UNTOLD STORY
HUBUNGAN
ELIZABETH & ISLAM
A. Faisal Marzuki
PENGANTAR
Berita dukacita melalui surat kabar dan tv
seluruh dunia atas meninggalnya Pemimpin tertinggi Kerajaan Inggris, Ratu
Elizabeth II di Kastil Balmoral, Skotlandia, Kamis 8 September 2022 sekitar
pukul 18.30 waktu setempat. Selanjutnya Putra sulungnya, Pangeran Charles,
kemudian naik takhta. Kini, Pangeran Charles akan dikenal sebagai Raja Charles
III.
Elizabeth II sebagai Ratu Britania Raya dan
14 wilayah Persemakmuran lainnya. Rentang kekuasaan Ratu Elizabeth II mencakup
pemerintahan 16 perdana menteri Inggris, termasuk Liz Truss yang merupakan
perempuan ketiga yang menjadi PM Inggris sejak 5 September 2022.
70 tahun pemerintahannya yang bersejarah
dan meninggalkan kesedihan mendalam bagi keluarga dan masyarakat di Inggris, termasuk
negara-negara Islam yang telah mengirimkan ucapan duka kepada pihak keluarga
dan pemerintahan Inggris.
Boleh dikatakan, hubungan negara-negara
Islam dengan Britania Raya membaik dalam beberapa dekade terakhir. Sementara
itu warga Inggris makin banyak yang beragama Islam.
UNTOLD STORY
J |
arang
yang mengetahui ada pengaruh besar negara Islam dalam sejarah Inggris. Kerajaan
Inggris pernah begitu tergantung kepada negara Islam, yakni Kesultanan Ottoman.
Hal ini diutarakan Professor Kajian Renaissance Universitas Queen Mary London,
Jerry Brotton dalam bukunya yang berjudul “The Sultan and The Queen: Untold
Story of Elizabeth and Islam.” Brotton mengulas bagaimana hubungan kerajaan
Inggris dengan Islam yang terjalin sangat erat dan saling menguntungkan.
Hubungan itu dijalin oleh Ratu Elizabeth I yang
memerintah Inggris pada abad ke-16. Kala itu, Ratu Elizabeth I yang naik tahta
pada 1558 tengah dikucilkan oleh masyarakat Eropa. Penyebabnya, Gereja
Protestan Inggris memutuskan untuk tidak kembali kepada iman Katolik. Alhasil,
Paus menyeru agar Ratu Elizabeth dilucuti dari tahtanya dan Inggris
menjadi sasaran empuk serangan Spanyol. Para pedagang Inggris dilarang masuk ke
Eropa. Isolasi ekonomi pun diberlakukan kepada Inggris, yang membawa negeri itu
di tabir keruntuhan. Situasi ini memaksa Elizabeth I mencari cara agar isolasi
tersebut tidak membahayakan Inggris. Dia lalu memutuskan membuka hubungan
bilateral dengan dunia Islam. Salah satunya Kesultanan Ottoman, yang dalam masa
modern dikenal dengan Turki.
Musuh Spanyol terkuat lainnya ialah
Dinasti Ottoman yang kala itu diperintah Sultan Murad III dengan daerah
kekuasaan terbentang dari Afrika Utara, Eropa Timur, hingga Samudra Hindia.
Dinasti ini telah bertempur dengan Spanyol bertahun-tahun hingga mampu
menguasai Hongaria.
Kala
itu, Dinasti Ottoman adalah negara adidaya dengan kekuatan angkatan bersenjatanya
sangat handal. Kekuasan dan pengaruhnya membentang luas di daratan Eropa,
Afrika hingga jazirah Arab dan Timur Tengah lainnya.
DAMPAK HUBUNGAN
Pada 1580, Elizabeth menandatangani
perjanjian komersial dengan Dinasti Ottoman yang berlangsung hingga 300 tahun.
