Diantara buku-buku beliau, yang paling popular ialah aljabar (al-Jabr wa al-Muqabalah). Dengan itu masyarakat Islam
telah melahirkan seorang al-Khwarizmi, penemu Aljabar terbesar dalam sejarah dunia. Aplikasi dari konsep aljabar telah demikian bergunanya bagi pengembangan teknologi, dan aljabar dikenal pula dengan nama lainnya seperti matematik algoritma yang diberikan oleh orang Barat. Tentunya hal ini tidak lain bertujuan untuk
mengenang jasa-jasa beliau yang telah dirasakan manfaatnya bagi
bangsa Eropa, dan bahkan Dunia.
B
|
uku Shūrat
al-Ardh ketika menulisnya, al-Khawarizmi
bergantung pada geografi versi Bethlumus dengan
beberapa perluasan dan penambahan. Lebih khususnya mengenai peta. Sinopsis buku
ini dicetak untuk pertama kalinya pada tahun 1926 M dan diterjemahkan ke dalam
bahasa Jerman pada tahun 1932 M.
4) Buku Taqwīm
al-Buldān adalah buku lainnya dalam bidang geografi. Dalam
penulisan buku ini, menjelaskan pendapat-pendapat Bethlumus dengan sangat
detail. Dalam penulisan bukunya ini, al-Khwarizmi ia berpijak pada buku
sebelumnya, yakni Buku Shūrat al-Ardh. Dengan bukunya
kali ini, al-Khwarizmi dianggap sebagai pembaharu terhadap teori-teori
Bethlumus. Salah seorang pakar sejarah asal Eropa pernah berkomentar tentang
buku ini, “Buku Taqwīm al-Buldān tidak bisa hanya
dianggap hanya mengekor pada teori-teori Yunani kuno saja, tetapi ia juga
merupakan kajian baru yang independen dalam bidang geografi dan tidak kalah
pentingnya dengan kajian ataupun penulis Eropa lainnya yang mengarang geografi
pada masa itu.”
Berkenaan dengan ini, perlu diingat bahwa
penelitian-penelitian yang dilakukan oleh sejumlah peneliti mengisyaratkan
bahwa al-Khwarizmi
termasuk salah seorang yang ditugaskan oleh Khalifah al-Ma’mun untuk mengukur derajat kebulatan bumi. Al-Khwarizmi telah melakukan
hitungan-hitungannya dan mendapat kesimpulan bahwa garis tengah maksimal bumi
mencapai 40.248 km lebih banyak 178 km (+0,44%)dari ukuran yang kita kenal sekarang yang hanya mencapai
40.070 km dengan dibandingkan hasil perkiraan Bethumulus yang mencapai 38.340 km
atau kurang 1.730 km (-4,32%) dari ukuran sekarang. Hasil hitungan ini memuktikan betapa jelinya hitungan
al-Khwarizmi dan kepandaiannya dalam memantau besaran bumi, serta kedekatnnya
dengan kenyataan yang sebenarnya dibandingkan tokoh-tokoh sebelumnya.
Karya-karya Buku Lainnya
Kitab
Astronomi. Kampus Corpus Christi MS 283. Buku Zīj al-Sindhind (زيج “tabel
astronomi”) adalah karya yang terdiri dari 37 simbol pada kalkulasi kalender
astronomi dan 116 tabel dengan kalenderial, astronomial dan data astrologial
sebaik data yang diakui sekarang.
Versi aslinya dalam Bahasa Arab (ditulis 820) hilang, tapi versi lain oleh astronomer Spanyol Maslama al-Majrīṭī (1000) tetap bertahan dalam bahasa Latin, yang diterjemahkan oleh Adelard of Bath (26 Januari 1126). Empat manuskrip lainnya dalam bahasa Latin tetap ada di Bibliothèque publique (Chartres), the Bibliothèque Mazarine (Paris), the Bibliotheca Nacional (Madrid) dan the Bodleian Library (Oxford).
Kitab Kalender Yahudi. Al-Khawārizmī juga menulis tentang Penanggalan Yahudi (Risāla fi istikhrāj taʾrīkh al-yahūd "Petunjuk Penanggalan Yahudi"). Yang menerangkan 19-tahun siklus interkalasi, hukum yang mengatur pada hari apa dari suatu minggu bulan Tishrī dimulai; memperhitungkan interval antara Era Yahudi (penciptaan Adam) dan era Seleucid ; dan memberikan hukum tentang bujur matahari dan bulan menggunakan Kalender Yahudi. Sama dengan yang ditemukan oleh al-Bīrūnī dan Maimonides.
Beberapa manuskrip Arab di Berlin, Istanbul, Tashkent, Kairo dan Paris berisi pendekatan material yang berkemungkinan berasal dari al-Khawarizmī. Manuskrip di Istanbul berisi tentang “sundial” (alat yang memperlihatkan hari dalam waktu berdasarkan posisi matahari, yang disebut dalam al-Fihirst. Karya lain, seperti determinasi arah kiblat ke Makkah adalah salah satu “astronomi sferik”.
Dua
karya berisi tentang (mengenal keadaan hari) pagi (Ma’rifat sa’at
al-mashriq fī kull balad) dan determinasi dari ketinggian (langit) azimut (Ma’rifat al-samt min qibal al-irtifā’).
