Oleh: A. Faisal Marzuki
S
|
urat
al-Ikhlāsh ini merupakan Surat Makkiyyah, yaitu Surat yang diturunkan di
Makkah. Inti dari isi Surat al-Ikhlāsh (Surat ke-112 dalam susunan kitab
al-Qur’an yang banyak ayatnya 4 ayat), menerangkan tentang siapa diri-Nya yang
diberitahukannya kepada Muhammad Shalallahu ‘Alayhi Wassalam. Dengan keterangan
langsung dari Allah Rabbul ‘Alamin ini, terjawablah apa yang telah menjadi
spekulasi besar di abad sebelum kedatangan Nabi saw yaitu Tuhan-Tuhan Patung
sebagai dipertuhankan (disembah) kaum musyrikin Makkah.
Kelihatannya peristiwa turunnya Surat
al-Ikhlāsh ini boleh-boleh saja dianggap remeh sebagaimana halnya agama-agama
yang selain Islam. Dimana tuhan digambarkan bukan saja dalam bentuk Tuhan Patung
Manusia, tapi juga Tuhan Patung Binatang seketika Nabi Musa as didatangkan
kepada kaum Israil yang menyembah Tuhan Sapi. Begitu pula umat Nasrani ketika
konsep Tuhan Trinitas yang digambarkan dalam bentuk (yang di) Patung Manusia
sebagai simbul Anak Allah yang marak diyakinnya mulai pada abad tengah sampai di
zaman modern ini dimana Ilmu Pengetahuan Alam semesta telah berkembang
sedemikian rupa, yaitu potret keadaan bagian-bagian dan (relatif) meyeluruh
alam semesta ini telah dapat dilihat (potretnya) secara mata telanjang. Berikut
ukuran-ukurannya yang sangat sangat sangat amat besarnya (gigantic) yang menegakkan
bulu roma disertai warna-warni yang mengagumkan. Ini baru ciptaan-Nya. Belum
lagi dzat yang sesungguhnya yaitu Allah yang kita belum diberi kesempatan melihatnya,
kecuali di Surga ‘Adn kelak.
Galaksi Bima Sakti
- Dalam Galaksi Bima Sakti terdapat terdapat lk 100 milyar bintang, salah satu diantaranya adalah Tatasurya Matahari dan planet-planit (serta bulan) yang mengelilingi Matahari termasuk Bumi yang kita diami ada disini. Diameter dari tepi ketepi sama dengan 100 ribu tahun cahaya atau sejuta triliyun kilometer (1X1018 Km=1.000.000.000.000.000.000 Km). Sementara ini ditemukan bentuk lempengan galaksi Bima Sakti berlekuk-lekuk (lihat gambar diatas). Ini berarti diperkirakan besar galaksi ini lebih dari yang diduga sebelum. Dengan itu besarnya bertambah antara 50 samai 100 persennya. Jadi diameter galaksi Bima Sakti ini besarnya 1X1036 Km. Banyak bintang-bintangnya 200 (400) milyar bintang. Bagian tengah galaksi berisi lk 80 (160) milyar bintang. Bagian tepinya lk 20 (40) milyard bintang. Sedangkan galaksi-galaksi lainnya di alam semesta raya sepengetahuan manusia kini terdapat milyaran galaksi.
Gedung Meseum
Asmaul Husna
- Gedung Meseum ini terletak disamping Mesjid Nabawi. Dalam gedung ini digambarkan 99 Asmaul Husna diurai satu persatu, jelas dan rinci. Juga di dalam museum ditayangkan peristiwa alam yang terjadi. Apa yg ada dilangit pertama yakni tatasurya dengan planit-planit seperti Bumi dengan Bulannya, Uranus, Neptunus, dsb. Tayangannya luar biasa. Audio visual yang canggih (Hi-Tech). Luar biasa, merinding bulu roma dalam menyaksikannya. Kita manusia hanya sebutir debu sangat halus di alam semesta ini. Kita manusia tidak ada apa-apanya. Itu baru dibandingkan dengan alam semesta ciptaan-Nya yang maha maha maha gigantic. Belum lagi dengan pencipta-Nya, Allahu Akbar. Benar-benar Allah itu Maha Adzim; Maha Aziz; Maha Mutakabbir, luar biasa terasanya baik menurut akal, perasaan, dan detak jantung kita saat menyaksikannya.
Oleh sebab itu Surat al-Ikhlāsh yang di
wahyukan dan diketahui Rasul saw menjadi sangat penting sekali agar pengikut
dikemudian harinya tahu siapa yang disembahnya, kalau tidak diberitahukan
secara ekplisit. Artinya diterangkan secara tegas agar tidak salah sangka atau
ragu-ragu siapa Tuhan yang sebenarnya. Dengan itu jangan sampai pengikut
dikemudiannya menafsirkan (mengarang) sendiri sebagaimana konsep ketuhanan
trinitas dalam ajaran Nasrani. Oleh karena Isa Al-Masih lahir tanpa bapak
sebagaimana yang berlaku pada umumnya dan sesuai dengan logika umum, maka ditafsirkanlah "Isa adalah anak Tuhan" yang kemudiannya Isa itu telah menjadi Tuhan yang
sebenarnya berupa manusia yang mempunyai satu kepala (otak) untuk dapat
mengingat dan berfikir alam semesta dengan segala isinya (?). Mempunyai dua
mata untuk melihat alam jagat raya yang sangat gigantic dalam bentuk lahir dan mampu tahu hal yang ghaib juga (?).
