Thursday, December 18, 2014

World Views of Islam (VII)



oleh A. Faisal Marzuki




Bahwa barang siapa yang membunuh manusia, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di bumi, maka yang membunuh itu seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. [QS al-Ma’idah 5:32]


D
emikianlah kalau pandangan hidup yang digunakan manusia yang berasal dari pikiran manusia saja. Itupun tidak satu pendapat, tapi banyak pendapat. Bahkan ada satu sama lainnya saling bertentangan, seperti yang telah diuraikan seperlunya dalam tulisan World Views of Islam (VI), sebelumnya. Kalau cara pandangan ini dilanjutkan pada millennium 1 ketiga (mulai abad ke-21 yang sudah berpenduduk 7 milyard lebih) ini dijadikan dasar pijakan hidup manusia tanpa melibatkan petunjuk (paradigma, nilai-nilai, akhlak, ajaran hidup) dari Rabb Semesta Alam, bagaimana hidup umat manusia di Bumi ini, nantinya?

   Jawabnya, cepat atau lambat akibatnya akan kacau-berantakan (chaos), dan lebih jauh lagi - jika dibiarkan saja- akan benar-benar menjadi hancur-berantakan (catastrophic). Karena ulah manusia maka siksa (akan) datang dari-Nya - sebagai hukum alam-Nya yang pasti berlaku (sunatulLah) - seperti yang telah terjadi pada bangsa-bangsa yang lalu. Pada zaman nabi Nuh as, selamatlah orang-orang yang beriman yaitu percaya kepada firman-firman Allah swt dalam hal apa yang dibolehkan dan apa yang tidak dibolehkan - do it and don't do it - karena itu ada maksud baik dari Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang bagi makhluk-makhluk-Nya. Seperti kalau tidak mau mendengarkan firman-firman-Nya yang mengatakan akan ada banjir bandang besar kalau tidak mengikuti perintah-Nya. Umat yang percaya kepada firman Allah swt yang disampaikan nabi Nuh as melaksanakannya beserta binatang-binatang yang diperlukan bagi manusia berada di atas kapal, selebihnya - yang tidak percaya dan mengolok-olokkannya - kemudiannya tenggelam di telan bulat-bulat oleh air banjir dahsyat dunia. Dan ada lagi peristiwa-peristiwa lainnya. Selanjutnya, peristiwa di Pompeii, Italy dari meletusnya gunung Vesuvius di tahun 79 CE yang mengeluarkan lava yang meleleh dan sangat panas di tengah malam dimana penduduknya telah melakukan perbuatan keji (fahsyā-i) dan kemungkaran (munkari) sedang tertidur lelap. Ada juga yang masih jaga (belum tidur) tapi tidak menyadari adanya lava yang telah membanjiri jalan-jalan dan rumah-rumah mereka sehingga tidak bisa mengelak lagi.

●●●
  
   Sebenarnya bangunan bangsa atau bangsa-bangsa dimulai dari diri sendiri. Dari diri diri ini tersusun menjadi satu keluarga. Dari keluarga inilah kita belajar dari hidup individual menjadi hidup bersosial. Membina rumah tangga yang tenteram diantara kamu dalam suasana kasih (mawaddah, love) dan sayang (rahmah, mercy). 2 Tanpa membangun (suasana) kasih dan sayang, bangunan rumah tangga tidak akan pernah ada. Kunci sukses hidupnya terletak dari bersosial rumah tangga itu adalah mawaddah wa rahmah, love and mercy inilah sebagai perekat hidup individual menjadi hidup dalam bersosial rumah tangga yang berlanjut menjadi anak-cucu keturunannya. Inilah cikal bakalnya menjadi suatu masyarakat yang lebih luas lagi, yang juga meneruskan tradisi kasih dan sayang. Dengan cara itu keluarga bangsa dan keluarga antar bangsa akan langgeng seperti kehidupan ‘mini’ keluarga seperti diuraikan diatas.

