wa mā
arsalnāka illā rahmatan lil’ālamīn.
Dan tiada Kami (Allah)
mengutusmu (Muhammad saw, yang membawa Dinul Islam), melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi Alam Semesta [QS Al-Anbiyā’ 21:107]
Kata Pengantar:
Ikutilah tulisan dibawah ini yang menerangkan bahwa jauh sebelum kemerdekaan Amerika dari pemerintahan kolonial Kerajaan Inggris tahun 1776, founding father America – Thomas Jefferson telah terpikat tentang kedalaman isi ayat-ayat Al-Qur’an. Terutama baginya telah memberikan pencerahan dan banyak ide bagaimana dasar-dasar dalam menyusun diktum-diktum Deklarasi Kemerdekaan Amerika termasuk visi dan misi dan berintegritas seperti amanah, jujur, tanggung jawab, adil, menepati janji dalam melaksanakan amanah.
Kendatipun beliau beragama Kristen Protestan,
namun dasar-dasar penyusunannya tidak diambilkan dari Kitab Suci
kepercayaannya, melainkan diambil dari Kitab Suci Al-Qur’an. Khususnya telah
memberi masukan yang sangat berharga bagi hak-hak manusia menjadi merdeka dan
maju sebagaimana yang diimplementasikannya bagi kemerdekaan bangsa yang disebut
Amerika ini.
Memang sebenarnya, Kitab Al-Qur’an bukan saja bermanfaat bagi Muslim,
tapi juga bermanfaat bagi umat manusia. Bagi mereka diluar Islam, Al-Qur’an
adalah (telah lama) sebagai sumber (inspirasi) bagi Ilmu Pengetahuan seperti
dalam bidang Hukum; Ekonomi; Angka Matematika; Aljabar; Alogaritma; Cosmology; Astronomy;
Kimia; Kedokteran; Farmasi; Embryology; Sociology; Sejarah dan Antropology;
Kemanusian dan Keadilan; Pengetrapan konsep-konsep ajaran Islam yang menekankan
betapa pentingnya dalam berkeluarga, ber-community, ber-society,
berbangsa dalam bernegara perlu menegakkan kejujuran, keadilan, amanah,
tanggung jawab, menepati janji sebagai kesalehan sosial kemasyarakatan dalam
bernegara.
Bagi negara-negara
yang berpenduduk Muslim di abad moderen ini, yang sebelumnya diduduki dan dikuasai
oleh penjajah asing, baru hanya sadar (kalau dia sadar), Islam yang
dimengertinya baru sebagai hidayah untuk beragama ibadah mahdah atau ritual
kulit luar saja. Artinya tidak dalam arti yang kaffah yaitu termasuk juga
ajaran hidup di dunia (sebagai manusia Khalifah). Bukan pengetahuan agama (ibadah)
saja yang diperlukan, tapi juga memerlukan pengetahuan sosial dan akhlak
integritas kejujuran, amanah, keadilan, tanggung jawab, menepati janji dalam
hidup bernegara. Kalau ada hanya baru sebahagian kecil saja yang tahu atau
sadar bahwa dalam ajaran Islam juga sebagai sumber ilmu pengetahuan,
bermasyarakat dan bernegara dan berintegritas sebagaimana tersebut diatas.
Dengan demikian wajar saja bahwa terutama bagaimana bernegara saja masih
bingung. Artinya bagaimana (benar-benar) mau maju karena belum berintegritas,
tanpa itu dunia (kesejahteraan hidup bangsa dan rakyatnya) masih jauh dari
tangan yang berusaha menggapai tangkap, (mungkin pula) akhiratnya pun belum tentu dapat? [1] Sementara diluar
Islam mantap melaksanakan ajaran Islam dalam artian harus berilmu pengetahuan
dan berintegritas dalam bernegara. Dunia sudah ditangan mereka.
