Friday, October 23, 2015

Lauh Mahfūzh Kitab Terpelihara 1





“Dan sesungguhnya (copy) Al-Qur’an (yang ada di Bumi) itu (aslinya ada) dalam Ummul Kitab (Induk Al-Kitab yang terpelihara) di sisi Kami (di dalam Lauh Mahfūzh), benar-benar (bernilai) tinggi dan penuh hikmah (di dalamnya). [QS Az-Zukhruf 43:4]


Lauh Mahfūzh (لَوْحٍ مَحْفُوظٍ) adalah Kitab ("Super Server") tempat Allah menuliskan segala dan seluruh catatan (recording), scenario (programming), dan cetak biru (flow charting) kejadian (phenomenon) [1] di Alam Semesta dan pengendaliannya. Allah Pengendali (Rabb Al-‘Ālamīn) seluruh Alam Ciptaan-Nya termasuk Manusia, biasanya selalu kita tuliskan dibelakangnya yaitu Subhana Wa Ta’ala. Subhana, maknanya “Yang Maha Sempurna”. Terlepas dari segala ketidak sempurnaan-Nya atau ketidakadacacat-Nya yang disebut Al-Qudus. Ta’ala, maknanya “Yang Maha Tinggi lagi Mulia”. Dzat-Nya, Dia yang tak terjangkau bagi pengetahuan kita. Dia yang tak mampu dilihat dan dijangkau kehadiran-Nya oleh kita yang “awam lagi lemah” ini, karena Kemaha Tinggian dan Kemaha Mulian Zat-Nya. Kecuali melalui kaca mata iman berupa Al-Qur’an Al-Karim dan Al-Hadits yang menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan-Nya dan Ciptaan-Nya serta asal dan tujuan dari di ciptakannya Alam Semesta dan “Tujuan dan Peranan Manusia” ciptaan-Nya. Selanjutnya dipahami melalui “Aqli” ayat-ayat Kauniyah-Nya Yaitu Alam Semesta-Nya Jagat Besar – Universe, dan Jagat Kecil-Biologis dan partikel inti atom, zarrah. Melalui “Naqli” ayat-ayat-Nya yang terdapat di Kitab Suci Al-Qur’an melalui terjemahan; Tafsir para Mufasirin; dan Ulil-Albab. [2]

L
auh Mahfūzh disebut di dalam Al-Qur'an sebanyak 13 kali diantaranya adalah dalam surah Az-Zukhruf menjelaskan makna yang dalam dari isi Al-Qur’an dan keterpeliharaannya dijaga sesuai dengan yang ada di Lauh Mahfūzh,

“Dan sesungguhnya (copy) Al-Qur’an (yang ada di Bumi) itu (aslinya ada) dalam Ummul Kitab (Induk Al-Kitab yang terpelihara) di sisi Kami (di dalam Lauh Mahfūzh), benar-benar (bernilai) tinggi dan penuh hikmah (di dalamnya). [QS Az-Zukhruf 43:4]

Dalam surat Qāf yang menjelaskan apa yang “ditelan” Bumi dari “tubuh manusia” itu, maksudnya adalah, ketika manusia mati, lantas dikubur, menjadi tanah kembali (kecuali tulang dan tengkoraknya). Hal ini dipertanyakan oleh yang tidak mempercayai bahwa hal seperti itu dapat di "bangkitkan kembali". Yaitu hidup untuk dimintai pertanggungan jawab atas perbuatannya selama hidup sebelum matinya (perhatikan pula ayat sebelumnya dari surat yang sama yaitu ayat 2 dan 3). Nah, proses bangkit atau kejadiannya kembali seperti itu memang sudah di "program" (dicatat) di Lauh Mahfūzh,

“Sungguh, Kami telah mengetahui apa yang ditelan Bumi dari (tubuh) mereka, sebab pada Kami ada Kitab (yaitu "program" - proses kehidupan yang akan dimintai pertanggungan jawabnya dan dibalasi sesuai dengan amal perbuatannya) yang terpelihara baik (dalam arsip-Nya)”. [QS Qāf 50: 4]

