Dan (di
antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke
Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana……..”
[QS Āli ‘Imrān 3:97]
PENDAHULUAN
Kini
saudara-saudara kita telah “numplek” berada sebagian di Madinah dan sebagian di
Makkah. Sebelumnya dimulai berangkat dari tempat dan negaranya masing-masing
dengan berniat untuk ibadah haji.
Kegiatan
di musim haji ini jatuh pada bulan ke-12, bulan Dzulhijjah, menurut penanggalan
Hijriah, yaitu penanggalan yang di gunakan umat Muslim sedunia dalam menentukan
hari-hari ibadah agamanya.
Baiklah
mari ikuti paparan “Hikmah Dan Manfaat Ibadah Haji” semoga bermanfaat bagi
pelaku dan pembaca blog, seperti tersebut dibawah ini. □ AFM
I
|
badah Haji
adalah merupakan Rukun Islam yang terakhir diantara lima Rukun Islam. Ibadah
haji ini agak luar biasa, kerana untuk melakukannya seseorang itu mesti
berkunjung ke Makkah Al-Mukarramah dan sekitarnya yang terletak di Saudi Arabia.
Disamping itu ia dikerjakan sekali setahun selama musim haji saja. Yaitu, di bulan
ke-12, bulan Dzulhijjah, menurut penanggalan Hijriah. Bagi umat Islam yang akil
baligh dan mampu dalam hal ekonomi dan juga kesehatan cukup menopangnya, wajib
melaksanakan ibadah haji. Kewajiban melaksanakannya cukup sekali seumur hidup. Perintah
kewajiban mengerjakan haji ini adalah berdasarkan firman Allah ‘Azza wa Jalla
sebagai berikut:
“Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Siapa yang mengingkari (kewajipan) haji, maka ketahuilah Allah bahwa Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.” [QS Āli ‘Imrān 3:97]
Allah menjanjikan bagi yang mengerjakan haji akan dapat memperoleh keuntungan-keuntungan mental dan spiritual yang banyak bagi dirinya, yaitu hikmah serta manfaat yang dapat diperoleh sepulangnya dari ibadah haji itu. Di antara hikmah-hikmah dan manfaat haji adalah sebagai berikut:
Pertama: Menjadi Tamu Kehormatan Allah
Ka’bah
atau disebut juga Baitullah merupakan symbol atau tanda ‘Rumah Allah’. Ia
dikatakan sebagai ‘Rumah Allah’ kerana mengambil apa yang diucapkan oleh Nabi
Ibrahim as. Orang yang mengerjakan
haji adalah tamu istimewa Allah yang memenuhi undangan-Nya. Dan sudah menjadi
kebiasaan setiap tamu mendapat layanan yang istimewa dari tuan rumah, Allah
Yang Mahapengasih, Mahapenyayang sebagaimana sabda Rasulullah saw sebagai berikut:
“Orang
yang mengerjakan haji dan orang yang mengerjakan umrah adalah tamu Allah ‘Azza
wa Jalla dan bagi para pengunjung-Nya. Jika mereka meminta kepada-Nya niscaya
diberi-Nya. Jika mereka meminta ampun niscaya diterima-Nya do’a mereka. Dan
jika mereka meminta syafaat niscaya mereka diberi syafaat.” [HR Ibnu Majah]
Kedua: Mendapat Tarbiah Langsung dari Allah
Di
kalangan mereka yang pernah mengerjakan haji, mereka mengatakan bahwa Ibadah
Haji adalah puncak ujian dari Allah swt
dalam melakukan kesabaran dan kebaikan serta dapat tolong menolong, menahan marah dan menjaga mulut dalam menghadapi kelelahan ibadah pisik. Ini disebabkan jumlah orang yang
sama-sama mengerjakan ibadah haji sangat ramai sekali, hingga menjangkau angka
jutaan orang. Dalam hal keramaian ini Rasulullah saw bersabda:
“Bahwa
Allah ‘Azza wa jalla telah menjanjikan bahwa ‘Rumah’ (Baitullāh) ini, yang
berhaji kepadanya tiap-tiap tahun sebanyak enam ratus ribu. Jika kurang, niscaya
dicukupkan oleh Allah dari para malaikat.” Sabda Rasulullah lagi, “Dari umrah
pertama hingga umrah yang kedua menjadi penebus dosa yang terjadi diantara
keduanya, sedangkan haji yang mabrur (haji yang terima) itu tidak ada
balasannya kecuali syurga." [HR Bukhari dan Muslim]
Ketiga: Membersihkan dosa
Mengerjakan
Ibadah Haji merupakan kesempatan untuk bertaubat dan meminta ampun kepada
Allah. Terdapat beberapa tempat mustajab dalam mengerjakan ibadah haji untuk
