Thursday, October 22, 2015

Thomas Jefferson’s Qur’an





wa mā arsalnāka illā rahmatan lil’ālamīn.
Dan tiada Kami (Allah) mengutusmu (Muhammad saw, yang membawa Dinul Islam), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi Alam Semesta [QS Al-Anbiyā’ 21:107]


Kata Pengantar:
    
   Ikutilah tulisan dibawah ini yang menerangkan bahwa jauh sebelum kemerdekaan Amerika dari pemerintahan kolonial Kerajaan Inggris tahun 1776, founding father America – Thomas Jefferson telah terpikat tentang kedalaman isi ayat-ayat Al-Qur’an. Terutama baginya telah memberikan pencerahan dan banyak ide bagaimana dasar-dasar dalam menyusun diktum-diktum Deklarasi Kemerdekaan Amerika termasuk visi dan misi dan berintegritas seperti amanah, jujur, tanggung jawab, adil, menepati janji dalam melaksanakan amanah.
 
   Kendatipun beliau beragama Kristen Protestan, namun dasar-dasar penyusunannya tidak diambilkan dari Kitab Suci kepercayaannya, melainkan diambil dari Kitab Suci Al-Qur’an. Khususnya telah memberi masukan yang sangat berharga bagi hak-hak manusia menjadi merdeka dan maju sebagaimana yang diimplementasikannya bagi kemerdekaan bangsa yang disebut Amerika ini.

   Memang sebenarnya, Kitab Al-Qur’an bukan saja bermanfaat bagi Muslim, tapi juga bermanfaat bagi umat manusia. Bagi mereka diluar Islam, Al-Qur’an adalah (telah lama) sebagai sumber (inspirasi) bagi Ilmu Pengetahuan seperti dalam bidang Hukum; Ekonomi; Angka Matematika; Aljabar; Alogaritma; Cosmology; Astronomy; Kimia; Kedokteran; Farmasi; Embryology; Sociology; Sejarah dan Antropology; Kemanusian dan Keadilan; Pengetrapan konsep-konsep ajaran Islam yang menekankan betapa pentingnya dalam berkeluarga, ber-community, ber-society, berbangsa dalam bernegara perlu menegakkan kejujuran, keadilan, amanah, tanggung jawab, menepati janji sebagai kesalehan sosial kemasyarakatan dalam bernegara.

   Bagi negara-negara yang berpenduduk Muslim di abad moderen ini, yang sebelumnya diduduki dan dikuasai oleh penjajah asing, baru hanya sadar (kalau dia sadar), Islam yang dimengertinya baru sebagai hidayah untuk beragama ibadah mahdah atau ritual kulit luar saja. Artinya tidak dalam arti yang kaffah yaitu termasuk juga ajaran hidup di dunia (sebagai manusia Khalifah). Bukan pengetahuan agama (ibadah) saja yang diperlukan, tapi juga memerlukan pengetahuan sosial dan akhlak integritas kejujuran, amanah, keadilan, tanggung jawab, menepati janji dalam hidup bernegara. Kalau ada hanya baru sebahagian kecil saja yang tahu atau sadar bahwa dalam ajaran Islam juga sebagai sumber ilmu pengetahuan, bermasyarakat dan bernegara dan berintegritas sebagaimana tersebut diatas. Dengan demikian wajar saja bahwa terutama bagaimana bernegara saja masih bingung. Artinya bagaimana (benar-benar) mau maju karena belum berintegritas, tanpa itu dunia (kesejahteraan hidup bangsa dan rakyatnya) masih jauh dari tangan yang berusaha menggapai tangkap, (mungkin pula) akhiratnya pun belum tentu dapat? [1] Sementara diluar Islam mantap melaksanakan ajaran Islam dalam artian harus berilmu pengetahuan dan berintegritas dalam bernegara. Dunia sudah ditangan mereka.



S
ungguh dalam buku yang mencerahkan ini, Denise A. Spellberg [2] mengungkapkan sedikit tapi penting mengenai dimensi yang diketahuinya dari hasil penelitiannya dari kisah kebebasan beragama Amerika – yaitu sebuah drama dimana (ajaran) Islam memainkan peran yang mengejutkan. Pada tahun 1765, sebelas tahun sebelum menyusun Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat, Thomas Jefferson membeli sebuah buku al-Qur’an, terjemahan dari George Sale asli dari teks Arab (bukan dari terjemahan keterjemahan yang sering kurang pas). Dari mulai membaca teks al-Qur’an inilah Jefferson dalam seumur hidup berminat mengetahui lebih jauh dan lebih dalam lagi tentang ajaran Islam. Untuk itu ia menambah lagi literatur perpustakaan buku-buku yang dibelinya lagi berkaitan dengan Islam dalam bahasa Timur Tengah (Arab), termasuk sejarahnya dan ajaran sosial kemasyarakatan dan hukum. Dari situ ia banyak membuat catatan-catatan hasil studinya yang berkaitan khususnya dalam hukum sebagai studi banding dengan hukum umum Inggris yang ada. Juga Jefferson berusaha untuk memahami Islam meskipun itu bukan berasal dari keyakinan kepercayaannya, sebagaimana umumnya kebanyakan mereka yang berkepercayaan Protestan sezamannya, baik yang berada di Inggris maupun di Amerika. Tapi tidak seperti kebanyakan dari mereka, bahwa tahun 1776 Jefferson telah bisa membayangkan Muslim bisa dan dapat sebagai warga negara masa depan negara barunya (Amerika Serikat dari pemerintahan kolonialis Kerajaan Inggris).

