Saturday, October 3, 2015

Dahsyatnya Penciptaan Alam Semesta




A. Faisal Marzuki
 


Wahai Tuhan-ku!
Segala Puji Bagi-Mu, Engkau yang telah Menciptakan (Mendirikan) Langit dan Bumi dan diantara keduanya;
Dan Segala puji Bagi-Mu, yang telah Merajai (Memerintah) Langit dan Bumi dan diantara keduanya;
Dan Segala puji Bagi-Mu yang telah Memberikan Tenaga Hidup (Cahaya)  Langit dan Bumi dan diantara keduanya.

"Tidaklah langit yang tujuh dibandingkan dengan Kursi (Allah) melainkan seperti sebentuk cincin yang tercampak di atas tanah kosong yang luas. Begitulah juga kelebihan Arasy ke atas Kursi samalah seperti kelebihan tanah kosong yang luas itu ke atas cincin tersebut".


Penciptaan Alama Semesta

D
alam ilmu pengetahuan moderen (sains) tentang ilmu ruang angkasa (cosmology) sekarang ini adalah hasil dari penelitian ilmiah melalui observasi ruang angkasa dengan menggunakan alat-alat tertentu seperti teleskop bumi, radiologi, teleskop satelit ruang angkasa (teleskop Hubble atau Spitzer atau Compton), dan teori-teori geologi, fisika, astronomi, dan seterusnya serta perhitungan matematik khusus yang berkenaan dengannya, secara jelas sekali menyatakan bahwa pada suatu titik waktu tertentu seluruh jagat raya ini dulunya tidak ada seperti sekarang ini, kalaupun ada baru merupakan asap (dukhān) yang berbentuk kabut tebal (yang berkomposisikan gas panas). Allah, Tuhan Maha Pencipta Alam Semesta berfirman yang artinya:

Kemudian Dia menuju ke langit dan (langit ketika) itu masih merupakan asap (dukhān). [QS Fushshilat 41:11]

Oleh karena Langit Ruang Angkasa (Samāwāti) dan Bumi (Ard) dimana Langit Ruang Angkasa berisikan entity Matahari dengan planet-planet Merkurius, Venus, Bumi dan Bulan, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto, Eris; Bintang-bintang dalam Gugus-gugus bintang (Galaksi); Kumpulan Galaksi-galaksi (Super Cluster) semua itu berasal dari asap yang sama. Semuanya itu merupakan satu hubungan koneksi entity Alam Semesta. Bintang-bintang di Ruang Angkasa yang kita lihat berkelap-kelip di malam hari itu dulunya merupakan satu kesatuan Alam Semesta dalam bentuk asap (dukhān). Allah, Sang Pencipta Alam Semesta itu berfirman:

... bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. [QS Al-Anbiya’ 21:30]




Dr. Alfred Kroner adalah salah seorang yang terkenal di dunia sebagai ahli geologi. Dia adalah profesor geologi dan ketua dari departemen geologi pada Institut Geosciences, Johannes Gutenberg University, Mainz, Jerman. Dia berkata:

”Coba pikir siapa Muhammad yang hidup pada abad ke-7, saya pikir tidak mungkin sama sekali dia tahu tentang hal asal kejadian alam jagat raya ini, karena para ahli baru menemukan dan mengetahuinya beberapa tahun belakang ini. Pengetahuan seperti itu adalah rumit dan untuk mengetahuinya diperlukan metoda teknologi yang sangat maju, dalam soal itu.”

Lanjutnya ia berkata:

”Seseorang yang tidak mengetahui fisika nuklir 1400 tahun lalu yang tidak mungkin dilakukannya, saya pikir dengan posisi dan waktu ketika itu tidak mungkin keluar dari pengetahuannya, seperti bahwa bumi dan langit berasal dari yang tadinya satu dalam bentuk asap (dukhān).” [1]


Penciptaan Alam Semesta yang terdiri dari Ruang Angkasa Raya dengan isinya Bumi dan planet-planet lainnya serta bintang-bintang dilakukan dalam enam masa tahapan sebagaimana disebutkan oleh firman-Nya yang artinya:

