Oleh:
A. Faisal Marzuki
D
|
alam
hidup menuju kesuksesan diperlukan dua butir mutiara genuineness (asli dan paten) panduan kehidupan sebagai pokok atau modal
dasar utama. Yaitu, ada dan tahu jalannya. Berikutnya ada cahaya sebagai penerang menuju ke jalan
untuk sampai kepada kesuksesan itu. Seperti halnya pada poster yang terpampang
yang menyertai tulisan ini. Tataplah itu dalam-dalam dan ikutilah
keterangannya.
Selanjutnya
ikuti urainya sebagai berikut:
Tanpa
tahu jalan yang akan dituju, sesatlah kita. Berartinya, kita tidak akan pernah
dapat mencapai apa yang kita tuju.
Jalan
menuju telah diketahui tapi tak ada cahaya yang meneranginya, yaitu tanpa ada
jejak-jejak petunjuk (clues) atau direction. Sebagaimana halnya sekarang yang umumnya dipakai oleh orang dalam
perjalanan keluar kota yang belum pernah ditempuh sebelumnya sangat perlu,
menggunakan GPS. Disamping perjalanan lebih mudah. Tanpa itu, maka sia-sialah
perjalanannya. Tua di jalan kata orang bijak, habis dijalan saja yang membuat
putus harapan. Sementara itu tempat yang dituju tak kunjung didapat. Menjadi
tambah bingung. Benar-benar menjadi linglung selinglung-linglungnya, tak tahu
lagi apa yang akan diperbuat.
Demikianlah
hidup tanpa ‘Jalan’ dan tanpa ‘Cahaya’. Sia-sia. Terengah-engah sambil menjulurkan lidah yang
bergerak-gerak keatas dan kebawah serta keluar dan kedalam dan hampir-hampir
kehabisan nafas sambil tersengal-sengal tenggorakannya dalam keadaan itu - maaf
layaknya seperti khayawan anjing liar yang berjalan diterik matahari panas
mengetontong tanpa ada tempat berteduh serta bekal air dan makanan, kendatipun
sisa-sisa yang ditinggalkan manusia di tong sampah pun tak ada.
Waktu
berjalan cepat…..
Kenapa kita buang-buang waktu dengan
percuma, padahal ada jalan dan ada cahaya. Yaitu dari manusia-manusia budiman
(shaleh) yang ringan tangan dan berbudi luhur akan bersama-sama dengannya
membantumu melalui ajaran al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai petunjuk jalan dan
cahaya baginya.
Atau
boleh saja - kalau merasa mampu - langsung pelajari ajaran Islam dalam
al-Qur’an, karena al-Qur’an itu sendiri bukan bikinan manusia melainkan wahyu Allah Pencipta Alam
Semesta; Pencipta Manusia; Yang Maha Aziz dan Maha Mengetahui segala
sesuatu.
Namun sebaiknya belajarlah mulai dari dasar (sebagai
pondasinya) terlebih dahulu dengan orang yang kompeten akan hal yang menyangkut
dengan bidangnya. Mulai dari cara membaca al-Qur’an yang benar sampai dengan
cara melakukan dan bacaan dalam shalat
yang menurut atau sesuai yang dilakukan Rasul Allah saw. Berwudhu’ dan arti dari wudhu’. Cara dan
bacaan do’a-do’a. Tarikh Rasul, riwayat para Sahabat, dan riwayat-riwayat Nabi
dan Rasul dalam al-Qur’an.
Selanjutnya
pelajaran Akaid (tauhid, teologi dalam Islam). Semuanya itu disebut dengan
pelajaran mengenal atau ma’rifat: Allah; Rasul; Manusia; Al-Qur’an; dan
Syahadat sebagai pengetahuan dasar yang mesti diketahui dan dihayati dengan
baik bagi setiap kaum muslimin dan muslimat yang akan menjadi benar-benar
mu’minin dan mu’minat yang sejati.
●●●
Diturunkan
Kitab Al-Qur’an ini dari Allah Yang Aziz, yakni Maha Mulia lagi Maha Perkasa
dan Yang Al-‘Alim yakni, Maha Mengetahui segala sesuatu karena Dia Maha
Penciptanya. Sebagaimana halnya seorang chief arsitek bangunan pencakar langit (bertingkat tinggi sekali) yang tahu
seluk beluk terperinci. Seperti sebagai contoh saja betapa perlunya
mempelajarinya mulai dari segala perkabelan (wiring system); tangga darurat dan alarm and
camera system (safety system), ventilation system; pengaturan
suhu udara gedung; pencahayaan; saluran air bersih dan air pembuangan (plumbing system);
pembetulan dan pemeliharaan gedung (maintenance
system) bahkan seni keindahan architectural gedung itu sendiri.