Perjanjian itu memberikan akses gratis bagi pedagang Inggris untuk berdagang di
tanah Ottoman. Perjanjian yang sama juga dibuat Elizabeth dengan Maroko, dengan
janji rahasia memberikan bantuan militer untuk melawan Spanyol.
Mengawali perjanjian itu, Elizabeth
menulis surat yang ditujukan kepada rekan-rekan Muslimnya. Dia menulis sebagai
pemohon kerjasama, menyebut Murad sebagai “Orang yang sangat berpengaruh dari
Kerajaan Turki, satu-satunya penguasa atas segala kekuasaan, dan raja yang
berdaulat dari Kekaisaran Timur.”
Dia pun memainkan permusuhan dengan
Katolik, dengan menyebut diri sebagai “Yang paling tak terkalahkan dan perkasa
atas iman Kristen terhadap semua bentuk penyembahan berhala.”
Strategi itu berhasil. Ribuan pedagang
Inggris kemudian melintas masuk ke daerah Islam seperti ke Aleppo di Suriah dan
Mosul di Iraq. Mereka jauh lebih aman ketimbang saat menempuh perjalanan ke
Eropa Katolik yang penuh dengan ancaman.
Otoritas Ottoman melihat kemampuan mereka
merangkul semua orang dari pelbagai kepercayaan sebagai kekuatan, bukan
kelemahan dan mengamati konflik Protestan-Katolik merupakan awal perpecahan
Eropa. Bahkan beberapa orang Inggris memeluk Islam. Sebagian besar dari mereka
memutuskan menjadi mualaf atas kesadaran masing-masing.
Bangsawan Inggris sangat menyukai sutra
dan rempah-rempah dari timur, tetapi Turki dan Maroko jelas tidak menyukai wol
Inggris. Dua negara Islam ini lebih membutuhkan senjata.
Gula, sutra, karpet, dan rempah-rempah
segera mengubah kebiasaan makan Inggris, mempengaruhi cara mereka membangun
rumah, dan cara mereka berpakaian. Kata seperti ‘permen’ [1] dan ‘turquoise’. [2]
Bahkan William Shakespeare sampai menulis ‘Othello’ [3] tidak beberapa lama
setelah kunjungan pertama Duta Besar Maroko ke Inggris. □
CATATAN KAKI:
[1] Saat itu gula dan permen menjadi barang mewah yang langka dan mahal, hanya dikosumsi dan tersedia di meja makan orang kaya saja. Banyak terdapat di dunia Islam termasuk Turki.
[2] Turquoise adalah mineral biru-ke-hijauan, langka dan berharga dalam nilai yang lebih
baik dan telah dihargai sebagai batu permata dan batu hias selama ribuan tahun
karena warnanya yang unik. Disebut juga pirus. Kata pirus berasal dari
abad ke-17 dan bahasa Prancis menyebutnya "pirus" yang berarti “Turki” karena mineral tersebut pertama kali
dibawa ke Eropa melalui Kekaisaran Ottoman.
Menurut Etymonline, kata tersebut berasal
dari abad ke-14 dengan bentuk turkeis, yang berarti “Turki”, yang diganti dengan turqueise dari bahasa
Prancis pada tahun 1560-an.
[3] Othello (judul lengkap: Tragedi
Othello, Moor Venesia) adalah sebuah tragedi yang ditulis oleh William
Shakespeare, mungkin pada tahun 1603, berlatar Perang Utsmaniyah (Ottoman)–Venesia kontemporer (1570–1573) yang berjuang untuk menguasai Pulau
Siprus, menjadi milik Republik Venesia sejak 1489. Kota pelabuhan Famagusta di Pulau Siprus akhirnya jatuh ke tangan Ottoman pada 1571 setelah
pengepungan yang berkepanjangan.
SUMBER:
CNN, abc, https://kuncikeyakinan-faisal.blogspot.com/2017/04/ketika-inggris-mengidolakan-dunia-islam.html dan sumber lainnya. □□