Saturday, October 10, 2015

Penciptaan Alam Semesta Dalam Enam Masa





Allah-lah yang menciptakan Langit Ruang Angkasa (Samāwāti) dan Bumi (Ard) dan segala apa yang ada diantara keduanya dalam enam masa...maka apakah kamu tidak memperhatikan. [QS As-Sajdah 32:4]

”(27) Apakah penciptaan kamu yang lebih hebat ataukah langit yang telah dibangunnya? (28) Dia telah meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya, (29) dan Dia menjadikan malamnya (gelap gulita), dan menjadikan siangnya (terang benderang). (30) Dan setelah itu bumi Dia hamparkan.  (31) Darinya Dia pancarkan mata air, dan (ditumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. (32) Dan gunung-gunung Dia pancangkan dengan teguh. (33)  (Semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk hewan-hewan ternakmu. ”  [QS An-Nāzi’āt 79:27-33]



PENDAHULUAN

A
l-Qur’an surat ke-32, As-Sajdah, ayat ke-4 penggal pertama menerangkan bahwa Samāwāti (Langit Ruang Angkasa) dan Ard (Bumi) dan apa yang ada diantara keduanya – disebut sebagai Alam Semesta terbentuk sampai seperti yang ada sekarang ini diperlukan dalam enam (sittati) masa (ayyāmin).
Ada pula dalam terjemahan yang lain dari kata Al-Qur’an - ayyāmin mengartikan dengan kata hari.

Kalau tidak paham fenomena (ayat-ayat) Kauniyah ini  sering menimbulkan permasalahan. Sebab, enam masa tersebut ditafsirkan berbeda-beda, mulai dari enam hari, enam periode, hingga enam tahapan. Oleh karena itu, pembahasan berikut mencoba menjelaskan bahwa sittati  ayyāmin itu maksudnya adalah enam masa, dari sudut pandang keilmuan (yang mempelajari dengan sungguh-sungguh fenomena Kauniyah ini. Pengertian bukan tidak berdasar, tapi mengacu dari fenomena-fenomena Alam Semesta yang dikaitkan dengan beberapa ayat Al-Qur’an yang bertalian dengannya.

Dari sejumlah ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan kata sittati ayyāmin yang artinya enam masa bukan enam hari adalah pada surat ke-79, surat An-Nāzi’āt. Isi firman Allah dalam surat An-Nāzi’āt pada ayat 27 sampai dengan ayat 33 seperti quotation tersebut di atas, tampaknya dapat menjelaskan tahapan enam masa terjadinya penciptaan Alam Semesta secara kronologis. Urutan masa tersebut sesuai dengan urutan ayat-ayatnya, sehingga boleh jadi dapat diuraikan sebagai berikut:



PADA MASA PERTAMA

P
enciptaan Langit Pertama Kali (surat An-Nāzi’āt, ayat 27). Bunyi firman-Nya: Apakah penciptaan kamu yang lebih hebat ataukah langit yang telah dibangunnya?” Maksudnya adalah, ketika langit (alam semesta, makro yang maha-maha-maha besar lagi luas) diciptakan sama mudahnya dengan menciptakan manusia (alam sel, mikro yang yang maha-maha-maha kecil) seperti yang diuraikan dalam surat ke-23, Al-Mu’minun, ayat 12 sampai dengan ayat 14 yang menerangkan pertumbuhan cabang bayi di dalam kandungan (embriology). [1] 




Pada Masa Pertama, alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar yang disebut ”big bang” (Kun, jadilah. Fayakun, maka jadilah – selanjutnya berproses), kira-kira mulai 13.7 milyar tahun lalu. Bukti dari teori ini ialah gelombang mikrokosmik di angkasa dan juga dari meteorit. Awan debu (dukhan) yang terbentuk dari ledakan tersebut (gambar 1a), terdiri dari hidrogen.

Hidrogen adalah unsur pertama yang terbentuk ketika dukhan berkondensasi sambil berputar dan memadat. Ketika temperatur dukhan mencapai 20 juta derajat celcius, terbentuklah helium dari reaksi inti sebagian atom hidrogen. Sebagian hidrogen yang lain berubah menjadi energi berupa pancaran sinar infra-red. Perubahan wujud hidrogen ini mengikuti persamaan E=mc2 [2], besarnya energi yang dipancarkan sebanding dengan massa atom hidrogen yang berubah.