Dalam surat  An-Naml yang menjelaskan apapun peristiwa di Langit yaitu Alam Ruang Angkasa Raya yang "Tampak Nyata" oleh sains (ilmu pengetahuan manusia) sebanyaknya kurang dari 1 persennya. "Tidak Tampak" tapi dapat di deteksi disebut "Energi Gelap" sebanyak 73 persen. Sisanya sebanyak 27 persen kurang, sebagai materi "Tak Tampak" disebut sebagai "Materi Gelap". Mengenai masalah ini dapat diikuti blog kami dalam tema "Penciptaan Alam Semesta Dalam Enam Masa". Dan di Bumi pada umumnya, dan khususnya apa-apa yang dilakukan manusia sejak kedatangan Adam as dan ummat kemudiannya sampai di akhir zaman. Semuanya terdapat catatan (sejarah) segala perbuatan manusia di segala kurun zamannya, tidak ada yang luput dari kamera video-Nya dan arsip tertulis di sisi-Nya,

“Dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi di Langit (Alam Semesta dengan segala isinya yang sudah terang maupun yang gelap bagi Sains) dan di Bumi (yang tercatat dalam pra-sejarah dan sejarah yang dilakukan oleh ahli sejarah – historian maupun yang tidak tercatat), melainkan (semua tercatat) dalam Kitab Yang Jelas (di Lauh Mahfūzh – “arsip video dan catatan super server” di sisi-Nya)”. [QS An-Naml 27: 75]


Nama lain dari Lauh Mahfūzh berdasarkan Al-Qur'an adalah sebagai berikut:

Induk Kitab, أم الكتاب, Ummu al-Kitāb Kitab Yang Terpelihara, كِتَابٍ مَّكْنُونٍ, Kitābim Maknūn, seperti yang disebutkan dalam surat Al-Wāqi'ah ayat 78 Kitab Yang Nyata, كِتَابٍ مُّبِينٍ, Kitābim Mubīn, seperti yang disebutkan dalam surat An-Naml ayat 75  Sebuah Kitab, Fī Kitāb, seperti yang disebutkan dalam surat Al-Hajj ayat 70.
 
   Ayat-ayat yang disebutkan diatas adalah untuk menegaskan kepada Nabi Muhammad saw, tentang keluasan ilmu Allah. Sekalipun Nabi Muhammad saw yang dituju dalam ayat-ayat tersebut, tapi juga termasuk di dalamnya seluruh umatnya mesti mengetahuinya juga. Seakan-akan Allah mengatakan kepadanya, “Apakah engkau tidak mengetahui wahai (umat) Muhammad! Bahwa ilmu Allah itu amat luas, meliputi segala apa yang ada di Langit (Alam Semesta dengan segala Ruangan dan Isi di dalamnya), dan di Bumi (segala apa yang ada dilangit (atmosfir) Bumi, pada dataran Bumi dan di dalam Bumi). Kesemuanya itu tidak ada sesuatupun yang luput dari ilmu-Nya, walaupun barang itu sebesar zarrah atau lebih kecil lagi dari itu. Bahkan Dia mengetahui segala yang tergores di dalam hati manusia.

Semua ilmu Allah itu tertulis di Lauh Mahfūzh, ialah suatu Kitab yang di dalamnya disebutkan segala yang ada. Dimana kitab itu telah ada dan lengkap dengan data tercatat (data yang sangat komprhensif dan akurat berupa cetak biru Ruang Alam Semesta dengan segala isinya) sebelum Allah swt menciptakan Langit dan Bumi. Menurut Abu Muslim Al Asfihani, yang dimaksud dengan Kitab dalam ayat ini, ialah pemeliharaan sesuatu dan pencatatannya dengan sempurna. Tidak ada sesuatu yang tidak terdapat di dalamnya. Hal inilah yang merupakan ilmu Allah. Pengetahuan yang amat sempurna dan pencatatan yang lengkap tentang segala sesuatu serta penetapan hukum yang akan dijadikan bahan pengadilan di akhirat kelak tidaklah sukar bagi Allah. Dia menetapkan sesuatu di akhirat nanti dengan seadil-adilnya, karena segala macam yang dijadikan bahan pertimbangan telah ada pada-Nya tidak ada yang kurang sedikitpun.

