Wednesday, April 22, 2015

Kedudukan Manusia di Bumi 6



Oleh: A. Faisal Marzuki



  •  “Kemudian Dia (Allah) menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuhnya) roh (ciptaan)-Nya, dan Dia menjadikan kamu pendengaran, penglihatan, hati. (Tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. [QS as-Sajdah 32:19]


S
ehat dan Ketahanan (Keterlindungan) selalu di dambakan oleh Manusia. Tanpa adanya kesehatan dan “perlindungan” (“keterlindungan”), sia-sialah hidup kita. Dari apa? Dari “musuh” yang ada di dalam dan di luar tubuh. Musuh yang dimaksudkan disini adalah sesuatu yang menghalangi atau membinasakan (mematikan) dari haq (takdir)  hidup dan kehidupan (yang semestinya jika sunatullah yang baik di jalankan) oleh sesuatu entity seperti manusia individu itu sendiri, atau manusia dalam satu kesatuan masyarakat, bahkan manusia dari satu kesatuan bangsa.

   Apa yang dimaksudkan dengan “perlindungan” (“keterlindungan”) adalah sunatullah yang baik di jalankan manusia. Oleh karena manusia adalah makhluk yang bergerak (tidak diam seperti tanaman, tidak pula bergerak seperti makhluk khewan yang terbatas akal dan fungsinya) “unlimited” (tak terbatas bukan mau hidup di bumi saja, tapi mau di bulan dan di mars?) dalam mengakses sesuatu dimana sensing awal di mulai dari pendengaran dan penglihatan. Pra-awalnya (datangnya sensing-sensing itu) adalah badan (tubuh) dimana anggota badan itu adalah ‘telinga’ (pendengaran) dan ‘mata’ (penglihatan). Maka badannya ini mesti (ready to work, siap digunakan) normal yaitu dalam keadaan sehat (bugar).  Dalam keadaan bugar tubuh itu baru fungsi mendengar bekerja normal yaitu kemampuan indera untuk sensing sesuatu yang tidak terlihat secara pisik tapi ada, namun ‘gemerisik’ gerakannya terdengar. Begitu pula matanya (ready to work, siap digunakan) untuk melihat dan membaca lingkungan ‘movement’ (gerak) entity lain di sekitarnya seperti yang mana ‘musuh’-melawan misinya dan mana ‘teman’-membantu sukses misinya dapat diketahui dengan jelas.

   Yang dimaksudkan dengan ‘musuh’ pun bukan langsung di lawan, tapi pula menjadi ladang ibadah (dakwah) agar jadi tidak musuh, artinya menjadi teman dan keluarga dalam ‘iman dan amal saleh’ bersama kita. Kalau pun tidak (atau belum) beriman, setidak-tidaknya tidak jadi musuh kita. Dalam hal ini “lakum dīnukum waliadīn” – Untukmu agamamu (imanmu), dan untuku agamaku (imanku). Yaitu di dunia damai (tidak ada lagi crusader – perang salib seperti sejarah telah mencatatnya demikian). Di akhirat soal perbedaan iman (agama, keyakinan) urusannya dengan Allah Tuhan yang sebenarnya (dan Tuhan masing-masing) dalam mempertanggung jawabkannya ‘iman dan tidak imannya’ dan “amal baik atau buruknya’ kepada-Nya yang menciptakan manusia. Pembuat dan Pemegang Hukum Alam Semesta dan Manusia. Dimana manusia didesign-Nya untuk beribadah 1 kepada-Nya sebagai (title) ‘Khalifah di bumi’ 2 yang bertugas memakmurkan bumi. 3 Yakni membangun dan mendapatkan hidup manusia menjadi sejahtera, damai dan selalu tetap beribadah kepada-Nya. Seperti itulah sebenarnya misi hidup (adanya) manusia di bumi ini.

