S
|
ekarang kita berada di bulan ke-12, bulan Dzulhijjah, yaitu bulan
terakhir dari Kalender Hijriyah. Kalender Hijriyah ini adalah kalender yang di
gunakan umat Islam dalam menentukan hari-hari agamanya. Sering kali bulan Dzulhijjah
ini disebut sebagai bulan Haji, karena pada bulan Dzulhijjah ini adalah bulan
dilaksanakan Ibadah Haji. Ibadah Haji tidak seperti ibadah-ibadah yang lain yang
dapat dilakukan disetiap waktu, sementara Ibadah haji hanya pada bulan
Dzulhijjah saja.
Sesuai dengan tajuk tulisan ini yaitu “Amalan Amalan di Hari Tasyrik”
yang bukan hanya berlaku untuk saudara-saudara kita yang melakukan Ibadah Haji
saja, tapi bagi umat Islam yang belum “Naik Haji” maupun yang sudah BerHaji” melakukan juga sebagaimana yang akan diuraikan
berikut ini.
Pengertian Hari Tasyrik
Istilah
tasyrik diambil dari kata [شرقت الشمش] yang
artinya matahari terbit. Menjemur sesuatu, dalam bahasa Arab dinyatakan: [شَرَّقَ الشَيْءَ لِلشَّمْشِ]. Sebelum
hari tasyrik adalah Hari Raya Qurban sering pula disebut “’Idul Adha” atau “’Idul
Qurban” atau “Lebaran Haji”, yaitu
tanggal 10 Dzulhijjah. Setelah itu
disebut “Hari Tasyrik” yaitu tanggal 11,
12, dan 13 Dzulhijjah, dimana saat itu dapat melakukan amalan-amalan sunah tertentu.
Dengan itu dapat mendatangkan berkah dan
ridha-Nya, sebagaimana yang diharapkan bagi setiap muslimin yang beriman
kepada-Nya.
Catatan:
Ada juga
yang menyatakan, bahwa hari tasyrik meliputi
empat hari, hari Idul Adha dan 3 hari setelahnya. Jadi dimulai tanggal 10 berturut-turut
sampai tanggal 13 Dzulhijjah.
Abu Ubaid
mengatakan:
Ada dua
pendapat ulama tentang alasan penamaan hari-hari tersebut dengan hari tasyrik: Pertama, dinamakan hari tasyrik karena kaum muslimin pada
hari itu menjemur daging kurban untuk dibuat dendeng. Kedua, karena kegiatan
berqurban, tidak dilakukan, kecuali setelah terbit matahari. (Lisanul Arab, 10:173).
Keutamaan Hari Tasyrik
Allah
berfirman,
“Ingatlah Allah di hari-hari yang terbilang.”
(QS. Al-Baqarah 2:203).
Yang
dimaksud dengan “hari-hari yang terbilang” adalah tiga hari setelah ‘Idul Adha,
yaitu hari tasyrik. Ini merupakan pendapat
Ibnu Umar dan mayoritas ulama.
Sementara
Ibnu Abbas dan Atha berpendapat bahwa “hari-hari yang terbilang”
jumlahnya empat hari; Idul Adha dan 3 hari setelahnya. (Lathaiful Ma’arif, Hal. 314).
Allah Ta’ala mengistimewakan hari tasyrik, dengan
Allah jadikan hari ini sebagai waktu istimewa untuk berdzikir. Sehingga Allah
perintahkan kaum muslimin untuk memperbanyak dzikir di hari ini.
Dalam hadits
dari Abdullah bin Qurth radhiyallahu ‘anhu,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
“Hari yang paling agung di sisi Allah adalah
hari qurban (Idul Adha) kemudian hari al-qarr.” (HR. Abu Daud 1765,
Ibnu Khuzaimah 2866, dan dishahihkan al-Albani. Al-A’dzami mengatakan dalam Ta’liq Shahih Ibn Khuzaimah:
Sanadnya Sahih).
Yang
dimaksud hari ‘al-qarr’ adalah tanggal 11 Dzulhijjah. Ini berdasarkan
keterangan Ibnu Khuzaimah, bahwa Abu Bakar mengarakan:
“Hari
‘al-qarr’ adalah hari kedua setelah hari qurban”
Di hari Tasyrik, Dilarang Puasa
Di hari tasyrik, kita dilarang untuk
berpuasa. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyebutnya sebagai hari makan dan minum,
serta banyak berdzikir kepada Allah.