S
|
ungguh dalam buku yang mencerahkan ini,
Denise A. Spellberg [2] mengungkapkan sedikit tapi penting mengenai dimensi
yang diketahuinya dari hasil penelitiannya dari kisah kebebasan beragama
Amerika – yaitu sebuah drama dimana (ajaran)
Islam memainkan peran yang mengejutkan. Pada tahun 1765, sebelas tahun
sebelum menyusun Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat, Thomas Jefferson
membeli sebuah buku al-Qur’an, terjemahan dari George Sale asli dari teks Arab
(bukan dari terjemahan keterjemahan yang sering kurang pas). Dari mulai membaca
teks al-Qur’an inilah Jefferson dalam seumur hidup berminat mengetahui lebih
jauh dan lebih dalam lagi tentang ajaran Islam. Untuk itu ia menambah lagi
literatur perpustakaan buku-buku yang dibelinya lagi berkaitan dengan Islam
dalam bahasa Timur Tengah (Arab), termasuk sejarahnya dan ajaran sosial
kemasyarakatan dan hukum. Dari situ ia banyak membuat catatan-catatan hasil
studinya yang berkaitan khususnya dalam hukum sebagai studi banding dengan
hukum umum Inggris yang ada. Juga Jefferson berusaha untuk memahami Islam
meskipun itu bukan berasal dari keyakinan kepercayaannya, sebagaimana umumnya
kebanyakan mereka yang berkepercayaan Protestan sezamannya, baik yang berada di
Inggris maupun di Amerika. Tapi tidak seperti kebanyakan dari mereka, bahwa
tahun 1776 Jefferson telah bisa membayangkan Muslim bisa dan dapat sebagai
warga negara masa depan negara barunya (Amerika Serikat dari pemerintahan
kolonialis Kerajaan Inggris).
Berdasarkan penelitian, disebutkan bagaimana pendapat beberapa pendiri
Amerika Serikat diantara mereka, terutama Jefferson tentang ide-ide masa depan
Amerika Serikat. Yang menarik dari ide itu adalah adanya ide-ide cemerlang
tentang toleransi Muslim. [3] Boleh jadi ide itu timbul karena ketertarikannya
kepada ajaran hukum Islam yang telah sedemikian majunya dibanding dengan
hukum-hukum yang ada pada waktu itu. Dengan itu menandakan Muslim ini cerdas,
karena sistim hukum lebih adil dan baik dari yang ada. Yang jelas saat itu
umumnya telah menjadi landasan perdebatan praktis yang murni spekulatif bagi
landasan pemerintah Amerika masa datang tentang kehadiran umat Islam. Padahal
ketika itu kehadiran umat Islam di tanah koloni Inggris yang bernama Amerika
ini belum jelas (tidak signifikan). Umat Islam masih imaginer ketika itu.
Kendatipun kemudiannya, saat ini, masyarakat Amerika Serikat menganggap orang paling
luar dalam masyarakat Barat?
Sekarang ini perasaan kecurigaan atau secara
umum kurang berkenan kepada Islam masih ada. Sementara itu jumlah penduduk
Muslim Amerika Serikat meningkat (lihat tayangan videonya) menjadi jutaan
orang. Bahkan tahun demi tahun bertambah warga Amerika yang memeluk agama
Islam. Pemahaman pernyataan Spellberg tentang gagasan radikal dari Pendiri
Amerika seperti tersebut diatas lebih mendesak untuk diperhatikan dari yang
sebelumnya, dan ini yang perlu dijernihkan segera. Thomas Jefferson Qur’an
telah melihat dengan jitu bahwa cita-cita yang ada pada permulaan penciptaan
berdirinya negara kita perlu diperhatikan dengan sangat, karena ini akan
berimplikasi baik dan mendasar untuk sekarang ini dan kelangsungan masa depan
kita. Demikian lebih kurangnnya ulasan Denise A. Spellberg dalam bukunya
“Thomas Jefferson’s Qur’an”.[4] Sebagaimana juga disebutkan firman-Nya
dalam surat Al-Anbiyā’, Dan tiada Kami (Allah)
mengutusmu (Muhammad saw, yang
membawa Dinul Islam), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi Alam Semesta. [QS
Al-Anbiyā’ 21:107] □ AFM
Saksikan pula tayangan video Islam di Amerika
dengan meng-klik tanda https-nya dibawah ini.
