Wednesday, February 26, 2020

Pesona Masjid Faisal Islamabad Pakistan




PESONA MASJID FAISAL
ISLAMABAD, PAKISTAN
Oleh: A. Faisal Marzuki


Pesona Masjid Faisal di Islamabad, Pakistan ini terletak dari artsitektural atap bangunan masjid yang terinspirasi dari bentuk tenda suku Badui yang  hidup nomaden di padang pasir Saudi Arabia, digambarkan dari lapangan lantai marmer yang berkilauan seperti air dikombinasikan dengan lapangan rerumputan dan pepohonan yang menjadi obsesi Bedouin. Kini menjadi kenyataan dengan kedatangan Nabi Muhammad saw Pembangun Peradaban Islam Madaniyah Yang Modern sepanjang masa. (Ahmad F. Marzuki)



PENDAHULUAN

P
esona Masjid Faisal yang unik lagi fantastik ini, merupakan salah satu tempat ibadah umat muslim diantara masjid-masjid lainnya  yang ada diseluruh dunia. Kini, arsitektur masjid kian unik dan menarik, salah satunya yakni Masjid Faisal ini yang tergolong masjid modern dan terkenal akan keindahan pemandangannya.

Masjid Faisal (فیصل مسجد) adalah masjid di Islamabad, Pakistan. Terletak di kaki perbukitan Margalla di Islamabad. Masjid ini memiliki desain kontemporer yang terdiri dari delapan sisi bangunan beton yang terinspirasi oleh tenda Badui.

Masjid ini yang merupakan tempat beribadah juga sebagai objek wisata utama di Pakistan, khususnya Islamabad, dan disebut sebagai fitur kontemporer dan berpengaruh dari arsitektur Islam. Mesjid ini dapat menampung 10 ribu jamaah.


ARSITEKTURAL

Pembangunan masjid dimulai pada tahun 1976, dananya diperoleh hibah dari Raja Arab Saudi, Faisal bin Abdul Aziz sebesar USD 120 juta. Arsitektural desainnya dibuat oleh arsitek Turki Vedat Dalokay yang dipilih setelah melalui kompetisi internasional.

Arsitektural mesjid ini jika dilihat dari atas kubahnya terinspirasi dari bentuk tenda suku Badui (Bedouin), yakni tenda milik suku di Arab yang kebiasaannya hidupnya nomaden (berpindah-pindah, mengembara) di padang pasir Arab Saudi. Bangunan masjid ini dikelilingi oleh empat menara masing-masing setinggi 79 meter dengan diameter 10 x 10 meter.

Atap masjid menampilkan desain atap miring dalam bentuk delapan sisi dan 4 ujung diatasnya merunduk dan ditopang dinding tegak berbentuk segitiga, lihat imej gambar.



Lokasi masjid ini berada di ujung utara Faisal Avenue, tepatmya di ujung paling utara kota yang berada di kaki perbukitan Margalla yang berada di kaki bukit Himalaya paling barat.

Struktur seluruh bangunannya meliputi area seluas lebih dari 5 ribu meter persegi dengan latar belakang taman nasional yang indah. Dengan itu masjid ini mendominasi lanskap kota Islamabad.


PENUTUP

Bangunan Masjid ini, dibangun dengan dana dari Raja Faisal bin Abdul Aziz, Arab Saudi sebagai hadiah kepada masyarakat Pakistan. Desain Majid ini dirancang oleh arsitek berasal dari Turki, Vedat Dalokay yang menang dalam perlombaan internasional dalam desain dan selesai dibangun pada tahun 1986.

Arsitektural mesjid yang mempesona ini kubahnya terinspirasi dari bentuk tenda suku Badui, suku Arab yang hidupnya nomaden di padang pasir Arab Saudi yang dilambangkan sebagai lapangan lantai marmer yang berkilauan seperti air, dilanjutkan lapangan rerumputan dan pepohonan sebagai obsesi Bedouin yang menjadi kenyataan dengan kedatangan Nabi Muhammad saw Pembangun Peradaban Islam Madaniyah yang menginspirasi muslim dan manusia sepanjang masa.

Last but not least, disain kubah berbentuk tenda Badui yang berada di padang pasir sebagai lambang Masjid dan Pelataran Masjid yang berlantai marmer yang berkilauan seperti air dan lapangan rerumputan dan pepohonan yang menambah kesejukan alam sekitar masjid.

