Wednesday, December 24, 2014

Pelajaran dari Roma (II)



oleh A. Faisal Marzuki



Memperkenalkan kepada kalangan pembaca blog ini akan esensi dan kearifan, keindahan dan keagungan daripada kitab suci al-Qur’an surat ke-30 yaitu ar-Rūm ayat 2 sampai dengan ayat 7.


P
ada abad ke-7 M ada dua adikuasa dunia, yaitu Kerajaan Romawi dan Kerajaan Persia. Ketika itu penduduk Kerajaan Persia menganut agama yang menuhankan serta menyembah ‘api’. Dalam ini kaum muslimin di Makah (tempat kelahiran agama Islam) mengkatagorikan agama itu sebagai agama musyrik, yaitu agama yang menyekutukan Tuhan (Pencipta) yang sebenarnya dengan makhluk (api ciptaan-Nya) yang dituhankan. Bagi sebahagian besar penduduk kota Makah mempercayai berhala-berhala dari berbagai patung yang disembahnya, disamping Tuhan (yang dipercainya ada, tapi tidak disembahnya). Jadi mayoritas penduduknya masih musyrik. Musyrikin Makah ini menyukai Kerajaan Persia, karena sepaham dalam hal konsep keagamaannya. Yaitu sama-sama Musyrikin. Yang satu terletak di utara (Kerajaan Persia) yang satu di sebelah selatan tanah Hejaz (Musyrikin Makah). Sedangkan dipihak yang lain Kerajaan Romawi sudah memeluk agama Nashrani yang bagi pemeluk agama Islam di Makah ketika itu disebut sebagai Ahlul-Kitab. Artinya dekat dengan agama Islam ketimbang kaum Musyrikin yang menyekutukan Tuhan seperti halnya penduduk Kerajaan Persia ini. Kita sudah memaklumi bahwa dalam ajaran Islam suatu kekeliruan (dosa) yang paling besar adalah menyekutukan Tuhan. Hal itu dipegang teguh oleh masyarakat Islam pada waktu itu, bahkan sepanjang zaman termasuk kita yang hidup di abad ke-21 ini. Karena apa? Karena ketauhidan (keesaan) kepada Tuhan adalah haq (mutlak benar).

   Pada zaman Nabi Muhammad saw Kerajaan Romawi telah terbagi dua. Bagian barat dengan ibukotanya, Roma. Dari sini pulalah diambil nama kerajaan itu, Kerajaan Romawi. Sedangkan di Bagian timur yang dibentuk belakangan (setelah ada di bagian barat) ibu kotanya Byzantium. Kemudiannya namanya dirubah oleh Kaisarnya (nama Kaisarnya Constantine) menjadi nama baru ibu kotanya Constantinopel yang terambil dari namanya (Constantinopel ini sekarang disebut Istanbul, Turki). Kerajaan Romawi Timur ini kemudiannya lebih maju dibanding dengan Kerajaan Romawi Barat, karena kerajaan di sebelah barat ini terjadi firkah-firkah yaitu pecahan-pecahan seperti kerajaan kecil yang dimulai tahun 476 M. Mulai tahun 476 M Kerajaan Romawi Barat tidak memegang peranan lagi, kecuali Kerajaan Romawi Timur (Eastern Roman Empire) yang berdiri tahun 474 M sampai tahun 1453 M. Oleh karena ibukotanya Byzantium, maka sering Kerajaan Romawi Timur ini disebut dengan nama Kerajaan Byzantium (Byzantine Empire). Daerah kerajaan Byzantium ini meliputi negeri-negeri Mesir, Palestina, Turki dan Syria (juga Lebanon, Jordan dan Irak sekarang), nanti meliputi juga Persia (Iran). Daerah-daerah mana kemudiannya dan sampai kini menjadi kawasan yang mayoritas penduduknya adalah Muslim.

●●●

   Ketika agama Islam baru lahir dimana pemeluknya masih sedikit, maka ketika itu pulalah disebelah utara tanah Hejaz (tempat kota Makah berdiri) terjadi pertempuran dahsyat antara kedua adikuasa dalam rangka memperluas pengaruh dan tanah jajahannya. Dalam peperangan itu dimenangkan oleh Kerajaan Persia.

   Kekalahan Romawi ini membuat kaum Musyrikin Makah bersukaria. Keyakinan akan ‘kemusyrikan yang benar’ menjadi lebih kokoh lagi dari yang sebelumnya. Semula mereka (kaum Musyrikin Makah) menyangka di kemudian hari mereka akan tergeser oleh kaum Muslimin yang berkeyakinan tauhid (lawan kata dari keyakinan Musyrik atau mensyerikatkan Tuhan adalah Tauhid - mengesakan Tuhan).

   Dengan itu kaum Musyrikin Makah ini berkeyakinan sangat bahwa Islam akan pasti tidak akan berkembang lagi. Karena akan ditinggalkan penganut yang sudah ada (apalagi masih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan Musyrikin Makah yang mayoritas dan solid itu), dan kemudiannya akan mati seperti Kerajaan Romawi yang kalah perang itu.