“Dan tidaklah engkau (Muhammad) berada dalam suatu urusan, dan tidak membaca suatu ayat dari Al-Qur’an, serta tidak pula kamu melakukan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu ketika kamu melakukannya. Tidak lengah sedikitpun dari pengetahuan Tuhanmu biar pun sebesar zarrah baik di Bumi ataupun di Langit. Tidak ada suatu yang lebih kecil dan yang lebih besar daripada itu, melainkan semua tercatat dalam Kitab Yang Nyata (Lauh Mahfūzh)”. [QS Yunus 10:61]

Allah swt menyeru Rasul-Nya dan umat manusia yang menaatinya, bahwa pada saat Rasulullah saw melaksanakan urusan yang penting yang menyangkut masyarakat pada saat membacakan ayat-ayat Al-Qur’an yang mengatur semua urusan itu dan pada saat manusia melaksanakan amal perbuatannya tidak ada yang terlepas dari pengawasan Allah. Dia menyaksikan semua amal perbuatan itu pada saat dilakukannya. Yang termasuk urusan penting dalam ayat ini ialah segala macam urusan yang menyangkut kepentingan umat seperti urusan Dakwah Islamiyah, yaitu mengajak umat agar mengikuti jalan yang lurus dengan cara yang bijaksana, dan suri teladan yang baik, membangunkan kesadaran umat agar tertarik untuk melakukan perintah agama, dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Termasuk pula urusan pendidikan umat dan cara-cara merealisir pendidikan itu, hingga menjadi kenyataan yang berfaedah bagi kesejahteraan umat. Disebutkan pula bahwa ayat-ayat Al-Qur’an yang dibaca itu mencakup semua urusan berdasarkan pola-pola pelaksanaannya, tidak boleh menyimpang daripadanya, karena urusan segala umat secara prinsip telah diatur dalam Kitab itu. Kemudian disebutkan, semua amalan yang dilakukan oleh hamba-Nya, agar kaum muslimin tergugah hatinya, untuk melakukan perbuatan yang telah digariskan oleh wahyu yang diturunkan pada Rasul-Nya, dan mempedomani fungsi isi dari wahyu itu dalam urusannya sehari-hari, serta menaati Rasul karena apa yang diucapkan, dan dikerjakan Rasul itu menjadi suri teladan yang baik bagi seluruh umat. Dalam ayat itu, Allah swt menandaskan, bahwa segala macam amalan yang dilakukan oleh hamba-Nya, tidak ada satu pun yang terlepas dari ilmu Allah meskipun amalan itu lebih kecil dari benda yang terkecil, atau pun urusan itu maha penting, sehingga tak terkendalikan oleh manusia.

Disebutkannya, urusan yang kecil dari yang terkecil, dan urusan yang maha penting agar tergambar dalam hati para hamba-Nya, bahwa ilmu Allah itu begitu sempurna sehingga tidak ada satu urusan pun yang terlepas dari ilmu-Nya, bagaimanapun remehnya urusan itu dan bagaimana pentingnya urusan itu, walaupun urusan itu, di luar kemampuan manusia. Ilmu Allah tidak hanya meliputi segala macam urusan yang ada di bumi, yang kebiasaannya urusan ini dapat dibayangkan oleh mereka secara mudah. Juga meliputi segala macam urusan di langit, yang urusannya lebih rumit dan lebih sukar tergambar dalam pikiran mereka. Hal ini untuk menguatkan arti dari keluasan ilmu Allah, sehingga terasalah keagungan dan kekuasaan-Nya. Di akhir ayat ini Allah swt menyatakan dengan tandas bahwa tidak ada satu urusan pun melainkan tercatat dalam Kitab Yang Nyata yaitu Lauh Mahfūzh. Maksudnya segala macam urusan itu, semuanya terkontrol dan terkendali, serta terkuasai, oleh ilmu Allah Yang Maha Luas itu, dan tercatat dalam Kitab-Nya yang bernilai tinggi dan sempurna uraiannya. Allah swt berfirman, “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri...” [QS Al-An'ām 6:59]

