Sunday, September 4, 2016

Hikmah dan Manfaat Ibadah Haji




Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana……..” [QS Āli ‘Imrān 3:97]


PENDAHULUAN

Kini saudara-saudara kita telah “numplek” berada sebagian di Madinah dan sebagian di Makkah. Sebelumnya dimulai berangkat dari tempat dan negaranya masing-masing dengan berniat untuk ibadah haji.

Kegiatan di musim haji ini jatuh pada bulan ke-12, bulan Dzulhijjah, menurut penanggalan Hijriah, yaitu penanggalan yang di gunakan umat Muslim sedunia dalam menentukan hari-hari ibadah agamanya.

Baiklah mari ikuti paparan “Hikmah Dan Manfaat Ibadah Haji” semoga bermanfaat bagi pelaku dan pembaca blog, seperti tersebut dibawah ini. □ AFM


I
badah Haji adalah merupakan Rukun Islam yang terakhir diantara lima Rukun Islam. Ibadah haji ini agak luar biasa, kerana untuk melakukannya seseorang itu mesti berkunjung ke Makkah Al-Mukarramah dan sekitarnya yang terletak di Saudi Arabia. Disamping itu ia dikerjakan sekali setahun selama musim haji saja. Yaitu, di bulan ke-12, bulan Dzulhijjah, menurut penanggalan Hijriah. Bagi umat Islam yang akil baligh dan mampu dalam hal ekonomi dan juga kesehatan cukup menopangnya, wajib melaksanakan ibadah haji. Kewajiban melaksanakannya cukup sekali seumur hidup. Perintah kewajiban mengerjakan haji ini adalah berdasarkan firman Allah ‘Azza wa Jalla sebagai berikut:
 
“Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Siapa yang mengingkari (kewajipan) haji, maka ketahuilah Allah bahwa Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.” [QS Āli ‘Imrān 3:97]

Allah menjanjikan bagi yang mengerjakan haji akan dapat memperoleh  keuntungan-keuntungan mental dan spiritual yang banyak bagi dirinya, yaitu hikmah serta manfaat yang dapat diperoleh sepulangnya dari ibadah haji itu. Di antara hikmah-hikmah dan manfaat haji adalah sebagai berikut:


Pertama: Menjadi  Tamu Kehormatan Allah

Ka’bah atau disebut juga Baitullah merupakan symbol atau tanda ‘Rumah Allah’. Ia dikatakan sebagai ‘Rumah Allah’ kerana mengambil apa yang diucapkan oleh Nabi Ibrahim as. Orang yang mengerjakan haji adalah tamu istimewa Allah yang memenuhi undangan-Nya. Dan sudah menjadi kebiasaan setiap tamu mendapat layanan yang istimewa dari tuan rumah, Allah Yang Mahapengasih, Mahapenyayang sebagaimana sabda Rasulullah saw sebagai berikut:

“Orang yang mengerjakan haji dan orang yang mengerjakan umrah adalah tamu Allah ‘Azza wa Jalla dan bagi para pengunjung-Nya. Jika mereka meminta kepada-Nya niscaya diberi-Nya. Jika mereka meminta ampun niscaya diterima-Nya do’a mereka. Dan jika mereka meminta syafaat niscaya mereka diberi syafaat.” [HR Ibnu Majah]


Kedua: Mendapat Tarbiah Langsung dari Allah

Di kalangan mereka yang pernah mengerjakan haji, mereka mengatakan bahwa Ibadah Haji adalah puncak ujian dari Allah swt dalam melakukan kesabaran dan kebaikan serta dapat tolong menolong, menahan marah dan menjaga mulut dalam menghadapi kelelahan ibadah pisik. Ini disebabkan jumlah orang yang sama-sama mengerjakan ibadah haji sangat ramai sekali, hingga menjangkau angka jutaan orang. Dalam hal keramaian ini Rasulullah saw bersabda:

“Bahwa Allah ‘Azza wa jalla telah menjanjikan bahwa ‘Rumah’ (Baitullāh) ini, yang berhaji kepadanya tiap-tiap tahun sebanyak enam ratus ribu. Jika kurang, niscaya dicukupkan oleh Allah dari para malaikat.” Sabda Rasulullah lagi, “Dari umrah pertama hingga umrah yang kedua menjadi penebus dosa yang terjadi diantara keduanya, sedangkan haji yang mabrur (haji yang terima) itu tidak ada balasannya kecuali syurga." [HR Bukhari dan Muslim]


