Di bawah arahan
Al-Idrisi, sebuah peta dibuat pada sebuah papan perak. Al-Idrisi menjelaskan
bahwa bumi itu bulat seperti bola. Perkataan Al-Idrisi berlawanan dengan semua
orang yang percaya bahwa bumi itu datar. Maka ia pun membuat peta bola dunia
(globe) yang terbuat dari perak seberat 400 kilogram.
Membuat peta
D
|
i bawah arahan Al-Idrisi, sebuah peta
dibuat pada sebuah papan perak. Al-Idrisi menjelaskan bahwa bumi itu bulat
seperti bola. Perkataan Al-Idrisi berlawanan dengan semua orang yang percaya
bahwa bumi itu datar. Maka ia pun membuat peta bola dunia (globe) yang terbuat
dari perak seberat 400 kilogram.
Al-Idrisi kemudian membuat garis yang menandai batas dari tujuh iklim dunia, timur dan barat dan dibatasi oleh lintang dari Kutub Utara hingga Khatulistiwa. Al-Idrisi mencatat dari Atlantik di Barat dan ke Cina di Timur 180 hingga 360 derajat bujur dunia. Setelah sketsa kasar selesai dibuat oleh Al-Idrisi, para perajin perak memindahkan garis-garis besar negara, lautan, sungai, jurang, semenanjung dan pulau-pulau ke papan perak.
Selain membuat peta, Al-Idrisi mempersiapkan untuk Roger II sebuah buku petunjuk peta yang berisi informasi yang dikumpulkan dari bukunya terdahulu yang berjudul Nuzhat A-Musytaq fi Ikhtiraq A-Afaq (Hiburan untuk Manusia yang Rindu Mengembara ke Tempat-Tempat Jauh) yang berisi peta-peta yang sangat rinci mengenai Eropa, Afrika dan Asia. Buku tersebut dinamakan Al-Kitab Al-Rujari (Buku Roger) yang berisi 71 peta bagian, sebuah peta dunia, peta iklim, dan penjelasan beberapa kota.
Keunggulan peta Al-Idrisi
Keunggulan
peta Al-Idrisi dibandingkan peta dunia Eropa abad pertengahan adalah
informatif. Peta Al Idrisi menggambarkan peta dari tujuh benua dan tujuh
samudera. Peta tersebut dilengkapi pula dengan informasi
seperti rute-rute perdagangan, nama-nama danau, sungai, kota-kota besar,
lautan, daratan, dan gunung disertai dengan data-data jarak, dan tinggi suatu
tempat jika diperlukan.
Selain itu, Buku Roger secara sistematis menggambarkan dunia dari barat ke
timur dan dari selatan ke utara yang tergambar dalam peta Al-Idrisi. Setiap
bagian buku dibuka dengan gambaran umum wilayah, daftar kota-kota utama,
laporan lengkap dari setiap kota, dan jarak antar kota. Seperti dari kota Fez, Maroko menuju
kota Ceuta (kota semenanjung, sebelah utara Maroko), Selat Gibraltar di utara membutuhkan waktu tujuh hari, atau dari Fez menuju
Tlemcen (kota sebelah utara Al-Jazair) ditempuh sembilan hari, dan seterusnya. Al-Idrisi juga menggambarkan kota yang
hilang dari Ghana (dekat Timbuktu, di Niger) sebagai kota yang paling besar,
paling padat dihuni, dan pusat perdagangan terbesar negara-negara berkulit hitam.
Al-Idrisi memberikan penjelasan rinci tentang Spanyol. Dia memuji kota Toledo,
Spanyol al-Andalus, dengan situs yang dipertahankan, dinding halus dan dibentengi benteng. “Taman-taman
Toledo yang dicampur dengan kanal mengairi kebun buah dan menghasilkan buah
dengan kuantitas luar biasa. Keindahan yang tak terkatakan,” tulis Al-Idrisi.
