Allah-lah yang menciptakan Langit Ruang Angkasa (Samāwāti) dan Bumi (Ard) dan segala apa
yang ada diantara keduanya dalam enam masa...maka apakah kamu tidak
memperhatikan. [QS As-Sajdah 32:4]
”(27) Apakah penciptaan
kamu yang lebih hebat ataukah langit yang telah dibangunnya? (28) Dia telah meninggikan
bangunannya lalu menyempurnakannya, (29) dan Dia menjadikan malamnya (gelap
gulita), dan menjadikan siangnya (terang benderang). (30) Dan setelah itu bumi Dia
hamparkan. (31) Darinya Dia pancarkan mata
air, dan (ditumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. (32) Dan gunung-gunung Dia pancangkan
dengan teguh. (33) (Semua itu) untuk
kesenanganmu dan untuk hewan-hewan ternakmu. ” [QS An-Nāzi’āt 79:27-33]
PENDAHULUAN
A
|
l-Qur’an surat ke-32, As-Sajdah, ayat ke-4 penggal pertama
menerangkan bahwa Samāwāti (Langit Ruang Angkasa) dan Ard (Bumi) dan apa yang ada
diantara keduanya – disebut sebagai Alam Semesta terbentuk sampai seperti
yang ada sekarang ini diperlukan dalam enam (sittati) masa (ayyāmin).
Ada pula dalam terjemahan
yang lain dari kata Al-Qur’an - ayyāmin mengartikan dengan kata hari.
Kalau tidak paham fenomena (ayat-ayat) Kauniyah
ini sering menimbulkan permasalahan.
Sebab, enam masa tersebut ditafsirkan berbeda-beda, mulai dari enam hari, enam periode,
hingga enam tahapan. Oleh karena itu, pembahasan
berikut mencoba menjelaskan bahwa sittati ayyāmin
itu maksudnya adalah enam masa, dari sudut
pandang keilmuan (yang mempelajari dengan sungguh-sungguh fenomena Kauniyah ini.
Pengertian bukan tidak berdasar, tapi mengacu dari fenomena-fenomena Alam
Semesta yang dikaitkan dengan beberapa ayat Al-Qur’an yang bertalian dengannya.
Dari sejumlah ayat
Al-Qur’an yang berkaitan dengan kata sittati ayyāmin yang artinya enam masa bukan enam hari
adalah pada surat ke-79, surat An-Nāzi’āt. Isi firman
Allah dalam surat An-Nāzi’āt pada ayat 27 sampai dengan ayat 33 seperti quotation tersebut di atas, tampaknya
dapat menjelaskan tahapan enam masa terjadinya penciptaan Alam Semesta secara
kronologis. Urutan masa tersebut sesuai dengan urutan ayat-ayatnya, sehingga boleh
jadi dapat diuraikan sebagai berikut:
PADA MASA
PERTAMA
P
|
enciptaan
Langit Pertama Kali (surat An-Nāzi’āt, ayat 27). Bunyi firman-Nya: ”Apakah penciptaan kamu yang lebih hebat
ataukah langit yang telah dibangunnya?” Maksudnya adalah, ketika langit (alam semesta, makro yang
maha-maha-maha besar lagi luas) diciptakan sama mudahnya dengan menciptakan
manusia (alam sel, mikro yang yang maha-maha-maha kecil) seperti yang diuraikan
dalam
surat ke-23, Al-Mu’minun, ayat 12 sampai dengan ayat 14 yang menerangkan
pertumbuhan cabang bayi di dalam kandungan (embriology). [1]
Pada Masa Pertama,
alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar yang disebut ”big
bang” (Kun, jadilah. Fayakun, maka jadilah – selanjutnya berproses),
kira-kira mulai 13.7 milyar tahun lalu. Bukti dari teori ini ialah gelombang
mikrokosmik di angkasa dan juga dari meteorit. Awan debu (dukhan) yang
terbentuk dari ledakan tersebut (gambar 1a), terdiri dari hidrogen.
