Bacalah,
dan Tuhanmu lah yang Maha Mulia; Yang mengajar (manusia) dengan pena (yang mencatatnya
menjadi buku sebagai sumber ilmu pengetahuan yang bermanfaat); Dia mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya. [QS Al-‘Alaq
96:3, 4, 5]
PENDAHULUAN
T
|
he Library of Congress (Perpustakaan Kongres) dulunya
berada di New York City dan
Philadelphia. Sebelas tahun kemudian pindah
ke Washington District of Columbia (Washington D. C.) yang berada di antara negara bagian Maryland dan Virginia. Kepindahannya berbarengan dengan pindahnya ibukota Amerika Serikat. Sebelumnya
ibukota Amerika berada di Philadelpia. Perpustakaan Kongres kemudian ditempatkan di Gedung Kongres Amerika Serikat sampai abad ke-19.
Sebagian besar koleksi asli telah dihancurkan oleh Inggris pada tahun
1814 selama Perang tahun 1812 sampai dengan 1815 antara Inggris dan Amerika Serikat
yang telah memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 4 Juli tahun 1776. Pada tahun 1815, Perpustakaan Kongres berusaha untuk mengisi kembali koleksi buku-buku di rak-rak perpustakaan. Untuk itu mereka membelinya, antara lain seluruh koleksi pribadi Thomas Jefferson dalam
jumlah ribuan buku yang dikumpulkannya selama 50 tahun.
Kini bangunan The Library of Congress berada di Thomas Jefferson Building. Bangunan baru dari Perpustakaan Kongres ini di sebut juga sebagai
Thomas Jefferson Building. Gedung Perputakaan ini adalah salah satu gedung tertua di Amerika. Dibangun pada tanggal 24 April 1800 oleh John Adams. Gedung ini merupakan perpustakaan
terbesar di dunia dengan jutaan koleksi buku, rekaman, photo, majalah,
koran, video, manuscript dengan menggunakan bahasa-bahasa asing yang ada di dunia, antara lain buku-buku berbahasa Indonesia.
Perpustakaan yang dijuluki “the temple of enlightenment” atau “rumah peradaban” - Dalam Islam
disebut, The House of Wisdom atau Khizanat al-Hikmah atau The Library of Wisdom. [*] Perpustakaan Kongres ini menjadi tempat menggali pikiran-pikiran besar bernegara dan
berdemokrasi bagi Anggota Congress dan masyarakat secara umum. Tugas utamanya
adalah melakukan riset atas permintaan jenis buku-buku yang diperlukan oleh anggota Congress.
Tidak pelak lagi, anggota
Congress yang telah berpengetahuan cukup baik ini, telah melahirkan ribuan regulasi, tentu dengan kualitas yang
sangat tinggi. Bahkan banyak peraturan dibuat dan menjadi rujukan bagi
perkembangan hukum di belahan dunia lainnya. Begitulah kira-kira James Madison -
salah seorang arsitek Konstitusi Amerika, diantara lainnya, Thomas Jefferson dan
Benjamin Franklin - ketika mengemukakan ide tentang pentingnya dibangun
perpustakaan ini.
PERAN THOMAS JEFFERSON
P
|
residen Thomas
Jefferson memainkan peran penting dalam membangun susunan atau struktur Perpustakaan
Kongres. Pada tanggal 26 Januari 1802, ia menandatangani RUU yang memungkinkan Presiden untuk menunjuk Pustakawan Kongres dan membentuk Komite Bersama tentang
Perpustakaan untuk mengatur dan mengawasinya. Undang-undang baru ini juga memperpanjang
hak istimewa meminjam kepada Presiden dan Wakil Presiden.
Jefferson telah
menghabiskan 50 tahun untuk membaca dan mengumpulkan berbagai buku dalam beberapa bahasa dan mata
pelajaran seperti filsafat, sejarah, hukum, arsitektur, perjalanan, ilmu
alam, matematika, studi klasik Yunani dan Roma, penemuan modern, balon udara
panas, musik, kapal selam, fosil, pertanian, meteorologi dan agama termasuk terjemahan Al-Qur'an oleh George Sale (disebut juga Qur'an Thomas Jefferson) yang dipakai juga sebagai pengangkatan sumpah jabatan para Anggota Kongres yang beragama Islam.
Koleksi Jefferson unik, karena merupakan koleksi karya-karya sarjana dan intelektual, bukan untuk dipajang, tapi untuk dibaca. Koleksi disusun berdasarkan kategori jenis
pengetahuan. Secara khusus, ia mengelompokkan yang terbagi menjadi 44 subdivisi.
Perpustakaan mengikuti kategori susunan Jefferson sampai akhir abad ke-19. Ketika
pustakawan Herbert Putnam mulai bekerja susunan klasifikasi Perpustakaan Kongres disusun lebih fleksibel yang sekarang berlaku untuk lebih dari
138 juta item.
KEDUDUKAN PERPUSTAKAAN BAGI POLITISI
S
|
ebagaimana kita pahami bahwa legislatif sebagai
salah satu pilar penting dalam berdemokrasi haruslah menjadi pilar yang kuat,
dimana para wakil rakyat haruslah yang memiliki keutamaan dan kapasitas sebagai
filosof dan intelektual serta integritas terpilih dan dipercaya oleh rakyatnya
untuk bisa menentukan haluan negara dan melakukan check and balance bagi dua pilar kekuasaan lainya (ekskutif dan
judikatif). Oleh karenanya para anggota legislatif haruslah mereka yang
memiliki budaya literasi (membaca) yang tinggi sehingga memiliki daya nalar
yang kuat, progressif, cermat, dan berfikir jauh ke depan (out of the box).
