Wednesday, January 13, 2016

Benarkah 1 Januari Tahun Baru?




Kata Pengantar

Kalender Masehi (M) atau Anno Domini (AD) dalam bahasa Latin adalah sebutan untuk penanggalan atau penomoran tahun yang digunakan pada kalender Julian dan Gregorian. Era kalender ini didasarkan pada tahun tradisional yang dihitung sejak kelahiran Yesus dari Nazaret. Masehi atau tulisannya disingkat menjadi M dihitung sejak hari tersebut, sedangkan sebelum itu disebut "Sebelum Masehi" atau tulisannya disingkat menjadi SM. Perhitungan tanggal dan bulan pada Kalender Julian disempurnakan pada tahun 1582 menjadi kalender Gregorian. Penanggalan ini kemudian digunakan secara luas di dunia sampai saat ini untuk mempermudah komunikasi.
Kata Masehi (disingkat M) dan Sebelum Masehi (disingkat SM) berasal dari bahasa Arab Al-Masih - المسيح, yang berarti “yang membasuh,” “mengusap” atau “membelai.” Kata ini dalam terjemahan Alkitab bahasa Arab dipakai untuk istilah bahasa Ibrani “Mesiah” atau “Mesias” yang artinya “Yang diurapi”.
Dalam bahasa Latin penanggalan ini disebut “Anno Domini” (disingkat AD) yang berarti “Tahun Tuhan” yaitu tahun Tuhan Kristus ada atau lahir di dunia. Tahun inilah yang dipakai luas di dunia. Pada zaman modern muncul istilah Common Era yang disingkat "CE" (secara harfiah berarti "Era Umum"), sedangkan waktu sebelum tahun 1 dipakai Before Common Era yang disingkat "BCE" (Sebelum Era Umum). Atau istilah "Before Christ" yang disingkat BC, artinya sebelum kelahiran Kristus.
 Setelah abad-abad Pertengahan berlalu, pada tahun 1582 M Kalender Julian diganti dengan Kalender Gregorian. Dinamakan Gregorian karena Dekrit rekomendasinya dikeluarkan oleh Paus Gregorius XIII. Dekrit ini  disahkan pada tanggal 24 Februari 1582 M. Isinya antara lain tentang koreksi daur tahun kabisat dan pengurangan 10 hari dari kalender Julian. Sehingga setelah tanggal 4 Oktober 1582 M Kalender Julian, esoknya adalah tanggal 15 Oktober 1582 M Kalender Gregorian. Tanggal 5 hingga 14 Oktober 1582 M tidak pernah ada dalam sejarah Kalender Gregorian. Sejak saat itu, titik balik Matahari bisa kembali ditandai dengan tanggal 21 Maret tiap tahun, dan tabel bulan purnama yang baru disahkan untuk menentukan perayaan Paskah di seluruh dunia.
Pada mulanya kaum Protestant tidak menyetujui reformasi Gregorian ini. Baru pada abad berikutnya kalender itu diikuti. Dalam tubuh Katolik sendiri, kalangan gereja Ortodox juga bersikeras untuk tetap mengikuti Kalender Julian sehingga perayaan Natal dan Tahun Baru mereka berbeda dengan gereja Katolik Roma.
Pada tahun 1582 M Paus Gregorius XIII juga mengubah Perayaan Tahun Baru Umat Kristen dari tanggal 25 Maret menjadi 1 Januari. Hingga kini, Umat Kristen di seluruh dunia merayakan Tahun Baru mereka pada tanggal 1 Januari. Penanggalan yang ada sekarang ini adalah penanggalan yang dihitung berdasarkan peredaran Bumi terhadap Matahari yang dihitung oleh bangsa Romawi. Oleh karena bangsa Romawi telah menjadikan agama Kristen sebagai agama negara, maka mulai tahunnya diambil dari tahun lahirnya Kristus yang disebut oleh bangsa Romawi Tahun Masehi (Anno Domini, Tahun Tuhan). Kalender ini disebutkan sebagai kalender berdasarkan penanggalan musim. □ AFM



D
alam bertahun baru menurut penanggalan musim - Solar Year atau tanggalan Matahari, yang umumnya disebut tahun Masehi, mereka tidak memiliki dasar valid yang sebenarnya. Jika penanggalan itu benar-benar cocok dengan pergantian musim yang menjadi dasar penyusunannya, maka permulaan tahun atau tahun barunya bukanlah pada 1 Januari, tetapi 23 Desember yaitu tanggal permulaan Matahari tampak bergerak dari “Tropic of Capricorn” di Bumi belahan selatan ke arah “Tropic of Cancer” di Bumi belahan utara, lihat Gambar-1.