berdo’a dan bertaubat. Sebenarnya, ibadah haji itu sendiri jika dikerjakan
dengan sempurna, tidak dicampuri dengan perbuatan-perbuatan keji, maka
Allah akan mengampunkan dosa-dosanya sehingga ia suci bersih seperti baru dilahir
ke dunia ini. Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa
yang melakukan Ibadah Haji ke Baitullah dengan tidak mengucapkan perkataan
keji, tidak berbuat fasik, dia akan kembali ke negerinya dengan fitrah jiwanya
yang suci ibarat bayi baru lahir dari perut ibunya.” [HR Bukhari Muslim]
Keempat: Memperteguhkan Iman
Ibadah
Haji secara tidak langsung telah menghimpunkan manusia Islam dari seluruh pelosok
dunia yang melakukan ibadah haji. Mereka terdiri dari berbagai bangsa, warna
kulit dan bahasa. Hal ini membuka pandangan dan fikiran tentang ajaran Allah
dalam Al-Qur’an tentang faedah dan fungsi positif serta membangun arti daripada
berkumpulnya sesama manusia sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah swt:
“Wahai
manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang lelaki dan seorang
perempuan, kemudian Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu saling kenal mengenal -ta’aruf (selanjutnya
menjadi tafahum - saling memahami; ta’awun – saling bekerja sama); itsar - saling membela dan tidak
bertengkar.” (QS Al-Hujurāt 49:13)
“Dan di
antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu
dan warna kulitmu (bukan untuk saling bertengkar atau berperang melainkan
saling ta’aruf – kenal mengenal; selanjutnya
menjadi tafahum - saling memahami; ta’awun – saling bekerja sama); itsar - saling membela dan tidak
bertengkar.)” [QS Ar-Rūm 30:22]
Kelima: Pengajaran Dari Peristiwa Orang-orang Sholeh
Tanah
suci Mekah adalah merupakan lembah yang menyimpan banyak rentetan
peristiwa-peristiwa bersejarah. Diantaranya sejarah nabi-nabi dan rasul, para
sahabat Rasulullah saw, para tabiin,
tabi’ut tabiin dan salafus soleh yang mengiringi mereka. Sesungguhnya peristiwa
tersebut boleh diambil pengajaran (i’tibar) untuk membangun jiwa seseorang,
Rasulullah saw bersabda:
"Sahabat-sahabatku
itu laksana bintang-bintang dilangit, jika kamu mengikuti sahabat-sahabatku
niscaya kamu akan mendapat petunjuk."
Di
antara peristiwa yang terjadi ialah:
Pertemuan antara Nabi Adam as dengan
Siti Hawa di Padang Arafah, yang sekian lamanya telah berpisah ketika diturunkan
dari Surga. Peristiwa ini dijadikan bagian dari ibadah Haji, tanpa wukuf di
Arafah bukan berhaji namanya, Rasulullah saw
bersabda: “Al-Hajju Arfah” – Haji itu
adalah wukuf di Arafah.
Siti
Hajar dan Nabi Ismail ditinggalkan Oleh Nabi Ibrahim as di tengah padang pasir yang kering kerontang di lembah dekat antara
Bukit Safa dan Bukit Marwah, kemudian Allah menumbuhkan mata air sebagai sumber
minum di lembah Bakkah (Makkah) bagi Siti Haji dan bayinya Ismail serta bagi
jamaah haji kemudiannya, walupun telah 14 abad lamanya, air yang bernama
zam-zam ini tetap sampai sekarang memancarkan mata airnya dan cukup melayani
jutaan haji.
Dari
sini dikisahkanlah perjalanan Siti Hajar mencari air untuk bekal air minum bagi
Siti Hajar dan bayinya. Mencari air sejak dari bukit Safa dan turun ke lembah
dan mendaki lagi ke bukit Marwa bolak balik, tanpa hasil. Dan akhirnya menemukan sumber mata air. Ibadah
Sa’i yaitu perjalanan dari Bukit Safa ke Bukit Marwa yang di lakukan Siti Hajar
menjadi bagian dari ibadah haji.
Pengorbanan
Nabi Ibrahim as “menyembelih” Nabi
Ismail dalam menunaikan perintah Allah swt
- kemudiannya diganti dengan binatang Qurban, karena Allah hendak menguji
keimanan Nabi-Nya Ibrahim sebagai “Bapak Dari Ketiga Agama Samawi” (Agama
Yahudi, Agama Nashrani, dan Agama Islam) patuh dan yakin atau tidak, ternyata
yakin dan melaksanakan perintahnya.
