dunia II, yaitu perang antara bangsa-bangsa Eropa yang melibatkan juga bangsa
lainnya seperti Sovyet, Amerika Serikat dan Jepang dengan korban 100 juta
manusia.
Berikutnya bangsa-bangsa di Eropa telah menjajah
negeri-negeri yang berada di benua Asia, Afrika, dan Amerika Latin”. Fakta ini merujuk
pada dua hal: 1) Ledakan ekonomi Eropa pada masa itu yang berakibat pada
melimpahnya hasil produksi - akibat produksi massa (revolusi industri, dan
ditemukannya tenaga mesin uap) yang perlu pasar, bahan baku dan bahan bakar
industri, dan 2) Pandangan pemikir Italia, Nicolo Machiaveli, yang menganjurkan
“seorang penguasa untuk melakukan apapun demi menjaga eksistensi kekuasaannya”. Dia menulis:
“Bila ini merupakan masalah yang mutlak mengenai
kesejahteraan bangsa kita, maka janganlah kita menghiraukan keadilan atau
ketidakadilan, kerahiman dan ketidakrahiman, pujian atau penghinaan, akan
tetapi dengan menyisihkan semuanya menggunakan siasat apa saja (tujuan
menghalalkan segala cara) yang menyelamatkan dan memelihara hidup negara
kita itu.” (Kohn dalam Yatim, 2001:65).
Sentuhan Sekularisme Terhadap Dunia Islam dan Pandangan Beberapa
Tokoh
S
|
alah satu paradigma keilmuan di Barat yang
memiliki pengaruh sangat besar di dunia Islam ialah “sekularisme teosentrisme”
- tidak terkait dengan aspek-aspek ketuhanan. Istilah sekuler di dunia Islam
pertama kali dipopulerkan oleh Zia Gokalp (1875-1924), sosiolog Turki. Istilah
ini sering dipahami sebagai sesuatu yang irreligious
(tidak ada sangkut paut dengan ajaran agama) bahkan anti religius. Dalam bahasa
Indonesia kata ini mempunyai konotasi negatif. Sekular diartikan dengan
bersifat duniawi atau kebendaan, bukan bersifat keagamaan atau kerohanian
sehingga sekularisasi berarti membawa ke arah kecintaan kehidupan dunia saja (hubud-dunya), dan karena itu norma-norma
tidak perlu didasarkan pada agama.
Dalam bahasa Arab, ada kata ‘alamani dari ‘alam
(dunia) yang bermakna duniawi diversuskan (dipertentangkan) dengan yang selain
dunia. Istilah tersebut digunakan dan diadopsi dari orang-orang Kristen Arab
untuk mengekspresikan gagasan ini sebelum ia menarik perhatian kaum Muslimin.
Pada masa modern istilah tersebut dibaca kembali menjadi ilmani yang dipahami dalam arti ilmiah dari ilmu pengetahuan atau sains yang dilawankan dengan religius yang oleh sarjana Muslim
dianggap sebagai penafsiran yang keliru sebab dalam Islam dua kata tersebut
tidak pernah dipertentangkan. Tegasnya,
dalam sejarah Islam tidak terdapat kontradiksi antara agama di satu pihak
dengan ilmu pengetahuan atau sains di pihak lain. [7]
Dengan mengacu pada Ensiklopedi Britania, Yusuf
al-Qaradhawi menyebutkan, sekularisme merupakan gerakan kemasyarakatan yang
bertujuan untuk memalingkan manusia dari kehidupan akhirat dengan semata-mata
berorientasi pada kehidupan dunia. Gerakan sekularisme muncul pada abad
kebangkitan (renaissance dan enlightenment) Eropa yang merupakan
bagian dari upaya untuk mendorong manusia untuk meraih kemajuan serta
mewujudkan ambisi manusia pada kehidupan dunia. Agama Kristen yang bersifat
dogmatik dan cenderung bertentangan dengan berbagai penemuan sains dianggap
sebagai penghambat bagi kemajuan. Karena itu, sekularisme merupakan gerakan
perlawanan terhadap ajaran dan keyakinan gerejani, demi untuk meraih
kebangkitan yang terus berlanjut dalam perkembangan sejarah modern.