 


Jika orang melihat Matahari condong ke utara atau ke selatan sewaktu terbit dan terbenamnya Matahari, maka itu hanyalah tersebab gerakan zigzag dari Bumi - (karena posisi poros Bumi miring lihat Gambar-2) ketika berkitar mengelilingi Matahari. Kejadian yang dilihat ialah sebagai berikut:
Pada tanggal 21 Maret, Matahari tepat berada di atas garis ekuator sambil bergerak ke arah utara. Dan tanggal 21 Juni, Matahari mencapai titik 23 1/2 derajat dari ekuator. Titik pada garis keliling yang dinamakan dengan Tropic of Cancer, lihat Gambar-3. Ketika itu berlaku siang terpanjang di Bumi belahan utara, sebaliknya malam terpanjang di Bumi belahan selatan. Dari tanggal 21 Juni Matahari mulai bergerak kembali ke arah ekuator dan tepat berada di atas garis ekuator pada tanggal 21 September.



Pada tanggal 22 September Matahari terus bergerak dari garis ekuator ke arah selatan dan sampai di garis yang dinamakan Tropic of Capricorn yaitu pada titik 23 1/2 derajat dari ekuator keliling Bumi. Ketika itu tercatat tanggal 22 Desember waktu mana berlaku siang terpanjang di Bumi belahan selatan dan malam terpanjang di Bumi belahan utara. Selanjutnya Matahari bergerak kembali ke arah ekuator Bumi dan sampai pada tanggal 20 Maret untuk pergantian musim selanjutnya.
Penanggalan yang benar adalah penanggalan Lunar Year atau Qamariah sesuai dengan petunjuk dan keridhaan Allah Yang Rahman dan Yang Rahim. Tahun Baru di mulai dari 1 Muharam.
Dalam Al-Qur’an, tahun penanggalan yang berhubungan dengan orbit Bulan keliling Bumi dan orbit Bumi keliling Matahari dinamakan dengan Sanah yang kini disebut  tahun Qamariah, sementara yang berhubungan dengan musim dinamakan dengan ‘Ām yang kini disebut tahun Syamsiah atau sistim Solar Year.
Tahun Qamariah atau Lunar Year yang menjadi dasar penanggalan Hijriah adalah tahun yang panjang waktunya tidak pernah berkurang. Ini dapat difahami jika orang sudi memperhatikan sejarah dan keadaannya:
1. Orbit Bumi keliling Matahari bukanlah berupa lingkaran bundar karena lingkaran begini akan menggambarkan jarak Bumi dari Matahari selalu sama sepanjang tahun, tidak demikian. Dalam pengukuran dengan sistem parallax menyatakan, ada kalanya Bumi sejauh 90 juta mil dari Matahari dan ada kalanya sejarak 94 juta mil. Sekiranya orbit bundar itu terlaksana, maka Bumi akan kekurangan daya layang keliling Matahari, dan aktifitas Sunspot - bintik hitam  di permukaan Matahari tetap stabil, bersamaan, padahal perubahan aktifitas Sunspot itu selalu ada karena ditimbulkan oleh tarikan Matahari pada planet-planet yang kadang-kadang mendekat dan kadang-kadang menjauh.
2. Orbit Bumi keliling Matahari bukan pula berupa lingkaran elips atau lonjong karena lingkaran begini akan membentuk dua titik perihelion dan dua titik aphelion orbit. Jika ini memang berlaku maka susunan Tata-Surya (Tata-Matahari) akan kacau balau dengan akibat yang susah diramalkan. Dan dengan pemikiran logis, orbit demikian dapat dikatakan tidak mungkin terjadi dalam tarik-menariknya Matahari dengan Bumi, karena setiap kali Bumi berada pada titik perihelion orbitnya, dia harus tertarik untuk membelokkan arah layangnya ke kiri beberapa derajat mendekati Matahari yang dikitari.

