oleh A. Faisal Marzuki
Area: 30,000 m2, Capacity 12,000 people, Distance from Vatican City: 5 km. |
Memperkenalkan kepada kalangan pembaca blog ini akan
esensi dan kearifan, keindahan dan keagungan daripada kitab suci al-Qur’an
surat ke-30 yaitu ar-Rūm ayat 2 sampai dengan ayat 7.
Dengan pertolongan Allah. Ditolong-Nya
siapa yang dikehendaki-Nya. (Karena) Dia Maha Kuasa lagi Maha Mengayomi. (Itulah)
janji Allah! Tidak pernah Allah mengingkari janji-Nya. Tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahuinya. Mereka mengetahui yang lahir (saja) dalam
kehidupan dunia. (Namun) terhadap akibat kemudiannya tidak diperhatikan (dunia
tidak dimengerti untuk apa, akhiratnya lalai). [QS ar-Rum 30:5.6.7]
ika
Allah Azza wa Jalla telah berucap (berfirman) ‘akan menolong’, maka pasti akan
ditolongnya. Jangan sak (ragu) lagi (sedikitpun). Itulah maknanya kisah yang
ada dan terjadi dalam rekaman (bukti) sejarah yang telah dipaparkan dalam ‘Pelajaran
dari Roma’ I sampai III sura ar-Rūm ini. Kehendak Allah yang ber-maha-gelar Al-Qõdir (diantara
99 maha-gelar asmāul husnā lainnya) adalah mutlak (absolute) (pasti) berlaku,
karena Dia sangat berkuasa [Al-Qõdir] dan sangat mempunyai kemampuan untuk
melakukannya. Kesemuanya itu dilakukan-Nya berkat dari pancaran sinar dari rasa
pengayoman atau Kasih-Nya seperti yang difirmankan-Nya pada ayat 5 surat ar-Rūm
berikut ini:
|
BinashrilLāh
Dengan
pertolongan Allah
Yanshuru mayyasyā-u
Ditolong-Nya
siapa yang dikehendaki-Nya
wa Huwal ‘Azizur Rõhīm
(Karena)
Dia Maha Kuasa lagi Maha Mengayomi
Khususnya
pada masa kini abad ke-21 yang berada dalam millennium ke-3, diharapkan hajad
masing-masing pribadi atau rencana organisasi masing-masing jamaah kaum
muslimin akan memperoleh sebagaimana telah kesampainnya pengharapan kaum
Muslimin Makah (ketika itu). Yaitu mengharapkan kepada Allah Azza wa Jalla
untuk dapat memenangkan bangsa Romawi Ahlul Kitab yang seolah merupakan bagian
dari dirinya (yang tidak tega dikalahkan kaum Musyrikin Persia). Maka, janji
Allah yang akan berpihak kepada anda (kita semua) itu pasti berlaku juga, asalkan
mengerti apa yang diperjuangkan itu demi Allah - tentu dengan cara-cara yang direstui Allah.
Nah, karena janji Allah itu benar adanya seperti yang telah dibuktikan kepada
kaum Romawi. Jangan sak lagi akan janji
Allah itu! Ayat 6 surat ar-Rūm Allah
berfirman seperti berikut ini, mempertegasnya:
Wa’dalLāh
(Itulah)
janji Allah!
Lā yukh lifulLāhu wa’dah
Tidak
pernah Allah mengingkari janji-Nya.
Wa lā kinna ak-tsoron nās,
Tetapi
kebanyakan manusia
Lā ya’ lamūn
tidak
mengetahuinya.
Kenapa
ada disebutkan pada ujung ayat 6 surat ar-Rūm ini disebutkan ‘wa lā
kinna ak-tsoron nās, lā ya’ lamūn’, artinya: Tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahuinya. Maksudnya, tidak banyak manusia yang mengambil pelajaran dari
kejadian dalam catatan sejarah itu. Karena apa? Karena, jangan sampai tidak begitu menjadikan
al-Qur’an menjadi buku panduan hidup yang seutuhnya. Jangan pula ada hanya dalam usaha
nafsi-nafsi jamaah yang ‘terfirkah-firkah’, dan belum dalam jamaah yang
terintegrasi baik secara bulat dan total. Itulah yang dimaksudkan oleh Tuhan
Pencipta Semesta Alam adalah adanya paradigma dalam suatu kesatuan paham
tentang kehidupan. Yaitu maksudnya adalah suatu satu prinsip dalam satu
kesatuan gerakan yang menjadi kekuatan yang utuh dalam menegakkan keadilan (justice)
, kesejahteraan (well being), kedamaian (peace and love) diantara manusia dan
ekosistimnya.