   Adapun maksud dari mendengar dan melihat bermakna pula menghindar dari (melarang melakukan) apa (hasil) yang didengar dan apa (hasil) yang dilihat, seperti hal-hal yang maksiat atau tidak maksiat. Atau menyaring mana yang baik dan mana yang buruk. Mana yang haq mana yang bathil. Kemudian mengikuti (menegakkan) yang baik dan yang haqnya saja.

   Dalam kesemuanya itu seperti yang diuraikan ditas, sebaiknya kita berdo’a  4 mohonkan (minta) kepada-Nya sbb:

  •  Allõhumma ‘āfinī fī badanī” – Ya Allah! Sehatkanlah badanku,

  • Allõhumma ‘āfinī fī sam’ī” – Ya Allah! Sehatkanlah pendengaranku,

  • Allõhumma ‘āfinī fī bashorī” – Ya Allah! Sehatkanlah penglihatanku,

  • Allõhumma innī a’ūdzubika minal kufri wal faqri” – Ya Allah! Aku berlindung dengan-Mu dari kekafiran (mengingkari-Mu dan tidak beriman dan mempercayai-Mu). Dari fakir yaitu “poverty” dalam artian modern adalah tidak ada penghasilan sama sekali, atau ada tapi tidak cukup dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dalam pangan, sandang, papan dan pendidikan umum dan agama, serta kesehatan dan kehidupan dihari tua (dana pensiun). Untuk itu dimohonkan dijauhi dalam keadaan seperti itu.

  • Allõhumma innīi a’ūdzubika min ‘adzābil qobri” – Ya Allah! Aku berlindung dengan-Mu dari siksa-Mu (di siksa karena tidak mematuhi aturan hidup dari-Mu, di alam kubur saja sudah merasakan sendiri kesalahannya).

  • Lā ilāha illa Anta” – Tiada ada Tuhan selain hanya Engkau (Yang Maha Esa yang sebenar-benarnya Tuhan).

   Sumber do’a tersebut dari ‘Abdur Rahman bin Abi Bakrah ra dia bertanya kepada bapaknya: Wahai bapakku! Aku dengar bapak berdo’a setiap pagi (dan petang), dimana lafadz do’a seperti tersebut diatas. Bapak membaca setiap pagi tiga kali, dan setiap petang tiga kali, mengapa? Jawab bapaknya: “Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdo’a seperti itu dan saya suka mengamalkannya setiap amalan yang diamalkan beliau.” 5 Demikianlah arti dan makna dan manfaat yang sebenarnya dari do’a ini.

●●●

   Manusia di karunia otak yang beratnya lk 1500 gram. Di dalam otak ini (termasuk otak kecil) mengandung sel-sel yang berjumlah 100 milyar. Otak ini memiliki kabel-kabel yang menghubungkan satu sama lain mengandung pula sel-sel sebanyak 1 triliyun. Sedang otak kecil yang terletak di belakang kepala yang berhubungan dengan leher belakang mengandung sel-sel sebanyak 70 milyar. Kemudiannya otak kecil ini kabel-kabelnya berhubungan dengan tulang punggung yang mengandung kabel-kabel dengan 1000 milyar sel. Semuanya melebihi otak-otak dari makhluk khewan yang ada.

   Dengan itu pantaslah Allah memberi tugas sebagai pemakmur bumi dengan jabatan (para) khalifah di bumi. Sering pula dalam ayat-ayat Allah ‘Azza wa Jalla menyebutkan soal akal yang merupakan bagian dari sensing kerja otak. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an menyebutkan antara lain:

  • Yang demikian itu adalah karena mereka orang-orang yang tidak mau menggunakan akal (ya’qilūn). [QS al-Mā’idah 5:58]

  • Tidakkah kamu menggunakan akal fikiran (afalā ta’qilūn) - untuk mengerti atau memahami. [QS Yusuf 12:109]

  • …supaya kamu menggunakan akal pikiran (la‘allakum ta’qilūn) - untuk mengerti atau memahami. [QS al-Mu’min 40:67]

