Dan
seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan lautan (menjadi tinta),
ditambahkan kepadanya tujuh lautan (lagi) setelah (kering) nya, niscaya tidak
akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat-kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. [QS Luqmān 31:27].
D
|
alam
banyak ayat, Allah menyatakan tentang sifat-sifat Lauh Mahfūzh.
Sifat yang pertama adalah bahwa tidak ada yang tertinggal atau terlupakan dari
kitab ini:
Dan
kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya, tidak ada yang mengetahuinya selain
Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun
pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya, tidak ada sebutir biji pun dalam
kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak
tertulis dalam Kitab Yang Nyata (Lauh Mahfūzh). [QS Al-An’ām 6:59]
Sebuah
ayat menyatakan bahwa seluruh kehidupan di dunia ini tercatat dalam Lauh
Mahfūzh:
Dan
tidak ada seekor binatang pun yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang
dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat-umat (juga) seperti
kamu. Tidak ada sesuatu pun yang Kami luputkan di dalam Kitab [6], kemudian
kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan. [QS Al-An’ām 6:38]
Di ayat
yang lain, dinyatakan bahwa di Bumi ataupun di Langit, di keseluruhan Alam Semesta,
semua Makhluk dan Benda, termasuk benda sebesar zarrah sekali pun, diketahui oleh Allah dan tercatat dalam Lauh
Mahfūzh:
“Dan
tidaklah engkau (Muhammad) berada dalam suatu urusan, dan tidak membaca suatu
ayat dari Al-Qur’an, serta tidak pula kamu melakukan suatu pekerjaan, melainkan
Kami menjadi saksi atasmu ketika kamu melakukannya. Tidak lengah sedikitpun
dari pengetahuan Tuhanmu biar pun sebesar zarrah
baik di Bumi ataupun di Langit. Tidak ada suatu yang lebih kecil dan yang lebih
besar daripada itu, melainkan semua tercatat dalam Kitab Yang Nyata (Lauh
Mahfūzh)”. [QS Yunus 10:61]
Segala
informasi tentang umat manusia ada dalam Lauh Mahfūzh, dan ini
meliputi kode genetik dari semua manusia dan nasib mereka:
●(Mereka
tidak menerimanya) bahkan mereka tercengang karena telah datang kepada mereka
seorang pemberi peringatan dari (kalangan) mereka sendiri, maka berkatalah
orang-orang kafir, “Ini adalah suatu yang sangat ajaib”. ●Apakah apabila
kami telah mati dan sudah menjadi tanah (akan kembali lagi)? Itu adalah suatu
pengembalian yang tidak mungkin. ●Sungguh,
Kami telah mengetahui apa yang ditelan bumi dari (tubuh) mereka, sebab pada
Kami ada kitab (catatan) yang terpelihara baik. [QS. Qāf 50:2-4].
Ayat
berikut ini menyatakan bahwa kalimat Allah di dalam Lauh Mahfūzh tidak
akan ada habisnya, dan hal ini dijelaskan melalui perumpamaan:
Dan
seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan lautan (menjadi tinta),
ditambahkan kepadanya tujuh lautan (lagi) setelah (kering) nya, niscaya tidak
akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat-kalimat Allah. [7] Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. [QS Luqmān 31:27].
Fakta-fakta
yang telah kami paparkan dalam tulisan ini, membuktikan sekali lagi bahwa
berbagai penemuan ilmiah modern menegaskan apa yang diajarkan agama kepada umat
manusia. Keyakinan buta kaum materialis yang telah dipaksakan ke dalam ilmu pengetahuan
ternyata malah ditolak oleh ilmu pengetahuan itu sendiri. Sejumlah kesimpulan
ilmu pengetahuan modern tentang informasi berperan untuk membuktikan secara
obyektif siapakah yang benar dalam perseteruan yang telah berlangsung selama
ribuan tahun. Perselisihan ini telah terjadi antara paham materialis dan agama
dalam ajaran Islam. Pemikiran materialis menyatakan bahwa materi tidak memiliki
permulaan dan tidak ada sesuatu pun yang ada sebelum materi. Sebaliknya, agama dalam
ajaran Islam menyatakan bahwa Tuhan ada sebelum keberadaan materi, dan bahwa
materi diciptakan dan diatur berdasarkan ilmu Allah yang tak terbatas.
Fakta
bahwa kebenaran ini, yang telah diajarkan oleh agama-agama wahyu seperti Islam,
Yahudi dan Nasrani (konsep asli) sejak permulaan sejarah, telah dibuktikan oleh
berbagai penemuan ilmiah, merupakan petunjuk bagi masa berakhirnya atheis yang
sebentar lagi tiba. Umat manusia semakin mendekat pada pemahaman bahwa Allah
benar-benar ada dan Dialah yang Maha Mengetahui. Hal ini sebagaimana pernyataan
Al-Qur’an kepada umat manusia dalam ayat berikut:
Tidaklah
engkau tahu bahwa Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi? Sungguh,
Yang demikian itu sudah terdapat dalam sebuah Kitab (Lauh Mahfūzh).
Sesungguhnya yang demikian itu sangat mudah bagi Allah. [QS Al Hajj 22:70]
Di
antara kemurahan Allah terhadap manusia, adalah Dia tidak saja memberikan sifat
yang bersih yang dapat membimbing dan memberi petunjuk kepada mereka ke arah
kebaikan, tetapi juga dari waktu ke waktu Dia mengutus seorang Rasul kepada
umat manusia dengan membawa Kitab dari Allah Pencipta Segala Alam, dan menyuruh
mereka beribadah hanya kepada Allah saja. Menyampaikan kabar gembira, dan
memberikan peringatan, agar menjadi bukti bagi manusia:
Rasul-Rasul
itu adalah sebagai pembawa berita gembira, dan pemberi peringatan, agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah
Allah, setelah Rasul-Rasul diutus. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".
[QS An-Nisā' 4:165].
Perkembangan
dan kemajuan berpikir manusia senantiasa disertai wahyu yang sesuai dan dapat
memecahkan problematika yang dihadapi kaum setiap rasul, sampai perkembangan
itu mengalami kematangannya. Allah menghendaki agar risalah Rasul Muhammad saw muncul di dunia ini, maka diutuslah Beliau
saat manusia tengah mengalami kekosongan para Rasul, untuk menyempurnakan 'bangunan' saudara-saudara pendahulunya (para Rasul) dengan syariatnya yang universal dan abadi, serta dengan Kitab yang diturunkan
kepadanya, yaitu Al-Qur’an. Rasulullah saw
bersabda yang artinya,
"Perumpamaan
diriku dengan para Nabi sebelumku adalah bagaikan orang yang membangun sebuah
rumah. Ia kemudian membaikkan dan memperindah rumah itu, kecuali letak satu
bata di sebuah sudutnya. Maka orang-orang pun mengelilingi rumah itu, mereka
mengaguminya dan berkata, ‘Seandainya bukan karena batu bata ini, tentulah
rumah itu sudah sempurna.’ Maka akulah batu bata itu, dan akulah penutup para Nabi."
[HR Muttafaqun 'Alayhi].
Al-Qur’an adalah risalah Allah kepada seluruh manusia. Banyak nas (dalil) yang menunjukkan hal itu, baik di dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah.
“Katakanlah,
‘Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua...” [QS Al-A'rāf
7:158]
“Maha
Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqān (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya, agar
dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.” [QS Al-Furqān 25:1]
Rasulullah
saw bersabda,
“Setiap
Nabi diutus kepada kaumnya secara khusus, sedang aku diutus kepada segenap umat
manusia.” [HR Bukhari Muslim].
Sesudah
Rasul Muhammad saw tidak akan ada
lagi kerasulan lain.
“Muhammad
itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi
dia adalah Rasul Allah dan penutup Nabi-Nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu." [QS Al- Ahzab 33:40].
Maka,
tidaklah aneh bila Al-Qur’an dapat memenuhi semua tuntutan kemanusiaan
berdasarkan asas-asas pertama konsep agama samawi.
Dia (Allah)
telah mensyariatkan kepadamu agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nūh dan
apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan
kepada Ibrahim, Musa, dan Isa, yaitu ‘Tegakkanlah
agama (keimanan dan ketaqwaan) dan janganlah kamu berpecah-belah di dalam di
dalamnya....”. [QS Asy-Syūra 42:13]
Rasulullah
saw juga telah menantang orang-orang
Arab dengan Al-Qur’an, padahal Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa mereka, dan
mereka pun ahli dalam bahasa dan retorikanya. Namun, ternyata mereka tidak
mampu membuat apa pun seperti Al-Qur’an, atau membuat sepuluh surat saja,
bahkan satu surah pun seperti Al-Qur’an. Maka, terbuktilah kemukjizatan Al-Qur’an
dan terbukti pula Kerasulan Muhammad.
Allah juga menetapkan untuk menjaga Al-Quran dan menjaga pula penyampaiannya yang beruntun, sehingga tak ada penyimpangan atau perubahan apa pun. Tentang Jibril yang membawa Al-Qur’an didasarkan pada firman Allah yang artinya,
“Dia
dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril)”. [QS Asy-Syu'arā’ 26:193]
Dan,
diantara sifat Al-Qur’an dan sifat orang yang diturunkan kepadanya Al-Qur’an
adalah,
●Sesungguhnya
(Al-Qur’an) itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) Utusan Yang Mulia
(Jibril), ●yang memiliki kekuatan, memiliki kedudukan
tinggi di sisi (Allah) yang memiliki ‘Arsy, ●yang di
sana (di Alam Malaikat) ditaati dan dipercaya. ●Dan
temanmu (Muhammad) itu bukanlah orang gila. ●Dan sungguh,
dia (Muhammad) telah melihatnya (Jibril)
di ufuk yang terang. ●Dan Dia (Muhammad) bukanlah
seorang yang kikir (enggan) untuk menerangkan yang gaib. [QS At-Takwīr 81:19-24]
●dan
(ini) Sesungguhnya Al-Qur’an yang sangat mulia, ●dalam
kitab yang terpelihara (Lauh Mahfūzh), ●tidak ada
yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan." [QS Al-Wāqi'ah 56:77-79]
Keistimewaan
yang demikian ini tidak dimiliki oleh kitab-kitab yang terdahulu, karena
kitab-kitab itu diperuntukkan bagi satu waktu tertentu. Maha Benar Allah dalam
firman-Nya yang artinya,
Sesungguhnya
Kamilah yang menurunkan Adz-Dzikr (Al-Qur’an), dan pasti Kami (pula) yang
memeliharanya. [QS Al- Hijr 15:9]
Risalah
Al-Qur’an di samping ditujukan kepada Manusia, juga kepada Jin, seperti yang
dijelaskan oleh firman-Nya, artinya,
●Dan
(ingatlah) ketika Kami hadapkan kepadamu (Muhammad) serombongan Jin yang
mendengarkan (bacaan) Al-Qur’an, maka ketika mereka menghadiri (pembacaan) nya
mereka berkata, “Diamlah kamu! (untuk mendengarkannya).” Maka ketika telah
selesai, mereka kembali kepada kaumnya
(untuk) memberi peringatan. ●Mereka berkata, “Wahai
kaum kami! Sungguh, kami telah mendengarkan Kitab (Al-Qur’an) yang diturunkan setelah Musa, membenarkan
kitab-kitab yang sebelumnya, membimbing kepada kebenaran, dan kepada jalan yang lurus.
●Wahai
kaum kami! Terimalah (seruan) orang (Muhammad) yang menyeru kepada Allah. Dan
berimanlah kepada-Nya, ... . [QS Al-Ahqāf 46:29-31]
Dengan
keistimewaan ini, Al-Qur’an memecahkan problematika manusia dalam berbagai segi
kehidupan, baik rohani, jasmani, sosial, ekonomi maupun politik dengan solusi
yang bijaksana. Karena, ia diturunkan oleh Yang Maha Bijaksana dan Maha
Terpuji. Pada setiap problem itu Al-Qur’an meletakkan sentuhannya yang mujarab
dengan dasar-dasar yang umum yang dapat dijadikan landasan untuk
langkah-langkah manusia, dan yang sesuai pula untuk setiap zaman.
Dengan
demikian, Al-Qur’an selalu memperoleh kelayakannya di setiap waktu dan tempat,
karena Islam adalah agama yang abadi. Alangkah menariknya apa yang dikatakan
oleh seorang juru dakwah abad ke-14 ini,
"Islam adalah suatu sistem yang
lengkap; ia dapat mengatasi segala gejala kehidupan. Ia adalah negara dan tanah
air, atau pemerintah dan bangsa. Ia adalah moral dan potensi atau rahmat dan
keadilan; ia adalah pengetahuan dan undang-undang atau ilmu dan keputusan. Ia
adalah materi dan kekayaan, atau pendapatan dan kesejahteraan. Ia adalah jihad
dan dakwah atau negara dan ideologi. Begitu pula, ia adalah akidah yang benar
dan ibadah yang syah."
Manusia yang kini hati nuraninya tersiksa
dan akhlaknya rusak tidak mempunyai pelindung lagi dari kejatuhannya ke jurang
kehinaan selain Al-Qur’an.
●... JIka
datang kepadamu petunjuk dari-Ku, maka (ketahuilah) siapa yang mengikuti
petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. ●Dan
siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya, dia akan menjalani
kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkan pada hari kiamat dalam
keadaan buta." [QS Thāhā 20:123-124]
Kaum
muslimin sendirilah yang membangun obor di tengah gelapnya sistem dan prinsip
lain. Mereka harus menjauhkan diri dari segala kegemerlapan yang palsu. Mereka
harus membimbing manusia yang kebingungan dengan Al-Qur’an sehingga terbimbing
ke pantai keselamatan. Seperti halnya kaum muslimin dahulu mempunyai negara
dengan melalui Al-Qur’an, maka tidak boleh tidak pada masa kini pun mereka
harus memiliki bangsa dengan Al-Qur’an juga. [Tamat] □ AFM
Boleh
juga diikuti tema Ulil Albab dalam blog kami sebagai berikut:
Catatan
Kaki:
[6] Sebahagian mufasir
menafsirkan Kitab itu dengan Lauh Mahfūzh yang berarti nasib
semua makhluk sudah dituliskan (ditetapkan) dalam Lauh Mahfūzh -
“if-then-else” - Jika dilakukan
kebajikan-kebaikan, akan mendapat pahala-surga. Jika dilakukan dosa-kejahatan,
akan mendapat siksa-neraka, “lahā mā
kasabat wa ‘alaiyhā maktasabat” [QS Al-Baqarah 2:286]
Dan ada pula yang
menafsirkannya dengan Al-Qur’an, dengan arti dalam Al-Qur’an itu telah ada
pokok-pokok agama, norma-norma, hukum-hukum, hikmah-hikmah dan tuntunan untuk
kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat.
[7] Ilmu-Nya dan Hikmah-Nya,
artinya semua itu tidak cukup menuliskan kalimat Allah.
Teks
terjemahan ayat Al-Qur’an sumbernya dari:
Al-Qur’an
Tafsir Per Kata Di Sarikan Dari Tafsir Ibnu Katsir, Pustaka ALFATIH
Sumber:
Studi Ilmu-Ilmu Qur’an,
terjemahan dari Mabāhits fī ‘Ulūmil Qur’an, Manna’ Khalīl al-Qattān PP
Al-Irsyad Al-Islamiyyah.
Anatomi Diri – Telaahan Qur’anik, A. Faisal Marzuki,
Rockville, Maryland (1999).
The Qur’an – Text, Translation and Commentary,
Abdullah Yusuf Ali, Published by Tahrike Tarsile Qur’an, Inc., Elmhurst, New
York 11373-1115 □□□