Allah-lah yang menciptakan Langit Ruang Angkasa (Samāwāti) dan Bumi (Ard) dan segala apa yang ada diantara keduanya dalam enam masa. [QS As-Sajdah 32:4]

Enam masa yang disebutkan itu adalah dari masa (1) ’Cikal Bakal’ kepada ’Ada’, dalam bentuk Asap (Dukhān, Dark Ages) panas; Selanjutnya masa (2) Ruang Angkasa (Langit) diisi oleh Bintang-bintang yang pertama yang masih sangat panas; Diteruskan ke masa (3) Ruang Angsa berkembang lagi yang diisi oleh Galaksi-galaksi pertama yaitu gugus-gugus bintang atau kumpulan-kumpulan bintang pada gugus bintang masing-masing yang masih sangat panas; Kemudian dikembangkan lagi ke masa (4) sesuai dengan perkembangan isi Alam Semesta, yaitu Ruang Angkasa lebih membesar lagi dengan bertambahnya galaksi-galaksi yang terdiri dari kumpulan bintang-bintang yang juga bertambah. Pada fase ini Alam Semesta lebih stabil dan panasnya berkurang; Kemudian masa (5) yaitu masanya para galaksi-galaksi menjadi tumbuh matang (stabil, memadat) yang masing-masing anggota-anggotanya seperti bintang-bintang, planet-planet dengan bulan-bulan pengikutnya masing-masing membentuk kelompok galaksi-galaksi yang lebih besar lagi disebut sebagai Super Cluster dan kumpulan-kumpulan Super Cluster lainnya; Terakhir masa (6) mulai adanya kehidupan organisme dari yang bersel satu menjadi bersel banyak. Kemudian berkembang menjadi jenis tumbuh-tumbuhan dan pepohonan (Alam Tumbuhan). Dan binatang-binatang (Alam Khewan).

Asal mula penciptaan Alam Semesta yaitu Ruang Angkasa dengan Segala Isinya dilakukan oleh Allah Maha Penciptanya sebagaimana firman-Nya yang artinya:

Dialah yang menghidupkan (mencipta) dan mematikan (masa hidupnya berakhir), maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan (menghidupkan, mencipta), Dia hanya berkata kepadanya. ”Jadilah (Kun), maka jadilah ia (Fayakun). [QS Al-Mu’min 40:68]

Khususnya dalam penciptaan Alam Semesta (Ruang Angkasa dengan Segala Isinya) mulai terjadi menurut Sains adanya ”Ledakan Dahsyat” (Big Bang) yaitu ”Kun” (Jadilah) ”Fayakun” (Maka, Jadilah – prosesnya berlangsung).


Alam Semesta Yang Ada Sekarang Ini

A
lam Semesta yang menurut sains terjadinya sudah 14 sampai 15 milyard tahun terhitung sejak diperintahkan kepada makhluk (creation) ’Cikal Bakal’ Alam Semesta oleh Allah Maha Pencipta (Creator) yang terkenal dengan penyebutan ”Kun” (Jadilah) ”Fayakun” (Maka Jadilah) Alam Semesta ini.

Sains menyebutkan sebagai teori ”Ledakan Dahsyat” (Teori Big Bang). Yaitu suatu adanya Fluktuasi Quantum menjadi Mengembang (inflasi) dengan adanya pola pijaran cahaya. Setelah itu masa gelap (asap) proses ini berjalan selama sekitar 400.000 tahun. Selanjutnya setelah itu terciptalah bintang-bintang yang pertama selama sekitar 400 juta thun terhitung sejak dari  ”Kun Fayakun”. Baru pada 14 sampai 15 milyard tahun setelah ”Big Bang” Alam Semesta dengan Segala Isinya ada seperti sekarang ini.

Diperkirakan diameternya mencapai 30 miliyar tahun cahaya. Artinya, jika cahaya mencoba menyeberangi alam semesta. dari tepi kiri menuju tepi kanan, ia butuh waktu selama 30 miliyar tahun! Sungguh sebuah ukuran yang sangat sangat sangat jauh!

Jika manusia menyeberangi alam semesta dengan menggunakan pesawat ulang alik berkecepatan 20.ooo km per jam, maka waktu yang diperlukannya adalah sekitar 1,62 miliyar miliyar tahun, alias 1,62 dengan sepuluh pangkat 18 tahun (angka nol sebanyak 18). Sebuah hal yang sangat muskil dilakukan oleh manusia!