Al-Idrisi
juga menyebut kota beserta keterangannya. Seperti kota Hastings, Inggris disebutkan
sebagai kota yang cukup besar, padat penduduknya, dengan banyak bangunan,
pasar, banyak industri dan perdagangan. Dover di sebelah timur adalah sebuah
kota yang tidak jauh dari sungai London; London disebut sebagai kota
pedalaman; Chartres sebuah pasar pertanian; Meaux merupakan pusat negeri
Perancis; dan Roma yang disebut sebagai kota yang memiliki keindahan oriental
dengan 1.200 gereja, dan jalan yang diaspal dengan marmer biru dan putih.
Pasca meninggalnya Roger II, Al-Idrisi melanjutkan untuk menulis sebuah karya geografi untuk William I, putra Roger II. Namun, pada tahun 1160, terjadi pemberontakan di Sisilia (pulau, sekarang bagian dari Italia) melawan William I. Mereka menjarah istana, membakar catatan pemerintah, buku, dan dokumen termasuk edisi latin baru dari buku Roger II yang rencananya akan Al-Idrisi sajikan kepada William.
Karena pemberontakan tersebut Al-Idrisi melarikan diri ke Afrika Utara. Di sana ia menetap selama enam tahun dan kemudian meninggal. Teks Arab dari Buku Roger diterbitkan di Roma oleh pers Medici pada tahun 1592 dan tidak lagi tersedia untuk Eropa dalam bahasa Latin sampai abad ke-17.
Pasca meninggalnya Roger II, Al-Idrisi melanjutkan untuk menulis sebuah karya geografi untuk William I, putra Roger II. Namun, pada tahun 1160, terjadi pemberontakan di Sisilia (pulau, sekarang bagian dari Italia) melawan William I. Mereka menjarah istana, membakar catatan pemerintah, buku, dan dokumen termasuk edisi latin baru dari buku Roger II yang rencananya akan Al-Idrisi sajikan kepada William.
Karena pemberontakan tersebut Al-Idrisi melarikan diri ke Afrika Utara. Di sana ia menetap selama enam tahun dan kemudian meninggal. Teks Arab dari Buku Roger diterbitkan di Roma oleh pers Medici pada tahun 1592 dan tidak lagi tersedia untuk Eropa dalam bahasa Latin sampai abad ke-17.
Karya-karya Lainnya.
Karya teks geografi Al-Idrisi, Nuzhatul Mushtaq, juga sering dikutip
oleh para pendukung teori hubungan Andalusia-Amerika pra-Columbus. Bukunya yang
lain, Rawdh An-Nas wa Nuzhat An-Nafs (Kesenangan Manusia dan Kegembiraan
Jiwa) berisi rincian-rincian yang sangat akurat mengenai Nigeria, Timbuktu,
Sudan, dan hulu sungai Nil.
Selain itu, Al-Idrisi juga menulis beberapa buku yang membahas tanaman obat dan
zoology. Bukunya yang paling terkenal di bidang ini adalah Kitab Al-Jami’ li
Shifat Asytat An-Nabatat. Al-Idrisi menginspirasi pakar geografi Islam
lainnya seperti Ibnu Batutah, Ibnu Khaldun, Piri Reis dan Barbary Corsairs.
Petanya juga menginspirasi Christopher Columbus dan Vasco Da Gama untuk menjelajahi dunia.
Dia juga membuat representasi dunia
pada sebuah piringan. Seperti pakar geografi Muslim lain sebelumnya, al-Idrisi
mengunjungi banyak tempat yang jauh, termasuk Eropa. Tujuannya, untuk
mengumpulkan data geografis. Para ahli geografi Muslim telah membuat pengukuran
akurat permukaan bumi dan beberapa peta dari seluruh dunia. Al-Idrisi
menggabungkan pengetahuan yang tersedia dengan temuannya sendiri untuk
menciptakan informasi yang komprehensif dari semua bagian dunia. Seiring dengan
kepopulerannya yang menyebar, dia mendapatkan perhatian dari para navigator
laut Eropa dan perencana militer, tidak terkecuali Roger II, Raja Norman
penguasa Sisilia.
