Oleh: A. Faisal Marzuki
- “Kemudian Dia (Allah) menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuhnya) roh (ciptaan)-Nya, dan Dia menjadikan kamu pendengaran, penglihatan, hati. (Tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. [QS as-Sajdah 32:19]
S
|
ehat
dan Ketahanan (Keterlindungan) selalu di dambakan oleh Manusia. Tanpa adanya
kesehatan dan “perlindungan” (“keterlindungan”), sia-sialah hidup kita. Dari
apa? Dari “musuh” yang ada di dalam dan di luar tubuh. Musuh yang dimaksudkan
disini adalah sesuatu yang menghalangi atau membinasakan (mematikan) dari haq
(takdir) hidup dan kehidupan (yang
semestinya jika sunatullah yang baik di jalankan) oleh sesuatu entity seperti manusia individu itu
sendiri, atau manusia dalam satu kesatuan masyarakat, bahkan manusia dari satu
kesatuan bangsa.
Apa yang dimaksudkan dengan “perlindungan” (“keterlindungan”)
adalah sunatullah yang baik di jalankan manusia. Oleh karena manusia adalah
makhluk yang bergerak (tidak diam seperti tanaman, tidak pula bergerak seperti
makhluk khewan yang terbatas akal dan fungsinya) “unlimited” (tak terbatas bukan mau hidup di bumi saja, tapi mau di
bulan dan di mars?) dalam mengakses sesuatu dimana sensing awal di mulai dari pendengaran
dan penglihatan. Pra-awalnya (datangnya sensing-sensing itu) adalah badan
(tubuh) dimana anggota badan itu adalah ‘telinga’ (pendengaran) dan ‘mata’
(penglihatan). Maka badannya ini mesti (ready
to work, siap digunakan) normal yaitu dalam keadaan sehat (bugar). Dalam keadaan bugar tubuh itu baru fungsi mendengar
bekerja normal yaitu kemampuan indera untuk sensing sesuatu yang tidak terlihat
secara pisik tapi ada, namun ‘gemerisik’ gerakannya terdengar. Begitu pula matanya
(ready to work, siap digunakan) untuk melihat dan membaca lingkungan ‘movement’ (gerak) entity lain di sekitarnya seperti yang mana ‘musuh’-melawan misinya
dan mana ‘teman’-membantu sukses misinya dapat diketahui dengan jelas.
Yang dimaksudkan dengan ‘musuh’ pun bukan
langsung di lawan, tapi pula menjadi ladang ibadah (dakwah) agar jadi tidak
musuh, artinya menjadi teman dan keluarga dalam ‘iman dan amal saleh’ bersama
kita. Kalau pun tidak (atau belum) beriman, setidak-tidaknya tidak jadi musuh
kita. Dalam hal ini “lakum dīnukum waliadīn” – Untukmu
agamamu (imanmu), dan untuku agamaku (imanku). Yaitu di dunia damai (tidak ada
lagi crusader – perang salib seperti
sejarah telah mencatatnya demikian). Di akhirat soal perbedaan iman (agama,
keyakinan) urusannya dengan Allah Tuhan yang sebenarnya (dan Tuhan
masing-masing) dalam mempertanggung jawabkannya ‘iman dan tidak imannya’ dan “amal
baik atau buruknya’ kepada-Nya yang menciptakan manusia. Pembuat dan Pemegang
Hukum Alam Semesta dan Manusia. Dimana manusia didesign-Nya untuk beribadah 1
kepada-Nya sebagai (title) ‘Khalifah di bumi’ 2 yang
bertugas memakmurkan bumi. 3 Yakni
membangun dan mendapatkan hidup manusia menjadi sejahtera, damai dan selalu
tetap beribadah kepada-Nya. Seperti itulah sebenarnya misi hidup (adanya) manusia
di bumi ini.
Adapun maksud dari mendengar dan melihat
bermakna pula menghindar dari (melarang melakukan) apa (hasil) yang didengar
dan apa (hasil) yang dilihat, seperti hal-hal yang maksiat atau tidak maksiat.
Atau menyaring mana yang baik dan mana yang buruk. Mana yang haq mana yang
bathil. Kemudian mengikuti (menegakkan) yang baik dan yang haqnya saja.