Dari sini, sebenarnya timbulnya sekularisme
merupakan proses dari sisi gelap kehidupan yang terjadi di abad pertengahan
Eropa. Saat itu kekuasaaan gereja mendominasi hampir semua aspek
kehidupan, termasuk di bidang sains dan teknologi. Para ilmuan melihat kondisi
ini sebagai suatu hal yang sangat menghambat bagi kemajuan, sebab hasil
penemuan ilmiah yang rasional sekalipun tidak jarang bertentangan
dengan doktrin gereja. Galileo Galilai dan Copernicus yang menolak
mengubah pendapatnya bahwa mataharilah yang menjadi sentra perputaran
planet-planet (heliosentris) dan bukan bumi (geosentris) yang pada saat itu
menjadi doktrin gereja [8], akhirnya dihukum mati. Karena itu, para ilmuan dan
negarawan sampailah pada kesimpulan bahwa jika masyarakat ingin mencapai
kemajuan, maka ia harus meninggalkan agama; atau setidaknya membiarkan agama
berada pada wilayah ritual murni saja; sedangkan wilayah duniawi (seperti sains
dan teknologi, politik, pemerintahan, ekonomi dan budaya) harus steril dari
wilayah agama. Inilah awal munculnya sekularisme.
Atas hal demikian, menurut uraian Qaradhawi,
sekularisme menganggap bahwa agama tidak layak menjadi fondasi moralitas dan
pendidikan. Karena itu, sekularisme memandang bahwa agama atau hal-hal yang
bernuansa agama tidak boleh masuk ke dalam pemerintahan, atau
pertimbangan-pertimbangan keagamaan harus dijauhkan dari pemerintahan. Sejalan
dengan ini, sekularisme merupakan peraturan atau ketentuan moralitas yang
berlandaskan pemikiran yang mewajibkan ditegakkannya nilai-nilai perilaku dan
moral menurut kehidupan modern dan solidaritas sosial tanpa memandang pada
landasan agama.
Sekularisme yang merupakan pemisahan agama dari
berbagai aspek kehidupan, menurut An-Nabhani, seakan-akan menjadi
“aqidah” yang melahirkan serangkaian hasil pemikiran duniawi, yang sering
disebut ilmu. Ideologi kapitalisme merupakan produk sekularisme yang melahirkan
paham demokrasi, di mana semua peraturan dan perundang-undangan diserahkan
kepada manusia, bukan menggunakan aturan Allah. Bahkan An-Nabhani menegaskan
bahwa sekularime bagi masyarakat Barat menjadi sebuah keyakinan atau akidah,
dimana kapitalisme atau paham serba kebebasan berdiri tegak di atas azas
sekularisme tersebut.
Mengacu pada uraian Kuntowijoyo, bahwa ilmu-ilmu
sekular yang merupakan lawan dari ilmu-ilmu keagamaan merupakan produk manusia,
yang melahirkan diferensiasi dan pemisahan yang jelas antara ilmu umum dan
agama serta klaim objektivitas masing-masing. Maka, lahirlah apa yang disebut
sebagai dikotomi dan dualisme keilmuan. Selanjutnya Kuntowijoyo menggambarkan:
Ilmu sekuler mengaku diri sebagai objektif, value free bebas dari kepentingan
lainnya. Tetapi, ternyata bahwa ilmu telah melampaui dirinya sendiri. Ilmu yang
semula adalah ciptaan (pemikiran) manusia telah menjadi penguasa atas manusia.
Ilmu menggantikan kedudukan wahyu Tuhan sebagai petunjuk kehidupan. Sekulerisme
muncul karena klaim yang berlebih-lebihan dari ilmu. Juga muncul karena antroposentrisme dan diferensiasi
filsafat. Dunia yang sekuler diramalkan oleh ilmu sebagai masa depan manusia.
Kalau dahulu antroposentrisme dan diferensiasi terbatas dalam ilmu dan
perilaku, sekarang ini “sekulerisme telah
menjadi aliran pemikiran menggantikan keyakinan agama”. Seluruh kehidupan
diyakini akan menjadi sekuler bahkan agama akan lenyap atau hanya menjadi
spiritualitas dan menjadi kesadaran kosmis. Sekularisme adalah eskatologis manusia modern.
Sejalan dengan uraian tersebut, Huston Smith
mengakui bahwa sains secular -yang sering diklaim sebagai sains Barat modern-
cenderung mengakhiri dan menyingkirkan dimensi-dimeni transendental dalam proses perumusan teori-teori ilmiah. Manusia
(Barat) sebagai “penemu sains” telah dengan congkak mengakhiri dan menafikan
peran Tuhan yang dominan sebagai pencipta dan pengatur semesta. Dalam pandangan dunia yang religious,
menurut Smith, manusia merupakan pihak yang kekurangan, yang memperoleh dari
yang lebih (Tuhan). Manusia merupakan
hasil ciptaan Tuhan. Sementara itu “Sains sekuler” telah menjungkirbalikan
pandangan ini, dengan menempatkan manusia sebagai pihak yang lebih, yang
memperoleh sesuatu dari “yang kurang (tuhan)”. Dalam kamus keilmuan sekuler,
lanjut Smith, tidak ada yang lebih cerdas kecuali manusia. Manusia mampu
mencipta, mengkreasi, menetapkan aturan, dan menetapkan tujuan hidupnya, dan
tidak mengkaitkan diri pada Tuhan.
Kesimpulan
S
|
ekulerism adalah sebuah konsep yang memisahkan
antara negara dan agama (state and
religion). Yaitu, bahwa negara merupakan lembaga yang mengurusi tatatanan
hidup yang bersifat duniawi dan tidak ada hubungannya dengan yang berbau
akhirat, sedangkan agama adalah lembaga yang hanya mengatur hubungan manusia
dengan hal-hal yang bersifat metafisis dan bersifat spiritual, seperti hubungan
manusia dengan tuhan.
Sejarah munculnya sekularisme sebenarnya
merupakan bentuk kekecewaan (mosi tidak percaya) masyarakat Eropa kepada Gereja
saat itu (abad tengah, medieval ages,
the dark age Eropa) karena dominasi
sosio-ekonomi dan cultural dan tindakan represif terhadap penggunaan tafsir
(juga: pengetahuan) diluar gereja. Sedangkan inti ajaran dari sekulerisme
mencakup Penidak-keramatan alam, Desakralisasi Politik dan Dekonsekrasi Nilai.
Jadi gerakan sekulerisasi adalah gerakan yang
terjadi di Barat yang ingin maju, untuk masalah-masalah yang ada di Barat.
Sementara itu dalam kurun yang sama Muslim dengan Pemerintahan Kekhalifahan
Islam baik di Baghdad maupun di Spanyol Islam (Al-Andalus) telah maju. Ajaran
Islam tidak mengajarkan keterpisahan antara agama (religious) dan dunia (seculer)
sebagaimana yang telah pula dipelajari sejarahnya dan dituliskan oleh Michael
H. Hart dalam bukunya The 100: A Ranking of the Most Influential Person in
History, mengatakan: “Pilihan saya
Muhammad (saw) memimpin daftar
orang-orang paling berpengaruh di dunia mungkin mengejutkan pembaca dan dapat
dipertanyakan oleh orang lain, tapi dialah
satu-satunya manusia dalam sejarah yang sangat berhasil baik dalam tingkat
religious (agama) maupun seculer (dunia).” [9]
Ikuti pula tajuk: Islam di Spanyol
dan Peninggalannya dan tayangan video: Masa Kejayaan Islam di Spanyol, dengan
mengklik tajuknya masing-masing yang berwarna oranye. Billahit Taufiq
wal-Hidayah□ AFM
Catatan Kaki:
[1] Developed Countries (Barat) adalah negara
berdaulat yang memiliki ekonomi yang sangat maju dan canggih teknologi
infrastruktur relatif terhadap negara-negara lain yang umumnya telah
dijajahnya. Bukan itu saja sistim pemerintahannya baik, hukumnya berjalan,
kesejahteraan warganya maju, hubungan warga dan pemerintah diatur dengan sistim
demokrasi yang hak-hak warganya jelas dan mensejahterakan hidup warganya.
[2] Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Islam dan
Sekuler (terj) Karsidjo Djojosuwarno (Bandung:Pustaka, 1978). Hlm 18-19.
[3]WAMY, Gerakan keagamaan dan Pemikiran, Akar
Ideologis dan penyebaran-nya (Jakarta: Al-I’tishom 2002). Hlm 281.
[4] Abad
Renaisans, Bahasa Inggris: Renaissance; artinya “Rebirth” atau dalam bahasa Indonesia “Kelahiran kembali”, adalah
sebuah gerakan budaya yang berkembang pada periode kira-kira dari abad ke-14
sampai abad ke-17, dimulai di Italia pada Abad Pertengahan dan kemudian
menyebar ke seluruh Eropah.
[5] Mustafa Kemal Atatürk adalah seorang perwira
tentara Turki, revolusioner, dan Presiden pertama Turki. Dia dinobatkan dengan
menjadi pendiri Republik Turki.
[6] Dari anggapan dari
kaum sekuler ini muncullah berbagai teori tentang kejadian alam termasuk
kekuatan unsur kimia dan atom yang menyebabkan adanya Ledakan Besar (Big Bang)
sebagai asas kewujudan alam, seolah-olah tuhan tidak terlibat dalam penciptaan
alam ini. Dalam pandangan ilmuan Astronomi Islam Ledakan Besar (Big Bang) ini
disebutkan sebagai “Kun Fayakun” -
Jadilah, Maka jadi. Maka terjadilah - sebaliknya yang disebutkan diatas
- yaitu setalah Allah Sang Pencipta berfirman: “Kun, Fayakun” baru timbul
berikutnya proses “kimiawi atau nuklir”.
