Oleh A.Faisal Marzuki
Rabbanā ātinā fid dun-yā hasanataw wa fil ākhirati hasanataw
wa qina ‘adzāban nār. Artinya: Ya Tuhan kami! Berilah kami kebaikan di dunia
dan kebaikan (pula) di akhirat dan peliharalah kami dari azab neraka, QS
Al-Baqarah 2:201.
ULIL ALBAB ADALAH INTELEKTUAL MUSLIM
K
|
ita mengenal kata-kata sarjana,
ilmuwan, intelektual. Mari kita elaborasi kata kata itu sebelum kita mengenal pengertian
yang dalam dari kata Ulil Albab yang sebenarnya. Dengan itu terasa benar
ketinggian makna Ulil Albab itu yang sampai-sampai kata Ulil Albab itu di
angkat oleh Al-Qur’an sebagai kumpulan dari firman-firman Allah Subhana Wa
Ta’ala.
Sarjana
Sarjana diartikan sebagai orang yang
lulus dari perguruan tinggi dengan membawa gelar. Jumlah banyak, karena setiap
tahun universitas memproduksi Sarjana.
Ilmuan
Sedang Ilmuwan ialah orang yang
mendalami ilmu dibidangnya. Kemudian mengembangkan ilmu bidangnya. Cara mendapatkan
ilmu bidang yang diminatinya melalui pengamatan gejala-gejala yang sedang
diselidikinya dibantu dengan peralatan tertentu. Kemudian dianalisanya dan
selanjutnya disimpulkannya. Dengan itu dia telah mengenali sesuatu yang
diselidikinya dengan cukup akurat.
Bedanya antara Sarjana dengan ilmuan
adalah diantara sekian banyak sarjana, beberapa orang sajalah yang kemudian
berkembang menjadi ilmuwan. Sebagian besar terbenam dalam kegiatan rutin saja
sebagai profesinal teknis di perusahan dimana dia bekerja.
Intelektual
Intelektual bukanlah sarjana yang hanya
menunjukkan kelompok orang yang sudah melewati pendidikan tinggi dan memperoleh
gelar sarjana. Mereka juga bukan sekadar ilmuwan yang mendalami dan
mengembangkan ilmu dengan penalaran dan perenungan dari penelitiannya. Mereka
adalah kelompok orang yang merasa terpanggil untuk memperbaiki masyarakatnya.
Caranya adalah terlebih dahulu menangkap aspirasi kemashlahatan masyarakat,
kemudian mampu merumuskannya dalam bahasa yang dapat dipahami setiap orang.
Selanjutnya menawarkan strategi dan alternatif pemecahan masalah. Inilah yang
disebut intelektual pada umumnya.
CARA KERJA INTELEKTUAL
S
|
etelah kita mengetahui apa yang
dimaksud dengan Sarjana, Ilmuan dan Itelektual seperti yang diuraikan diatas,
maka kita akan melihat bagai mana cara kerja seorang intektual.
Istilah intelektual ini bisa juga
bermacam-macam arti. Begitu beragamnya definisi intelektual. Raymond Aron
sepenuhnya melepaskan istilah itu. Tetapi James Mac Gregor Burns, ketika
bercerita tentang ‘intellectual
leadership’ sebagai transforming
leadership berkata bahwa intelektual ialah ‘a devotee of ideas, knowledge, values.’ - Pengertian yang dimaksud adalah bahwa 'Kepemimpinan intelektual' sebagai transformasi kepemimpinan mengatakan, intelektual adalah orang 'yang mempunyai ide atau
gagasan, yang berilmu dan berpengetahuan, serta membawa nilai-nilai yang berarti dan membawa kebaikan.'
Inteketual ialah orang yang
terlibat secara kritis dengan nilai, tujuan, dan cita-cita, yang mengatasi
kebutuhan-kebutuhan praktis. “Dalam definisi seperti itu maka orang yang menggarap hanya gagasan-gagasan dan data
analitis disebut sebagai seorang teoritisi. Sedang
orang yang bekerja hanya dengan gagasan-gagasan normatif disebut sebagai
seorang moralis. Kemudian, orang yang menggarap
sekaligus menggabungkan teoritisi dan moralis seperti keduanya yang disebutkan
diatas lewat imajinasi yang teratur adalah seorang intelektual.”