Selanjutnya, angin bintang menyembur dari kedua kutub dukhan, menyebar dan menghilangkan debu yang mengelilinginya. Sehingga, dukhan yang tersisa berupa piringan, yang kemudian membentuk galaksi (gambar 1b,  dan 1c). Bintang-bintang dan gas terbentuk dan mengisi bagian dalam galaksi, menghasilkan struktur filamen (lembaran) dan void (rongga). Jadi, alam semesta yang kita kenal sekarang bagaikan kapas, terdapat bagian yang kosong dan bagian yang terisi (gambar 1d).



PADA MASA KEDUA

P
engembangan dan Penyempurnaan (surat An-Nāzi’āt, ayat 28).  Bunyi firman-Nya: ”Dia telah meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya”. Dalam ayat 28 di atas terdapat kata ”meninggikan bangunan” dan ”menyempurnakan”. Kata ”meninggikan bangunan” sebagai analogi dari alam semesta yang mengembang, sehingga galaksi-galaksi saling menjauh dan langit alam semsta terlihat makin tinggi (meluas). Ibaratnya sebuah roti kismis yang semakin mengembang, dimana kismis tersebut dianggap sebagai galaksi. Jika roti tersebut mengembang maka kismis tersebut pun akan semakin menjauh, lihat Gambar-2.



Mengembangnya alam semesta sebenarnya adalah kelanjutan big bang. Jadi, pada dasarnya big bang bukanlah ledakan dalam ruang, melainkan proses pengembangan alam semesta. Dengan menggunakan perhitungan efek doppler sederhana, dapat diperkirakan berapa lama alam ini telah mengembang, yaitu sekitar 13.7 miliar tahun.

Sedangkan kata ”menyempurnakan”, menunjukkan bahwa alam ini tidak serta merta terbentuk, melainkan dalam proses yang terus berlangsung, sebagaimana bayi dalam kandungan. Alam semesta ini terus mengembang.



PADA MASA KETIGA


P
embentukan Tata Surya Termasuk di Dalamnya Planet Bumi. (surat An-Nāzi’āt, ayat 29). Bunyi firman-Nya: dan Dia menjadikan malamnya (gelap gulita), dan menjadikan siangnya (terang benderang)”. Ayat tersebut dapat ditafsirkan sebagai penciptaan matahari sebagai sumber cahaya dan Bumi yang berotasi, sehingga terjadi siang dan malam.

Pembentukan tata surya diperkirakan seperti pembentukan bintang yang relatif kecil, kira-kira sebesar orbit Neptunus. Prosesnya sama seperti pembentukan galaksi, hanya saja ukurannya lebih kecil, lihat Gambar-3.




Seperti halnya matahari, sumber panas dan semua unsur yang ada di Bumi berasal dari reaksi nuklir dalam inti besinya (gambar 3). Lain halnya dengan Bulan. Bulan tidak mempunyai inti besi. Unsur kimianya pun mirip dengan kerak bumi. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, disimpulkan bahwa Bulan adalah bagian Bumi yang terlontar ketika Bumi masih lunak. Lontaran ini terjadi karena Bumi bertumbukan dengan suatu benda angkasa yang berukuran sangat besar (sekitar 1/3 ukuran Bumi). Jadi, unsur-unsur di Bulan berasal dari Bumi, bukan akibat reaksi nuklir pada Bulan itu sendiri.



PADA MASA KEEMPAT


A
wal Mula Daratan di Bumi (surat An-Nāzi’āt, ayat 30).  Bunyi firman-Nya: Dan setelah itu bumi Dia hamparkan”. Penghamparan yang disebutkan dalam ayat 30 ini dapat diartikan sebagai pembentukan superkontinen Pangaea di permukaan Bumi, lihat Gambar-4.





Masa Ketiga hingga Masa Keempat ini juga bersesuaian dengan surat-ke 41, surat Fushshilat ayat 9 yang artinya, Katakanlah: ‘Pantaskah kamu ingkar kepada Tuhan yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan adakan pula sekutu-sekutu bagi-Nya?’ Itulah Tuhan Rabb semesta alam”.



PADA MASA KELIMA

P
engiriman Air ke Bumi Melalui Komet (surat An-Nāzi’āt, ayat 31). Bunyi firman-Nya: Darinya Dia pancarkan mata air, dan (ditumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya”. Dari ayat 31 di atas, dapat diartikan bahwa di Bumi belum terdapat air ketika mula-mula terbentuk. Jadi, ayat ini menunjukan evolusi Bumi dari tidak ada air menjadi ada air, lihat Gambar-5.



 
Jadi, darimana datangnya air? Air diperkirakan berasal dari komet yang menumbuk Bumi ketika atmosfer Bumi masih sangat tipis. Unsur hidrogen yang dibawa komet kemudian bereaksi dengan unsur-unsur di Bumi dan membentuk uap air. Uap air ini kemudian turun sebagai hujan yang pertama. Bukti bahwa air berasal dari komet, adalah rasio Deuterium dan Hidrogen pada air laut, yang sama dengan rasio pada komet. Deuterium adalah unsur Hidrogen yang massanya lebih berat daripada Hidrogen pada umumnya.