Menurut hemat kami karena kita hampir tidak
pernah mau memikirkan lebih dalam lagi apa yang ada dibalik (beyond) dari apa yang ada tampak dalam lahirnya. Kita jangan sampai
jarang atau belum pernah melihat secara ‘visi’ kejadian yang lahir dan
menganalisa kecenderungannya (trend) kemana dan apa berikutnya
yang akan terjadi. Dengan cara itu ridha Allah datang, maka kelestarian hidup
dapat diraih bersama dalam keharmonisan dan kecukupan hidup di dunia serta juga
sebagai jembatan untuk hidup di akhirat kelak.
Disinilah orang beriman dituntut ke piawaiannya
dalam ber –Ulil Albab. 1 Yakni
orang beriman atau pemimpin atau pendakwah mesti menggunakan akal pikiran (IQ)
untuk merenungkan, menganalisa, meng-observasi alam raya dan alam jiwa manusia.
Dan ber-Ulil Abshor. 2 Yakni
orang beriman atau pemimpin atau pendakwah mesti mempunyai pandangan yang tajam
melihat kedepan yang baik buat umat dalam masa-masa dimana dia hidup. Dia
membaca kondisi hidup di zamannya agar lebih baik dari umat sebelum dan sekelilingnya.
Para Ulil Abshor ini umumnya menggunakan rasa emosi positif yang membangun,
peran metoda Ulil Abshor inilah yang menentukan keberhasilannya hidup manusia
(atas ketaqwaan kepada-Nya). Keberhasilan Ulil Abshor menggunakan akal nurani
disebut juga qalbu; visi; al-bayan atau daya kepahaman akan sesuatu. Menurut
penelitian ahli psychology dan ahli lainnya yang berkenaan dengan jiwa manusia mengatakan
keberhasilan manusia ditentukan oleh tingkat pemikiran akal fikiran 3
atau IQ (Intelligent Quotion) hanya 20% selebihnya ditentukan oleh kecerdasan
emosional - EQ (Emotional Quation) yaitu
kemampuan memahami ‘Perasaan’ (Daniel Goleman). 4 Dan kecerdasan ‘Spiritual’
- SQ (Spiritual Quotion) yaitu kemampuan dari adanya ‘God Spot’ dalam
otak manusia (Danah Zohar dan Ian Marshal) yang berkemampuan memahami Nilai dan
Makna. 5 Yaitu orang yang memotivasi hidupnya dilandasi nilai-nilai
kesucian seperti yang diajarkan oleh nilai-nilai ruhaniah dalam nilai-nilai ketuhanan.
Dengan nilai-nilai ketuhanan itulah manusia akan mampu memahami nilai dan makna
kehidupan. Mereka itu dapat mengembangkan pesan-pesan Allah Azza wa Jalla
yang terdapat di Alam Raya dan terdapat dalam Kitab Suci (al-Qur’an). Kemudian
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di zamannya dimana umatnya berada
(ajaran hablum minan nas atau muamalah Islam). Sementara ajaran hablum
minalLah atau ajaran hubungan dengan Allah Maha Pencipta rengkuh
kuat-kuat, jangan tinggalkan tapi terapkan bergandengan dengan ajaran muamalah
Islam yang bijak ini. Sinergi ini akan membawa kehidupan dalam rel ‘shirõthol
mustaqīm’ 6 - jalan keberhasilan.