   Akal manusia ini bekerja dengan simultan antara otak (sebagai alat memikir) dengan telinga (sebagai alat mendengar suaranya) dengan mata (sebagai alat untuk melihatnya) dengan hati (yang dapat ‘menyadari’ kejadian dan keberadaan serta sebab akibat sesuatu suatu objek). Khusus mengenai masalah hati ini secara ilmiah disebut consciousness (kesadaran, hati) yang tak terlihat tapi ada (sifatnya bathin) sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an menyebutkannya:

  • Orang-orang yang kurang akal (bodoh, al-sufahā-u) di antara manusia akan berkata….[QS al-Baqarah 2:142]

  • ..wahai orang-orang yang berakal (ūlil-albāb), ….[QS al-Baqarah 2:179]

  • …bertaqwakah hai orang-orang yang berakal (ūlil-albāb). [QS al-Baqarah 2:197]

  • Dan jangalah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya (al-sufahā-u),..[QS an-Nisā’ 4:5]

  • Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah, dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya (ya’qilūn). [QS Yunus 10:100]

   Demikianlah bahwasanya kedudukan manusia di bumi dalam melihat dan memecahkan masalah hidupnya mengerti akan ayat-ayat kauniyah (tanda-tanda dan kejadian di alam, di masyarakat dan di dunia baik zaman lalu, kini dan akan datang) dan ayat-ayat Qauliyah (tanda-tanda firman Allah ‘Azza wa Jalla dalam Kitab Suci al-Qur’an) untuk memahaminya menggunakan segala karunia yang ada di diri manusia seperti akal, pendengaran, penglihatan dan kesadaran hati sebagaimana firman-Nya menyebutkan:

  • “Kemudian Dia (Allah) menyempurnakan 6 dan meniupkan ke dalam (tubuhnya) roh (ciptaan)-Nya, 7 dan Dia menjadikan kamu pendengaran, 8 penglihatan, 9 hati. 10 (Tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. 11 [QS as-Sajdah 32:19]


Penjelasan:

6 Kemudian Dia (Allah) menyempurnakan, maknanya: Fungsi-fungsi organ tubuh biologis seperti akal fikiran (otak) dan panca indra untuk siap pakai.
7 dan meniupkan ke dalam (tubuhnya) roh (ciptaan)-Nya, maknanya: Fungsi organ ruh seperti penglihatan ruhani (sensing dari penglihatan rohani ke mata biologis dan sebaliknya sensing dari mata biologis ke penglihatan ruhani); pendengaran ruhani (sensing dari pendengaran rohani ke telinga biologis dan sebaliknya sensing dari telinga biologis ke pendengaran ruhani); dan hati nurani (akal budi yakni suatu kesadaran yang dalam yakni tahu mana yang salah dan mana yang benar, mana yang haq dan mana yang bathil, yang mana baik serta berguna dan yang buruk serta tak berguna; menjadi mengerti; menjadi paham dari hati nurani ke akal fikiran otak dan sebaliknya) untuk siap pakai.

8 dan Dia menjadikan kamu pendengaran, maknanya: Daya simak dari apa yang didengar.

9 penglihatan, maknanya: Daya memahami apa yang dilihat.

10 hati, maknanya: Daya kesadaran merasakan dan menghayati dari apa yang didengar oleh telinga, dan apa yang dilihat oleh mata.

11 (Tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur, maknanya: Tidak banyak orang yang menyadari fungsi dan penggunaan yang sebenarnya dari apa yang didengar, dilihat dan dirasakan dalam aplikasi kehidupan sehari-hari.


