oleh A. Faisal Marzuki
Memperkenalkan kepada kalangan pembaca blog ini akan
esensi dan kearifan, keindahan dan keagungan daripada kitab suci al-Qur’an
surat ke-30 yaitu ar-Rūm ayat 2 sampai dengan ayat 7.
P
|
ada
abad ke-7 M ada dua adikuasa dunia, yaitu Kerajaan Romawi dan Kerajaan Persia.
Ketika itu penduduk Kerajaan Persia menganut agama yang menuhankan serta
menyembah ‘api’. Dalam ini kaum muslimin di Makah (tempat kelahiran agama
Islam) mengkatagorikan agama itu sebagai agama musyrik, yaitu agama yang
menyekutukan Tuhan (Pencipta) yang sebenarnya dengan makhluk (api ciptaan-Nya)
yang dituhankan. Bagi sebahagian besar penduduk kota Makah mempercayai
berhala-berhala dari berbagai patung yang disembahnya, disamping Tuhan (yang
dipercainya ada, tapi tidak disembahnya). Jadi mayoritas penduduknya masih
musyrik. Musyrikin Makah ini menyukai Kerajaan Persia, karena sepaham dalam hal
konsep keagamaannya. Yaitu sama-sama Musyrikin. Yang satu terletak di utara
(Kerajaan Persia) yang satu di sebelah selatan tanah Hejaz (Musyrikin Makah).
Sedangkan dipihak yang lain Kerajaan Romawi sudah memeluk agama Nashrani yang
bagi pemeluk agama Islam di Makah ketika itu disebut sebagai Ahlul-Kitab.
Artinya dekat dengan agama Islam ketimbang kaum Musyrikin yang menyekutukan
Tuhan seperti halnya penduduk Kerajaan Persia ini. Kita sudah memaklumi bahwa
dalam ajaran Islam suatu kekeliruan (dosa) yang paling besar adalah
menyekutukan Tuhan. Hal itu dipegang teguh oleh masyarakat Islam pada waktu
itu, bahkan sepanjang zaman termasuk kita yang hidup di abad ke-21 ini. Karena apa?
Karena ketauhidan (keesaan) kepada Tuhan adalah haq (mutlak benar).
Pada zaman Nabi Muhammad saw Kerajaan Romawi
telah terbagi dua. Bagian barat dengan ibukotanya, Roma. Dari sini pulalah
diambil nama kerajaan itu, Kerajaan Romawi. Sedangkan di Bagian timur yang
dibentuk belakangan (setelah ada di bagian barat) ibu kotanya Byzantium.
Kemudiannya namanya dirubah oleh Kaisarnya (nama Kaisarnya Constantine) menjadi
nama baru ibu kotanya Constantinopel yang terambil dari namanya (Constantinopel
ini sekarang disebut Istanbul, Turki). Kerajaan Romawi Timur ini kemudiannya lebih
maju dibanding dengan Kerajaan Romawi Barat, karena kerajaan di sebelah barat
ini terjadi firkah-firkah yaitu pecahan-pecahan seperti kerajaan kecil yang
dimulai tahun 476 M. Mulai tahun 476 M Kerajaan Romawi Barat tidak memegang
peranan lagi, kecuali Kerajaan Romawi Timur (Eastern Roman Empire) yang berdiri
tahun 474 M sampai tahun 1453 M. Oleh karena ibukotanya Byzantium, maka sering
Kerajaan Romawi Timur ini disebut dengan nama Kerajaan Byzantium (Byzantine
Empire). Daerah kerajaan Byzantium ini meliputi negeri-negeri Mesir, Palestina,
Turki dan Syria (juga Lebanon, Jordan dan Irak sekarang), nanti meliputi juga
Persia (Iran). Daerah-daerah mana kemudiannya dan sampai kini menjadi kawasan
yang mayoritas penduduknya adalah Muslim.
●●●
Ketika agama Islam baru lahir dimana pemeluknya
masih sedikit, maka ketika itu pulalah disebelah utara tanah Hejaz (tempat kota
Makah berdiri) terjadi pertempuran dahsyat antara kedua adikuasa dalam rangka
memperluas pengaruh dan tanah jajahannya. Dalam peperangan itu dimenangkan oleh
Kerajaan Persia.
Kekalahan Romawi ini membuat kaum Musyrikin
Makah bersukaria. Keyakinan akan ‘kemusyrikan yang benar’ menjadi lebih kokoh
lagi dari yang sebelumnya. Semula mereka (kaum Musyrikin Makah) menyangka di
kemudian hari mereka akan tergeser oleh kaum Muslimin yang berkeyakinan tauhid
(lawan kata dari keyakinan Musyrik atau mensyerikatkan Tuhan adalah Tauhid - mengesakan
Tuhan).
Dengan itu kaum Musyrikin Makah ini
berkeyakinan sangat bahwa Islam akan pasti tidak akan berkembang lagi. Karena
akan ditinggalkan penganut yang sudah ada (apalagi masih sedikit jumlahnya
dibandingkan dengan Musyrikin Makah yang mayoritas dan solid itu), dan
kemudiannya akan mati seperti Kerajaan Romawi yang kalah perang itu.
Sebaliknya kejadian kalahnya Romawi ini yang
membuat naik daunnya moral kaum Musyrikin semakin menguat dan bertambah kokoh.