Hidrogen adalah
unsur pertama yang terbentuk ketika dukhan berkondensasi sambil berputar
dan memadat. Ketika temperatur dukhan mencapai 20 juta derajat celcius,
terbentuklah helium dari reaksi inti sebagian atom hidrogen. Sebagian hidrogen
yang lain berubah menjadi energi berupa pancaran sinar infra-red. Perubahan
wujud hidrogen ini mengikuti persamaan E=mc2 [2], besarnya energi
yang dipancarkan sebanding dengan massa atom hidrogen yang berubah.
Selanjutnya, angin
bintang menyembur dari kedua kutub dukhan, menyebar dan menghilangkan
debu yang mengelilinginya. Sehingga, dukhan yang tersisa berupa
piringan, yang kemudian membentuk galaksi (gambar 1b, dan 1c). Bintang-bintang dan gas terbentuk dan
mengisi bagian dalam galaksi, menghasilkan struktur filamen (lembaran)
dan void (rongga). Jadi, alam semesta yang kita kenal sekarang bagaikan
kapas, terdapat bagian yang kosong dan bagian yang terisi (gambar 1d).
PADA MASA
KEDUA
P
|
engembangan
dan Penyempurnaan (surat An-Nāzi’āt, ayat 28). Bunyi firman-Nya: ”Dia
telah meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya”. Dalam ayat 28 di atas terdapat kata ”meninggikan
bangunan” dan ”menyempurnakan”. Kata ”meninggikan bangunan” sebagai analogi dari
alam semesta yang mengembang, sehingga galaksi-galaksi saling menjauh dan
langit alam semsta terlihat makin tinggi (meluas). Ibaratnya sebuah roti kismis
yang semakin mengembang, dimana kismis tersebut dianggap sebagai galaksi. Jika
roti tersebut mengembang maka kismis tersebut pun akan semakin menjauh, lihat Gambar-2.
Mengembangnya alam
semesta sebenarnya adalah kelanjutan big bang. Jadi, pada dasarnya big
bang bukanlah ledakan dalam ruang, melainkan proses pengembangan alam
semesta. Dengan menggunakan perhitungan efek doppler sederhana, dapat
diperkirakan berapa lama alam ini telah mengembang, yaitu sekitar 13.7 miliar
tahun.
Sedangkan kata
”menyempurnakan”, menunjukkan bahwa alam ini tidak serta merta terbentuk,
melainkan dalam proses yang terus berlangsung, sebagaimana bayi dalam kandungan.
Alam semesta ini terus mengembang.
PADA MASA
KETIGA
P
|
embentukan
Tata Surya Termasuk di Dalamnya Planet Bumi. (surat An-Nāzi’āt, ayat 29). Bunyi firman-Nya: ”dan Dia
menjadikan malamnya (gelap gulita), dan menjadikan siangnya (terang benderang)”. Ayat tersebut dapat ditafsirkan
sebagai penciptaan matahari sebagai sumber cahaya dan Bumi yang berotasi,
sehingga terjadi siang dan malam.
Pembentukan tata surya diperkirakan seperti
pembentukan bintang yang relatif kecil, kira-kira sebesar orbit Neptunus.
Prosesnya sama seperti pembentukan galaksi, hanya saja ukurannya lebih kecil, lihat Gambar-3.
Seperti halnya
matahari, sumber panas dan semua unsur yang ada di Bumi berasal dari reaksi
nuklir dalam inti besinya (gambar 3). Lain halnya dengan Bulan. Bulan tidak
mempunyai inti besi. Unsur kimianya pun mirip dengan kerak bumi. Berdasarkan
fakta-fakta tersebut, disimpulkan bahwa Bulan adalah bagian Bumi yang terlontar
ketika Bumi masih lunak. Lontaran ini terjadi karena Bumi bertumbukan dengan
suatu benda angkasa yang berukuran sangat besar (sekitar 1/3 ukuran Bumi).
