Friday, May 15, 2015

Ulil Albab adalah Intelektual Muslim



Oleh A.Faisal Marzuki




Rabbanā ātinā fid dun-yā hasanataw wa fil ākhirati hasanataw wa qina ‘adzāban nār. Artinya: Ya Tuhan kami! Berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan (pula) di akhirat dan peliharalah kami dari azab neraka, QS Al-Baqarah 2:201.


ULIL ALBAB ADALAH INTELEKTUAL MUSLIM

K
ita mengenal kata-kata sarjana, ilmuwan, intelektual. Mari kita elaborasi kata kata itu sebelum kita mengenal pengertian yang dalam dari kata Ulil Albab yang sebenarnya. Dengan itu terasa benar ketinggian makna Ulil Albab itu yang sampai-sampai kata Ulil Albab itu di angkat oleh Al-Qur’an sebagai kumpulan dari firman-firman Allah Subhana Wa Ta’ala.

Sarjana

Sarjana diartikan sebagai orang yang lulus dari perguruan tinggi dengan membawa gelar. Jumlah banyak, karena setiap tahun universitas memproduksi Sarjana.

Ilmuan

Sedang Ilmuwan ialah orang yang mendalami ilmu dibidangnya. Kemudian mengembangkan ilmu bidangnya. Cara mendapatkan ilmu bidang yang diminatinya melalui pengamatan gejala-gejala yang sedang diselidikinya dibantu dengan peralatan tertentu. Kemudian dianalisanya dan selanjutnya disimpulkannya. Dengan itu dia telah mengenali sesuatu yang diselidikinya dengan cukup akurat.

Bedanya antara Sarjana dengan ilmuan adalah diantara sekian banyak sarjana, beberapa orang sajalah yang kemudian berkembang menjadi ilmuwan. Sebagian besar terbenam dalam kegiatan rutin saja sebagai profesinal teknis di perusahan dimana dia bekerja.

Intelektual

Intelektual bukanlah sarjana yang hanya menunjukkan kelompok orang yang sudah melewati pendidikan tinggi dan memperoleh gelar sarjana. Mereka juga bukan sekadar ilmuwan yang mendalami dan mengembangkan ilmu dengan penalaran dan perenungan dari penelitiannya. Mereka adalah kelompok orang yang merasa terpanggil untuk memperbaiki masyarakatnya. Caranya adalah terlebih dahulu menangkap aspirasi kemashlahatan masyarakat, kemudian mampu merumuskannya dalam bahasa yang dapat dipahami setiap orang. Selanjutnya menawarkan strategi dan alternatif pemecahan masalah. Inilah yang disebut intelektual pada umumnya.


CARA KERJA INTELEKTUAL


S
etelah kita mengetahui apa yang dimaksud dengan Sarjana, Ilmuan dan Itelektual seperti yang diuraikan diatas, maka kita akan melihat bagai mana cara kerja seorang intektual.



Istilah intelektual ini bisa juga bermacam-macam arti. Begitu beragamnya definisi intelektual. Raymond Aron sepenuhnya melepaskan istilah itu. Tetapi James Mac Gregor Burns, ketika bercerita tentang intellectual leadership’ sebagai transforming leadership berkata bahwa intelektual ialah ‘a devotee of ideas, knowledge, values. - Pengertian yang dimaksud adalah bahwa 'Kepemimpinan intelektual' sebagai transformasi kepemimpinan mengatakan, intelektual adalah orang 'yang mempunyai ide atau gagasan, yang berilmu dan berpengetahuan, serta membawa nilai-nilai yang berarti dan membawa kebaikan.'


Inteketual ialah orang yang terlibat secara kritis dengan nilai, tujuan, dan cita-cita, yang mengatasi kebutuhan-kebutuhan praktis. “Dalam definisi seperti itu maka orang yang menggarap hanya gagasan-gagasan dan data analitis disebut sebagai seorang teoritisi. Sedang orang yang bekerja hanya dengan gagasan-gagasan normatif disebut sebagai seorang moralis. Kemudian, orang yang menggarap sekaligus menggabungkan teoritisi dan moralis seperti keduanya yang disebutkan diatas lewat imajinasi yang teratur adalah seorang intelektual.”