   Berdasarkan penelitian, disebutkan bagaimana pendapat beberapa pendiri Amerika Serikat diantara mereka, terutama Jefferson tentang ide-ide masa depan Amerika Serikat. Yang menarik dari ide itu adalah adanya ide-ide cemerlang tentang toleransi Muslim. [3] Boleh jadi ide itu timbul karena ketertarikannya kepada ajaran hukum Islam yang telah sedemikian majunya dibanding dengan hukum-hukum yang ada pada waktu itu. Dengan itu menandakan Muslim ini cerdas, karena sistim hukum lebih adil dan baik dari yang ada. Yang jelas saat itu umumnya telah menjadi landasan perdebatan praktis yang murni spekulatif bagi landasan pemerintah Amerika masa datang tentang kehadiran umat Islam. Padahal ketika itu kehadiran umat Islam di tanah koloni Inggris yang bernama Amerika ini belum jelas (tidak signifikan). Umat Islam masih imaginer ketika itu. Kendatipun kemudiannya, saat ini, masyarakat Amerika Serikat menganggap orang paling luar dalam masyarakat Barat?

   Sekarang ini perasaan kecurigaan atau secara umum kurang berkenan kepada Islam masih ada. Sementara itu jumlah penduduk Muslim Amerika Serikat meningkat (lihat tayangan videonya) menjadi jutaan orang. Bahkan tahun demi tahun bertambah warga Amerika yang memeluk agama Islam. Pemahaman pernyataan Spellberg tentang gagasan radikal dari Pendiri Amerika seperti tersebut diatas lebih mendesak untuk diperhatikan dari yang sebelumnya, dan ini yang perlu dijernihkan segera. Thomas Jefferson Qur’an telah melihat dengan jitu bahwa cita-cita yang ada pada permulaan penciptaan berdirinya negara kita perlu diperhatikan dengan sangat, karena ini akan berimplikasi baik dan mendasar untuk sekarang ini dan kelangsungan masa depan kita. Demikian lebih kurangnnya ulasan Denise A. Spellberg dalam bukunya “Thomas Jefferson’s Qur’an”.[4] Sebagaimana juga disebutkan firman-Nya dalam surat Al-Anbiyā’,  Dan tiada Kami (Allah) mengutusmu (Muhammad saw, yang membawa Dinul Islam), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi Alam Semesta. [QS Al-Anbiyā’ 21:107] AFM

Saksikan pula tayangan video Islam di Amerika dengan meng-klik tanda https-nya dibawah ini.



Bahan bacaan:
1. Tafsir Al-Azhar, Juz IV, Prof Dr Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah, Penerbit Pustaka Panjimas Jakarta.
2. Thomas Jefferson’s Qur'an – Islam and the Founders, Denise A. Spellberg, Alfred A. Knopf, Publisher, New York, 10/2013.

Catatan kaki:
[1] Maksud ajaran Islam bukanlah semata-mata (memperbaiki) hubungan dengan Allah, melainkan juga (mengokohkan) hubungan sesama antar manusia. Lihat QS 2:112, yaitu supaya jangan putus tali hubungan dengan Allah ‘Azza wa Jalla (hablum minallah) dan tali hubungan dengan sesama manusia (hablum minannas). Kedua sayap kehidupan (kaffah) inilah yang akan diperbaiki (diperkuat) oleh Islam. [Tafsir Al-Azhar Juz IV hal. 87]

[2] Denise A. Spellberg adalah seorang Associate Professor bidang Sejarah dan Studi  Middle Eastern pada University of Texas di Austin, Texas. Dia mengajar dalam mata pelajaran Peradaban Islam dan Islam di Eropa dan Amerika.

[3] Dan katakanlah (Muhammad), “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Barang siapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barang siapa yang menghendaki (kafir) biarlah dia kafir…” [QS Al-Kahf 18:29]

“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam)…” [QS Al-Baqarah 2:256]

“Untukmu agamamu, dan untukku agamaku” [QS Al-Kafirun 109:6]

[4] Thomas Jefferson’s Qur'an Inside cover:
In this original and illuminating book, Denise A. Spellberg reveals a little-known but crucial dimension of the story of American religious freedom - a drama in which Islam played a surprising role. In 1765, eleven years before composing the Declaration of Independence, Thomas Jefferson bought a Qur'an. This marked only the beginning of his lifelong in interest in Islam, and he would go on to acquire numerous books on Middle Eastern languages, history and travel, taking extensive notes on Islam as it relates to English common law. Jefferson sought to understand Islam notwithstanding his personal disdain for the faith, a sentiment prevalent among his Protestant contemporaries in England and America. But unlike most of them, by 1776 Jefferson could imagine Muslims as future citizens of his new country.

   Based on groundbreaking research, recounts how a handful of the Founders, Jefferson foremost among them, drew upon Enlightenment ideas about the toleration of Muslims (then deemed the ultimate outsiders in Western society) to fashion out of what had been a purely speculative debate a practical foundation for governance in America. In this way, Muslims, who where not even known to exist in the colonies, become the imaginary outer limit for unprecedented, uniquely American religious pluralism that would also encompass the actual despised minorities of Jews and Catholics. The rancorous public dispute concerning the inclusion of Muslims, for which principle Jefferson's political foes would vilify him to the end of his life, thus become decisive in the founders' ultimate judgment not to establish a Protestant nation, as they might well have done. 

   As popular suspicions about Islam persist and the numbers of American Muslims grow into the millions, Spellberg’s revelatory understanding of this radical notion of the Founders is more urgent than ever. Thomas Jefferson’s Qur’an is a timely look at the ideals that existed at our country’s creation, and theirs fundamental implications for our present and future.

Sumber:
http://afaisalmarzuki.blogspot.com/2014/05/islam-modernisasi-v.html□□□

Blog Archive