   Semoga pengajaran Allah Yang Maha Pengasih lagi Yang Maha Penyayang menjadi pelajaran hidup dan ini mesti diamalkan bagi diri sendiri. Juga (dan terutama) bagi masyarakat, bangsa dan antar bangsa agar hidup kita diridhoi-Nya dan juga hidup dalam damai, sejahtera lahir batin dunia akhirat. Wal-lõhu ‘alam bish-shawab. ©AFM



Catatan Kaki:
1Dan Aku (Allah) tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan agar beribadah kepada-Ku” [QS Adz-Dzāriāt 51:56]
2Dan Dia-lah menjadikan kamu khalifah-khalifah di Bumi. [QS Al-An’ām 6:165]
3Dia telah menciptakan kamu dari Bumi dan menjadikan pemakmurnya. [QS Hud 11:61]
4Ud’ūnī astajib lakum. Innal ladzīna yastakbirūna ‘an ‘ibādatī sayad khulūna jahannama dākhirīn. Artinya: Berdo’alah kepada-Ku, niscaya Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku (berdo’a kepada-Nya) akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina. [QS al-Mu’min 40:60]
5Hadits Riwayat Abu Dawud dan lainnya. □afm

Monday, April 6, 2015

Firman Allah Maha Benar



Firman Allah Maha Benar

Oleh: A.Faisal Marzuki


Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesar Allah dalam Ilmu Pengetahuan science dan Kebenaran Aqidah Islam) bagi Ulil Albab (Pemikir). [QS Āli ‘Imrān 3:190]

(yaitu dia Ulil Albab dan orang beriman sebagai) orang-orang yang mengingat (kebesaran-Nya dalam menciptakan dan mengaturnya alam semesta) Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi sambil berkata (karena telah paham, mengerti secara dalam) “Wahai Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini sia-sia; Maha Suci (Maha Sempuna) Engkau, lindungi kami dari azab neraka. [QS Āli ‘Imrān 3:191]

 

D

iriwayatkan dari ‘Aisyah ra, bahwa Rasul Allah (baca RasululLah) saw berkata: “Wahai ‘Aisyah saya pada malam ini beribadah kepada Allah swt”. Jawab Aisyah ra: “Sesungguhnya saya senang jika Rasulullah berada di sampingku. Saya senang melayani kemauan dan kehendaknya” Tetapi baiklah! Saya tidak keberatan.

Maka bangunlah Rasulullah saw dari tempat tidurnya lalu mengambil air wudu, tidak jauh dari tempatnya itu lalu salat. Di waktu salat beliau menangis sampai-sampai air matanya membasahi kainnya, karena merenungkan ayat Al-Qur’an yang dibacanya.

Setelah sholat beliau duduk memuji-muji Allah dan kembali menangis tersedu-sedu. Kemudian beliau mengangkat kedua belah tangannya berdo’a dan menangis lagi dan air matanya membasahi tanah.

Setelah Bilal datang untuk azan subuh dan melihat Nabi saw menangis ia bertanya: “Wahai Rasulullah! Mengapakah Rasulullah menangis, padahal Allah telah mengampuni dosa Rasulullah baik yang terdahulu maupun yang akan datang”. Nabi saw menjawab: “Apakah saya ini bukan seorang hamba yang pantas dan layak bersyukur kepada Allah swt? Dan bagaimana saya tidak menangis? Pada malam ini Allah SWT telah menurunkan ayat kepadaku.

Selanjutnya beliau berkata: “Alangkah rugi dan celakanya orang-orang yang membaca ini dan tidak memikirkan dan merenungkan kandungan artinya”.

Ayat tersebut adalah:

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesar Allah dalam Ilmu Pengetahuan (science) dan Kebenaran Aqidah Islam) bagi Ulil Albab (Pemikir). [QS Āli ‘Imrān 3:190]

(yaitu dia Ulil Albab dan orang beriman sebagai) orang-orang yang mengingat (kebesaran-Nya dalam menciptakan dan mengaturnya alam semesta) Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi sambil berkata (karena telah paham, mengerti secara dalam) “Wahai Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini sia-sia; Maha Suci (Maha Sempuna) Engkau, lindungi kami dari azab neraka. [QS Āli ‘Imrān 3:191]