Jadi, unsur-unsur di Bulan berasal dari Bumi, bukan akibat reaksi nuklir pada
Bulan itu sendiri.
PADA MASA
KEEMPAT
A
|
wal Mula
Daratan di Bumi (surat An-Nāzi’āt, ayat 30). Bunyi firman-Nya: “Dan setelah itu bumi Dia hamparkan”. Penghamparan yang disebutkan dalam ayat 30 ini dapat
diartikan sebagai pembentukan superkontinen Pangaea di permukaan Bumi, lihat Gambar-4.
Masa Ketiga hingga
Masa Keempat ini juga bersesuaian dengan surat-ke 41, surat Fushshilat ayat 9
yang artinya, “Katakanlah: ‘Pantaskah kamu ingkar
kepada Tuhan yang menciptakan bumi dalam dua
masa dan kamu adakan adakan pula sekutu-sekutu
bagi-Nya?’ Itulah Tuhan Rabb semesta alam”.
PADA MASA
KELIMA
P
|
engiriman
Air ke Bumi Melalui Komet (surat An-Nāzi’āt, ayat 31). Bunyi firman-Nya: “Darinya Dia pancarkan mata air, dan (ditumbuhkan)
tumbuh-tumbuhannya”. Dari ayat 31 di
atas, dapat diartikan bahwa di Bumi belum terdapat air ketika mula-mula
terbentuk. Jadi, ayat ini menunjukan evolusi Bumi dari tidak ada air menjadi
ada air, lihat Gambar-5.
Jadi, darimana
datangnya air? Air diperkirakan berasal dari komet yang menumbuk Bumi ketika
atmosfer Bumi masih sangat tipis. Unsur hidrogen yang dibawa komet kemudian
bereaksi dengan unsur-unsur di Bumi dan membentuk uap air. Uap air ini kemudian
turun sebagai hujan yang pertama. Bukti bahwa air berasal dari komet, adalah
rasio Deuterium dan Hidrogen pada air laut, yang sama dengan rasio pada komet.
Deuterium adalah unsur Hidrogen yang massanya lebih berat daripada Hidrogen
pada umumnya.
Karena semua
kehidupan berasal dari air, maka setelah air terbentuk, kehidupan pertama
berupa tumbuhan bersel satu pun mulai muncul di dalam air.
PADA MASA
KEENAM
P
|
roses Geologis
Serta Lahirnya Hewan Dan Manusia (surat An-Nāzi’āt, ayat 32 dan auat 33). Bunyi firman-Nya: ”Dan gunung-gunung Dia pancangkan
dengan teguh” [Surat An-Nāzi’āt
ayat 32]. Dalam ayat 32 di atas, disebutkan ”gunung-gunung
dipancangkan dengan teguh.” Artinya, gunung-gunung terbentuk setelah
penciptaan daratan, pembentukan air dan munculnya tumbuhan pertama.
Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar lempeng ketika superkontinen
Pangaea mulai tadinya satu kontingen, kemudian terpisah menyebar menjadi bagian
benua-benua dengan nama masing-masing seperti Asia, Afrika, Eropa, Amerika
Utara, Amerika Selatan, dan Australia.
Sedang
fungsi
gunung-gunung yang ada pada setiap benua adalah sebagai ”pasak” Bumi benua
masing-masing, sebagaimana yang tercantum dalam surat ke 16, surat An-Nahl ayat
15:
”Dan Dia menancapkan gunung di Bumi agar Bumi itu tidak bergoncang
bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu
mendapat petunjuk.”
Guna adanya dataran tanah di Bumi pada
masing-masing benua bagi manusia oleh Tuhan Mahapencipta diterangkan dalam firman-Nya
sebagai berikut: “(Semua itu) untuk
kesenanganmu dan untuk hewan-hewan ternakmu” [Surat An-Nāzi’āt ayat 33]. Kemudian, setelah gunung mulai terbentuk, dan adanya air
di laut dan di sungai-sungai serta jalan-jalan, maka terciptalah tumbuhan dan hewan
dan last but not lease akhirnya
manusia sebagaimana disebutkan dalam ayat 33 di atas. Jadi, usia manusia
relatif masih sangat muda dalam skala waktu geologi.