Ketiga: Membersihkan dosa

Mengerjakan Ibadah Haji merupakan kesempatan untuk bertaubat dan meminta ampun kepada Allah. Terdapat beberapa tempat mustajab dalam mengerjakan ibadah haji untuk berdo’a dan bertaubat. Sebenarnya, ibadah haji itu sendiri jika dikerjakan dengan sempurna, tidak dicampuri dengan perbuatan-perbuatan keji,   maka Allah akan mengampunkan dosa-dosanya sehingga ia suci bersih seperti baru dilahir ke dunia ini. Rasulullah saw bersabda:

“Barangsiapa yang melakukan Ibadah Haji ke Baitullah dengan tidak mengucapkan perkataan keji, tidak berbuat fasik, dia akan kembali ke negerinya dengan fitrah jiwanya yang suci ibarat bayi baru lahir dari perut ibunya.” [HR Bukhari Muslim]


Keempat: Memperteguhkan Iman

Ibadah Haji secara tidak langsung telah menghimpunkan manusia Islam dari seluruh pelosok dunia yang melakukan ibadah haji. Mereka terdiri dari berbagai bangsa, warna kulit dan bahasa. Hal ini membuka pandangan dan fikiran tentang ajaran Allah dalam Al-Qur’an tentang faedah dan fungsi positif serta membangun arti daripada berkumpulnya sesama manusia sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah swt:

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang lelaki dan seorang perempuan, kemudian Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling kenal mengenal -ta’aruf  (selanjutnya menjadi tafahum - saling memahami; ta’awun – saling bekerja sama);  itsar - saling membela dan tidak bertengkar.” (QS Al-Hujurāt 49:13)

“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu (bukan untuk saling bertengkar atau berperang melainkan saling ta’aruf – kenal mengenal; selanjutnya menjadi tafahum - saling memahami; ta’awun – saling bekerja sama); itsar - saling membela dan tidak bertengkar.)” [QS Ar-Rūm 30:22]


Kelima: Pengajaran Dari Peristiwa Orang-orang Sholeh

Tanah suci Mekah adalah merupakan lembah yang menyimpan banyak rentetan peristiwa-peristiwa bersejarah. Diantaranya sejarah nabi-nabi dan rasul, para sahabat Rasulullah saw, para tabiin, tabi’ut tabiin dan salafus soleh yang mengiringi mereka. Sesungguhnya peristiwa tersebut boleh diambil pengajaran (i’tibar) untuk membangun jiwa seseorang, Rasulullah saw bersabda:

"Sahabat-sahabatku itu laksana bintang-bintang dilangit, jika kamu mengikuti sahabat-sahabatku niscaya kamu akan mendapat petunjuk."


Di antara peristiwa yang terjadi ialah:


Pertemuan antara Nabi Adam as dengan Siti Hawa di Padang Arafah, yang sekian lamanya telah berpisah ketika diturunkan dari Surga. Peristiwa ini dijadikan bagian dari ibadah Haji, tanpa wukuf di Arafah bukan berhaji namanya, Rasulullah saw bersabda: “Al-Hajju Arfah” – Haji itu adalah wukuf di Arafah.

Siti Hajar dan Nabi Ismail ditinggalkan Oleh Nabi Ibrahim as di tengah padang pasir yang kering kerontang di lembah dekat antara Bukit Safa dan Bukit Marwah, kemudian Allah menumbuhkan mata air sebagai sumber minum di lembah Bakkah (Makkah) bagi Siti Haji dan bayinya Ismail serta bagi jamaah haji kemudiannya, walupun telah 14 abad lamanya, air yang bernama zam-zam ini tetap sampai sekarang memancarkan mata airnya dan cukup melayani jutaan haji.

Dari sini dikisahkanlah perjalanan Siti Hajar mencari air untuk bekal air minum bagi Siti Hajar dan bayinya. Mencari air sejak dari bukit Safa dan turun ke lembah dan mendaki lagi ke bukit Marwa bolak balik, tanpa hasil.  Dan akhirnya menemukan sumber mata air. Ibadah Sa’i yaitu perjalanan dari Bukit Safa ke Bukit Marwa yang di lakukan Siti Hajar menjadi bagian dari ibadah haji.

Pengorbanan Nabi Ibrahim as “menyembelih” Nabi Ismail dalam menunaikan perintah Allah swt - kemudiannya diganti dengan binatang Qurban, karena Allah hendak menguji keimanan Nabi-Nya Ibrahim sebagai “Bapak Dari Ketiga Agama Samawi” (Agama Yahudi, Agama Nashrani, dan Agama Islam) patuh dan yakin atau tidak, ternyata yakin dan melaksanakan perintahnya.