Pada Masa Pertama,
alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar yang disebut ”big
bang” (Kun, jadilah. Fayakun, maka jadilah dalam proses),
kira-kira mulai 13.7 milyar tahun lalu. Bukti dari teori ini ialah gelombang
mikrokosmik di angkasa dan juga dari meteorit. Awan debu (dukhan) yang
terbentuk dari ledakan tersebut, terdiri dari hidrogen. Hidrogen adalah unsur
pertama yang terbentuk ketika dukhan berkondensasi sambil berputar dan
memadat. Ketika temperatur dukhan mencapai 20 juta derajat celcius,
terbentuklah helium dari reaksi inti sebagian atom hidrogen. Sebagian hidrogen
yang lain berubah menjadi energi berupa pancaran sinar infra-red. Perubahan
wujud hidrogen ini mengikuti persamaan E=mc2 [2], besarnya energi
yang dipancarkan sebanding dengan massa atom hidrogen yang berubah. [Blog A.
Faisal Marzui - Penciptaan Alam
Semesta Dalam Enam Masa]
[7] Beliau Rasul Allah saw berkata:
“Alangkah rugi dan celakanya orang-orang yang membaca ini dan tidak memikirkan
dan merenungkan kandungan arti isi ilmu yang dikandungnya.” Ayat tersebut
dibawah adalah:
●Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,
dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (ayat-ayat kebesaran Allah)
bagi Ulul Albab (bagi orang yang berakal), ● yaitu orang – orang yang mengingat
Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi sambil berkata, “Wahai Tuhan
kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau,
lindungilah kami dari azab neraka. [QS Ali Imran 3:190-191] [Blog A. Faisal
Marzui - Kedudukan Ulul
Albab I]
[8] Karena bukti yang dapat mendukung teori ini
tidak cukup memadai, maka Gereja tidak dapat mendukung teorinya. Maka pada
tahun 1616, pihak Gereja Katolik mengeluarkan dekrit bahwa teori heliosentris
tersebut adalah teori yang salah dan bertentangan dengan Kitab Suci. Perlu kita
ketahui bahwa bukan hanya Gereja Katolik yang menolak teori Copernicus yang
dipegang oleh Galileo, tetapi gereja Protestan juga menolaknya. Bahkan Martin
Luther termasuk barisan pertama yang menentang teori heliosentris, bersama-sama
dengan muridnya Melancthon dan para teolog Protestan lainnya. Mereka mengecam
karya Copernicus.
[http://www.katolisitas.org/1684/apakah-galileo-galilei-dibunuh-gereja-katolik]
[9] Michael H. Hart, The 100: A Ranking of the
Most Influential Person in History. First published in 1978, reprinted with
minor revisions 1992. Siapakah Michael
H. Hart? Lahir tanggal 28 April 1932 di New York City. Dia adalah astrofisikawan
Amerika Yahudi yang juga telah menulis tiga buku tentang sejarah. Lulusan dari
Bronx “High School of Science’. Ia terdaftar di Angakatan Darat Amerika Serikat
selama perang Korea. Menerima gelar sarjana di Cornell University dalam
matematika dan kemudian mendapatkan gelar Ph.D. dalam astrofisika di Princeton
University. Dia juga memegang gelar sarjana fisika, astronomi, dan ilmu
computer, serta sarjana hukum. Dia adalah seorang ilmuan peneliti di NASA
sebelum meninggalkan profesor fisika di Trinity University di San Antonio,
Texas. Dia juga telah mengajar dalam mata pelajaran astronomi dan sejarah ilmu
pengetahuan pada Anne Arundel Community Collage di Arnold, Maryland.
Daftar Bacaan:
Naquib Al-Attas, Syed Muhammad, Islam dan
Sekularisme (terj) Karsidjo Djojosuwarno Bandung: Pustaka, 1978
WAMY, Gerakan keagamaan dan Pemikiran, Akar
Ideologis dan penyebarannya, Jakarta: Al-I’tishom 2002
Hasan, Afif, Fragmentasi Ortodoksi Islam,
Membongkar Akar Sekularisme. Malang: Pustaka Bayan, 2008
Yatim, Badri. 2001. Soekarno, Islam, Dan
Nasionalisme. Bandung: Nuansa.
Sumber:
https://zakiracut.wordpress.com/2011/12/23/sekularisme-dalam-catatan-sejarah/