Yang mempunyai hanya dua telinga yang mampu mendengar sekaligus 7 milyar lebih
manusia yang berdo’a dan tak berdo’a kepada-Nya (?) Tuhan (bentuk) Manusia yang
tidak mengantuk dan tidak tidur, yang selalu jaga (?). Dengan demikian itu
dapatkah diterima oleh manusia moderen yang Ilmu Pengetahuan sudah sedemikian
pesatnya berkembang! Jangan-jangan banyaknya gereja yang sepi di datangi oleh
pemeluknya, bahkan di jual seperti yang terjadi di Eropa maupun di Amerika ini, karena
konsep ketuhanannya sudah ‘out of date’?
●●●
T
|
ersebutlah
di dalam beberapa riwayat yang dibawakan oleh ahli tafsir bahwa asal mula surat
al-Ikhlāsh ialah karena pernah orang musyrikin itu meminta kepada Muhammad saw
dengan bertanya: “Shif lanā Rabbaka” yaitu “Coba jelaskan kepada kami apa
macamnya Tuhanmu itu, (karena latar belakang pembentukan pemikiran ketuhanannya,
maka pertanyaannya yang dibangunnya dalam bentuk paham dalam bahan patung Tuhannya
sebagai berikut) emaskah Dia atau tembaga atau loyangkah?”
Menurut
hadits yang dirawikan oleh Turmidzi dan Ubay bin Ka’ab, memang ada orang
musyrikin meminta kepada Nabi supaya diuraikannya nasab (keturunan dan sejarah)
Tuhannya itu. Maka datanglah Surat al-Ikhlāsh yang tegas (eksplisit) ini
tentang Tuhan.
Ayat Kesatu dari Surat al-Ihlas menyatakan:
“Katakanlah”, Wahai UtusanKu! “Dia adalah Allah, Maha Esa.” Inilah pokok
pangkal akidah (teologi Islam). Kata Esa ini adalah puncak dari kepercayaan
tentang ketuhanan. Mengakui yang Esa yang dipertuhankan itu Allah nama-Nya.
Tidak ada Tuhan selain Dia. Dia Maha Esa, mutlak Esa, Satu yang tunggal, tidak
bersekutu yang lain dengan Dia.
Ayat Kedua dari Surat al-Ihlas menyatakan: “Allah
adalah (tempat) pergantungan (dari setiap makhluk yang Dia ciptakan).” Artinya,
bahwa segala sesuatu ini adalah Dia yang menciptakan. Dari sebab itu maka
segala sesuatu itu kepada-Nya-lah bergantung. Ada semuanya itu atas
kehendak-Nya.
Abu
Hurairah menjelaskan: Arti “ash-Shamadu” ialah segala sesuatu memerlukan dan
berkehendak kepada Allah, berlindung kepada-Nya. Sedang Dia tidaklah berlindung
kepada sesuatu jua pun.” Husain bin Fadhal mengartikan: “Dia berbuat apa yang
Dia mau, dan menetapkan apa yang Dia kehendaki.” Meqatil mengartikan: “Yang
Maha Sempurna, yang tidak ada cacat-Nya.
Ayat Ketiga dari Surat al-Ikhlāsh
menyatakan: (Allah) Tidak beranak, dan
tidak pula diperanakkan.” (Allah) Tidak beranak. Mustahil dia beranak. Yang
memerlukan anak hanyalah makhluk bernyawa yang menghendaki keturunan yang akan
melanjutkan hidupnya dari keturunannya. Dengan keturunannya itu berarti
hidupnya akan bersambung.
Oleh
sebab itu maka Allah Subhana wa Ta’ala mustahil memerlukan anak. Sebab Allah
hidup terus, tidak akan pernah mati. Dahulu-Nya tidak pernah berpermulaan.
Akhir-Nya tidak pernah berkesudahan. Tegasnya Dia hidup terus dan Kekal terus.
Dengan itu tidak memerlukan anak yang akan melanjutkan atau menyambung
kekuasaan-Nya sebagaimana seorang raja yang meninggalkan putra mahkota.
Dan Dia, Allah itu, tidak pula diperanakkan.
Tegasnya tidaklah Dia berbapak. Karena kalau Dia berbapak, teranglah bahwa si
anak kemudian lahir ke dunia dari ayahnya, dan kemudian ayahnya pun mati. Si
anak menyambung kuasa.
Sepertihalnya
ajaran Nasrani yang menyatakan bahwa Allah (Tuhan bapak) itu beranak dan anak itu ialah (Nabi) Isa
Al-Masih, yang susunan (logika) kepercayaan, yaitu sama dahulu tidak
berpermulaan dan sama akhir yang tidak berkesudahan di antara sang bapak dengan
sang anak. Dengan itu bersamalah wujud di antara si bapak dengan si anak,
sehingga tidak perlu ada yang bernama bapak dan ada pula yang bernama anak. Dan
kalau anak itu kemudian baru lahir, nyatalah anak itu suatu kekuasaan atau
ketuhanan yang tidak perlu. Kalau diakui (logikanya seperti itu) bagaimana
dengan si bapak kekal dan tidak akan mati (mati-mati), sedang si anak (Tuhan
juga) tiba kemudian? [Bersambung] ©AFM