Mengapa harus demikian?
Pertama, Anda
bisa bayangkan jika undang-undang atau peraturan yang dibuat oleh legislatif
tidak cermat atau asal-asalan maka akan lahir peraturan yang ambigu dan
multitafsir sehingga bisa dijadikan alat bagi pilar kekuasaan lain untuk
menghukum orang-orang yang tak berdosa.
Kedua, jika
sebuah undang-undang dibuat sarat transaksional politik, tanpa kajian secara
komprehensip, pasal-pasal yang dilahirkan bisa tumpang tindih bahkan
bertentangan dengan Konstitusi.
Ketiga, jika undang-undang
tidak bersifat progressif dalam melihat kebutuhan masyarakat ke depan, maka
Undang-undang akan menjadi mudah usang dan ketinggalan jaman.
Oleh karena Congress memiliki peran penting
dalam menjalankan fungsi legislasi, budgeting, controlling, demi tegaknya the rule of law dan demokratisasi, maka
penting bagi sebuah negara untuk memiliki anggota Congress atau lembaga
legislatif yang berkompetensi, punya track
record yang jelas, memiliki skill dalam pembentukan hukum, serta berintegritas.
Hal-hal inilah yang seharusnya dijadikan tolok
ukur bagi rakyat ketika memberikan hak suara kepada wakilnya. Lembaga
legislatif punya tugas mulia meneguhkan the
rule of law, bukan tempat mencari pengalaman, numpang tenar, apalagi
memperkaya diri secara melawan hukum.
PENUTUP
D
|
isinilah
bedanya antara developed, developing dan underdeveloping countries.
Di negara-negara terbelakang dan bahkan juga di negara-negara sedang berkembang sering
jabatan dijadikan “barang dagangan” untuk kepentingan dan memperkaya pribadi.
Sebenarnya, persoalan berbangsa yang sesungguhnya
adalah adanya keterkaitan erat dengan kompetensi dan kualitas seorang pemimpinnya.
Tidak akan ada suatu negara berkembang menjadi negara maju tanpa ditopangi
kualitas dan kompetensi kepemimpinan yang mumpuni. Sehingga, terdapat
klasifikasi negara maju (developed
countries), negara berkembang (developing
countries), dan negara terbelakang (under
developing countries). Sementara itu, sekarang, mayoritas negara-negara
muslim berada pada posisi negara-negara berkembang dan terkebelakang.
Untuk itu, seorang pemimpin bukan hanya eksekutif
- tapi juga legislatif dan judikatif - sebetulnya memiliki tanggung jawab
terdepan dalam berkontribusi terhadap kemajuan bangsanya dan perdamaian dunia. Idealnya,
kiprah dan perilaku politik atau pemimpin merujuk pada pengetahuan yang cukup prima dan nilai-nilai integritas kepribadiannya, sebagai
jawaban terhadap dinamika persoalan bangsa.
Dalam realitas politik global, peran para pemimpin
begitu kompleks dan dirasakan belum optimal memperjuangkan persoalan krusial bangsa.
Etika politik dapat berlangsung dan berkembang dengan baik apabila para
politisi (penguasa atau pemimpin) sedini mungkin mempersiapkan diri menjadi pemimpin
yang mampu merespon berbagai persoalan bangsa dan dunia. Salah satunya adalah adanya kemauan untuk belajar dan membaca. Membaca buku-buku yang
bertalian dengan kepemimpinan yaitu sejarah jati diri bangsa, sejarah dunia
khususnya sejarah barat (negara maju), masa depan bangsa, kebiasaan baik
bangsa, peradaban, leadership, tahu dan menegakkan hukum, keadilan, ekonomi
pembangunan, pengetahuan agama, ideologi, dan filsafat.
Dan mesti ditopang dengan berkepribadian
yang baik, kapabel, jujur, adil, berkualitas, bermoral dan bertanggung jawab. Last but not least mendahulukan
kepentingan rakyat (yang dipimpinnya) daripada kepentingan pribadi dan
pencitraan yang tidak pada tempatnya. Billahit Taufiq wal-Hidayah. □ AFM
Catatan Kaki:
[*] THE HOUSE OF WISDOM - The House of Wisdom, Baghdad ini adalah pusat
intelektual utama selama zaman keemasan Islam. Didirikan oleh Khalifah Harun
Al-Rasyid (memerintah tahun 786-809), dan memuncak ketika dibawah putranya
Al-Ma’mun. Diakredasi menjadi lembaga pendidikan formal. Selama 500 tahun kota
Baghdad telah membuahkan banyak sekali intelektual dan budayawan.
The
House of Wisdom sebagai perpustakaan megah bernama Khizanat al-Hikmah (The Library of Wisdom, Perpustakaan bagi Para Intelektual) yang
terdiri dari naskah-naskah dan buku-buku yang dikumpulkan oleh ayah dan kakek Al-Ma’mun
dari berbagai subjek seni dan ilmu-ilmu pengetahuan dalam bahasa-bahasa yang
berbeda. □□
Sumber:
https://en.wikipedia.org/wiki/Library_of_Congress
https://jendelailmu-faisal.blogspot.com/2016/09/baghdad-gudang-ilmu-dan-pusat_27.html
https://www.youtube.com/embed/63Ze_bpATac Dan sumber-sumber lainnya. □□□
Foto Kredit:
Library of Congress ''Catalog:'' http://lccn.loc.gov/2008678
Carol M. Highsmith
http://photowings.org/learn-more-us-library-of-congress/□□□□