Monday, March 16, 2015

Jalan dan Cahaya



Oleh: A. Faisal Marzuki




D

alam hidup menuju kesuksesan diperlukan dua butir mutiara genuineness (asli dan paten) panduan kehidupan sebagai pokok atau modal dasar utama.  Yaitu, ada dan tahu jalannya. Berikutnya ada cahaya sebagai penerang menuju ke jalan untuk sampai kepada kesuksesan itu. Seperti halnya pada poster yang terpampang yang menyertai tulisan ini. Tataplah itu dalam-dalam dan ikutilah keterangannya.

Selanjutnya ikuti urainya sebagai berikut:

   Tanpa tahu jalan yang akan dituju, sesatlah kita. Berartinya, kita tidak akan pernah dapat mencapai apa yang kita tuju.

   Jalan menuju telah diketahui tapi tak ada cahaya yang meneranginya, yaitu tanpa ada jejak-jejak petunjuk (clues) atau direction. Sebagaimana halnya sekarang yang umumnya dipakai oleh orang dalam perjalanan keluar kota yang belum pernah ditempuh sebelumnya sangat perlu, menggunakan GPS. Disamping perjalanan lebih mudah. Tanpa itu, maka sia-sialah perjalanannya. Tua di jalan kata orang bijak, habis dijalan saja yang membuat putus harapan. Sementara itu tempat yang dituju tak kunjung didapat. Menjadi tambah bingung. Benar-benar menjadi linglung selinglung-linglungnya, tak tahu lagi apa yang akan diperbuat.

   Demikianlah hidup tanpa ‘Jalan’ dan tanpa ‘Cahaya’. Sia-sia. Terengah-engah sambil menjulurkan lidah yang bergerak-gerak keatas dan kebawah serta keluar dan kedalam dan hampir-hampir kehabisan nafas sambil tersengal-sengal tenggorakannya dalam keadaan itu - maaf layaknya seperti khayawan anjing liar yang berjalan diterik matahari panas mengetontong tanpa ada tempat berteduh serta bekal air dan makanan, kendatipun sisa-sisa yang ditinggalkan manusia di tong sampah pun tak ada.

Waktu berjalan cepat…..

   Kenapa kita buang-buang waktu dengan percuma, padahal ada jalan dan ada cahaya. Yaitu dari manusia-manusia budiman (shaleh) yang ringan tangan dan berbudi luhur akan bersama-sama dengannya membantumu melalui ajaran al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai petunjuk jalan dan cahaya baginya.

   Atau boleh saja - kalau merasa mampu - langsung pelajari ajaran Islam dalam al-Qur’an, karena al-Qur’an itu sendiri bukan bikinan  manusia melainkan wahyu Allah Pencipta Alam Semesta; Pencipta Manusia; Yang Maha Aziz dan Maha Mengetahui segala sesuatu.


   Namun sebaiknya belajarlah mulai dari dasar (sebagai pondasinya) terlebih dahulu dengan orang yang kompeten akan hal yang menyangkut dengan bidangnya. Mulai dari cara membaca al-Qur’an yang benar sampai dengan cara melakukan dan bacaan  dalam shalat yang menurut atau sesuai yang dilakukan Rasul Allah saw.  Berwudhu’ dan arti dari wudhu’. Cara dan bacaan do’a-do’a. Tarikh Rasul, riwayat para Sahabat, dan riwayat-riwayat Nabi dan Rasul dalam  al-Qur’an.


