Tuesday, February 12, 2019

The Library of Congress




Bacalah, dan Tuhanmu lah yang Maha Mulia; Yang mengajar (manusia) dengan pena (yang mencatatnya menjadi buku sebagai sumber ilmu pengetahuan yang bermanfaat); Dia mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya. [QS Al-‘Alaq 96:3, 4, 5]


PENDAHULUAN

T
he Library of Congress (Perpustakaan Kongres) dulunya berada di New York City dan Philadelphia. Sebelas tahun kemudian pindah ke Washington District of Columbia (Washington D. C.) yang berada di antara negara bagian Maryland dan Virginia. Kepindahannya berbarengan dengan pindahnya ibukota Amerika Serikat. Sebelumnya ibukota Amerika berada di Philadelpia. Perpustakaan Kongres kemudian ditempatkan di Gedung Kongres Amerika Serikat sampai abad ke-19.

Sebagian besar koleksi asli telah dihancurkan oleh Inggris pada tahun 1814 selama Perang tahun 1812 sampai dengan 1815 antara Inggris dan Amerika Serikat yang telah memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 4 Juli tahun 1776. Pada tahun 1815, Perpustakaan Kongres berusaha untuk mengisi kembali koleksi buku-buku di rak-rak perpustakaan. Untuk itu mereka membelinya, antara lain seluruh koleksi pribadi Thomas Jefferson dalam jumlah ribuan buku yang dikumpulkannya selama 50 tahun.




Kini bangunan The Library of Congress berada di Thomas Jefferson Building. Bangunan baru dari Perpustakaan Kongres ini di sebut juga sebagai Thomas Jefferson Building. Gedung Perputakaan ini adalah salah satu gedung tertua di Amerika. Dibangun pada tanggal 24 April 1800 oleh John Adams. Gedung ini merupakan perpustakaan terbesar di dunia dengan jutaan koleksi buku, rekaman, photo, majalah, koran, video, manuscript dengan menggunakan bahasa-bahasa asing yang ada di dunia, antara lain buku-buku berbahasa Indonesia.

Perpustakaan yang dijuluki “the temple of enlightenment” atau “rumah peradaban” - Dalam Islam disebut, The House of Wisdom atau Khizanat al-Hikmah atau The Library of Wisdom. [*] Perpustakaan Kongres ini menjadi tempat menggali pikiran-pikiran besar bernegara dan berdemokrasi bagi Anggota Congress dan masyarakat secara umum. Tugas utamanya adalah melakukan riset atas permintaan jenis buku-buku yang diperlukan oleh anggota Congress.

Tidak pelak lagi, anggota Congress yang telah berpengetahuan cukup baik ini, telah melahirkan ribuan regulasi, tentu dengan kualitas yang sangat tinggi. Bahkan banyak peraturan dibuat dan menjadi rujukan bagi perkembangan hukum di belahan dunia lainnya. Begitulah kira-kira James Madison - salah seorang arsitek Konstitusi Amerika, diantara lainnya, Thomas Jefferson dan Benjamin Franklin - ketika mengemukakan ide tentang pentingnya dibangun perpustakaan ini.


PERAN THOMAS JEFFERSON


P
residen Thomas Jefferson memainkan peran penting dalam membangun susunan atau struktur Perpustakaan Kongres. Pada tanggal 26 Januari 1802, ia menandatangani RUU yang memungkinkan Presiden untuk menunjuk Pustakawan Kongres dan membentuk Komite Bersama tentang Perpustakaan untuk mengatur dan mengawasinya. Undang-undang baru ini juga memperpanjang hak istimewa meminjam kepada Presiden dan Wakil Presiden.

Jefferson telah menghabiskan 50 tahun untuk membaca dan mengumpulkan berbagai buku dalam beberapa bahasa dan mata pelajaran seperti filsafat, sejarah, hukum, arsitektur, perjalanan, ilmu alam, matematika, studi klasik Yunani dan Roma, penemuan modern, balon udara panas, musik, kapal selam, fosil, pertanian, meteorologi dan agama termasuk terjemahan Al-Qur'an oleh George Sale (disebut juga Qur'an Thomas Jefferson) yang dipakai juga sebagai pengangkatan sumpah jabatan para Anggota Kongres yang beragama Islam.

Koleksi Jefferson unik, karena merupakan koleksi karya-karya sarjana dan intelektual, bukan untuk dipajang, tapi untuk dibaca. Koleksi disusun berdasarkan kategori jenis pengetahuan. Secara khusus, ia mengelompokkan yang terbagi menjadi 44 subdivisi. Perpustakaan mengikuti kategori susunan Jefferson sampai akhir abad ke-19. Ketika pustakawan Herbert Putnam mulai bekerja susunan klasifikasi Perpustakaan Kongres disusun lebih fleksibel yang sekarang berlaku untuk lebih dari 138 juta item.


KEDUDUKAN PERPUSTAKAAN BAGI POLITISI

S
ebagaimana kita pahami bahwa legislatif sebagai salah satu pilar penting dalam berdemokrasi haruslah menjadi pilar yang kuat, dimana para wakil rakyat haruslah yang memiliki keutamaan dan kapasitas sebagai filosof dan intelektual serta integritas terpilih dan dipercaya oleh rakyatnya untuk bisa menentukan haluan negara dan melakukan check and balance bagi dua pilar kekuasaan lainya (ekskutif dan judikatif). Oleh karenanya para anggota legislatif haruslah mereka yang memiliki budaya literasi (membaca) yang tinggi sehingga memiliki daya nalar yang kuat, progressif, cermat, dan berfikir jauh ke depan (out of the box).