   Sebaliknya kejadian kalahnya Romawi ini yang membuat naik daunnya moral kaum Musyrikin semakin menguat dan bertambah kokoh. Dengan itu tambah membuat dukacita kaum Muslimin. Bahkan membuat jatuh moral umat Islam saat itu. Kok Ahlul Kitab (Romawi) bisa dikalahkan oleh kaum Musyrikin (Persia)? Bagaimana dengan iman Islam kita? Dimanakah kebenaran Tuhan ini? Apakah benar bahwa ada Islam yang datang dari Allah yang mengatasi dari agama yang percaya dengan api sebagai Tuhannya (Musyrik), kok kenyataannya bisa berjaya?

      Disaat keadaan iman Islam kaum Muslimin yang masih relatif baru lagi sedikit jumlahnya itu mengalami kegoncangan dahsyat yang tidak terperikan (seolah-olah tali kuat silaturahimnya dengan Allah selama ini yang telah mulai bersemi), tiba-tiba rapuh tak berarti sama sekali. Maka, pada saat-saat genting seperti itulah ayat-ayat surat ar-Rūm ini diturunkan Allah Azza wa Jalla untuk mengokohkan kembali moral kepercayaan (yang telah merosot tajam dan mulai cenderung roboh itu) agar tegak dan mengakar kembali di hati kaum Muslimin.

   Bukan fakta sejarah saja yang mencatat bangsa Romawi Nashrani dalam peperangan yang hebat itu dapat dikalahkan oleh bangsa Persia yang Musyrik ketika itu, tapi lebih-lebih lagi dinukilkan oleh ayat al-Qur’an. Kemudiannya kita tahu bahwa kejadian itu sangat strategic bagi masa depan agama Islam yang perlu mendapat keteguhan langsung dari firman-Nya itu. Mari kita simak ayat 2 dari surat ar-Rūm ini sebagai berikut:

Gholibatir Rūm
Telah dikalahkan bangsa Romawi,

Di daerah atau tempat manakah bangsa Romawi ditaklukkan oleh bangsa Persia? Hal ini diterangkan lagi pada ayat 3 berikutnya dalam surat yang sama, pangkal ayatnya berbunyi:

Fī adnal ardhi,
di negeri yang terdekat,

Yang dekat dari Makah itu adalah sebelah baratnya adalah Palestina sebelah timurnya adalah Syria. 1 Kedua daerah itu selama ini menjadi jajahan Byzantium (Romawi Timur). Kekalahan bangsa Romawi sangat meremukkan hati perasaan bangsa Romawi. Sebab Kayu Palang Pusaka tempat menyalib Nabi Isa as menurut kepercayaan mereka, telah pula menjadi rampasan perang yang kini menjadi milik bangsa Persia. Tetapi ujung ayat ini memberi obat penghilang duka cita yang dialami serta memberikan kepercayaan teguh akan kemenangan bangsa Romawi kepada kaum muslimin Makah.

Wa hum mim ba’di ghalabihim sayagh-libūn
Dan mereka (bangsa Romawi) sesudah dikalahkan, akan menang.

   Bila mereka akan menang? Pertanyaan ini mendasar sekali, karena rasa cemas kamum Muslimin yang belum berdaya itu ingin kepastian waktu dari Tuhan Rabbul ‘Alamin. Sebentar lagi, besok atau seratus tahun lagi, yang terlalu lama. Isi hati kaum Muslimin yang masih berada di bawah sadar itu sudah diketahui Allah swt. 2  Kepastian waktu itu kemudian diberitahukan Allah seperti pangkal ayat 4 surat ar-Rūm ini:

Fī bidh’i sinīna
Dalam beberapa tahun (lagi) 3

   Apakah memang benar demikian? Kebenaran perkiraan waktu itu disangsikan (memang pantas disangsikan), karena belum kejadian. Terutama kaum Musyrikin Makah tidak mempercayai sama sekali. Kecuali dalam hal ini Abu Bakar ra sangat percaya bahwa pasti bangsa Romawi (yang telah kalah itu) dalam perang berikutnya akan menang atas bangsa Persia dalam antara 3 dan 9 tahun itu. Ia yakin benar dengan kata-kata Rasul Allah saw itu, karena itu dari wahyu Allah Azza wa Jalla.

   Sikap dan kepercayaan Abu Bakar ra ini dicemoohkan oleh kaum Musyrikin, sampai-sampai kaum Musyrikin Makah mengajak bertaruh Abu Bakar ra sebanyak 100 ekor onta. Hal itu dilakukannya karena mereka yakin betul bahwa bangsa Persia yang Musyrik itu akan berjaya selamanya dan Romawi yang Nashrani tidak bangkit lagi. ©AFM


Bersambung ke: Pelajaran dari Roma (III)


Catatan kaki:
1Kalau disebut Palestina dan Syria dulu kala maksudnya adalah daerah-daerah yang kini  bernama Israel, Palestina, Jordania, Lebanon, Syria dan Irak. Sedang Persia adalah Iran.
2Dia Allah, tiada Tuhan selain Dia. Maha Mengetahui perkara yang ghaib (tersembunyi) dan yang syahādat (terang, nyata). [QS al-Hasyr 59:22]
3Diantara 3 sampai 9 tahun.

Blog Archive