"Dan sungguh Kami telah menciptakan manusia dari saripati
(berasal) dari tanah liat, kemudian Kami menjadikannya setetes cairan (sperma) dan Kami menempatkan dalam tempat yang kokoh (rahim)" [QS Al-Mu’minūn 23:12,13]
“Kemudian Kami tempatkan (setetes) sperma (nuthfah) di tempat yang sudah
ditentukan; Kemudian Kami membuat sperma menjadi gumpalan darah beku (‘alaqah); Kemudian dari gumpalan itu
Kami membuat gumpalan daging (janin); Kemudian Kami membuat tulang dalam gumpalan daging itu (‘idhāma) dan membalutinya
dengan daging (lahman); Kemudian Kami
mengembangkan dari sana berbentuk makhluk lain. Mahasempurna
Allah, Pencipta Terbaik! [QS Al-Mu’minūn 23:14]
ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN (III)
Oleh: A. Faisal Marzuki
PENCIPTAAN MANUSIA
T
|
ahun 1940-an Professor Stiger dari Institut
Carnegie Embryology Washington DC telah menuliskan penemuannya dalam bidang
biologi khususnya ’stages of human development’. Dia mengatakan bahwa
dari sperma menjadi manusia diperlukan 23 tahap berdasarkan bentuknya, namun
pendapat ini bertahan sampai tahun 1970 tidak lama setelah ilmuan yang lain
melakukan penelitian kembali selama 4 tahun berdasarkan tinjauan dari ayat-ayat
Al-Qur’an dan penelitian ’microscope research’ - riset dengan menggunakan
mikroskop elektron yang dapat melihat bentuk yang sekecil-kecilnya.
Dari Al-Qur’an diambil dari surat ke-86, Ath-Thāriq
ayat 6 [1] dan surat ke-23, Al-Mu’minūn ayat 12-14. Demikianlah seperti yang
dikatakan oleh Dr Emeritus Keith L. Moore, Prof Anatomi dan Biologi Sel,
Canada. Dr. Moore, adalah salah satu
ilmuwan dunia yang paling terkemuka di bidang anatomi dan embriologi
dan
menyusun pula sebuah buku yang berjudul: “Developing Human”, sebuah buku terbaik yang diberikan pengesahannya oleh
lembaga ilmu pengetahuan embriologi Amerika. Buku ini telah diterjemahkan ke
beberapa bahasa.
Kata Dr. Moore: However Quran uses vivid details
to explain the stages of human embryology. Way before any human being presented
anything on embryology, let alone stages of embryology. Surah 23 (the
Believers) verse 12-14:
“And
assuredly We made man from the extract of clay, then We made him a drop of
liquid (sperm) and We put in strong serenity” [2]
“Then
We place as (a drop of) sperm (nuthfah) in a place firmly fixed;
Then We made the sperm into a clot
of congealed blood (‘alaqah);
Then of that clot We made a (fetus)
lump (mudghah); Then We made out of that lump bones (‘idhāma) and clothed the bones with flesh (lahman);
Then We develop out of it another
creature. Blessed be God, the Best of Creators! [3]
Artinya:
Namun Qur’an
menggunakan detail yang jelas dalam
menjelaskan tahapan perkembangan embriologi manusia. Jauh sebelum manusia menyajikan sesuatu tentang embriologi, seperti
halnya pada tahapan-tahapan
perkembangan embriologi cabang
bayi. Surah 23 (Orang-Orang Yang
Beriman) ayat 12-14:
"Dan sungguh Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah liat, kemudian Kami menjadikannya setetes cairan (sperma) dan Kami menempatkan dalam tempat yang kokoh (rahim)" [2]
“Kemudian Kami tempatkan (setetes) sperma (nuthfah) di tempat yang sudah
ditentukan; Kemudian Kami membuat sperma menjadi gumpalan darah beku (‘alaqah); Kemudian dari gumpalan
itu Kami membuat gumpalan daging (janin); Kemudian Kami membuat tulang dalam
gumpalan daging itu (‘idhāma) dan membalutinya dengan daging (lahman); Kemudian Kami mengembangkan dari sana berbentuk
makhluk lain. Mahasempurna Allah, Pencipta Terbaik! [3]
Demikianlah Uraian proses sebagai manusia ‘basyariah’ seperti tersebut
diatas oleh Dr. Moore.
MANUSIA INSANIAH
D
|
ari perkembangan manusia ‘basyariah’ seperti yang
dijelaskan dalam surat Al-Mu’minūn ayat 12-14 ini dilanjutkan lagi menjadi
benar-benar sebagai manusia yaitu manusia yang berpotensi sebagai
manusia ‘insaniah’
yaitu manusia ‘khalifatul fil ardh’
seperti firman Allah ‘Azza wa Jalla
ini sebagai berikut:
فإذا سويته ونفخت فيه
من روحي
fa-idzā
sawwaytuhū wa nafakhtu fīhi mirrūhī faqo’ū lahū sājidīn
“When I have fashioned him (in due proportion) and breathed into him of My spirit, fall ye down in obeisance unto him.”