Karena semua kehidupan berasal dari air, maka setelah air terbentuk, kehidupan pertama berupa tumbuhan bersel satu pun mulai muncul di dalam air.



PADA MASA KEENAM

P
roses Geologis Serta Lahirnya Hewan Dan Manusia (surat An-Nāzi’āt, ayat 32 dan auat 33). Bunyi firman-Nya: ”Dan gunung-gunung Dia pancangkan dengan teguh” [Surat An-Nāzi’āt ayat 32]. Dalam ayat 32 di atas, disebutkan ”gunung-gunung dipancangkan dengan teguh.” Artinya, gunung-gunung terbentuk setelah penciptaan daratan, pembentukan air dan munculnya tumbuhan pertama. Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar lempeng ketika superkontinen Pangaea mulai tadinya satu kontingen, kemudian terpisah menyebar menjadi bagian benua-benua dengan nama masing-masing seperti Asia, Afrika, Eropa, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Australia.



Sedang fungsi gunung-gunung yang ada pada setiap benua adalah sebagai ”pasak” Bumi benua masing-masing, sebagaimana yang tercantum dalam surat ke 16, surat An-Nahl ayat 15:

Dan Dia menancapkan gunung di Bumi agar Bumi itu tidak bergoncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk.”

Guna adanya dataran tanah di Bumi pada masing-masing benua bagi manusia oleh Tuhan Mahapencipta diterangkan dalam firman-Nya sebagai berikut: (Semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk hewan-hewan ternakmu” [Surat An-Nāzi’āt ayat 33]. Kemudian, setelah gunung mulai terbentuk, dan adanya air di laut dan di sungai-sungai serta jalan-jalan, maka terciptalah tumbuhan dan hewan dan last but not lease akhirnya manusia sebagaimana disebutkan dalam ayat 33 di atas. Jadi, usia manusia relatif masih sangat muda dalam skala waktu geologi.

Jika diurutkan dari Masa Ketiga hingga Masa Keempat, maka empat masa tersebut dapat dikorelasikan dengan empat masa dalam Surat Fushshilat ayat 10 yang berbunyi:

Dan Dia ciptakan padanya (bumi) gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dan kemudian Dia berkahi, dan Dia tentukan makanan-makanan (bagi penghuni)nya dalam empat masa. Memadai (memenuhi kebutuhan) untuk mereka yang memerlukannya”.



PENUTUP

D
emikianlah proses sejak kemunculan alam semesta hingga akhirnya terciptanya manusia seperti kita sekarang ini. Uraiannya diambil dari penafsiran ”enam masa penciptaan alam” dalam surat As-Sajdah ayat 4, kemudian pada penggal terakhir menyebutkan ”maka apa kamu tidak perhatikan”

Hal ini mengundang Ulil Albab [3] mencari tahu, yaitu dengan mengunakan sebagai perantara antara kombinasi aqli dan naqli. Aqli, kajian (penelitian) alam semesta (ayat-ayat kauniyah) menggunakan metodelogi sains. Naqli, pentadabburan (kajian) ayat-ayat Al-Qur’an (terutama ayat alam semesta) yang bertalian dengan alam semesta yang sedang diselidiki.

Apa yang terjadi dalam setiap masa proses penciptaan alam semesta yang diterangkan dalam surat An-Nāzi’āt dari ayat 27 sampai ayat 33. Selanjutnya dikaitkan dengan pengetahuan yang baru diperoleh surat An-Nāzi’āt dari ayat 27 sampai ayat 33, kemudian menemukan manfaat atau tidak bagi manusia. Ternyata mempunyai kemanfaatan berupa kesejahteraan bagi kehidupan manusia dengan lingkungan hidupnya sekitarnya - sebagaimana yang disebutkan dalam surat Fushshilat ayat 10 - Dia ciptakan bumi, gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dan kemudian Dia berkahi. Dan Dia berikan rezeki-rezeki yang cukup bagi kebutuhan dan keperluan hidupnya di Bumi.

Memang sungguh Dia (Allah) Mahahidup. Dia (Allah) Mahaberdirisendiri mengurus semua makhluk-Nya dengan sebaik-baiknya melalui perantaraan fasilitas yang telah Dia (Allah) ciptakan dan sediakan bagi makhluknya dengan sebaik-baiknya.