Pada akhir, surat mengenai masalah ‘Pelajaran
dari Roma’ – ar-Rūm ini disinggung dalam firman Allah Azza wa Jalla pada ayat 7
surat ar-Rūm:
Ya’lamūna
dzõhirom minal hayawātid dunyā
Mereka
mengetahui yang lahir (saja) dalam kehidupan dunia
Wa hum’anil ākhiratihum ghõfilūn
(Namun)
terhadap akibat kemudiannya tidak diperhatikan
(dunia
tidak dimengerti untuk apa, akhiratnya lalai)
Maka daya kritis dalam cara berfikir ‘emotional-EQ’
dan ‘spiritual’-SQ
atas sesuatu masalah dimintakan kepada kita untuk memahaminya. Selanjutnya
sebagai ‘agent of development’-
‘amar
ma’ruf’ dan ‘agent of change’ – nahi mungkar
mengupayakannya kepada hal yang lebih baik lagi.7 Inilah yang dimaksudkan dengan cara kerja
manusia khalifah-khalifah di muka bumi yang kelengkapannya telah diberikan
dalam bentuk ‘akal fikiran’-IQ dan ‘akal qalbu’-EQ dan SQ. Yaitu seberapa jauh
kemampuan manusia berinteraksi dengan Alam Raya (IQ); Seberapa jauh manusia
berinteraksi sesama manusia dalam harmonis dan berkecukupan (EQ); Seberapa jauh
manusia berinteraksi dengan Tuhannya (SQ) dalam beribadah (hablum minalLahu) kepada-Nya
dan menerapkan nilai-nilai ketuhanan di dunia dalam merealisasikan ajaran ‘habblum
minan nas-nya’ selama hidup di dunia ini, agar harmonis dan sejahtera
dengan umat yang lain menjadi muallaf atau setidak-tidaknya mengerti bahwa Islam
ini adalah mengajarkan dan melaksanakan kedamaian hidup bersama dengan umat
lainnya. Inilah inti pesan hidup kedua dari surat ar-Rum dari ayat 5 sampai
dengan ayat 7 (hikmah dibalik kejadian atau ‘Pengajaran dari Roma’ itu). Sedang
pesan pertamanya (dari surat ar-Rum ayat 2 sampai dengan ayat 4 adalah
menerangkan kebenaran firman Allah dan iman Islam (janji Allah terlaksana).
Demikianlah
isi pesan dari surat ar-Rūm ayat 2 sampai dengan ayat 7 yang patut kita hikmati
dengan sunguh-sungguh dan terapkan dalam kehidupan keseharian kita.
Mudah-mudahan tahun-tahun kedepan dalam menghadapi tahap pertama dari 4 etape
kehidupan abad ke-21 dapat kita lalui dengan harmonis (harmony), aman (safe), damai (peace, and love) dan sejahtera (well being),
dan kalaupun mungkin tidak 100%, masih tetap terkendali dalam garis rata-rata
normal. God already gave all humankind the
opportunity for a good life on earth. Now, it is your turn to believe and choose! ©AFM
Kembali ke: Pelajaran
dari Roma (I)
Catatan kaki:
1Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat
tanda-tanda (ayat-ayat kauniyah, keterangan tentang tabiat atau hukum alam, dan
kebesaran Allah) bagi orang yang berakal - Ulil Albab. [QS ‘Āli Imrõn 3:190]
2Maka
ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, wahai orang-orang yang
mempunyai pandangan - Ulil Abshor, Visioner! [QS al-Hasyr
59:2]
3 Keith
Devlin, Goodbye Descartes, The end of logic and the search for a new cosmology
of the mind, John Wiley & Sons, Inc. Keith Devlin Ph.D. adalah Senior
Researcher pada Stanford University’s Center dalam bidang studi Bahasa dan
Komunikasi.
4 Daniel
Goleman Ph.D., Emotional Intelligence – Why it can matter more than IQ. He has
taught at Harvard (where he received his Ph.D.) and was formerly senior editor
at Psychology Today.
5Danah
Zohar and Ian Marshall, The Ultimate Intelligence, Bloomsbury Publishing PLC.
Zohar studied Physics and Philosophy at MIT and did post graduate in Philosophy, Religion and Psychology at Harvard University. Ian Marshal is a psychiatric.
6Jalan yang telah membuktikan keberhasilan hidup di setiap zaman yang dibimbing oleh para Nabi atau Rasul dan kemudian dilaksanakan oleh generasi setelah para Nabi dan Rasul tidak ada, berdasarkan nilai-nilai dari contoh bagaimana melaksanakannya ajaran berdasarkan Kitab Suci (dan ajaran-ajaran-Nya yang terkumpul dalam bentuk lainnya) yang ada pada setiap zaman.
Zohar studied Physics and Philosophy at MIT and did post graduate in Philosophy, Religion and Psychology at Harvard University. Ian Marshal is a psychiatric.
6Jalan yang telah membuktikan keberhasilan hidup di setiap zaman yang dibimbing oleh para Nabi atau Rasul dan kemudian dilaksanakan oleh generasi setelah para Nabi dan Rasul tidak ada, berdasarkan nilai-nilai dari contoh bagaimana melaksanakannya ajaran berdasarkan Kitab Suci (dan ajaran-ajaran-Nya yang terkumpul dalam bentuk lainnya) yang ada pada setiap zaman.
7Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang yang makruf
- membangun kebajikan (amar ma’ruf, agent of development) dan mencegah dari yang mungkar – mecegah merusak, mengganti dengan yang lebih baik (nahi mungkar,
agent of change), dan beriman kepada
Allah. [QS Āli
‘Imrān 3:110] ©AFM