Allah telah mencatat segala kejadian-kejadian di dalam Lauh Mahfūzh, dari permulaan zaman sampai akhir zaman. Baik berupa kisah Nabi dan Rasul, azab yang menimpa suatu kaum, pengetahuan tentang wahyu para Nabi dan Rasul, tentang penciptaan alam semesta dan lain-lain. Sekalipun, jika kita tidak melihat segala sesuatu, semua itu ada dalam catatan Lauh Mahfūzh.

Menurut Tafsir Qurtubi, semua takdir makhluk Allah telah ditulis-Nya di Lauh Mahfūzh, bisa saja dihapus atau dirubah oleh Allah swt atau Allah swt menetapkan sesuai dengan kehendak-Nya. Kemudian yang dapat merubah takdir yang tertulis dalam Lauh Mahfūzh itu hanya do’a dan perbuatan atau usaha kebajikan.

Muhammad saw bersabda: “Tiada yang bisa merubah takdir selain do’a dan tiada yang bisa memanjangkan umur kecuali perbuatan baik". [HR At-Tirmidziy dan Ibnu Majah; dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albaniy]

Lauh Mahfūzh akan kekal selamanya karena ia termasuk makhluk yang abadi, selain Lauh Mahfūzh makhluk abadi adalah 'Arsy, Surga, Neraka dan lain-lain yang dikehendaki-Nya yang Dia lebih tahu.

Para Jin Mencuri Berita

   Allah telah menjadikan Lauh Mahfūzh ini sebagai tempat untuk menyimpan segala rahasia di Langit dan di Bumi. Jin dari golongan setan akan berusaha untuk mencuri segala rahasia yang tertulis didalamnya, untuk menipu manusia. Disamping itu, mereka juga memiliki tujuan untuk memainkan ‘aqidah manusia. Sebab itu Allah swt melarang manusia untuk mengetahui ramalan nasib, karena peramal itu dibantu oleh Jin. Dan, Jin itu akan membisikkan hasil curian itu kedalam hati peramal. Jika ada syaithan yang berusaha mencuri berita, maka malaikat penjaga Lauh Mahfūzh akan melemparkan bintang ke arah pencuri berita tersebut. Pelemparan ini yang terkadang kita lihat dengan adanya bintang jatuh yang mengeluarkan semburan api atau terlihat semacam meteor.


“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang (nya), dan Kami menjaganya dari tiap-tiap syaithan yang terkutuk, kecuali syaithan yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari malaikat) lalu dia dikejar oleh semburan api yang terang”. [QS Al-Hijr 15:16-18]

Tidak banyak diketahui tentang Lauh Mahfūzh dan para ulama jarang menjabarkannya dengan detail, karena ia adalah urusan alam ghaib (rahasia Allah). Dalam Al-Quran pun, Lauh Mahfūzh di sebut secara sepintas saja, tanpa penjelasan lebih lanjut. Sebagai contohnya dalam satu peristiwa yang amat bersejarah, ahli tafsir menyatakan Lauh Mahfūzh disebut berkaitan dengan Nuzul Al-Quran dari Lauh Mahfūzh ke Baitul Izzah (Langit Dunia) secara sekaligus yang terjadi dalam bulan Ramadhan (kemudiannya di wahyukan ke Rasul Muhammad saw secara berangsur sesuai dengan keperluannya (Asbabul Nuzul) selama 23 tahun. Dengan itu disamping memudahkan untuk di hafal, dipahami pula isinya. Dalam hubungan kegunaannya sebagai “Petunjuk (Al-Huda)” yaitu Operating Manual (Panduan Hidup). Ini diperlukan agar hidup (menjalankan hidup) sebagai “Khalifah-Khalifah” Pemakmur Kehidupan di Bumi [3] (bukan Perusak Kehidupan di Bumi) yaitu suatu kegiatan dalam rangka menjalankan ibadah kepada-Nya. [4]

   Sejauh ini, kita telah menyaksikan kesimpulan sains (ilmu pengetahuan) tentang Alam Semesta dan asal-usul makhluk hidup [5]. Kesimpulan ini adalah bahwa keseluruhan Alam Semesta dan kehidupan itu sendiri diciptakan dengan menggunakan cetak biru informasi yang telah ada sebelumnya.