3. Orbit berbentuk lingkaran oval adalah satu-satunya yang dilakukan Bumi, memiliki satu perihelion yaitu titik di mana Bumi paling dekat pada Matahari sembari melayang cepat, dan satu titik aphelion yaitu titik terjauh dari Matahari waktu mana Bumi melayang lambat, lihat Gambar-4. Dengan orbit oval begini terwujudlah daya layang berkelanjutan menurut ketentuan Allah Yang Maha Kuasa, begitu pun jarak relatif antara 90 juta mil, dan aktifitas Sunspots - bintik hitam di permukaan Matahari, lihat Gambar-5, yang berubah sepanjang tahun untuk mewujudkan perubahan cuaca di muka Bumi.


Keadaan orbit planet demikian dinyatakan Allah Yang Maha Kuasa dengan istilah “Sidrah” (Sidrat al-Muntahā) [1] pada surat ke-53 (An-Najm) ayat 14 dan ayat 16. Arti Sidrah yaitu Teratai (pohon Teratai) - bunganya dan daunnya mengambang di atas permukaan air sementara uratnya terhunjam di tanah. Di waktu pasang naik, bunga dan daun Teratai itu ikut naik, dan ketika pasang surut dia pun ikut turun. Demikian pula Bumi bergerak keliling Matahari dalam orbit oval yang kemudian dipakai orang pada roda dengan sistem piston (dalam mesin) untuk penambah daya dorong pada mesin bertenaga besar.
Lingkaran oval berbentuk telur di mana ada bujur besar dengan titik aphelion, dan bujur kecil dengan titik perihelion. Sewaktu Bumi berada pada titik perihelion ini, tarik-menariknya sangat kuat dengan Matahari hingga ketika itu gelombang laut tampak lebih besar daripada biasanya, dan mulailah penanggalan Muharram selaku bulan pertama Lunar Year. Karena keadaan Bumi serius sekali, melayang cepat dan paling dekat dari Matahari, lalu dinyatakan Muharram selaku bulan terlarang yaitu Syahrul Harām yang sering pula diartikan dengan “Bulan Mulia.”
Kemudian itu Bumi mulai melayang lambat dan paling lambat sewaktu berada di titik aphelion yaitu bulan ketujuh, maka bulan Rajab itu pun dinamakan bulan terlarang karena Bumi ketika itu paling jauh dari Surya dalam keadaan serius. Pada tanggal 27 bulan itu dulunya Muhammad dimi’rajkan ALLAH dari Bumi ke planet Muntaha (Sidrat al-Muntahā).
Setelah itu Bumi mulai pula melayang cepat karena ditarik oleh Matahari hingga mencapai bulan kesebelas dan lebih cepat pada bulan kedua belas, yaitu bulan Zulkaedah dan Zulhijah, [2] semakin dekat pada Matahari, lalu kedua bulan itu juga dinamakan bulan terlarang karena nyatanya Bumi dalam keadaan serius. Pada tanggal 29 Zulhijah, Bumi telah menyelesaikan satu orbitnya 345 derajat Matahari, yaitu satu tahun Lunar Year (Qomariah).