   Disamping itu dalam bentuk yang lebih besar lagi adalah suku atau bangsa. Seperti kita sudah maklumi bahwa setiap bangsa terdiri dari suku-suku dengan berbagai bahasa dan warna kulit. Dari kelompok suku yang satu dengan yang lainnya apakah bisa bergaul? Dari lain bahasa bisa berinteraksi dalam satu kampung atau kota? Atau warna kulit berbeda satu dengan lainnya ada hambatan walaupun satu bahasa sehingga perlu ada pemisahan seperti:  di sekolah; di kendaraan umum; di pasar; atau di rumah ibadat? Dari satu orang atau kelompok terhadap satu orang atau kelompok lain, apakah perlu saling hujat menghujat? Dari bangsa satu terhadap bangsa lain apakah perlu saling perang memerangi?

   Dalam kenyataannya sekarang ini, bangsa-bangsa di dunia ini terdiri dari suku-suku bangsa, bahasa, warna kulit. Dalam hal ini konsep ajaran Islam menggariskan bahwa semua bangsa terdiri dari berbagai bahasa; warna kulit; suku itu, berasal dari satu keturunan. Semuanya berasal dari satu bapak, yaitu Adam as. Jadi kedudukannya sama yang satu dengan lainnya. Tidak ada perbedaan dalam bersosial kemasyarakatan seperti berbangsa dan berantar bangsa, sebagaimana firman Allah swt menyebutkan: Wahai manusia! Sesungguhnya Kami (Allah swt) menciptakan kamu dari seorang laki-laki (Adam as) dan seorang perempuan (Hawa as, Eve as), dan (kemudiannya dari keturunan Adam dan Hawa) menjadi berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling lita’ārafū. 3 Lita’ārafū artinya saling kenal mengenal; saling menghargai satu sama lain (respect each other); sapa menyapa; atau tolong menolong, itu lebih baik. Setidak-tidaknya, tidak saling membenci atau memerangi satu sama lainnya. Maknanya adalah status sosial di mata Allah swt adalah sama. Tidak ada kasta. Satu yang lainnya tidak ada beda di hadapan Allah Penciptanya. Dari kesemuanya itu bagi-Nya ukurannya adalah siapa diantara kamu dari orang-seorang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang bertakwa kepada-Nya. Dalam hal takwa yang dimaksudkan di sini adalah menjalani perintah lita’ārafū, sebagai individual atau kelompok dan kelompok yang lebih besar lagi seperti bangsa dan antar bangsa. 4  Lita’ārafū, saling kenal mengenal (respect each other). Setidak-tidaknya tidak saling merendahkan; merasa lebih dari yang lain; atau memerangi satu sama lainnya.

   Lita’ārafū dapat ditegakkan jika ada kedamaian atau peace. Kedamaian dapat ditegakkan karena adanya keadilan, 5 lawan keadilan adalah kezaliman; keseweng-wenangan; curang karena merasa lebih kuat atau lebih cerdik atau lebih tinggi derajatnya dalam suatu sistim sosial kemasyarakatan dalam berbangsa dan antar bangsa. Dalam sistim sosial terbuka di abad ke-21 ini dimana citizen (warga anggota) bangsa atau antar bangsa sangat memerlukan konsep lita’ārafū. Tegaknya lita’ārafū  ini bisa dijamin dengan adanya suasana peace (damai; tidak main hakim sendiri dengan melakukan kriminal), love (saling menghargai, membantu, dan memberi maaf), juctice (adanya keadilan), tolerant (dalam berbeda pendapat atau agama) 6, honesty (jujur; tidak berbuat salah yang disengaja; tidak berkata bohong) dan integrity (berakhlak mulia,7 satu kata dengan perbuatan dan bertanggung jawab akan hal itu - jangan lain apa yang dikatakan (apa yang dijanjikan) tapi tidak dilakukan (khianat)  8, empati – merasakan ada orang lain). Menjauhi kejahatan seperti cara-cara tidak adil; zalim (menindas); keseweng-wenangan – karena merasa kuat; dan berbuat curang (unfair).