Tinggal lagi manusia yang diberi kemampuan sebagai khalifah pemakmur kehidupannya di Bumi sadar akan pemberian-Nya bagi kepentingan sesama ummat manusia dengan lingkungan alamnya agar hidupnya sejahtera.

Itu hanya dapat dicapai dengan bekerja menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Namun, hal itu hanya dapat dicapai dengan baik asalkan adanya keadilan dan kedamaian serta keamanan bagi seluruh ummat manusia. Wallahu a’lam bish showab. □ AFM



Catatan Kaki:
[1] Lihat surat ke-23 Al-Mu’minun ayat 12-14 yang menerangkan pertumbuhan cabang bayi di dalam kandungan ibunya sejak dari maniyyun (sel sperma dan ovum, nuthfah) sampai mudhghah (lengkap dengan jaringan daging, otot, organ-organ dan rangka tubuh serta tengkorak) disebut juga sebagai fetus atau lump. Isi dari urut-urutan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut sesuai maknanya dengan sains (ilmu pengetahuan) di zaman moderen ini.

Embryology adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari pertumbuhan cabang bayi (embryo) dalam kandungan. Jauh sebelumnya ilmu embryo (embryology) menyangka rangka tubuh dan otot-otot tumbuh bersamaan (kemudiannya ternyata tidak).

Sejalan dengan perkembangan teknologi mikroskop (yang sekarang ini canggih, yaitu manusia mampu melihat melalui mikroskop elektron sesuatu yang sangat kecil misalnya sel sperma 1/3.000.000.000mm), yang kemudiannya digunakan untuk meneliti perkembangan cabang bayi itu. Hasilnya ternyata sesuai dengan yang disebutkan dengan rincian dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang terdapat dalam surat Al-Mu’minun ayat 12-14. Jadi Al-Qur’an telah mencatatnya fakta itu 1400 tahun yang lalu. Yaitu dimana ilmu pengetahuan baru mampu mengkonfirmasikannya pada akhir abad ke-20. Para ilmuan menyatakan bahwa isi ayat-ayat Al-Qur’an yang bertalian dengan embryology (yang bersifat ilmu pengetahuan ini) pada abad ke-7 itu tidak dikenal sebagai hal yang mengandung sains (science, ilmu pengetahuan). Mereka memahami bahwa Muhammad yang buta huruf itu tidak mungkin mengetahuinya kecuali diberi tahu oleh Allah Tuhan Yang Maha Tahu. Dilanjutkan lagi oleh para ilmuan itu yang menyebutkan: ”Word by word (kata per kata) dari ayat-ayat 12-14 dalam surat Al-Mu’minun itu correct (benar)”.
http://afaisalmarzuki.blogspot.com/2014/05/islam-modernisasi-i.html

[2] E = mc2 is a equation. E = mc2, equation in German-born physicist Albert Einstein's theory of special relativity that showed that the increased relativistic mass (m) of a body comes from the energy of motion of the body—that is, its kinetic energy (E)—divided by the speed of light squared (c2).

E = mc2 adalah hitungan persamaan aljabar yang dibuat oleh seorang fisikawan bernama Albert Einstein, kelahiran Jerman, dalam menyusun teori relatifitasnya. Ini dibuatnya dalam rangka memperlihatkan adanya peningkatan relatif dari suatu zat massa (m) yang datang dari pergerakan enerji suatu zat massa – ini berarti, adanya enerji kinetic (E) – (yang terjadi dari adanya faktor) pemisahan oleh kecepatan cahaya pangkat dua (c2).

Catatan:
Lambang (E) adalah enerji kinetik; Lambang (m) adalah zat massa; Lambang (c2) adalah lambang kecepatan cahaya pangkat dua.

[3] Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (ayat-ayat kebesaran Allah) bagi Ulul Albab (Orang Beriman dan Berakal, Cendekiawan Muslim), yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi sambil berkata, “Wahai Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia, Mahasempurna Engkau (atas segala ciptaan-Nya), lindungilah kami dari azab neraka (karena salah sangka, duga negatif, atau tidak memanfaatkan di jalan-Nya)”. [QS Ali Imran 3:190-191] □□
   
Sumber:
https://misykatulanwar.wordpress.com/2008/06/10/proses-penciptaan-alam-semesta-dalam-enam-masa/ by Dr. T. Djamaluddin       
http://www.skyandtelescope.com/astronomy-news/hubble-confirms-dark-energys-clout/
http://afaisalmarzuki.blogspot.com/2014/05/islam-modernisasi-i.html
Terjermahan arti ayat al-Qur’an diambil dari ALFATIH, Al-Qur’an Tafsir Per Kata Di Sarikan Dari Tafsir Ibnu Katsir, Pustaka ALFATIH □□□

Blog Archive