Peyembelihan Qurban ini di jadikan bagian dari (merayakan) ibadah haji. Sebelum melakukan Qurban, Nabi Ibrahim mendapat ganguan dari ketiga syaithan kecil, menengah dan terakhir besar (yang di representasikan oleh 3 tonggak tembok tinggi) yang perlu dilontarkan dengan batu kearah masing-masing tiang tembok itu. Lempar jamrah (lempar batu) adalah bagian dari ibadah haji, sebagai simbul melawan godaan syaithan tersebut.

Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il as mendirikan Ka’bah. Ka’bah ini tempat para jamaah haji bertawaf 7 kali keliling dalam mengelilingi Ka’bah ini menurut lawan putaran jam atau sama dengan putaran bulan mengelilingi matahari, begitu pula bumi.

Lahirnya Muhammad saw di kota Makkah. Ia adalah seorang anak yatim yang hidup bersahaja (sederhana) di kota Makkah. Tidak tahu membaca dan menulis tetapi mempunyai daya simak yang tinggi serta akhlak yang terpuji hingga mendapat gelar  Al-‘Amin. Kemudiannya diangkat menjadi Rasul Allah.


Medan Badar dan Uhud sewajarnya mengingati seseorang kepada kegigihan Rasulullah saw dan para sahabat menegakkan agama Allah.


Keenam: Merasa Bayangan Padang Mahsyar

Bagi orang yang belum mengerjakan haji tentunya belum pernah melihat dan mengikuti berhimpunnya ratusan ribu manusia yang berkeadaan dan berpakaian sama tiada beda (boleh jadi hanya melihat dari tv, gambar, dan video youtube. Itu semua dapat dirasai “life” atau senyata-nyatanya ketika mengerjakan haji. Berhimpunan manusia di Padang (luas) Arafah yang di terjang oleh garang dari teriknya cahaya panas matahari, kering dan berdebu, layaknya seperti di Padang Mahsyar tempat manusia berkempul di Yaumil Akhir – namun dilindungi oleh tenda kemah. Di tempat ini tidak diterlihat dengan nyata status sosial dan perbedaan hidupnya, sehingga tidak dapat dikenal siapa yang kaya atau hartawan, pekerja atau pemilik perusahaan, penguasa atau rakyat biasa dan sebagainya. Mereka semua sama dengan memakai pakaian ihram dari kain putih tanpa jahit. Firman Allah swt menyebutkan:

“Sungguh, yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa." [QS Al-Hujurāt 49:13]


Ketujuh: Syiar Persatupaduan Umat Islam

Ibadah Haji adalah merupakan syiar persatupaduan umat Islam. Ini kerana mereka yang pergi ke Tanah Suci Makkah itu hanya mempunyai satu tujuan dan satu sasaran yaitu menunaikan perintah Allah dalam kewajiban Rukun Islam yang kelima. Dalam memenuhi tujuan tersebut mereka melakukan perbuatan yang sama, memakai pakaian yang sama, mengikut tatatertib yang sama, malah boleh dikatakan semuanya sama. Ini menggambarkan perlambang dari pada persatupaduan dan persaudaraan seiman dan sehati umat yang diikat dan dipersatukan oleh Islam. Dan gambaran inilah yang semestinya diamalkan dalam kehidupan keseharian umat Islam apabila mereka kembali ke negara asal masing-masing.


PENUTUP

Allāh Subhānahu wa Ta’ālā berfirman:

"agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka” [QS Al-Hajj 22:28]

                   Demikianlah 7 hikmah serta manfaat dari melaksanakan ibadah. Insya Allah hal tersebut dapat dirasakan para jamaah haji yang sekarang berada di Makkah dan sekitarnya. Mudah-mudahan kita bisa merasakan hikmah serta kemanfaatnya seperti yang dipaparkan diatas, serta senantiasa diberi petunjuk dari Allah Subhanahu wa Ta’ala serta diberi kemudahan untuk menunaikannya. Bagi yang belum menunaikan semoga dimudahkan oleh Allah Yang Mahapengasih (lagi) Mahapenyayang di tahun mendatang untuk dapat berangkat naik haji dan kelak merasakan hikmah dan manfaatnya seperti yang digambarkan diatas bahkan lebih, Insya Allah. Billahit Taufiq wal-Hidayah. □ AFM


Referensi:

Blog Archive