Diperkirakan alam semesta ini memuat partikel sejumlah 10 pangkat 81, yang tersebar di seluruh penjuru langit. Di antaranya, yang terbanyak adalah yang berada di pusat alam semesta. Yang lain tersebar dalam bentuk benda-benda langit dan debu angkasa. Termasuk, partikel-partikel pembentuk matahari, bintang, nebula, dan planet Bumi.

Secara sederhana, alam semesta ini boleh diumpamakan seperti sebuah terompet raksasa yang memuat triliyunan benda langit. Mulai dari yang terkecil, debu-debu angkasa, batu meteor, batu komet, batu asteroid, satelit, planet, matahari, bebagai jenis bintang-bintang, galaksi, sampai yang terbesar, supercluster.

Seluruh benda langit itu membentuk sistem saling tarik-menarik dan saling ‘mengikat’ lewat gaya gravitasi. Coba bayangkan, ada triliyunan kelereng yang sedang mengambang di awang-awang. Triliyunan benda itu semuanya bergerak. Tidak ada yang diam! Dan ‘sedikit’ sekali terjadi tabrakan, terutama pada kelereng-kelereng yang berukuran besar. Karena masing-masing kelereng itu memiliki lintasan geraknya masing-masing. Kecuali benda-benda langit yang bergerak bebas dan tidak memiliki lintasan orbit.

Kita melihat sebuah ‘demonstrasi’ kekuatan yang Maha Dahsyat, yang mengatur keseimbangan gerakan itu. Jika tidak, maka sungguh seluruh benda langit itu akan saling bertabrakan, dan menjadi kacaulah langit kita.

Akan tetapi, yang terjadi bukan begitu. Meskipun sudah berlangsung selama 12 miliyar tahun, benda-benda langit itu bergerak secara harmonis. Benda-benda langit yang berukuran besar, memiliki dua jenis gerakan. Gerakan pertama adalah gerakan berputar pada dirinya sendiri, yang dikenal sebagai gerakan rotasi. Sedangkan gerakan kedua adalah gerakan melingkari benda yang lebih besar dari dirinya, yang dikenal sebagai gerakan revolusi.

Jadi bisa kita bayangkan, betapa benda yang paling kecil adalah benda yang paling ‘pusing’. Ambillah contoh, Bulan. Bulan adalah satelit Bumi. la berputar pada dirinya sendiri. Selain itu, ia juga mengitari Bumi pada lintasan orbitnya yang berjarak sekitar 1 menit cahaya alias sekitar 18 juta km dari Bumi. Juga berevolusi dengan Matahari bersama Bumi.

Lintasan itu memiliki pola yang tetap. Sehingga pergerakan Bulan bisa dihitung secara akurat oleh manusia. Katakanlah, waktu terjadinya gerhana Bulan. Manusia telah bisa memperkirakan kapan bakal terjadi gerhana Bulan di tahun tahun mendatang. Karena itu, pergerakan bulan ini bisa dijadikan patokan penanggalan alias kalendar. Termasuk kalendar Hijriyah yang digunakan oleh umat Islam. Satu kali perputaran Bulan mengelilingi Bumi membutuhkan waktu 29,5 hari.

Bukan hanya bulan yang bergerak, tetapi juga Bumi. Planet yang memuat sekitar 7 miliyar lebih Manusia ini berputar pada dirinya sendiri. Satu kali rotasi menghabiskan waktu 24 jam alias sehari. Selain itu juga berputar mengelilingi Matahari dalam kurun waktu 365 seperempat hari, satu kali putaran, yang disebut sebagai setahun.

Maka kita melihat di sini, bahwa bulan mengelilingi Bumi pada periode tertentu, dengan cara tertentu. Dan kemudian, Bumi bersama Bulan, mengelilingi Matahari pada periode tertentu dengan cara tertentu pula.