Beliau
juga menulis 2 buku tentang penggunaan dan perakitan “astrolabe” yaitu alat untuk menghitung yang hasilnya memperlihatkan posisi setempat seperti waktu, arah kiblat,
dan posisi kapal dalam pelayaran dengan berdasarkan kepada posisi matahari atau bintang di langit). Ibnu al-Nadim dalam Kitab al-Fihrist (sebuah indeks dari bahasa Arab) juga menyebutkan Kitāb ar-Ruḵāma(t) (buku
sundial) dan Kitab al-Tarikh (buku
sejarah) tapi 2 yang terakhir disebut telah hilang.
Revolusi
Science Al-Khwarizmi
UNESCO
[1] menyebutkan bahwa Dunia Eropa
(Barat) dari dulu sampai dengan sekarang sepertinya mengklaim
bahwa Gudang Ilmu Pengetahuan berasal dari kawasan Eropa
(Barat), padahal sejatinya asal Gudang Ilmu Pengetahuan berasal
dari kawasan Timur Tengah yaitu Mesopotamia yang menjadi peradaban tertua di
dunia. Dan sumbangan pertama kepada matematika dan astronomi yang diberikan
oleh orang-orang Arab adalah pemperkenalkan mereka atas sistem bilangan untuk menggantikan penghitungan
dengan menggunakan alfabet, yang umum dilakukan waktu itu
di Eropa yang disebut angka Romawi [2]. Dan mereka itu sendiri mempelajari ilmu tersebut dari India dan
mengadopsinya, India itu sendiri memiliki beberapa bentuk angka, dan
orang-orang Arab lebih memilih dua macam, yang pertama dikenal dengan sebutan
“angka India” yang digunakan hampir di semua negeri-negeri Arab
belahan timur (۳ ,۲ ,۱ s/d ۹ dan • (nol), yang kedua dikenal dengan nama “angka” Ghubariya
atau angka-angka debu (1,2,3,4,5 dan seterusnya), angka-angka ini disebut
”angka debu” karena berasal dari debu yang dipercikan orang-orang India ke atas
papan kayu sebelum mereka menuliskan angka-angka padanya. Angka Ghubariya (orang Eropa menyebutnya sebagai Arabic Number) ini populer digunakan negeri-negeri Arab belahan barat, dan umumnya di Dunia.
Sistem angka itu
sendiri mulai diperkenalkan ke Arab oleh sarjana India bernama Sinhid. Sistem
nomor ini telah memainkan peranan yang begitu besar dalam bidang matematik.
Tanpa sistem nomor dan angka adalah amat sukar bagi manusia untuk menentukan
kuantiti yang difikirkan atau yang diperlukan untuk penjumlahan. Dalam al-Quran
banyak ayat-ayat yang menyebut tentang bilangan angka seperti dalam surah
an-Nisā’ ayat-ayat 11 dan 12 membicarakan tentang waris, yang
artinya:
Allah mensyari’atkan bagimu
tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak
lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu
semuanya perempuan lebih dari dua, Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang
ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo
harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta
yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang
meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka
ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara,
Maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah
dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang)
orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang
lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
dan bagimu (suami-suami)
seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak
mempunyai anak. jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, Maka kamu mendapat
seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka
buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat
harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. jika kamu mempunyai
anak, Maka Para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan
sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar
hutang-hutangmu. jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang
tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang
saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja),
Maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. tetapi
jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, Maka mereka bersekutu dalam
yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah
dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris). (Allah
menetapkan yang demikian itu sebagai) syari’at yang benar-benar dari Allah, dan
Allah Maha mengetahui lagi Maha Penyantun. [QS An-Nisā’ 4:11-12]
Ayat tersebut
dengan sangat jelas menyebutkan hal-hal yang berkaitan dengan bilangan yang
tidak akan lepas dari ranah matematika diantaranya tentang nisf (1/2), rubu
(1/4), thuluth (1/3), sudus (1/6) dan thumun (1/8).
Diantara buku-buku beliau seperti yang tersebut diatas, yang paling popular ialah al-Jabr wa al-Muqabalah. Dengan itu masyarakat Islam
telah melahirkan seorang al-Khwarizmi, penemu Aljabar terbesar dalam sejarah dunia. Aplikasi dari konsep aljabar telah demikian bergunanya bagi pengembangan teknologi, dan aljabar dikenal pula dengan nama lainnya seperti matematik algoritma yang diberikan oleh orang Barat. Tentunya hal ini tidak lain bertujuan untuk
mengenang jasa-jasa beliau yang telah dirasakan manfaatnya bagi
bangsa Eropa, dan bahkan Dunia. □ AFM
Kembali ke: Al-Khwarizmi
Bapak Aljabar 1
Catatan
Kaki:
[1]
UNESCO (baca yu’ neskou) kepanjangannya adalah (The) United Nations
Educational, Scientific and Cultural Organization. Adalah badan dari
Perserikatan Bangsa-bangsa yang bergerak dibidang Pendidikan, Ilmu Pengetahuan
dan Kebudayaan.
[2]
Angka Romawi adalah angka berdasarkan dari huruf alphabet Latin yaitu dari
huruf I, V, X, L, C, D dan M. Tidak ada angka 0 (nol). Nilainya bila dikonversi
ke ‘angka Arab’ (menurut literatur Barat dalam bahasa Inggris disebutkan Arabic
number) sebagai berikut ini, I = 1, II = 2, III = 3, IV = 4, V = 5, X = 10, L =
50, C = 100, D = 500, M = 1000.
Sumber:
www.asraraspia.web.id
lostislamichistory □□□