   Kemudian menetapi janji apabila berjanji, 9 seperti undang-undang yang dibuat dan disyahkan mesti dilaksanakan. Menjadi saksi yang benar, apabila diminta atau tidak diminta. Jangan melanggar sumpah setelah diikrarkan, 10 seperti sumpah dalam pengadilan atau jabatan sewaktu diangkat sebagai pegawai atau pejabat tertentu dalam jabatan pemerintahan mesti dipenuhi
.
●●●

   Bagaimana dengan berita yang melebih-lebihkan dari masalah yang sebenarnya, apalagi dengan pemberitaan yang genjar dan kadang kala memutar balikkan fakta dalam berita umum melalui misalnya TV; Surat Kabar; Radio; Facebook; Email; dan berita beranting yang tidak dicek dulu kebenarannya, semuanya itu dalam kategori melakukan kebencian (hate, hasad). Hal tersebut jangan dibalas lagi dengan kebencian (hate, hasad). Karena apa? Karena kebencian dibalas dengan kebencian tidak akan menyelesaikan masalah, melainkan dengan keyakinan yang besar akan posisi kebenaran yang dimiliki dengan menunjukkan kebaikan akhlak (morality, integrity, honesty, responsibility, kindness, patient  11). Orang yang hasad sebenarnya masih jahil (bodoh), karena tidak tahu kebenaran yang sesunggahnya dari keyakinan orang yang dibencinya. Sadarilah bahwa mereka yang melakukan kebencian itu sebenarnya butuh ditunjuki jalan keyakinan yang benar (akhlak Rasul saw demikian). Kata orang sini “Hate can’t drive out Hate, only Love can do.” Lain hal kalau hasad berubah jadi fitnah, maka sesungguhnya ceritanya akan lain.  Karena fitnah itu lebih berbahaya dari pembunuhan. 12
    
   Allah lebih menyukai jalan yang tidak dengan kekerasan, seperti membunuh orang 13  Lebih baik ditempuh dengan jalan musyawarah. 14 dan damai. 15  Demikianlah uraian terakhir dari tema tulisan World View of Islam ini. ©AFM


 

Catatan kaki:
1Satu millennium sama dengan seribu tahun.
2Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia (Allah swt) mencipta untukmu istri-istri dari jenismu sendiri (yaitu sesama manusia). supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya (istrinya, demikian sebaliknya) dan dijadikannya diantaramu rasa kasih dan sayang. [QS ar-Rūm 30:21]
3[QS al-Hujarat 49:13]
4Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu [QS al-Hujarat 49:13]
5Sesungguhnya Allah menyuruh (memerintahkan kamu) berlaku adil. [QS an-Nahl 16:90]
6Tidak ada paksaan untuk memeluk agama Islam, sesungguhnya telah jelas perbedaan antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. [QS al-Baqarah 2:256]
   Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah pula menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu dan untukku agamaku – toleransi. [QS al-Kafirun 109:4,5,6]
7Sesungguhnya aku (Rasul saw) diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia (budi pekerti yang menghantarkan manusia menuju peradaban yang maju dan mulia). [Al-Hadits]
8Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang (kemudiannya) tidak kamu perbuat (kerjakan)? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa (berkata, berjanji) yang (kemudiannya) tiada kamu kerjakan. [QS ash-Shaff 61:2-3]
9Dan tepatilah janji dengan Allah apabila berjanji. [QS an-Nahl 16:91]
10dan janganlah kamu melanggar sumpah setelah diikrarkan. [QS an-Nahl 16:91] 
11Patient [adjective word]: Able to accept or tolerate delays, problem, or suffering without becoming annoyed or anxious. "Be patient, your time will come." - Don't think every things is just change it instantly.
12…dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan,… [QS al-Baqarah 2:191]
13Bahwa barang siapa yang membunuh manusia, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan semua manusia. [QS al-Ma’idah 5:32]
14dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan (yang diperselisihkan) itu. [QS ‘Āli Imrān 3:159]
15Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condongkanlah kepadanya (perdamaian itu) dan setelah perjanjian perdamaian itu dilakukan) bertawakallah (Allah swt akan menjaganya) kepada Allah. Sesungguhnya Dialah (Allah swt lah) Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [QS al-Anfāl 8:61]

Baca pula blog ini dengan judul “Tatanan Masyarakat dalam Al-Qur’an (III) ”; “Tatanan Masyarakat dalam Al-Qur’an (IV)”; “Muamalah & Karakter Muslim”, karena menguatkan (tali bertali dengan) tulisan terakhir dari “World Views of Islam (VII) ini.

Blog Archive