Jika diurutkan
dari Masa Ketiga hingga Masa Keempat, maka empat masa tersebut dapat
dikorelasikan dengan empat masa dalam Surat Fushshilat ayat 10 yang berbunyi:
”Dan Dia ciptakan padanya (bumi)
gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dan kemudian Dia berkahi, dan Dia tentukan
makanan-makanan (bagi penghuni)nya dalam empat masa. Memadai (memenuhi
kebutuhan) untuk mereka yang memerlukannya”.
PENUTUP
D
|
emikianlah proses sejak
kemunculan alam semesta hingga akhirnya terciptanya manusia seperti kita
sekarang ini. Uraiannya diambil dari penafsiran ”enam masa penciptaan alam”
dalam surat As-Sajdah ayat 4, kemudian
pada penggal terakhir menyebutkan ”maka apa kamu
tidak perhatikan”
Hal ini mengundang Ulil Albab [3] mencari tahu, yaitu dengan
mengunakan sebagai perantara antara kombinasi aqli dan naqli. Aqli, kajian
(penelitian) alam semesta (ayat-ayat kauniyah) menggunakan metodelogi sains. Naqli, pentadabburan (kajian) ayat-ayat Al-Qur’an
(terutama ayat alam semesta) yang bertalian dengan alam semesta yang sedang
diselidiki.
Apa yang terjadi dalam
setiap masa proses penciptaan alam
semesta yang diterangkan dalam surat An-Nāzi’āt dari ayat 27 sampai
ayat 33. Selanjutnya dikaitkan dengan pengetahuan yang baru diperoleh surat An-Nāzi’āt
dari ayat 27 sampai ayat 33, kemudian menemukan manfaat atau tidak bagi
manusia. Ternyata mempunyai kemanfaatan berupa kesejahteraan bagi kehidupan manusia
dengan lingkungan hidupnya sekitarnya - sebagaimana yang disebutkan dalam surat Fushshilat ayat 10 - Dia ciptakan bumi, gunung-gunung yang kokoh di
atasnya. Dan kemudian Dia berkahi. Dan Dia berikan rezeki-rezeki yang cukup
bagi kebutuhan dan keperluan hidupnya di Bumi.
Memang sungguh Dia (Allah) Mahahidup. Dia (Allah) Mahaberdirisendiri
mengurus semua makhluk-Nya dengan sebaik-baiknya melalui perantaraan fasilitas
yang telah Dia (Allah) ciptakan dan sediakan bagi makhluknya dengan
sebaik-baiknya.
Tinggal lagi manusia yang diberi kemampuan sebagai khalifah pemakmur
kehidupannya di Bumi sadar akan pemberian-Nya bagi kepentingan sesama ummat
manusia dengan lingkungan alamnya agar hidupnya sejahtera.
Itu hanya dapat dicapai dengan bekerja menurut bidang dan kemampuan
masing-masing. Namun, hal itu hanya dapat dicapai dengan baik asalkan adanya keadilan
dan kedamaian serta keamanan bagi seluruh ummat manusia. Wallahu a’lam bish showab. □ AFM
Catatan Kaki:
[1] Lihat surat ke-23 Al-Mu’minun ayat 12-14 yang menerangkan
pertumbuhan cabang bayi di dalam kandungan ibunya sejak dari maniyyun (sel
sperma dan ovum, nuthfah)
sampai mudhghah
(lengkap dengan jaringan daging, otot, organ-organ dan rangka tubuh serta
tengkorak) disebut juga sebagai fetus atau lump. Isi dari urut-urutan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut sesuai
maknanya dengan sains (ilmu pengetahuan) di zaman moderen ini.