Bahan
bacaan:
1. Tafsir Al-Azhar, Juz IV, Prof Dr Haji Abdulmalik
Abdulkarim Amrullah, Penerbit Pustaka Panjimas Jakarta.
2. Thomas Jefferson’s Qur'an – Islam and the Founders,
Denise A. Spellberg, Alfred A. Knopf, Publisher, New York, 10/2013.
Catatan kaki:
[1]
Maksud ajaran Islam bukanlah semata-mata (memperbaiki) hubungan dengan Allah,
melainkan juga (mengokohkan) hubungan sesama antar manusia. Lihat QS 2:112,
yaitu supaya jangan putus tali hubungan dengan Allah ‘Azza wa Jalla (hablum
minallah) dan tali hubungan dengan sesama manusia (hablum minannas). Kedua sayap kehidupan (kaffah) inilah yang akan
diperbaiki (diperkuat) oleh Islam. [Tafsir Al-Azhar Juz IV hal. 87]
[2]
Denise A. Spellberg adalah seorang Associate Professor bidang Sejarah dan Studi
Middle Eastern pada University of Texas di
Austin, Texas. Dia mengajar dalam mata pelajaran Peradaban Islam dan Islam di
Eropa dan Amerika.
[3] Dan
katakanlah (Muhammad), “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Barang siapa
menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barang siapa yang menghendaki
(kafir) biarlah dia kafir…” [QS Al-Kahf 18:29]
“Tidak ada
paksaan dalam (menganut) agama (Islam)…” [QS Al-Baqarah 2:256]
“Untukmu
agamamu, dan untukku agamaku” [QS Al-Kafirun 109:6]
[4] Thomas Jefferson’s Qur'an Inside
cover:
In
this original and illuminating book, Denise A. Spellberg reveals a little-known
but crucial dimension of the story of American religious freedom - a drama in
which Islam played a surprising role. In 1765, eleven years before composing
the Declaration of Independence, Thomas Jefferson bought a Qur'an. This marked
only the beginning of his lifelong in interest in Islam, and he would go on to
acquire numerous books on Middle Eastern languages, history and travel, taking
extensive notes on Islam as it relates to English common law. Jefferson sought
to understand Islam notwithstanding his personal disdain for the faith, a
sentiment prevalent among his Protestant contemporaries in England and America.
But unlike most of them, by 1776 Jefferson could imagine Muslims as future
citizens of his new country.
Based on groundbreaking research, recounts how a handful of the Founders,
Jefferson foremost among them, drew upon Enlightenment ideas about the
toleration of Muslims (then deemed the ultimate outsiders in Western society)
to fashion out of what had been a purely speculative debate a practical
foundation for governance in America. In this way, Muslims, who where not even
known to exist in the colonies, become the imaginary outer limit for
unprecedented, uniquely American religious pluralism that would also encompass
the actual despised minorities of Jews and Catholics. The rancorous public
dispute concerning the inclusion of Muslims, for which principle Jefferson's
political foes would vilify him to the end of his life, thus become decisive in
the founders' ultimate judgment not to establish a Protestant nation, as they
might well have done.
As popular suspicions about Islam persist and the numbers of American Muslims
grow into the millions, Spellberg’s revelatory understanding of this radical
notion of the Founders is more urgent than ever. Thomas Jefferson’s Qur’an
is a timely look at the ideals that existed at our country’s creation, and
theirs fundamental implications for our present and future.
Sumber:
http://afaisalmarzuki.blogspot.com/2014/05/islam-modernisasi-v.html□□□