Nah, apakah Matahari juga bergerak seperti itu? Ternyata, iya. Matahari yang menjadi pusat pergerakan sembilan planet termasuk Bumi ini, ternyata juga bergerak berotasi dan berevolusi. Selama sekitar 5 miliyar tahun Matahari bergerak berirama bersama kesembilan planet, yaitu Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto; mengelilingi sebuah Bintang yang berukuran sangat besar yang berada di pusat Galaksi Bima sakti.

Galaksi Bima Sakti beranggotakan sekitar 100 sampai 200 miliyar matahari, lihat Gambar galaksi Bima Sakti. Kesemuanya berputar mengelilingi pusat galaksi yang berbentuk cakram. Bumi dan tatasurya kita terletak di salah satu wilayah agak ke pinggir dari cakram tersebut.

Maka, Dalam satu galaksi ini saja kita bisa ‘melihat’ betapa ada bermiliyar-miliyar benda langit yang sedang bergerak dalam sebuah irama yang sangat harmonis. Ratusan miliyar matahari, dan triliunan planet, asteroid, satelit, serta berbagai batu angkasa sedang ‘menari-nari’ dalam komposisi irama galaksi Bima Sakti yang sangat mengagumkan.

Namun, dari data Astronomi juga diketahui bahwa jumlah galaksi di alam semesta ini ternyata sangatlah banyak, lihat Gambar Samudra galaksi di alam semesta. Bisa mencapai ratusan miliyar galaksi. Bahkan boleh jadi triliyunan. Setiap saat, para ahli astronomi bisa menemukan sejumlah gugusan bintang alias galaksi lewat teleskop Hubble atau Spitzer atau Compton.

Ternyata, bukan hanya matahari atau bintang-bintang yang bergerak secara berirama dalam satu gugusan. Melainkan, galaksi-galaksi itupun bergerak berotasi dan berevolusi mengelilingi sebuah galaksi yang sangat besar. Tidak kurang dari 100 miliyar galaksi diperkirakan bergerak berirama membentuk gugusan galaksi yang disebut Supercluster. Lagi-lagi kita melihat sebuah “orchestra alam semesta” yang luar biasa dahsyatnya, dalam sebuah parade triliyunan matahari yang ‘menari-nari’ dengan cantik sekali.

Sampai disinikah besarnya alam semesta? Ternyata tidak. Gerakan-gerakan berputar dan berirama itu terus membesar, membesar dan membesar. Dari Bulan mengelilingi Bumi, kemudian mengelilingi Matahari, lantas mengelilingi pusat galaksi, dan berevolusi mengitari pusat Supercluster, diperkirakan masih terus membentuk gugusan gugusan yang lebih besar yang belum ketahuan tepinya. Meskipun, para ahli menyimpulkan alam semesta ini besarnya terbatas pada diameter 30 miliyar tahun cahaya. Tapi, disinilah manusia mulai merasakan situasi ‘kritis’ atas pemahamannya terhadap alam semesta. Mereka dihadang oleh sebuah ‘Kekuasaan’ dan ‘Kecerdasan’ yang Sangat Misterius, yaitu: Allah Hayyun Qayyun, yang sedang menggelar sebuah “Orchestra Alam Jaga Raya Maha Dahsyat” dalam skala “Besarnya Kerajaan Allah” yang tidak terbayangkan! Belum lagi Alam dibalik Alam Semesta (Beyond Universe).



Alam Dibalik Alam Semesta (Beyond Universe)

D
ari Gambar Sket Alam (Universe) Alam Dibalik Alam Semesta (Beyond Universe) berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits terdapat metaalam-metaalam atau lapisan-lapisan  metaalam sebagai berikut, (1) Tirai Nur; (2) Arasy; (3) Surga Firdaus; (4) Air; (5) Kursiy; (6) Sidratul Muntaha; (7) Baitul Makmur & Jannatal Marwa.



Sains sampai saat ini baru hanya mengenal Alam Semesta. Alam Semesta ini dikenal juga dengan nama Jagat Raya atau Jagat Raya di Raya atau Universe. Sedangkan Alam Dibalik Alam Semesta (Beyond Universe) belum atau sama sekali tidak diketahui oleh Sains. Namun secara filsafat atau ilmu-ilmu semua agama mengenalnya. Namun gambaran keterangannya yang lebih jelas dan rinci ada dari Ajaran Islam. Alam Semesta yang dikenal Sains sudah sangat luar-luar-luar biasa besar dan luasnya. Namun menurut keterangan Al-Qur’an ada lagi yang lebih besar lagi dibandingkan dengan Alam Semesta (Universe), yaitu Kursiy. Lebih besar lagi dari Kursiy adalah Arasy.