Kesimpulan yang dicapai sains modern ini sungguh sangat bersesuaian dengan fakta tersembunyi yang tercantum dalam Al-Qur’an yang diturunkan pada 14 abad yang lalu. Dalam Al-Qur’an, Kitab yang diturunkan kepada manusia sebagai Petunjuk, Allah menyatakan bahwa Lauh Mahfūzh (Kitab Yang Terpelihara) telah ada sebelum penciptaan Alam Semesta. Selain itu, Lauh Mahfūzh juga berisi informasi yang menjelaskan seluruh penciptaan dan peristiwa di Alam Semesta. Lauh Mahfūzh berarti terpelihara (mahfūzh), jadi segala sesuatu yang tertulis di dalamnya tidak berubah, kadaluarsa atau rusak. Dalam Al-Qur’an, ini disebut sebagai Ummul Kitāb (Induk Kitab), Kitābun Hafīdz (Kitab Yang Memelihara atau Mencatat), Kitābun Maknūn (Kitab Yang Terpelihara) atau sebagai Kitab saja. Lauh Mahfūzh juga disebut sebagai Kitābun Min Qabli (Kitab Ketetapan) karena mengisahkan tentang berbagai peristiwa yang akan dialami umat manusia. □ AFM

Catatan Kaki:

[1] Kejadian: phenomenon: happening; fact; situation; circumstance; experience; episode.

[2] Ulil Albab pengertiannya dapat dilihat dalam blog kami sebagai berikut:

       Kedudukan Ulul Albab 1

       Kedudukan Ulul Albab 2

       Ulil Albab adalah Intelektual Muslim 


[3] Pemakmur Bumi: Dia (Allah) telah menciptakan-mu (manusia) dari bumi (tanah) dan menjadikan-mu (manusia) pemakmurnya. [QS Hūd 11:61]

Catatan: Mengenai pengertian tanah yakni, kandungan dzat-dzat biologis dari tanah atau saripati dzat hidup dari tanah.

[4] Diciptakan untuk beribadah kepada-Nya: Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku (Allah Maha Pencipta, Creator). [QS Adz-Dzāriyāt 51:56]

[5] Asal Usul makhluk hidup selain manusia, dapat dimengerti kalau itu melalui proses evolusi. Sedang manusia (manusia khalifah) diciptakan melalui proses penciptaan langsung - creation oleh Allah Maha Pencipta (Creator). Artinya tidak melalui proses evolusi (seperti yang diyakini oleh beberaba saintis berdasarkan hipotesa atau teori Charles Darwin) sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla: “Sesungguhnya Aku (Allah) hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” [QS Al-Baqarah 2:30]. Manusia Khalifah ini cerdas (tidak seperi Homo Sapiens yang ada dikenal mendekati seperti manusia) karena “manusia khalifah” diajarkan segala macam ilmu sesuai dengan keperluan tugas khalifahnya. Dan Dia (Allah) mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda, fungsi dan kegunaan – nature dari benda-benda itu) seluruhnya. [QS Al-Baqarah 2:31]

Teks terjemahan ayat Al-Qur’an sumbernya dari:

Al-Qur’an Tafsir Per Kata Di Sarikan Dari Tafsir Ibnu Katsir, Pustaka ALFATIH

Sumber:

Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, terjemahan dari Mabāhits fī ‘Ulūmil Qur’an, Manna’ Khalīl al-Qattān PP Al-Irsyad Al-Islamiyyah.

Anatomi Diri – Telaahan Qur’anik, A. Faisal Marzuki, Rockville, Maryland (1999).

The Qur’an – Text, Translation and Commentary, Abdullah Yusuf Ali, Published by Tahrike Tarsile Qur’an, Inc., Elmhurst, New York 11373-1115 □□□

Blog Archive