Sang raja memintanya untuk membuat peta
dunia teranyar. Figur dan karya al-Idrisi lebih dikenal di dunia Barat dibandingkan
ahli geografi Muslim lain karena kapal dan navigator dari Laut Utara, Atlantik,
dan Mediterania kerap singgah di Sisilia yang berada di bawah kekuasaan Muslim
sebelum Raja Roger. Karya-karya pemikir Muslim tersedia secara bebas dan menyebar
ke Eropa melalui bahasa Latin sebagai bahasa ilmu di Eropa (Barat). Buku al-
Idrisi Nuzhat al-Mushtaqfi Ikhtiraq
al-Afaq merupakan sebuah ensiklopedia geografis yang berisi peta rinci dan
informasi negara-negara di Eropa, Afrika, dan Asia. Dia kemudian menyusun
sebuah ensiklopedia yang lebih komprehensif berjudul Rawd-Unnas wa-Nuzhat al-
Nafs. Pengetahuan al-Idrisi tentang Nigeria yang berada di atas Timbuktu,
Sudan, dan perairan Nil sangat luar biasa karena keakuratannya.
Beberapa bukunya diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin. Bukunya tentang geografi sangat populer selama beberapa abad.
Salah satu terjemahan yang di terbitkan pada 1619 M di Roma adalah sebuah edisi
singkat dan penerjemahnya tidak mencantumkan nama al-Idrisi. Meski Eropa
memerlukan tiga abad untuk memanfaatkan bola dunia dan peta dunia milik
al-Idrisi, Christopher Columbus dan Vasco Da Gama sesungguhnya menggunakan peta
karya al-Idrisi itu. Karya al-Idrisi juga menginspirasi ilmuwan Muslim lainnya,
seperti Ibn Battuta, Ibn Khaldun, dan Piri Reis. Pemilik nama lengkap Abu Abd Allah
Muhammad al-Idrisi al-Qurtubi al-Hasani al-Sabti itu juga membuat kontribusi
besar dalam ilmu tanaman obat. Ia begitu intens mengkaji ilmu pengobatan dengan
tumbuh-tumbuhan.
Dia menulis sejumlah buku. Karya nya
yang paling populer berjudul Kitab
al-Jami li Sifat Ashtat al-Nabata. Dalam buku itu, al-Idrisi mengulas dan
menggabungkan semua literatur dari berbagai topik tentang botani yang khusus
meng kaji pengobatan tumbuh-tumbuhan. Al-Idrisi pun mulai mengelompokkan
nama-nama tanaman obat dalam beberapa bahasa, termasuk Berber, Suriah, Persia,
India, Yunani, dan Latin.
Buku-buku yang ditulisnya begitu
berpengaruh bagi para sarjana dan ilmuwan di Eropa. Sisilia, tempat al-Idrisi
mendedikasikan diri untuk pengembangan ilmu pengetahuan, diyakini sebagai
gerbang transfer ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasai Islam kepada
peradaban Barat.
Masa-masa awal hidupnya ia habiskan
dengan melakukan perjalanan ke seluruh Afrika Utara dan Andalusia. Dia
meninggal sekitar 1166 M di Sisilia. Dalam perjalanannya itu, ia sekaligus
mengumpulkan berbagai informasi. Perjalanannya membawanya ke berbagai belahan
Eropa, termasuk Portugal, Pyrenees, pantai Atlantik Prancis, Hungaria, dan
Jorvik atau yang sekarang dikenal dengan York di Inggris.
Sejarawan SP Scott memuji karya
geografi Al-Idrisi sebagai sebuah era baru dalam sejarah pengetahuan. Informasi
historis karya-karya Al-Idrisi sangat menarik dan berharga, meskipun deskripsi
karyanya terhadap banyak tempat di bumi masih otoritatif. Selama tiga abad,
para pakar geografi menyalin peta Al-Idrisi tanpa perubahan. Posisi relatif
danau yang membentuk sungai Nil, seperti yang digambarkan Baker dan Stanley dalam karyanya, tidak
banyak berbeda dari yang dibuat Al-Idrisi lebih dari 700 tahun yang lalu, [lihat Gambar 3]. □ AFM
Kembali ke: Al-IdrisiPencipta Peta Dunia 1
Bahan Bacaan:
●
Wikipedia
● Republika ● Sumber-sumber lainnya