Jadi, intelektual adalah orang yang mencoba membentuk lingkungannya dengan gagasan-gagasan analitis dan normatifnya. Sedang menurut Edward A. Shils, dalam Internasional Encyclopaedia of the Social Science, tugas intelektual ialah “menafsirkan pengalaman masa lalu masyarakat, mendidik pemuda dalam tradisi dan ketrampilan masyarakatnya, melancarkan dan membimbing pengalaman estetis dan keagamaan berbagai sektor masyarakat. . .”


INTELEKTUAL MUSLIM (ULIL ALBAB)


D
i dalam masyarakat Islam, seorang Intelektual Muslim bukan saja seorang yang memahami sejarah (dalam kaitan-kaitan yang melatar belakanginya suatu tindakan dan perilaku perbuatan seperti faktor-faktor politik, psikologi, sosiologi, antropologi, filsafat dari)  suku-suku bangsa setempat, bangsa-bangsa regional, bahkan bangsa-bangsa dunia lainnya (akibat adanya era globalisasi), juga sebagai seorang Islamologis.

Dengan itu Intelektual Muslim sanggup melahirkan gagasan-gagasan analitis dan normatif yang cemerlang. Islamologis yakni pada dasarnya menguasai dua disiplin induk ‘Meta-Ilmu’ yaitu memahami ayat-ayat Kauliyah yang terdapat dalam alam raya dan alam manusia. Dan memahami ayat-ayat Qauliyah yaitu nash yang terdapat dalam kitab suci Al-Qur’an. Untuk pengertian ini, Al-Quran sebenarnya mempunyai istilah khusus dalam menyebutkan Intelektual Muslim yaitu dengan sebutan Ulil Albab.


Perkataan Ulil Albab disebut enambelas kali dalam Al-Quran. Menurut Al-Qur’an. Ulil Albab adalah kelompok manusia tertentu yang diberi keistimewaan oleh Allah swt. Diantara keistimewaannya ialah mereka diberi hikmah, kebijaksaan, dan meta-ilmu disamping pengetahuan yang diperoleh mereka secara empiris.

Ulil Albab selalu mengkaitkan fenomena Alam Raya yang terdapat di Alam Makro (Alam Raya di Raya) dan Alam Mikro (Antara lain Alam Biologis dan Alam Psikologis-tabiat manusia) "adanya-segala-yang-ada" ini ada yang menjadikannya yaitu Allah Maha Pencipta.

Dalam keterkaitannya dengan adanya 'manusia' dan 'alam' yaitu kejadian Alam Raya di Raya ini sebenarnya mempunyai kemanfaatan bagi masyarakat manusia itu sendiri. Kalau tidak memahami seperti itu maka sia-sialah hidup masyarakat manusia ini sebagaimana yang dikatakan oleh Ulil Albab itu sendiri yang terdapat dalam penggal terakhir surat Āli ‘Imrān ayat 191 yang artinya:

“Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini (Langit dan Bumi dan diantara keduanya serta isinya) dengan sia-sia, Maha Suci (dan Sempurna) Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.”

Allah telah memberi hikmah kepada Ulil Albab seperti disebutkan dalam surat Āli ‘Imrān ayat 190 dan 191:

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat ayat – ayat bagi ulil albab, yaitu orang – orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi.”

Selanjutnya Allah Azza wa Jalla berfirman yang artinya:

“Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali Ūlul Albāb”, QS Al-Baqarah 2:269.

Disebutkan pula dalam Al-Quran bahwa “Sungguh mereka adalah orang yang bisa mengambil pelajaran dari sejarah umat manusia”, QS Yūsuf 12:111.

Dipelajarinya sejarah berbagai bangsa, kemudian disimpulkannya satu pelajaran yang bermanfaat, yang dapat dijadikan petunjuk dalam mengambil keputusan di dalam kehidupan ini. “Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk dari Allah, dan mereka itulah Ūlul Albāb”, QS Āli ‘Imrān 3:7.


PENUTUP

A
dapun do’a yang mengawali tulisan ini sengaja dikutipkan seperti tersebut diatas ialah bahwa sebagai seorang muslim kita mengingini hidup baik di akhirat itu, mesti dibuat dan dimulai di dunia ini. Yaitu, hidupnya baik dan bermanfaat bagi manusia lain dan alam lingkungannya.

Nah inilah yang hidup 'islami' itu. Sedang Ulil Albab itu perhatian pemikirannya diarahkan seperti itu. Seperti do’a yang dimohonkan tersebut diatas. Wallahu ‘alam bish shawab, billahi Taufiq wal-Hidayah. [Tamat] □ AFM


Ulil Albab [klik--->]     1     2     3     

Blog Archive