Dari
Nubaisyah al-Hudzali radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
“Hari Tasyrik adalah hari makan, minum, dan
banyak mengingat Allah.” (HR. Muslim, Ahmad, Abu Daud, Nasa’i).
Ibnu Rajab
mengatakan:
“Kita
dilarang berpuasa pada hari tasyrik karena
hari tasyrik adalah hari raya kaum
muslimin, disamping hari raya qurban. Karena itu, tidak boleh puasa di Mina
maupun di daerah lainnya, menurut mayoritas ulama. Tidak sebagaimana pendapat
Atha yang mengatakan, sesungguhnya larangan puasa di hari tasyrik, khusus bagi orang yang
tinggal di Mina.” (Lathaiful Ma’arif, hlm. 509).
Selanjutnya
Ibnu Rajab menjelaskan rahasia di balik
larangan puasa di hari tasyrik,
Ketika
orang-orang yang bertamu ke Baitullah telah mengalami keletihan karena
perjalanan berat yang mereka lalui, di samping kelelahan setelah ihram dan
melaksanakan manasik haji dan umrah, Allah mensyariatkan kepada mereka untuk
beristirahat dengan tinggal di Mina pada hari qurban dan 3 hari setelahnya.
Allah perintahkan mereka untuk makan daging sembelihan mereka. Di saat itulah,
mereka mendapatkan jamuan dari Allah, karena kasih sayang Allah kepada mereka.
Sementara itu, kaum muslimin di belahan negeri yang lain (yang
tidak melakukan ibadah haji), turut menyemarakkan ibadah seperti yang dilakukan
jamaah haji. Kaum muslimin memperbanyak amalan ibadah selama 10 hari pertama
bulan Dzulhijjah.
Mereka juga
disyariatkan untuk ● memperbanyak dzikir, ● bersungguh-sungguh
dalam ibadah, dan ● bersama-sama berusaha menggapai ampunan
Allah, dengan menyembelih hewan qurban. Setelah itu, mereka bersama-sama ● merayakan
Idul Adha dan ● hari tasyrik. Setelah mereka lelah
dengan memperbanyak ibadah, selanjutnya mereka beristirahat, menikmati hidangan
daging qurban di hari tasyrik.
Allah
syariatkan kaum muslimin untuk menjadikan hari ini sebagai hari makan-makan dan
minum, agar mereka bisa membantu mereka untuk semakin giat dalam berdzikir
mengingat Allah dan melakukan ketaatan kepada-Nya. Dan itu merupakan bentuk
syukur nikmat yang paling sempurna. Dimana, nikmat yang kita terima, menjadi
sarana untuk membantu agar semakin giat melakukan ibadah.
AMALAN AMALAN DI HARI TASYRIK
Mengingat
keistimewaan hari tasyrik, sebagai orang yang
beriman, hendaknya kita maksimalkan upaya untuk mendapatkan limpahan rahmat dan
pahala dari Allah di hari itu. Berusaha untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan
emas ini. Memperbanyak amal sholeh dan berbagai bentuk ibadah kepada Allah.
Hanya saja, ada beberapa amal yang disyariatkan untuk dilakukan di hari tasyrik:
PERTAMA: ANJURAN MEMPERBANYAK
DHIKIR
Allah
berfirman,
“Ingatlah Allah di hari-hari yang terbilang.”
(QS. Al-Baqarah 2:203). Yaitu di hari tasyrik.
Dari
Nubaisyah al-Hudzali radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
“Hari
Tasyrik adalah hari makan, minum, dan banyak mengingat Allah.” (HR. Muslim,
Ahmad, Abu Daud, Nasa’i).
Menyemarakkan
dzikir pada hari tasyrik, bisa dilakukan dalam
beberapa bentuk, diantaranya (Lathaiful Ma’arif,
504 – 505):
●Melakukan
Takbiran setiap selesai shalat wajib. Ini sebagaimana yang dilakukan para
sahabat. Sebagaimana praktek Umar bin Khattab radhiyallahu
‘anhu, bahwa beliau dulu bertakbir setelah shalat shubuh pada
tanggal 9 Dzulhijjah sampai setelah dzuhur pada tanggal 13 Dzulhijjah. (Ibn Abi
Syaibah dan al-Baihaqi dan sanadnya dishahihkan al-Albani)
●Demikian
juga dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu,
bahwa beliau bertakbir setelah shalat
shubuh pada tanggal 9 Dzulhijjah sampai ashar tanggal 13 Dzulhijjah. Beliau
juga bertakbir setelah ashar. (HR. Ibn Abi Syaibah dan al-Baihaqi.