Jadi, intelektual adalah orang yang
mencoba membentuk lingkungannya dengan gagasan-gagasan analitis dan
normatifnya. Sedang menurut Edward A. Shils, dalam Internasional Encyclopaedia
of the Social Science, tugas intelektual ialah “menafsirkan pengalaman masa
lalu masyarakat, mendidik pemuda dalam tradisi dan ketrampilan masyarakatnya,
melancarkan dan membimbing pengalaman estetis dan keagamaan berbagai sektor
masyarakat. . .”
INTELEKTUAL MUSLIM (ULIL ALBAB)
D
|
i dalam masyarakat Islam, seorang Intelektual Muslim bukan saja seorang yang
memahami sejarah (dalam kaitan-kaitan yang melatar belakanginya suatu tindakan
dan perilaku perbuatan seperti faktor-faktor politik, psikologi,
sosiologi, antropologi, filsafat dari) suku-suku bangsa setempat, bangsa-bangsa
regional, bahkan bangsa-bangsa dunia lainnya (akibat adanya era globalisasi),
juga sebagai seorang Islamologis.
Dengan itu Intelektual
Muslim sanggup melahirkan gagasan-gagasan analitis dan normatif yang cemerlang.
Islamologis yakni pada dasarnya menguasai dua disiplin induk ‘Meta-Ilmu’ yaitu
memahami ayat-ayat Kauliyah yang terdapat dalam alam raya dan alam manusia. Dan
memahami ayat-ayat Qauliyah yaitu nash yang terdapat dalam kitab suci
Al-Qur’an. Untuk pengertian ini, Al-Quran sebenarnya mempunyai istilah khusus
dalam menyebutkan Intelektual Muslim yaitu dengan sebutan Ulil Albab.
Perkataan Ulil Albab disebut enambelas
kali dalam Al-Quran. Menurut Al-Qur’an. Ulil Albab
adalah kelompok manusia tertentu yang diberi keistimewaan oleh Allah swt. Diantara keistimewaannya ialah
mereka diberi hikmah, kebijaksaan, dan meta-ilmu disamping pengetahuan yang
diperoleh mereka secara empiris.
Ulil Albab selalu mengkaitkan fenomena
Alam Raya yang terdapat di Alam Makro (Alam Raya di Raya) dan Alam Mikro
(Antara lain Alam Biologis dan Alam Psikologis-tabiat manusia) "adanya-segala-yang-ada"
ini ada yang menjadikannya yaitu Allah Maha Pencipta.
Dalam keterkaitannya dengan adanya 'manusia'
dan 'alam' yaitu kejadian Alam Raya di Raya ini sebenarnya mempunyai kemanfaatan
bagi masyarakat manusia itu sendiri. Kalau tidak memahami seperti itu maka
sia-sialah hidup masyarakat manusia ini sebagaimana yang dikatakan oleh Ulil
Albab itu sendiri yang terdapat dalam penggal terakhir surat Āli ‘Imrān ayat
191 yang artinya:
“Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini (Langit dan
Bumi dan diantara keduanya serta isinya) dengan sia-sia, Maha Suci (dan
Sempurna) Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.”
Allah telah memberi hikmah kepada Ulil
Albab seperti disebutkan dalam surat Āli ‘Imrān ayat 190 dan 191:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam
dan siang terdapat ayat – ayat bagi ulil albab, yaitu orang – orang yang
mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi.”
Selanjutnya Allah Azza wa Jalla
berfirman yang artinya:
“Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan
barang siapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak.
Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali Ūlul Albāb”, QS Al-Baqarah 2:269.
Disebutkan pula dalam Al-Quran bahwa “Sungguh mereka adalah orang yang bisa mengambil pelajaran
dari sejarah umat manusia”, QS Yūsuf 12:111.
Dipelajarinya sejarah
berbagai bangsa, kemudian disimpulkannya satu pelajaran yang bermanfaat, yang
dapat dijadikan petunjuk dalam mengambil keputusan di dalam kehidupan ini.
“Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk
dari Allah, dan mereka itulah Ūlul Albāb”, QS Āli ‘Imrān 3:7.
PENUTUP
A
|
dapun do’a yang mengawali tulisan ini
sengaja dikutipkan seperti tersebut diatas ialah bahwa sebagai
seorang muslim kita mengingini hidup baik di akhirat itu, mesti dibuat dan
dimulai di dunia ini. Yaitu, hidupnya baik dan bermanfaat bagi manusia lain dan
alam lingkungannya.
Nah inilah yang hidup 'islami'
itu.
Sedang Ulil Albab itu perhatian pemikirannya diarahkan
seperti itu. Seperti do’a yang dimohonkan tersebut diatas. Wallahu ‘alam bish shawab, billahi Taufiq
wal-Hidayah. [Tamat] □ AFM