Itulah sebabnya kenapa Muharram, Rajab, Zulkaedah, dan Zulhijah dinamakan empat bulan terlarang, pada bulan-bulan itu Bumi sedang mengalami tarikan kuat dari Matahari dan juga mengalami tarikan lemah hingga manusia Bumi bagaikan diberi peringatan tentang planet yang di diaminya, terutama mereka yang mengetahui hisāb atau perhitungan nasib diri.
Namun keadaannya mengandung ilmu astronomi yang harus dipelajari setiap diri. Dalam pada itu Rabi’ul Awwal waktu mana Muhammad lahir dan meninggal dunia, begitu pun Ramadhan selaku bulan turunnya Al-Qur’an, keduanya tidak dinyatakan bulan terlarang, karenanya teranglah Islam tidak mengandung kultus individu. Al-Qur’an tidak memberikan data tentang hari kelahiran Ibrahim as dan Muhammad saw walaupun yang pertama dinyatakan Iman bagi manusia dan pendiri Ka’bah, dan yang keduanya dinyatakan penyampaian Al-Qur’an dan Nabi terakhir.
Satu kali orbit Bumi keliling Matahari bukan 360 derajat tetapi 345 derajat dilaluinya selama 354 hari 8 jam 48 menit dan 36 detik. Dalam satu bulan Qamariah, Bumi bergerak sejauh 28˚ 45’ atau dalam satu hari sejauh 0° 58’ 28’’, 4.
Perlu dicatat bahwa Bulan mengorbit keliling Bumi sejauh 331˚ 15’, selama 29 hari 12 jam 44,04 menit. Dia bergerak dalam satu hari sejauh 11˚ 12’. Jadi keliling 360˚ - 331˚ 15’ = 28˚ 45’ kalau dikalikan 12 bulan Qamariah maka satu tahun Islam adalah 354 hari 8 jam 48 menit dan 36 detik atau 345 derajat gerak edar Bumi keliling Matahari.
Untuk mengitari Matahari 360 derajat keliling, maka Bumi memakai waktu selama 370 hari. Dalam pada itu satu tahun musim pada abad 20 Masehi dijalani Bumi sejauh 355˚ 12’ selama 365 hari 6 jam. Hal ini dapat dibuktikan dengan terlambatnya bintang-bintang di angkasa pada waktu tertentu yang sama setiap tahunnya sejauh 4˚ 48’. 
Jadi menurut tahun musim atau Solar Year (Tahun Matahari, Syamsiyah), maka Bumi bergerak keliling Matahari sejauh 355˚ 12’ yaitu 4˚ 48’ sebelum mencapai titik lingkaran penuh, hingga 360˚ - 355˚ 12’ = 4˚ 48’ jika dikalikan dengan 75 tahun musim menjadi 360˚ barulah Bumi berada pada posisi pertama selaku awal tahunnya. Ketika itu bintang-bintang di angkasa mungkin berada kembali pada posisi tertentu pada waktu bersamaan dengan 75 tahun yang lampau, karena Bumi sendiri bukan berada pada titik perihelion orbit semula.
Namun jika dihitung menurut tahun Hijrah atau Lunar Year, ternyata Bumi memulai orbitnya dari titik perihelion pada tanggal 1 Muharram, lalu bergerak 345 derajat keliling Matahari yaitu 15˚ sebelum mencapai titik lingkaran 360 penuh. Setelah 24 tahun kemudiannya, Bumi berada kembali pada posisi bermula, yaitu 360˚ - 345˚ sama dengan 15˚ x 24 tahun = 360˚. Waktu itu setiap bintang di angkasa berada kembali pada posisi tertentu bersamaan dengan posisinya pada waktu tertentu 24 tahun yang lampau, dan Bumi juga berada kembali pada titik perihelion orbitnya bermula. □ [dade]


Catatan Kaki:

[1] Sidrat al-Muntahā (Arabic: سدرة المنتهى) is a Lote tree that marks the end of the seventh heaven, the boundary where no creation can pass, according to Islamic beliefs. During the Isra and Mi’raj, Muhammad, being the only one allowed, travelled with the archangel Gabriel to the Sidrat al-Muntaha where it is said that Allah assigned the five daily prayers to all humans. It is a member of the Botanical family Rhamnaceae.

[2] Bulan ke-1, Muharam; Bulan ke-2, Safar; Bulan ke-3, Rabiul Awal; Bulan ke-4, Rabiul Akhir; Bulan ke-5, Jumadil Awal; Bulan ke-6, Jumadil Akhir; Bulan ke-7, Rajab; Bulan ke-8, Sya’ban; Bulan ke-9, Ramadhan; Bulan ke-10, Syawal; Bulan ke-11, Dzulkaidah; Bulan ke-12, Dzulhijjah.  


Sumber:
forum.detik, wikipedia dan sumber lainnya □□□

Blog Archive