Dengan itu tambah membuat dukacita kaum Muslimin. Bahkan membuat jatuh moral
umat Islam saat itu. Kok Ahlul Kitab (Romawi) bisa dikalahkan oleh kaum
Musyrikin (Persia)? Bagaimana dengan iman Islam kita? Dimanakah kebenaran Tuhan
ini? Apakah benar bahwa ada Islam yang datang dari Allah yang mengatasi dari
agama yang percaya dengan api sebagai Tuhannya (Musyrik), kok kenyataannya bisa
berjaya?
Disaat
keadaan iman Islam kaum Muslimin yang masih relatif baru lagi sedikit jumlahnya
itu mengalami kegoncangan dahsyat yang tidak terperikan (seolah-olah tali kuat
silaturahimnya dengan Allah selama ini yang telah mulai bersemi), tiba-tiba
rapuh tak berarti sama sekali. Maka, pada saat-saat genting seperti itulah
ayat-ayat surat ar-Rūm ini diturunkan Allah Azza wa Jalla untuk mengokohkan
kembali moral kepercayaan (yang telah merosot tajam dan mulai cenderung roboh
itu) agar tegak dan mengakar kembali di hati kaum Muslimin.
Bukan fakta sejarah saja yang mencatat
bangsa Romawi Nashrani dalam peperangan yang hebat itu dapat dikalahkan oleh
bangsa Persia yang Musyrik ketika itu, tapi lebih-lebih lagi dinukilkan oleh
ayat al-Qur’an. Kemudiannya kita tahu bahwa kejadian itu sangat strategic bagi
masa depan agama Islam yang perlu mendapat keteguhan langsung dari firman-Nya
itu. Mari kita simak ayat 2 dari surat ar-Rūm ini sebagai berikut:
Gholibatir
Rūm
Telah
dikalahkan bangsa Romawi,
Di
daerah atau tempat manakah bangsa Romawi ditaklukkan oleh bangsa Persia? Hal
ini diterangkan lagi pada ayat 3 berikutnya dalam surat yang sama, pangkal
ayatnya berbunyi:
Fī
adnal ardhi,
di
negeri yang terdekat,
Yang
dekat dari Makah itu adalah sebelah baratnya adalah Palestina sebelah timurnya
adalah Syria. 1 Kedua daerah itu selama ini menjadi jajahan Byzantium
(Romawi Timur). Kekalahan bangsa Romawi sangat meremukkan hati perasaan bangsa
Romawi. Sebab Kayu Palang Pusaka tempat menyalib Nabi Isa as menurut
kepercayaan mereka, telah pula menjadi rampasan perang yang kini menjadi milik
bangsa Persia. Tetapi ujung ayat ini memberi obat penghilang duka cita yang
dialami serta memberikan kepercayaan teguh akan kemenangan bangsa Romawi kepada
kaum muslimin Makah.
Wa
hum mim ba’di ghalabihim sayagh-libūn
Dan
mereka (bangsa Romawi) sesudah dikalahkan, akan menang.
Bila mereka akan menang? Pertanyaan ini mendasar
sekali, karena rasa cemas kamum Muslimin yang belum berdaya itu ingin kepastian
waktu dari Tuhan Rabbul ‘Alamin. Sebentar lagi, besok atau seratus tahun lagi,
yang terlalu lama. Isi hati kaum Muslimin yang masih berada di bawah sadar itu
sudah diketahui Allah swt. 2 Kepastian waktu itu kemudian diberitahukan
Allah seperti pangkal ayat 4 surat ar-Rūm ini:
Fī
bidh’i sinīna
Dalam
beberapa tahun (lagi) 3
Apakah memang benar demikian? Kebenaran
perkiraan waktu itu disangsikan (memang pantas disangsikan), karena belum
kejadian. Terutama kaum Musyrikin Makah tidak mempercayai sama sekali. Kecuali
dalam hal ini Abu Bakar ra sangat percaya bahwa pasti bangsa Romawi (yang telah
kalah itu) dalam perang berikutnya akan menang atas bangsa Persia dalam antara
3 dan 9 tahun itu. Ia yakin benar dengan kata-kata Rasul Allah saw itu, karena
itu dari wahyu Allah Azza wa Jalla.
Sikap dan kepercayaan Abu Bakar ra ini
dicemoohkan oleh kaum Musyrikin, sampai-sampai kaum Musyrikin Makah mengajak
bertaruh Abu Bakar ra sebanyak 100 ekor onta. Hal itu dilakukannya karena mereka
yakin betul bahwa bangsa Persia yang Musyrik itu akan berjaya selamanya dan
Romawi yang Nashrani tidak bangkit lagi. ©AFM
Bersambung ke: Pelajaran dari Roma (III)
Bersambung ke: Pelajaran dari Roma (III)
Catatan kaki:
1Kalau disebut
Palestina dan Syria dulu kala maksudnya adalah daerah-daerah yang kini bernama Israel, Palestina, Jordania, Lebanon,
Syria dan Irak. Sedang Persia adalah Iran.
2Dia Allah, tiada
Tuhan selain Dia. Maha Mengetahui perkara yang ghaib (tersembunyi) dan yang
syahādat (terang, nyata). [QS al-Hasyr 59:22]
3Diantara 3
sampai 9 tahun.