Dalam kesemuanya itu seperti yang diuraikan
ditas, sebaiknya kita berdo’a 4 mohonkan
(minta) kepada-Nya sbb:
- “Allõhumma ‘āfinī fī badanī” – Ya Allah! Sehatkanlah badanku,
- “Allõhumma ‘āfinī fī sam’ī” – Ya Allah! Sehatkanlah pendengaranku,
- “Allõhumma ‘āfinī fī bashorī” – Ya Allah! Sehatkanlah penglihatanku,
- “Allõhumma innī a’ūdzubika minal kufri wal faqri” – Ya Allah! Aku berlindung dengan-Mu dari kekafiran (mengingkari-Mu dan tidak beriman dan mempercayai-Mu). Dari fakir yaitu “poverty” dalam artian modern adalah tidak ada penghasilan sama sekali, atau ada tapi tidak cukup dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dalam pangan, sandang, papan dan pendidikan umum dan agama, serta kesehatan dan kehidupan dihari tua (dana pensiun). Untuk itu dimohonkan dijauhi dalam keadaan seperti itu.
- “Allõhumma innīi a’ūdzubika min ‘adzābil qobri” – Ya Allah! Aku berlindung dengan-Mu dari siksa-Mu (di siksa karena tidak mematuhi aturan hidup dari-Mu, di alam kubur saja sudah merasakan sendiri kesalahannya).
- “Lā ilāha illa Anta” – Tiada ada Tuhan selain hanya Engkau (Yang Maha Esa yang sebenar-benarnya Tuhan).
Sumber do’a tersebut dari ‘Abdur
Rahman bin Abi Bakrah ra dia bertanya kepada bapaknya: Wahai bapakku! Aku
dengar bapak berdo’a setiap pagi (dan petang), dimana lafadz do’a seperti
tersebut diatas. Bapak membaca setiap pagi tiga kali, dan setiap petang tiga
kali, mengapa? Jawab bapaknya: “Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam berdo’a seperti itu dan saya suka mengamalkannya setiap amalan yang
diamalkan beliau.” 5 Demikianlah arti dan
makna dan manfaat yang sebenarnya dari do’a ini.
●●●
Manusia di karunia otak yang beratnya lk
1500 gram. Di dalam otak ini (termasuk otak kecil) mengandung sel-sel yang
berjumlah 100 milyar. Otak ini memiliki kabel-kabel yang menghubungkan satu
sama lain mengandung pula sel-sel sebanyak 1 triliyun. Sedang otak kecil yang
terletak di belakang kepala yang berhubungan dengan leher belakang mengandung
sel-sel sebanyak 70 milyar. Kemudiannya otak kecil ini kabel-kabelnya berhubungan
dengan tulang punggung yang mengandung kabel-kabel dengan 1000 milyar sel.
Semuanya melebihi otak-otak dari makhluk khewan yang ada.
Dengan itu pantaslah Allah memberi tugas
sebagai pemakmur bumi dengan jabatan (para) khalifah di bumi. Sering pula dalam
ayat-ayat Allah ‘Azza wa Jalla menyebutkan soal akal yang merupakan bagian dari
sensing kerja otak. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an menyebutkan antara
lain:
- Yang demikian itu adalah karena mereka orang-orang yang tidak mau menggunakan akal (ya’qilūn). [QS al-Mā’idah 5:58]
- Tidakkah kamu menggunakan akal fikiran (afalā ta’qilūn) - untuk mengerti atau memahami. [QS Yusuf 12:109]
- …supaya kamu menggunakan akal pikiran (la‘allakum ta’qilūn) - untuk mengerti atau memahami. [QS al-Mu’min 40:67]
Akal manusia ini bekerja dengan simultan
antara otak (sebagai alat memikir) dengan telinga (sebagai alat mendengar suaranya)
dengan mata (sebagai alat untuk melihatnya) dengan hati (yang dapat ‘menyadari’
kejadian dan keberadaan serta sebab akibat sesuatu suatu objek). Khusus
mengenai masalah hati ini secara ilmiah disebut consciousness (kesadaran, hati)
yang tak terlihat tapi ada (sifatnya bathin) sebagaimana firman Allah dalam
al-Qur’an menyebutkannya:
- Orang-orang yang kurang akal (bodoh, al-sufahā-u) di antara manusia akan berkata….[QS al-Baqarah 2:142]