Embryology adalah suatu cabang ilmu pengetahuan
yang mempelajari pertumbuhan cabang bayi (embryo) dalam kandungan. Jauh
sebelumnya ilmu embryo (embryology) menyangka rangka tubuh dan otot-otot tumbuh
bersamaan (kemudiannya ternyata tidak).
Sejalan dengan perkembangan teknologi mikroskop
(yang sekarang ini canggih, yaitu manusia mampu melihat melalui mikroskop
elektron sesuatu yang sangat kecil misalnya sel sperma 1/3.000.000.000mm), yang
kemudiannya digunakan untuk meneliti perkembangan cabang bayi itu. Hasilnya
ternyata sesuai dengan yang disebutkan dengan rincian dalam ayat-ayat Al-Qur’an
yang terdapat dalam surat Al-Mu’minun ayat 12-14. Jadi Al-Qur’an telah mencatatnya fakta itu 1400 tahun
yang lalu. Yaitu dimana ilmu pengetahuan baru mampu mengkonfirmasikannya pada
akhir abad ke-20. Para ilmuan menyatakan bahwa isi ayat-ayat Al-Qur’an yang
bertalian dengan embryology (yang bersifat ilmu pengetahuan ini) pada abad ke-7
itu tidak dikenal sebagai hal yang mengandung sains (science, ilmu pengetahuan). Mereka memahami bahwa Muhammad
yang buta huruf itu tidak mungkin mengetahuinya kecuali diberi tahu oleh Allah
Tuhan Yang Maha Tahu. Dilanjutkan lagi oleh para ilmuan itu yang menyebutkan: ”Word by word (kata per kata) dari
ayat-ayat 12-14 dalam surat Al-Mu’minun itu correct
(benar)”.
http://afaisalmarzuki.blogspot.com/2014/05/islam-modernisasi-i.html
[2] E
= mc2 is a equation. E = mc2, equation in
German-born physicist Albert Einstein's theory of special relativity that
showed that the increased relativistic mass (m) of a body comes from the energy
of motion of the body—that is, its kinetic energy (E)—divided by the
speed of light squared (c2).
E
= mc2 adalah hitungan persamaan aljabar yang dibuat oleh seorang
fisikawan bernama Albert Einstein, kelahiran Jerman, dalam menyusun teori
relatifitasnya. Ini dibuatnya dalam rangka memperlihatkan adanya peningkatan
relatif dari suatu zat massa (m) yang datang dari pergerakan enerji suatu zat
massa – ini berarti, adanya enerji kinetic (E) – (yang terjadi dari adanya
faktor) pemisahan oleh kecepatan cahaya pangkat dua (c2).
Catatan:
Lambang (E) adalah enerji kinetik;
Lambang (m) adalah zat massa; Lambang (c2) adalah lambang kecepatan
cahaya pangkat dua.
[3] Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan
pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (ayat-ayat kebesaran Allah)
bagi Ulul Albab (Orang Beriman dan Berakal, Cendekiawan Muslim), yaitu
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan
berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi sambil
berkata, “Wahai Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini dengan
sia-sia, Mahasempurna Engkau (atas segala ciptaan-Nya), lindungilah kami dari
azab neraka (karena salah sangka, duga negatif, atau tidak memanfaatkan di
jalan-Nya)”. [QS Ali Imran 3:190-191] □□
Sumber:
https://misykatulanwar.wordpress.com/2008/06/10/proses-penciptaan-alam-semesta-dalam-enam-masa/
● by Dr. T. Djamaluddin
http://www.skyandtelescope.com/astronomy-news/hubble-confirms-dark-energys-clout/
http://afaisalmarzuki.blogspot.com/2014/05/islam-modernisasi-i.html
Terjermahan arti ayat al-Qur’an diambil dari
ALFATIH, Al-Qur’an Tafsir Per Kata Di Sarikan Dari Tafsir Ibnu Katsir, Pustaka
ALFATIH □□□