Mengapa harus demikian?

Pertama, Anda bisa bayangkan jika undang-undang atau peraturan yang dibuat oleh legislatif tidak cermat atau asal-asalan maka akan lahir peraturan yang ambigu dan multitafsir sehingga bisa dijadikan alat bagi pilar kekuasaan lain untuk menghukum orang-orang yang tak berdosa.

Kedua, jika sebuah undang-undang dibuat sarat transaksional politik, tanpa kajian secara komprehensip, pasal-pasal yang dilahirkan bisa tumpang tindih bahkan bertentangan dengan Konstitusi.

Ketiga, jika undang-undang tidak bersifat progressif dalam melihat kebutuhan masyarakat ke depan, maka Undang-undang akan menjadi mudah usang dan ketinggalan jaman.

Oleh karena Congress memiliki peran penting dalam menjalankan fungsi legislasi, budgeting, controlling, demi tegaknya the rule of law dan demokratisasi, maka penting bagi sebuah negara untuk memiliki anggota Congress atau lembaga legislatif yang berkompetensi, punya track record yang jelas, memiliki skill dalam pembentukan hukum, serta berintegritas.

Hal-hal inilah yang seharusnya dijadikan tolok ukur bagi rakyat ketika memberikan hak suara kepada wakilnya. Lembaga legislatif punya tugas mulia meneguhkan the rule of law, bukan tempat mencari pengalaman, numpang tenar, apalagi memperkaya diri secara melawan hukum.


PENUTUP

D
isinilah bedanya antara developed, developing dan underdeveloping countries. Di negara-negara terbelakang dan bahkan juga di negara-negara sedang berkembang sering jabatan dijadikan “barang dagangan” untuk kepentingan dan memperkaya pribadi.

Sebenarnya, persoalan berbangsa yang sesungguhnya adalah adanya keterkaitan erat dengan kompetensi dan kualitas seorang pemimpinnya. Tidak akan ada suatu negara berkembang menjadi negara maju tanpa ditopangi kualitas dan kompetensi kepemimpinan yang mumpuni. Sehingga, terdapat klasifikasi negara maju (developed countries), negara berkembang (developing countries), dan negara terbelakang (under developing countries). Sementara itu, sekarang, mayoritas negara-negara muslim berada pada posisi negara-negara berkembang dan terkebelakang.

Untuk itu, seorang pemimpin bukan hanya eksekutif - tapi juga legislatif dan judikatif - sebetulnya memiliki tanggung jawab terdepan dalam berkontribusi terhadap kemajuan bangsanya dan perdamaian dunia. Idealnya, kiprah dan perilaku politik atau pemimpin merujuk pada pengetahuan yang cukup prima dan nilai-nilai integritas kepribadiannya, sebagai jawaban terhadap dinamika persoalan bangsa.

Dalam realitas politik global, peran para pemimpin begitu kompleks dan dirasakan belum optimal memperjuangkan persoalan krusial bangsa. Etika politik dapat berlangsung dan berkembang dengan baik apabila para politisi (penguasa atau pemimpin) sedini mungkin mempersiapkan diri menjadi pemimpin yang mampu merespon berbagai persoalan bangsa dan dunia. Salah satunya adalah adanya kemauan untuk belajar dan membaca. Membaca buku-buku yang bertalian dengan kepemimpinan yaitu sejarah jati diri bangsa, sejarah dunia khususnya sejarah barat (negara maju), masa depan bangsa, kebiasaan baik bangsa, peradaban, leadership, tahu dan menegakkan hukum, keadilan, ekonomi pembangunan, pengetahuan agama, ideologi, dan filsafat.

Dan mesti ditopang dengan berkepribadian yang baik, kapabel, jujur, adil, berkualitas, bermoral dan bertanggung jawab. Last but not least mendahulukan kepentingan rakyat (yang dipimpinnya) daripada kepentingan pribadi dan pencitraan yang tidak pada tempatnya. Billahit Taufiq wal-Hidayah AFM



Video (klik --->) The Library of Congress



Catatan Kaki:


[*] THE HOUSE OF WISDOM - The House of Wisdom, Baghdad ini adalah pusat intelektual utama selama zaman keemasan Islam. Didirikan oleh Khalifah Harun Al-Rasyid (memerintah tahun 786-809), dan memuncak ketika dibawah putranya Al-Ma’mun. Diakredasi menjadi lembaga pendidikan formal. Selama 500 tahun kota Baghdad telah membuahkan banyak sekali intelektual dan budayawan.

The House of Wisdom sebagai perpustakaan megah bernama Khizanat al-Hikmah (The Library of Wisdom, Perpustakaan bagi Para Intelektual) yang terdiri dari naskah-naskah dan buku-buku yang dikumpulkan oleh ayah dan kakek Al-Ma’mun dari berbagai subjek seni dan ilmu-ilmu pengetahuan dalam bahasa-bahasa yang berbeda. □□


Sumber:
https://en.wikipedia.org/wiki/Library_of_Congress
https://jendelailmu-faisal.blogspot.com/2016/09/baghdad-gudang-ilmu-dan-pusat_27.html 
https://www.youtube.com/embed/63Ze_bpATac 
Dan sumber-sumber lainnya. □□□

Foto Kredit:
Library of Congress ''Catalog:'' http://lccn.loc.gov/2008678
Carol M. Highsmith
http://photowings.org/learn-more-us-library-of-congress/□□□□

Blog Archive