Dalam hadits sahih riwayat Imam Baihaqi di dalam kitab mu'tabarnya Al-Asma Was As-Sifat, juga menurut Ibnu Abi Syaibah di dalam Kitab Al-Arasy dan Ibnu Kathir di dalam Tafsir Al-Quran Al-Azim, meriwayatkan Nabi Muhammad saw bersabda yang artinya:

"Tidaklah langit yang tujuh dibandingkan dengan Kursiy Allah melainkan seperti sebentuk cincin yang tercampak di atas tanah kosong yang luas. Begitulah juga kelebihan Arasy Allah di atas Kursiy Allah samalah seperti kelebihan tanah kosong yang luas itu ke atas cincin tersebut". [Hadits tersebut juga boleh dilihat di dalam kitab Arasy Allah oleh Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dan Silsilah Al-Ahadith As-Sahihah oleh Syeikh Nasaruddin Al-Albani.]

Pengertian Kata Arasy

A
rasy merupakan bentuk mashdar dari kata kerja ‘arasya – ya‘risyu – ‘arsyan (عَرَشَ يَعْرِشُ عَرْشًا) yang artinya adalah bangunan, singgasana, istana atau takhta. Di dalam al-Qur’an, perkataan ‘Arasy itu disebut sebanyak 33 kali.

Kata ‘Arasy mempunyai banyak maksud, tetapi pada umumnya yang dimaksudkan adalah singgasana atau takhta Tuhan atau boleh juga disebut sebagai Head Quarter, Kantor Pusat dari Pengendalian Seluruh Alam Semesta (Ruang Angsa dengan segala isinya).

Tentang pengertian ‘Arasy, Rasyid Ridha dalam Tafsir al-Manar menjelaskan bahwa ‘Arasy merupakan ”pusat pengendalian segala persoalan makhluk-Nya di alam semesta”. Penjelasan Rasyid Rida itu antara lain didasarkan pada Al-Qur'an yang artinya: ”Kemudian Dia bersemayam di atas Arasy untuk mengatur segala urusan”. [QS Yunus 10:3]


Letak Arasy

A
rasy terletak di atas Syurga Firdaus, Nabi Muhammad saw, bersabda kepada sahabat Abu Hurairah yang di riwayatkan oleh Imam Bukhari, Imam Ahmad, dan Ibnu ‘Ashim yang artinya:

“Apabila engkau memohon kepada Allah, maka mohonlah kepadanya Syurga Firdaus. Sesungguhnya ia (adalah) Syurga yang paling utama dan paling tinggi. Di atasnya terdapat ‘Arasy Allah yang Maha Pengasih...”


Demikian dahsyatnya penciptaan Alam Semesta oleh Allah Pencipta Alam Semesta (Universe) dan Alam dibalik Alam Semesta (Beyond Universe).  Tuhan Hayyun (Hidup Kekal) Qayyun (Tegak Berdiri Sendiri Mengurus Ciptaan-Nya) mempunyai wilayah Kerajaan amat amat amat luas dan maha maha maha besar.

Alam Semesta raya di raya dengan segala isinya merupakan hasil ciptaan-Nya tidak dibiarkan begitu saja, melainkan diurus-Nya dengan baik. Masing-masing hidup dan tumbuh dalam koordinasi rapih. Gerakannya harmonis dan indah. Dalam garis edarnya yang anggun dalam suasana damai – tidak berbenturan. Allahu Akbar, wallahu a’lam bish-shawab.  □ AFM


Catatan Kaki:
[1] The First Three Minutes, a Modern View of the Origin of the Universe, Weinberg, pp. 94-105. □□


Bahan Bacaan:
http://afaisalmarzuki.blogspot.com/2015/09/besarnya-kerajaan-allah-1.html
http://afaisalmarzuki.blogspot.com/2015/09/besarnya-kerajaan-allah-2.html  □□□

Blog Archive