Peyembelihan
Qurban ini di jadikan bagian dari (merayakan) ibadah haji. Sebelum melakukan
Qurban, Nabi Ibrahim mendapat ganguan dari ketiga syaithan kecil, menengah dan
terakhir besar (yang di representasikan oleh 3 tonggak tembok tinggi) yang
perlu dilontarkan dengan batu kearah masing-masing tiang tembok itu. Lempar
jamrah (lempar batu) adalah bagian dari ibadah haji, sebagai simbul melawan
godaan syaithan tersebut.
Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il as mendirikan Ka’bah. Ka’bah ini tempat para jamaah haji bertawaf 7 kali keliling dalam mengelilingi Ka’bah ini menurut lawan putaran jam atau sama dengan putaran bulan mengelilingi matahari, begitu pula bumi.
Lahirnya Muhammad saw di kota Makkah. Ia adalah seorang anak yatim yang hidup bersahaja (sederhana) di kota Makkah. Tidak tahu membaca dan menulis tetapi mempunyai daya simak yang tinggi serta akhlak yang terpuji hingga mendapat gelar Al-‘Amin. Kemudiannya diangkat menjadi Rasul Allah.
Medan Badar dan Uhud sewajarnya mengingati seseorang kepada kegigihan Rasulullah saw dan para sahabat menegakkan agama Allah.
Keenam: Merasa Bayangan Padang Mahsyar
Bagi
orang yang belum mengerjakan haji tentunya belum pernah melihat dan mengikuti berhimpunnya
ratusan ribu manusia yang berkeadaan dan berpakaian sama tiada beda (boleh jadi
hanya melihat dari tv, gambar, dan video youtube. Itu semua dapat dirasai “life”
atau senyata-nyatanya ketika mengerjakan haji. Berhimpunan manusia di Padang (luas)
Arafah yang di terjang oleh garang dari teriknya cahaya panas matahari, kering
dan berdebu, layaknya seperti di Padang Mahsyar tempat manusia berkempul di
Yaumil Akhir – namun dilindungi oleh tenda kemah. Di tempat ini tidak
diterlihat dengan nyata status sosial dan perbedaan hidupnya, sehingga tidak
dapat dikenal siapa yang kaya atau hartawan, pekerja atau pemilik perusahaan,
penguasa atau rakyat biasa dan sebagainya. Mereka semua sama dengan memakai
pakaian ihram dari kain putih tanpa jahit. Firman Allah swt menyebutkan:
“Sungguh,
yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
taqwa." [QS Al-Hujurāt 49:13]
Ketujuh: Syiar Persatupaduan Umat Islam
Ibadah
Haji adalah merupakan syiar persatupaduan umat Islam. Ini kerana mereka yang
pergi ke Tanah Suci Makkah itu hanya mempunyai satu tujuan dan satu sasaran yaitu
menunaikan perintah Allah dalam kewajiban Rukun Islam yang kelima. Dalam
memenuhi tujuan tersebut mereka melakukan perbuatan yang sama, memakai pakaian
yang sama, mengikut tatatertib yang sama, malah boleh dikatakan semuanya sama.
Ini menggambarkan perlambang dari pada persatupaduan dan persaudaraan seiman
dan sehati umat yang diikat dan dipersatukan oleh Islam. Dan gambaran inilah
yang semestinya diamalkan dalam kehidupan keseharian umat Islam apabila mereka
kembali ke negara asal masing-masing.
PENUTUP
Allāh
Subhānahu wa Ta’ālā berfirman:
"agar
mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka” [QS Al-Hajj 22:28]
Demikianlah 7 hikmah serta
manfaat dari melaksanakan ibadah. Insya Allah hal tersebut dapat dirasakan para
jamaah haji yang sekarang berada di Makkah dan sekitarnya. Mudah-mudahan kita
bisa merasakan hikmah serta kemanfaatnya seperti yang dipaparkan diatas, serta
senantiasa diberi petunjuk dari Allah Subhanahu
wa Ta’ala serta diberi kemudahan untuk menunaikannya. Bagi yang belum
menunaikan semoga dimudahkan oleh Allah Yang Mahapengasih (lagi) Mahapenyayang
di tahun mendatang untuk dapat berangkat naik haji dan kelak merasakan hikmah
dan manfaatnya seperti yang digambarkan diatas bahkan lebih, Insya Allah. Billahit Taufiq wal-Hidayah. □ AFM
Referensi: