Friday, October 23, 2015

Lauh Mahfūzh Kitab Terpelihara 2






Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan lautan (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh lautan (lagi) setelah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat-kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [QS Luqmān 31:27].



D
alam banyak ayat, Allah menyatakan tentang sifat-sifat Lauh Mahfūzh. Sifat yang pertama adalah bahwa tidak ada yang tertinggal atau terlupakan dari kitab ini:

Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya, tidak ada yang mengetahuinya selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya, tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam Kitab Yang Nyata (Lauh Mahfūzh). [QS Al-An’ām 6:59]


Sebuah ayat menyatakan bahwa seluruh kehidupan di dunia ini tercatat dalam Lauh Mahfūzh:

Dan tidak ada seekor binatang pun yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat-umat (juga) seperti kamu. Tidak ada sesuatu pun yang Kami luputkan di dalam Kitab [6], kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan. [QS Al-An’ām 6:38]

Di ayat yang lain, dinyatakan bahwa di Bumi ataupun di Langit, di keseluruhan Alam Semesta, semua Makhluk dan Benda, termasuk benda sebesar zarrah sekali pun, diketahui oleh Allah dan tercatat dalam Lauh Mahfūzh:

“Dan tidaklah engkau (Muhammad) berada dalam suatu urusan, dan tidak membaca suatu ayat dari Al-Qur’an, serta tidak pula kamu melakukan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu ketika kamu melakukannya. Tidak lengah sedikitpun dari pengetahuan Tuhanmu biar pun sebesar zarrah baik di Bumi ataupun di Langit. Tidak ada suatu yang lebih kecil dan yang lebih besar daripada itu, melainkan semua tercatat dalam Kitab Yang Nyata (Lauh Mahfūzh)”. [QS Yunus 10:61]

Segala informasi tentang umat manusia ada dalam Lauh Mahfūzh, dan ini meliputi kode genetik dari semua manusia dan nasib mereka:

(Mereka tidak menerimanya) bahkan mereka tercengang karena telah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan dari (kalangan) mereka sendiri, maka berkatalah orang-orang kafir, “Ini adalah suatu yang sangat ajaib”. Apakah apabila kami telah mati dan sudah menjadi tanah (akan kembali lagi)? Itu adalah suatu pengembalian yang tidak mungkin. Sungguh, Kami telah mengetahui apa yang ditelan bumi dari (tubuh) mereka, sebab pada Kami ada kitab (catatan) yang terpelihara baik. [QS. Qāf 50:2-4].

Ayat berikut ini menyatakan bahwa kalimat Allah di dalam Lauh Mahfūzh tidak akan ada habisnya, dan hal ini dijelaskan melalui perumpamaan:

Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan lautan (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh lautan (lagi) setelah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat-kalimat Allah.  [7] Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [QS Luqmān 31:27].




   Fakta-fakta yang telah kami paparkan dalam tulisan ini, membuktikan sekali lagi bahwa berbagai penemuan ilmiah modern menegaskan apa yang diajarkan agama kepada umat manusia. Keyakinan buta kaum materialis yang telah dipaksakan ke dalam ilmu pengetahuan ternyata malah ditolak oleh ilmu pengetahuan itu sendiri. Sejumlah kesimpulan ilmu pengetahuan modern tentang informasi berperan untuk membuktikan secara obyektif siapakah yang benar dalam perseteruan yang telah berlangsung selama ribuan tahun. Perselisihan ini telah terjadi antara paham materialis dan agama dalam ajaran Islam. Pemikiran materialis menyatakan bahwa materi tidak memiliki permulaan dan tidak ada sesuatu pun yang ada sebelum materi. Sebaliknya, agama dalam ajaran Islam menyatakan bahwa Tuhan ada sebelum keberadaan materi, dan bahwa materi diciptakan dan diatur berdasarkan ilmu Allah yang tak terbatas.

Fakta bahwa kebenaran ini, yang telah diajarkan oleh agama-agama wahyu seperti Islam, Yahudi dan Nasrani (konsep asli) sejak permulaan sejarah, telah dibuktikan oleh berbagai penemuan ilmiah, merupakan petunjuk bagi masa berakhirnya atheis yang sebentar lagi tiba. Umat manusia semakin mendekat pada pemahaman bahwa Allah benar-benar ada dan Dialah yang Maha Mengetahui. Hal ini sebagaimana pernyataan Al-Qur’an kepada umat manusia dalam ayat berikut:

Tidaklah engkau tahu bahwa Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi? Sungguh, Yang demikian itu sudah terdapat dalam sebuah Kitab (Lauh Mahfūzh). Sesungguhnya yang demikian itu sangat mudah bagi Allah. [QS Al Hajj 22:70]

Di antara kemurahan Allah terhadap manusia, adalah Dia tidak saja memberikan sifat yang bersih yang dapat membimbing dan memberi petunjuk kepada mereka ke arah kebaikan, tetapi juga dari waktu ke waktu Dia mengutus seorang Rasul kepada umat manusia dengan membawa Kitab dari Allah Pencipta Segala Alam, dan menyuruh mereka beribadah hanya kepada Allah saja. Menyampaikan kabar gembira, dan memberikan peringatan, agar menjadi bukti bagi manusia:

Rasul-Rasul itu adalah sebagai pembawa berita gembira, dan pemberi peringatan, agar  tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah, setelah Rasul-Rasul diutus. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". [QS An-Nisā' 4:165].

Perkembangan dan kemajuan berpikir manusia senantiasa disertai wahyu yang sesuai dan dapat memecahkan problematika yang dihadapi kaum setiap rasul, sampai perkembangan itu mengalami kematangannya. Allah menghendaki agar risalah Rasul Muhammad saw muncul di dunia ini, maka diutuslah Beliau saat manusia tengah mengalami kekosongan para Rasul, untuk menyempurnakan 'bangunan' saudara-saudara pendahulunya (para Rasul) dengan syariatnya yang universal dan abadi, serta dengan Kitab yang diturunkan kepadanya, yaitu Al-Qur’an. Rasulullah saw bersabda yang artinya,

"Perumpamaan diriku dengan para Nabi sebelumku adalah bagaikan orang yang membangun sebuah rumah. Ia kemudian membaikkan dan memperindah rumah itu, kecuali letak satu bata di sebuah sudutnya. Maka orang-orang pun mengelilingi rumah itu, mereka mengaguminya dan berkata, ‘Seandainya bukan karena batu bata ini, tentulah rumah itu sudah sempurna.’ Maka akulah batu bata itu, dan akulah penutup para Nabi." [HR Muttafaqun 'Alayhi].

Al-Qur’an adalah risalah Allah kepada seluruh manusia. Banyak nas (dalil) yang menunjukkan hal itu, baik di dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah.

“Katakanlah, ‘Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua...” [QS Al-A'rāf 7:158]

“Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqān (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.” [QS Al-Furqān 25:1]

Rasulullah saw bersabda,

“Setiap Nabi diutus kepada kaumnya secara khusus, sedang aku diutus kepada segenap umat manusia.” [HR Bukhari Muslim].

Sesudah Rasul Muhammad saw tidak akan ada lagi kerasulan lain.

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasul Allah dan penutup Nabi-Nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." [QS Al- Ahzab 33:40].

Maka, tidaklah aneh bila Al-Qur’an dapat memenuhi semua tuntutan kemanusiaan berdasarkan asas-asas pertama konsep agama samawi.

Dia (Allah) telah mensyariatkan kepadamu agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nūh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa, yaitu ‘Tegakkanlah agama (keimanan dan ketaqwaan) dan janganlah kamu berpecah-belah di dalam di dalamnya....”. [QS Asy-Syūra 42:13]

Rasulullah saw juga telah menantang orang-orang Arab dengan Al-Qur’an, padahal Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa mereka, dan mereka pun ahli dalam bahasa dan retorikanya. Namun, ternyata mereka tidak mampu membuat apa pun seperti Al-Qur’an, atau membuat sepuluh surat saja, bahkan satu surah pun seperti Al-Qur’an. Maka, terbuktilah kemukjizatan Al-Qur’an dan terbukti pula Kerasulan Muhammad.

Allah juga menetapkan untuk menjaga Al-Quran dan menjaga pula penyampaiannya yang beruntun, sehingga tak ada penyimpangan atau perubahan apa pun. Tentang Jibril yang membawa Al-Qur’an didasarkan pada firman Allah yang artinya,

“Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril)”. [QS Asy-Syu'arā’ 26:193]

Dan, diantara sifat Al-Qur’an dan sifat orang yang diturunkan kepadanya Al-Qur’an adalah,

Sesungguhnya (Al-Qur’an) itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) Utusan Yang Mulia (Jibril), yang memiliki kekuatan, memiliki kedudukan tinggi di sisi (Allah) yang memiliki ‘Arsy, yang di sana (di Alam Malaikat) ditaati dan dipercaya. ●Dan temanmu (Muhammad) itu bukanlah orang gila. Dan sungguh, dia (Muhammad) telah  melihatnya (Jibril) di ufuk yang terang. Dan Dia (Muhammad) bukanlah seorang yang kikir (enggan) untuk menerangkan yang gaib. [QS At-Takwīr 81:19-24]

dan (ini) Sesungguhnya Al-Qur’an yang sangat mulia, dalam kitab yang terpelihara (Lauh Mahfūzh), tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan." [QS Al-Wāqi'ah 56:77-79]

Keistimewaan yang demikian ini tidak dimiliki oleh kitab-kitab yang terdahulu, karena kitab-kitab itu diperuntukkan bagi satu waktu tertentu. Maha Benar Allah dalam firman-Nya yang artinya,

Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Adz-Dzikr (Al-Qur’an), dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya. [QS Al- Hijr 15:9]

Risalah Al-Qur’an di samping ditujukan kepada Manusia, juga kepada Jin, seperti yang dijelaskan oleh firman-Nya, artinya,

Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan kepadamu (Muhammad) serombongan Jin yang mendengarkan (bacaan) Al-Qur’an, maka ketika mereka menghadiri (pembacaan) nya mereka berkata, “Diamlah kamu! (untuk mendengarkannya).” Maka ketika telah selesai,  mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. Mereka berkata, “Wahai kaum kami! Sungguh, kami telah mendengarkan Kitab (Al-Qur’an) yang  diturunkan setelah Musa, membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya, membimbing  kepada kebenaran, dan kepada jalan yang lurus. Wahai kaum kami! Terimalah (seruan) orang (Muhammad) yang menyeru kepada Allah. Dan berimanlah kepada-Nya, ... . [QS Al-Ahqāf 46:29-31]

Dengan keistimewaan ini, Al-Qur’an memecahkan problematika manusia dalam berbagai segi kehidupan, baik rohani, jasmani, sosial, ekonomi maupun politik dengan solusi yang bijaksana. Karena, ia diturunkan oleh Yang Maha Bijaksana dan Maha Terpuji. Pada setiap problem itu Al-Qur’an meletakkan sentuhannya yang mujarab dengan dasar-dasar yang umum yang dapat dijadikan landasan untuk langkah-langkah manusia, dan yang sesuai pula untuk setiap zaman.

Dengan demikian, Al-Qur’an selalu memperoleh kelayakannya di setiap waktu dan tempat, karena Islam adalah agama yang abadi. Alangkah menariknya apa yang dikatakan oleh seorang juru dakwah abad ke-14 ini,

"Islam adalah suatu sistem yang lengkap; ia dapat mengatasi segala gejala kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, atau pemerintah dan bangsa. Ia adalah moral dan potensi atau rahmat dan keadilan; ia adalah pengetahuan dan undang-undang atau ilmu dan keputusan. Ia adalah materi dan kekayaan, atau pendapatan dan kesejahteraan. Ia adalah jihad dan dakwah atau negara dan ideologi. Begitu pula, ia adalah akidah yang benar dan ibadah yang syah."
   
   Manusia yang kini hati nuraninya tersiksa dan akhlaknya rusak tidak mempunyai pelindung lagi dari kejatuhannya ke jurang kehinaan selain Al-Qur’an.

... JIka datang kepadamu petunjuk dari-Ku, maka (ketahuilah) siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkan pada hari kiamat dalam keadaan buta." [QS Thāhā 20:123-124]

Kaum muslimin sendirilah yang membangun obor di tengah gelapnya sistem dan prinsip lain. Mereka harus menjauhkan diri dari segala kegemerlapan yang palsu. Mereka harus membimbing manusia yang kebingungan dengan Al-Qur’an sehingga terbimbing ke pantai keselamatan. Seperti halnya kaum muslimin dahulu mempunyai negara dengan melalui Al-Qur’an, maka tidak boleh tidak pada masa kini pun mereka harus memiliki bangsa dengan Al-Qur’an juga. [Tamat] □ AFM

Boleh juga diikuti tema Ulil Albab dalam blog kami sebagai berikut: 



Catatan Kaki:

[6] Sebahagian mufasir menafsirkan Kitab itu dengan Lauh Mahfūzh yang berarti nasib semua makhluk sudah dituliskan (ditetapkan) dalam Lauh Mahfūzh - “if-then-else” - Jika dilakukan kebajikan-kebaikan, akan mendapat pahala-surga. Jika dilakukan dosa-kejahatan, akan mendapat siksa-neraka, “lahā mā kasabat wa ‘alaiyhā maktasabat” [QS Al-Baqarah 2:286]

Dan ada pula yang menafsirkannya dengan Al-Qur’an, dengan arti dalam Al-Qur’an itu telah ada pokok-pokok agama, norma-norma, hukum-hukum, hikmah-hikmah dan tuntunan untuk kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat.
[7] Ilmu-Nya dan Hikmah-Nya, artinya semua itu tidak cukup menuliskan kalimat Allah.

Teks terjemahan ayat Al-Qur’an sumbernya dari:

Al-Qur’an Tafsir Per Kata Di Sarikan Dari Tafsir Ibnu Katsir, Pustaka ALFATIH

Sumber:

Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, terjemahan dari Mabāhits fī ‘Ulūmil Qur’an, Manna’ Khalīl al-Qattān PP Al-Irsyad Al-Islamiyyah.

Anatomi Diri – Telaahan Qur’anik, A. Faisal Marzuki, Rockville, Maryland (1999).

The Qur’an – Text, Translation and Commentary, Abdullah Yusuf Ali, Published by Tahrike Tarsile Qur’an, Inc., Elmhurst, New York 11373-1115 □□□

Blog Archive