Tambah lagi Masjid Faisal ini berlatar belakang perbukitan Margalla yang berada di kaki bukit Himalaya - terkenal bagi para pendaki gunung dunia, menambah pesona mesjid menjadi unik dan sangat fantastik seperti dua imej gambar yang anda lihat. Salam takzim kami. Germantown, MD. 2 Rajab 1441 / 26 Februari 2020 M, 14:03 US EST (Eastern Standard Time). □ AFM


Referensi:
https://en.wikipedia.org/wiki/Faisal_Mosque
Foto kredit: Fatima Hussain, Ahmed Iftikhar Sarmad - Own work, CC BY-SA 4.0, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=43674805
Dan sumber lainnya. □□

Monday, February 17, 2020

Pesona Masjid Raya Sumatra Barat





PESONA MASJID RAYA
SUMATERA BARAT
Oleh: A. Faisal Marzuki


Pesona Masjid Raya Sumatera Barat yang dibangun atas dasar falsafah perdamai yang dicontohkan Nabi saw yang membangun peradaban dan falsafah minang “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah” [A. F. Marzuki]


PENDAHULUAN

M
asjid Raya Sumatra Barat (Ejaan Arabnya: مسجد راي سومترا بارت) adalah masjid terbesar di Sumatra Barat (Sumbar) yang terletak di Jalan Khatib Sulaiman, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang Diawali peletakan batu pertama pada 21 Desember 2007, pembangunannya tuntas pada 4 Januari 2019 dengan total biaya sekitar lk Rp 330 miliar, sebagian besar menggunakan dana APBD Sumatra Barat. Pengerjaannya dilakukan secara bertahap karena keterbatasan anggaran tiap tahun dari Provinsi Sumbar.

Konstruksi masjid terdiri dari tiga lantai. Ruang utama yang dipergunakan sebagai ruang shalat terletak di lantai atas, memiliki teras yang melandai ke jalan. Denah masjid berbentuk persegi yang melancip di empat penjurunya. Bentuk sudut lancip sekaligus mewakili atap bergonjong pada rumah adat (rumah gadang) Minangkabau.

Masjid Raya Sumatra Barat menurut rencana dibangun dengan biaya sedikitnya Rp. 500 miliar karena rancangannya didesain dengan konstruksi tahan gempa. Kerajaan Arab Saudi telah mengirim bantuan sekitar Rp. 500 miliar untuk pembangunan masjid, namun karena terjadi gempa bumi pada tahun 2009, peruntukan bantuan dialihkan oleh pemerintah pusat untuk keperluan rehabilitasi dan rekonstruksi di Sumbar.

Pada 2015, Wakil Presiden RI Jusuf Kalla meminta anggaran pembangunan dipangkas. Pemangkasan anggaran ini membuat desain masjid berubah di tengah jalan, termasuk jumlah menara dari awalnya empat menjadi satu.


GAGASAN

Gagasan pembangunan Masjid Raya Sumatra Barat telah muncul pada 2005. Pemerintah Provinsi Sumatera Barat menganggap Padang selaku ibu kota tidak memiliki masjid yang representatif untuk menampung jemaah dalam jumlah banyak. Dorongan untuk membangun "masjid raya" menguat, walaupun Padang telah memiliki masjid besar seperti Masjid Nurul Iman.

Pada Januari 2006, berlangsung pertemuan bilateral antara Indonesia dan Malaysia yang dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri Abdullah Ahmad Badawi di Bukittinggi. Saat itu, panitia kebingungan mencari masjid yang tepat bagi kedua kepala negara untuk melaksanakan shalat Jumat, sehingga dipilih lokasi Masjid Agung Tangah Sawah di Bukittinggi. Peristiwa ini disebut menjadi pelecut bagi Pemerintah Provinsi Sumatera Barat untuk membangun Masjid Raya Sumatra Barat.

Gubernur Sumatra Barat Gamawan Fauzi melakukan peletakan batu pertama sebagai tanda dimulainya pembangunan Masjid Raya Sumatra Barat pada 21 Desember 2007.


ARSITEKTURAL

Masjid Raya Sumatra Barat menampilkan arsitektur modern yang tidak berkubah sebagaimana lazimnya. Atap bangunan menggambarkan bentuk bentangan kain yang digunakan untuk mengusung batu Hajar Aswad yang menjadi cekung seperti atap masjid. Sementara sudut lancip sekaligus mewakili atap bergonjong pada rumah adat Minangkabau. Dengan itu bentuk arsitektur Masjid Raya Sumbar menggambarkan pula falsafah Minangkabau yaitu, “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah - adat bersendikan (berdasarkan) agama, agama bersendikan (berdasarkan) Kitab Allah (Al-Qur'an).

Sungguh sangat mencerahkan mengambil pelajaran dari peristiwa empat kabilah suku Quraisy di Makkah yang sebelumnya berselisih pendapat mengenai siapa yang berhak memindahkan batu Hajar Aswad ke tempat semula, setelah renovasi Ka'bah. Kemudian
Muhammad * mengusulkan agar sebaiknya batu Hajar Aswad ini letakkan di atas selembar kain yang kemudian diangkat bersama ketempatnya, pendapat ini dengan suara bulat diterima dan disetujui oleh para kabilah. Sehingga dengan rasa senang dan damai - karena mendapatkan kesempatan yang sama - diusunglah batu tersebut oleh para perwakilan dari setiap kabilah dengan memegang masing-masing sudut kain yang menjadi cekung (karena ada batu Hajar Aswad ditengahnya) seperti atap Masjid Raya Sumbar ini.