- ..wahai orang-orang yang berakal (ūlil-albāb), ….[QS al-Baqarah 2:179]
- …bertaqwakah hai orang-orang yang berakal (ūlil-albāb). [QS al-Baqarah 2:197]
- Dan jangalah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya (al-sufahā-u),..[QS an-Nisā’ 4:5]
- Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah, dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya (ya’qilūn). [QS Yunus 10:100]
Demikianlah bahwasanya kedudukan manusia di
bumi dalam melihat dan memecahkan masalah hidupnya mengerti akan ayat-ayat
kauniyah (tanda-tanda dan kejadian di alam, di masyarakat dan di dunia baik
zaman lalu, kini dan akan datang) dan ayat-ayat Qauliyah (tanda-tanda firman
Allah ‘Azza wa Jalla dalam Kitab Suci al-Qur’an) untuk memahaminya menggunakan
segala karunia yang ada di diri manusia seperti akal, pendengaran, penglihatan
dan kesadaran hati sebagaimana firman-Nya menyebutkan:
- “Kemudian Dia (Allah) menyempurnakan 6 dan meniupkan ke dalam (tubuhnya) roh (ciptaan)-Nya, 7 dan Dia menjadikan kamu pendengaran, 8 penglihatan, 9 hati. 10 (Tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. 11 [QS as-Sajdah 32:19]
Penjelasan:
6 Kemudian
Dia (Allah) menyempurnakan, maknanya: Fungsi-fungsi organ tubuh biologis
seperti akal fikiran (otak) dan panca indra untuk siap pakai.
7 dan meniupkan
ke dalam (tubuhnya) roh (ciptaan)-Nya, maknanya: Fungsi organ ruh seperti
penglihatan ruhani (sensing dari penglihatan rohani ke mata biologis dan sebaliknya sensing dari mata biologis ke penglihatan ruhani); pendengaran ruhani
(sensing dari pendengaran rohani ke telinga biologis dan sebaliknya sensing dari telinga biologis ke pendengaran ruhani); dan hati nurani (akal budi yakni suatu kesadaran
yang dalam yakni tahu mana yang salah dan mana yang benar, mana yang haq dan
mana yang bathil, yang mana baik serta berguna dan yang buruk serta tak
berguna; menjadi mengerti; menjadi paham dari hati nurani ke akal fikiran otak dan sebaliknya) untuk siap pakai.
8 dan
Dia menjadikan kamu pendengaran, maknanya: Daya simak
dari apa yang didengar.
9 penglihatan, maknanya: Daya memahami apa yang dilihat.
10 hati, maknanya: Daya kesadaran merasakan dan menghayati dari
apa yang didengar oleh telinga, dan apa yang dilihat oleh mata.
11 (Tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur,
maknanya: Tidak banyak orang yang menyadari fungsi dan penggunaan yang
sebenarnya dari apa yang didengar, dilihat dan dirasakan dalam aplikasi
kehidupan sehari-hari.
Semoga pengajaran Allah Yang Maha Pengasih
lagi Yang Maha Penyayang menjadi pelajaran hidup dan ini mesti diamalkan bagi
diri sendiri. Juga (dan terutama) bagi masyarakat, bangsa dan antar bangsa agar
hidup kita diridhoi-Nya dan juga hidup dalam damai, sejahtera lahir batin dunia
akhirat. Wal-lõhu ‘alam bish-shawab. ©AFM
Bersambung ke: Kedudukan
Manusia di Bumi 7
Catatan
Kaki:
1Dan Aku (Allah) tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan agar beribadah
kepada-Ku” [QS Adz-Dzāriāt 51:56]
2Dan Dia-lah menjadikan kamu khalifah-khalifah di Bumi. [QS Al-An’ām
6:165]
3Dia telah menciptakan kamu dari Bumi dan menjadikan pemakmurnya. [QS Hud
11:61]
4Ud’ūnī astajib lakum. Innal ladzīna yastakbirūna ‘an ‘ibādatī sayad khulūna jahannama dākhirīn. Artinya: Berdo’alah kepada-Ku, niscaya Ku-perkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku (berdo’a
kepada-Nya) akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina. [QS al-Mu’min
40:60]
5Hadits Riwayat
Abu Dawud dan lainnya. □afm