Allah, Dialah Yang Mengampuni Dosa (Ghõ-firidz dzambi)
dan Yang Menerima Tobat (Qõbilit taubi),
Yang Keras (tegas dan pasti serta berat) hukum-Nya; Yang Mempunyai Karunia (pemberian, rezeki, petunjuk, perlindungan dst); Tiada Tuhan yang sebenar-benarnya Tuhan selain Dia (Allah); hanya kepada-Nyalah tempat kembali semua makhluk, tanpa kecuali
manusia juga, mempertanggung-jawab segala perbuatannya.1
●●●
Pentingnya hadist. Hadits atau Al-Hadits,
adalah kumpulan dari perkataan dan perbuatan (perilaku dan cara-cara yang dilakukan
Rasul Allah saw) sebagai dasar untuk mengambil sunahnya Rasul Allah shalalLahu ‘alayhi wassalam yang diketahui
(diingat) para sahabat, tabi-in dan tabi-in tabi-in yang dikumpulkan oleh para
pengumpul hadits seperti Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Baihaqi, dll-nya.
Generasi berikut dari para ahli hadits
mempelajari lagi dan menelitinya dengan
seksama mungkin. Hasilnya dari penelitian mereka para ahli hadits ini
membuat klasifikasi mana yang shahih (benar, tanpa cacat), hasan (baik), dhoif
(lemah), dan palsu. Demikian ketat penyaringannya, karena ini sangat perlu agar
terhindar dari kesalah fatal yang telah terjadi diantara ahlul kitab yang lain,
yakni seperti dalam penentuan tahun dan bulan serta tanggal lahir ‘Isa Al-Masih
yang sulit dikembalikan ke tahun dan bulan yang semestinya. Inipun
tidak pasti juga? Apalagi tentang konsep ketuhanan trinitas, dsb-nya.
Al-Hadits sebagai sumber hukum dan pedoman
kedua setelah Al-Qur’an. Juga sebagai sumber
pijakan moral dan paradigma serta contoh dan panutan serta motifasi bagi
umat Islam generasi berikutnya yang perlu dijaga kemurniannya. Terutama
abad-abad mendatang yang tantangannya cukup berat seperti sekarang ini.
Kebenaran saat ini kadang sebatas tipis rambut dibelah tujuh. Maka untuk itu
kehati-hatian dalam menyikapi suatu masalah dan masalah-masalah lainnya sangat
perlu berpegang teguh kepada kemurnian ajaran Islam yang sebenarnya. Tanpa menjadi membabi buta dan buta sama sekali, melainkan ada yang
dipegang teguh yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dengan itu kita menjadi teguh
sebagai ‘agent of development (amar ma’ruf)
dan ‘agent of change’ (nahi munkar) yang sejati; bijak;
dan simpatik (berakhlak mulia). Dengan itu pula kita menjadi kuat dan tegas
dalam menapaki zaman dari segala zaman. Karena apa? Karena “Kamu adalah
umat yang terbaik yang dilahirkan bagi manusia. (Sebab) ● Menyuruh kepada yang
ma’ruf (mengerjakan kebajikan – ‘agent of development’) ● Mencegah dari yang
berbuat mungkar (mengganti dengan perbuatan yang lebih baik – ‘agent of
change’) ● (Karena) Beriman kepada Allah (dan berdasarkan ajaran Islam). 2
Kita pahami bahwa pemikiran para ahli hadits
ini berpijak dari sumber ayat al-Qur’an bahwa Allah telah berfirman bahwa
Muhammad saw adalah Rasul Allah. 3
Jadi Muhammad saw adalah utusan Allah untuk manusia. Dan manusia, terutama
orang yang telah beriman kepada Allah diperintahkan untuk taat kepada Rasul saw
. 4
Jadi mentaati Rasul Allah Muhammad saw sama
artinya mentaati Allah ‘Azza wa Jalla sebagaimana firman-Nya: ●“Barang siapa yang menaati
Rasul, sesungguhnya ia (umat muslim) telah menaati Allah. Dan barang siapa yang
berpaling (dari ketaatan kepada Rasul), maka Kami tidak mengutusmu (Muhammad)
untuk menjadi pemelihara bagi mereka. 5
Demikianlah Jalan dan Cahaya yang genuineness (asli dan paten) yang ditunjuki
Allah ‘Azza wa Jalla kepada kita, yaitu yang ada di dalam Al-Qur’an dan
Al-Hadits. Untuk itu mari kita pegang teguh dan berjalan dengan petunjuk-Nya
itu. Insya Allah kita akan selamat, berkah, kuat dalam meniti kondisi dan jalan
di melinium ke-3 dari 1/5 abad ke-21 ini serta abad-abad selanjutnya. Amiin, Ya
Rabbul ’alamīn. Wallõhu ‘alam bish shawab. ©AFM
Catatan
kaki:
1[QS Al-Mu’minun 2-3].
2[QS Āli ‘Imrān 3:110].
3[QS Yā Sīn 36:1-6].
4[QS ’Ali Imrān 3:132] dan
[QS An-Nisā’ 4:59].
5[QS An-Nisā’ 4:80]□