KONSTRUKSI BANGUNAN

Bangunan utama Masjid Raya Sumatra Barat memiliki denah dasar seluas 4.430 meter persegi. Konstruksi bangunan dirancang menyikapi kondisi geografis Sumatra Barat yang beberapa kali diguncang gempa berkekuatan besar. Masjid ini ditopang oleh 631 tiang pancang dengan fondasi poer berdiameter 1,7 meter pada kedalaman 7,7 meter. Dengan kondisi topografi yang masih dalam keadaan rawa, kedalaman setiap fondasi tidak dipatok karena menyesuaikan titik jenuh tanah.

Ruang utama yang dipergunakan sebagai tempat shalat terletak di lantai atas berupa ruang lepas. Lantai atas dengan elevasi tujuh meter terhubung ke permukaan jalan melalui ramp, teras terbuka yang melandai ke jalan. Dengan luas 4.430 meter persegi, lantai atas diperkirakan dapat menampung 5 ribu sampai 6 ribu jemaah. Adapun lantai dua berupa mezanin berbentuk leter U memiliki luas 1.832 meter persegi.

Konstruksi rangka atap menggunakan pipa baja. Gaya vertikal beban atap didistribusikan oleh empat kolom beton miring setinggi 47 meter dan dua balok beton lengkung yang mempertemukan kolom beton miring secara diagonal. Setiap kolom miring ditancapkan ke dalam tanah dengan kedalaman 21 meter, memiliki fondasi tiang bor sebanyak 24 titik dengan diameter 80 centimeter. Pekerjaan kolom miring melewati 13 tahap pengecoran selama 108 hari dengan memperhatikan titik koordinat yang tepat. Perhitungan-perhitung jelimet tersebut berdasarkan kondisi tanah, daya berat bangunan dan beban pikul serta tahan gempa.


PENUTUP

Alhamdulillah akhirnya setelah satu dawawarsa Masjid Raya Sumatera Barat yang fantastik dan gigantik ini pembangunannya selesai tuntas pada tanggal 4 Januari 2019, namun  dua tahun sebelumnya telah dinikmati penggunaan untuk beribadah oleh warga setempatnya walaupun sifatnya terbatas.

Bangunan tiga lantai, menara dan pelataran serta pertamanan dapat dilihat imej gambarmya, baik eksterior maupun interior seperti berikut dibawah.




Adapun atap bangunannya mengambil falsafah perdamaian (persatuan) dari kebhinekaan warga-warga bangsa dari unsur-unsur yang berbeda menjadi dapat bekerjasama untuk membangun peradabannya yang diambil dari kisah Nabi Muhammad saw serta berpaduannya dengan falsafah Minangkabau seperti yang diuraikan diatas.


Dapat pula dilihat disini gambar hidup layar penuh (full screen) melalui video youtube berdurasi 4 menit 15 detik, berwarna (full color) yang diambil bulan Februari tahun 2019 dengan mengklik (--->) MENELUSURI KEMEGAHAN MASJID RAYA SUMATERA BARAT, kemudian klik panah yang berada dalam gambar.

Demikianlah sajian tulisan dan imej gambar dari “Pesona Masjid Raya Sumatera Barat” yang dibangun atas dasar falsafah perdamai yang dicontohkan Nabi saw yang membangun peradaban dan falsafah minang “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah” ini. Billāhit Taufiq wal-Hidāyah. Germantown, MD. 23 Jumādī Tsāni 1441 / 17 Februari 2020 M. □ AFM




Catatan
* Semasa Rasulullah Muhammad saw belum diangkat sebagai Rasul, Beliau telah terkenal sebagai seorang yang sangat jujur, berlatarbelakang keluarga terhormat dan memiliki kelebihan yang mampu meredam pertikaian antar suku (kabilah). Sehingga beberapa kali Muhammad muda dipercayai memberikan keputusan-keputusan krusial menyangkut kepentingan bersama.


Salah satu contoh paling populer tentang keberhasilan Muhammad (Nabi saw) menyelesaikan sengketa di antara kaumnya ketika terjadi peristiwa renovasi Ka’bah. Kala itu, masyarakat Makkah merenovasi Ka’bah setelah musibah banjir yang menenggelamkan kota, termasuk bangunan Ka’bah. Kondisi ini memanggil orang-orang Quraisy harus membangun Ka’bah kembali demi menjaga kehormatan dan kesucian situs peninggalan leluhur mereka, Ibrahim as yang tetap dijaga kelestariannya. Menurut riwayat yang paling shahih, ketika itu Muhammad berusia 35 tahun.



Referensi
https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Raya_Sumatra_Barat 
https://www.youtube.com/embed/PUjrU-Ei2nE 
Dan sumber-sumber lainnya. □

Blog Archive