   Selanjutnya pelajaran Akaid (tauhid, teologi dalam Islam). Semuanya itu disebut dengan pelajaran mengenal atau ma’rifat: Allah; Rasul; Manusia; Al-Qur’an; dan Syahadat sebagai pengetahuan dasar yang mesti diketahui dan dihayati dengan baik bagi setiap kaum muslimin dan muslimat yang akan menjadi benar-benar mu’minin dan mu’minat yang sejati.
●●●
   Diturunkan Kitab Al-Qur’an ini dari Allah Yang Aziz, yakni Maha Mulia lagi Maha Perkasa dan Yang Al-‘Alim yakni, Maha Mengetahui segala sesuatu karena Dia Maha Penciptanya. Sebagaimana halnya seorang chief arsitek bangunan pencakar langit (bertingkat tinggi sekali) yang tahu seluk beluk terperinci. Seperti sebagai contoh saja betapa perlunya mempelajarinya mulai dari segala perkabelan (wiring system); tangga darurat dan alarm and camera system (safety system), ventilation system; pengaturan suhu udara gedung; pencahayaan; saluran air bersih dan air pembuangan (plumbing system);  pembetulan dan pemeliharaan gedung (maintenance system) bahkan seni keindahan architectural gedung itu sendiri.
   Allah, Dialah Yang Mengampuni Dosa (Ghõ-firidz dzambi) dan Yang Menerima Tobat (Qõbilit taubi), Yang Keras (tegas dan pasti serta berat) hukum-Nya; Yang Mempunyai Karunia (pemberian, rezeki, petunjuk, perlindungan dst); Tiada Tuhan yang sebenar-benarnya Tuhan selain Dia (Allah); hanya kepada-Nyalah tempat kembali semua makhluk, tanpa kecuali manusia juga, mempertanggung-jawab segala perbuatannya.1
●●●
   Pentingnya hadist. Hadits atau Al-Hadits, adalah kumpulan dari perkataan dan perbuatan (perilaku dan cara-cara yang dilakukan Rasul Allah saw) sebagai dasar untuk mengambil sunahnya Rasul Allah shalalLahu ‘alayhi wassalam yang diketahui (diingat) para sahabat, tabi-in dan tabi-in tabi-in yang dikumpulkan oleh para pengumpul hadits seperti Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Baihaqi, dll-nya.
    Generasi berikut dari para ahli hadits mempelajari lagi dan menelitinya dengan  seksama mungkin. Hasilnya dari penelitian mereka para ahli hadits ini membuat klasifikasi mana yang shahih (benar, tanpa cacat), hasan (baik), dhoif (lemah), dan palsu. Demikian ketat penyaringannya, karena ini sangat perlu agar terhindar dari kesalah fatal yang telah terjadi diantara ahlul kitab yang lain, yakni seperti dalam penentuan tahun dan bulan serta tanggal lahir ‘Isa Al-Masih yang sulit dikembalikan ke tahun dan bulan yang semestinya. Inipun tidak pasti juga? Apalagi tentang konsep ketuhanan trinitas, dsb-nya.

   Al-Hadits sebagai sumber hukum dan pedoman kedua setelah Al-Qur’an. Juga sebagai sumber  pijakan moral dan paradigma serta contoh dan panutan serta motifasi bagi umat Islam generasi berikutnya yang perlu dijaga kemurniannya. Terutama abad-abad mendatang yang tantangannya cukup berat seperti sekarang ini. Kebenaran saat ini kadang sebatas tipis rambut dibelah tujuh. Maka untuk itu kehati-hatian dalam menyikapi suatu masalah dan masalah-masalah lainnya sangat perlu berpegang teguh kepada kemurnian ajaran Islam yang sebenarnya. Tanpa menjadi membabi buta dan buta sama sekali, melainkan ada yang dipegang teguh yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dengan itu kita menjadi teguh sebagai ‘agent of development (amar ma’ruf) dan ‘agent of change’ (nahi munkar) yang sejati; bijak; dan simpatik (berakhlak mulia). Dengan itu pula kita menjadi kuat dan tegas dalam menapaki zaman dari segala zaman. Karena apa? Karena “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan bagi manusia. (Sebab) ● Menyuruh kepada yang ma’ruf (mengerjakan kebajikan – ‘agent of development’) ● Mencegah dari yang berbuat mungkar (mengganti dengan perbuatan yang lebih baik – ‘agent of change’) ● (Karena) Beriman kepada Allah (dan berdasarkan ajaran Islam). 2 
   Kita pahami bahwa pemikiran para ahli hadits ini berpijak dari sumber ayat al-Qur’an bahwa Allah telah berfirman bahwa Muhammad saw adalah Rasul Allah. 3 Jadi Muhammad saw adalah utusan Allah untuk manusia. Dan manusia, terutama orang yang telah beriman kepada Allah diperintahkan untuk taat kepada Rasul saw . 4
   Jadi mentaati Rasul Allah Muhammad saw sama artinya mentaati Allah ‘Azza wa Jalla sebagaimana firman-Nya: “Barang siapa yang menaati Rasul, sesungguhnya ia (umat muslim) telah menaati Allah. Dan barang siapa yang berpaling (dari ketaatan kepada Rasul), maka Kami tidak mengutusmu (Muhammad) untuk menjadi pemelihara bagi mereka. 5
   Demikianlah Jalan dan Cahaya yang genuineness (asli dan paten) yang ditunjuki Allah ‘Azza wa Jalla kepada kita, yaitu yang ada di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Untuk itu mari kita pegang teguh dan berjalan dengan petunjuk-Nya itu. Insya Allah kita akan selamat, berkah, kuat dalam meniti kondisi dan jalan di melinium ke-3 dari 1/5 abad ke-21 ini serta abad-abad selanjutnya. Amiin, Ya Rabbul ’alamīn. Wallõhu ‘alam bish shawab. ©AFM

Catatan kaki:
1[QS Al-Mu’minun 2-3].
2[QS Āli ‘Imrān 3:110].
3[QS Yā Sīn 36:1-6].
4[QS ’Ali Imrān 3:132] dan [QS An-Nisā’ 4:59].
5[QS An-Nisā’ 4:80]

Blog Archive