Al-Albani mengatakan: “Shahih dari Ali”).
●Mengingat
Allah dan berdzikir ketika menyembelih qurban. Karena penyembelihan qurban, bisa dilaksanakan
sampai hari tasyrik berakhir. Dasarnya sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Di setiap hari tasyrik, boleh menyembelih.”
(HR. Ahmad, ibn Hibban, Ad-Daruquthni, dan yang lainnya).
●Mengingat
Allah dengan membaca basmalah sebelum makan dan hamdalah setelah makan. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Sesungguhnya Allah ridha terhadap hamba yang
makan sesuap makanan kemudian memuji Allah, atau minum seteguk air dan memuji
Allah karenanya.” (HR. Muslim 2734)
●Mengingat
Allah dengan melantunkan takbir ketika melempar jumrah di hari tasyrik. Yang hanya dilakukan
jamaah haji.
●Mengingat
Allah dengan memperbanyak takbiran secara mutlak, di manapun dan kapanpun.
Sebagaimana yang dilakukan oleh Umar radhiyallahu ‘anhu.
Beliau melakukan takbiran di kemahnya di Mina, kemudian diikuti oleh banyak
orang, sehingga Mina bergetar karena gema takbir. (HR. Bukhari sebelum hadits
no.970)
KEDUA: MEMPERBANYAK DOA
KEPADA ALLAH
Sebagian
ulama menganjurkan untuk memperbanyak berdoa di hari ini. Ikrimah (murid Ibn
Abbas) mengatakan:
●Doa berikut
dianjurkan untuk dibaca pada hari tasyrik:
RABBANĀ ĀTINĀ
FID-DUN-YĀ HASANAH WA FIL Ā-KHIRATI HASANAH, WA QINĀ ADZĀBAN-NĀR. (Lathaiful Ma’arif, Hal. 505).
Doa ini kita
kenal dengan doa sapu jagad. Dan memang demikian, doa ini dianggap sebagai doa
yang isinya mengumpulkan semua bentuk kebaikan dan menolak semua bentuk
keburukan. Karena itulah, doa ini menjadi pilihan yang sangat sering
dilantunkan oleh manusia terbaik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Anas bin
Malik mengatakan:
Doa yang
paling banyak dilantunkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah RABBANĀ ĀTINĀ FID-DUN-YĀ HASANAH
dst. (HR. Bukhari 6389 dan Muslim 2690).
Disamping
itu, doa merupakan bentuk mengingat Allah yang sangat agung. Berisi pujian dan
harapan manusia kepada Tuhannya. Sehingga, hari ini menjadi hari yang istimewa
untuk memperbanyak doa. Ziyad Al-Jasshas meriwayatkan dari Abu Kinanah
al-Qurasyi, bahwa beliau mendengar Abu Musa al-Asy’ari berceramah dalam
khutbahnya ketika Idul Adha:
Setelah hari
raya qurban ada tiga hari, dimana Allah menyebutnya sebagai al-Ayyam al-Ma’dudat (hari-hari
yang terbilang), doa pada hari-hari ini, tidak akan ditolak. Karena itu,
perbesarlah harapan kalian. (Lathaiful Ma’arif,
Hal. 506).
Demikian, semoga
Allah memudahkan kita untuk senantiasa istiqamah dalam menggapai ampunan-Nya. Semoga
uraian ini bermanfaat hendaknya bagi mereka yang membacanya dengan penuh daya
simak. Dengan itu Insya Allah dapat mengantarkannya kepada amalan sholihan yang
diridhoinya ini bagi setiap peribadi muslim yang beriman dan melakukan
kebajikan. Billahi Taufiq wal-Hidayah.
□ AFM
Sumber:
https://konsultasisyariah.com/14538-amalan-di-hari-tasyrik.html
[Ustadz Ammi Nur Baits]. □□□