Sebenarnya secara bathin (hakekatnya) Rasullullah saw dimasa yang akan datang umat manusia dapat menggalinya, karena ada sangkut paut yang erat antara Iman dengan Ilmu Pengetahuan science yang berjalin berkelindan dalam menumbuhkan Aqidah (Keyakinan) Islam itu Maha Benar, yang tak tergoyahkan sama sekali ’tak lekang karena panas dan tak lapuk kena air’ yaitu kebenaran sepanjang waktu dan zaman. Kalau Allah ’Azza wa Jalla telah menetapkan demikian itu berlaku sepanjang zaman. Artinya bukan berlaku semasa Rasullullah saw saja (dulu), tapi juga sekarang dan masa datang sampai hari kiamat datang.


ILMU PENGETAHUAN MENGUAK KEBENARANNYA

D

alam ilmu pengetahuan moderen tentang kosmologi (ilmu ruang angkasa) dalam teori ilmiah maupun observasi ruang angkasa, secara jelas sekali menyatakan bahwa pada suatu titik waktu tertentu seluruh jagat raya ini dulunya tidak ada seperti sekarang ini, kalaupun ada baru merupakan asap (dukhān) yang berbentuk kabut tebal (yang berkomposisikan gas panas). Allah, Tuhan Maha Pencipta Alam Semesta berfirman:

Kemudian Dia menuju ke langit dan (langit ketika) itu masih merupakan asap, [QS Fushshilat 41:11]

Oleh karena bumi dan langit (yang berisi entity matahari, bumi dan bulannya, planet-planet a.l mars, venus, yupiter, pluto, bintang-bintang dan gugus-gugus bintang) semua itu berasal dari asap yang sama (dimana merupakan satu hubungan koneksi entity jagat raya). Bintang-bintang di jagat raya yang kita lihat berkelap kelip di malam hari itu dulunya merupakan satu kesatuan jagat raya dalam bentuk asap. Allah, Sang Pencipta Alam Semesta itu berfirman:

... bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. [QS Al-Anbiya’ 21:30]

   Dr. Alfred Kroner adalah salah seorang yang terkenal di dunia sebagai ahli geologi. Dia adalah profesor geologi dan ketua dari departemen geologi pada Institut Geosciences, Johannes Gutenberg University, Mainz, Jerman. Dia berkata: ”Coba pikir siapa Muhammad yang hidup pada abad ke-7... Saya pikir tidak mungkin sama sekali dia tahu tentang hal asal kejadian alam jagat raya ini, karena para ahli baru menemukan dan mengetahuinya beberapa tahun belakang ini. Pengetahuan seperti itu adalah rumit dan untuk mengetahuinya diperlukan metoda teknologi yang sangat maju, dalam soal itu.” Lanjutnya ia berkata: ”Seseorang yang tidak mengetahui fisika nuklir 1400 tahun lalu yang tidak mungkin dilakukannya, saya pikir dengan posisi dan waktu ketika itu tidak mungkin keluar dari pengetahuannya, seperti bahwa bumi dan langit berasal dari yang tadinya satu dalam bentuk asap (dukhān).”


PENUTUP

D

emikianlah alam raya dengan segala isinya diciptakan-Nya. Kemudian dikuasai, dikendalikan, dan dipelihara-Nya. Dan telah pula dibenarkan oleh para saintis di abad menjelang abad ke-21. Dengan turun dua ayat dari surat Ali ’Imran ini kepada Rasul Allah terasa demikian dahsyatnya bagi Rasul Allah karena begitu Maha Benar firman Allah Rabbul ’Alamin seperti yang dikisahkan oleh Aisyah ra istrinya. Sampai beliau Rasul Allah berkata: “Alangkah rugi dan celakanya orang-orang yang membaca  ini (surat Ali Imran ayat 190 dan 191) dan tidak memikirkan dan merenungkan kandungan artinya”. Yang tentunya mesti mempunyai efek keimanan para kaum muslim bertambah kokoh. Billāhit Taufiq wak-Hidāyah. □ AFM


Blog Archive