Kemudian apabila telah Aku sempurnakan kejadiannya
(tubuh, jasad) dan (kemudian) Aku tiupkan ruh (ciptaan) Ku kepadanya, maka
tundulah kamudengan bersujud kepadanya (perintah Allah kepada malaikat sebagai
tanda hormat lihat ayat berikutnya). [QS Shad 38:72]
وهو الذي جعلكم خلائف الأرض
wa
huwal ladzī ja’alakum khalāifal ardhi
It is He Who hath made you (His) agents, inheritors of the earth.
Dan Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah
di bumi. [QS Al-An’ām 6:165]
Khalifah-khalifah bermakna: Para Mandataris yang
diserahi tugas oleh Tuhan Sekalian Alam dalam mengelola kehidupan di bumi
bersama manusia-manusia yang lainnya agar manusia dan alam lestari dan
sejahtera (khalifah sebagai pemakmur bumi). [4] Tentunya para Mandataris ini
selaku ‘mandatory’ (penerima mandat yang dipercayainya wajib menjalanankanya
sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari pemberi mandat yakni Allah ‘Azza wa
Jalla.
PENUTUP
S
|
ix plus one stages of human embryology: ● Then
We made him a drop of liquid (sperm)
and put in strong serenity; ● Then We made the sperm drop into a (nuthfah)
[5] in a place firmly fixed; ● Then We made the sperm (nuthfah) into a clot of congealed blood (‘alaqah) [6]; ● Then of that clot
We made a (fetus) lump (mudghah) [7]; ● Then We made out of that lump bones (‘idhāma) [8] and clothed the bones with flesh (lahman) [9]; ● Then We develop out of it another creature (al-Nash’a)
[10]; ● Then We breathed into him of My spirit (soul, ruh) [11]
Artinya: Enam
ditambah satu adalah nerupakan tahapan
perkembangan embriologi menjadi
manusia, yaitu: ● Kemudian Kami membuatnya setetes cairan (sperma) dan Kami
menempatkan dalam tempat
yang kokoh
(rahim); ● Kemudian Kami jatuhkan
sperma ke dalam (nuthfah) [5] di tempat yang sudah ditentukan; ● Kemudian Kami membuat
sperma (nuthfah) menjadi gumpalan darah beku (‘alaqah) [6]; ●
Kemudian dari gumpalan itu Kami membuat (janin) benjolan (mudghah) [7]; ● Kemudian
Kami membuat tulang benjolan itu (‘idhāma) [8] dan
mengenakan tulang dengan daging (lahman) [9]; ●
Kemudian Kami mengembangkan makhluk lain (al-Nash'a) [10]; ●
Kemudian Kami menghembuskan nafas rohku kepada-Nya (ruh) [11].
Sebagai kesimpulan, embriologi adalah cabang ilmu. Ini adalah studi tentang
perkembangan embrio dalam rahim ibu. Sebelumnya ilmuan embriologi
mengasumsikan tulang dan otot serta embrio berkembang pada saat bersamaan. Pendapat itu sudah
lama dipercayai
oleh beberapa ilmuan biologi, sementara itu ayat-ayat Al-Qur’an tersebut belum dilengkapi dengan penjelasan secara ilmu pengetahuan sains. Setelah ditemukan mikroskop elektron yang selanjutnya dengan alat itu digunakan untuk
melakukan penelitiannya. Berdasarkan
penelitian mikroskopis itu benarlah apa yang disebutkan dalam ayat-ayat
Al-Qur'an. Kata demi kata yang dipaparkan sungguh
mengandung kebenaran yang nyata. Jadi pemeriksaan ‘data-data’ dari ayat Al-Qur’an
pada tingkat mikroskopis atas perkembangan ‘cabang bayi’ di dalam rahim ibu yang terjadi itu persis seperti yang dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Qur’an
tersebut.
Jadi hasil telaahan mikroskopis itu adalah: Kehidupan dimulai pada saat pembuahan ketika satu sperma
tunggal bergabung dengan sel telur, kemudian membentuk satu sel embrio (zigot). Dan pada saat inilah mulai ditentukannya suatu karakteristik individu
baru yang dinamakan manusia. Al-Quran
mencatat fakta ini 1400 tahun yang lalu. ‘Ilmu Pengetahuan Sains’ baru dapat mengkonfirmasi
kebenaran
ayat-ayat Al-Qur’an tersebut pada abad
ke-20.
Penjelasan perkembangan embrio manusia dalam Al-Qur'an yang
diturunkan pada abad ke-7 itu tidak
dapat dipahami
ketika itu bahwa keterangannya itu bersifat scientific
(ilmiah). Satu-satunya kesimpulan
yang masuk akalsehat adalah sungguh benar bahwa Al-Qur’an itu
bukan buatan Muhammad (saw),
melainkan wahyu yang diturunkan-Nya kepada Muhammad untuk disampaikan kepada
ummat manusia. Al-Qur’an sungguh benar yang telah dibuktikan signifikansinya
dari kebenaran saintifik. Dengan itu terbukti bahwa Al-Qur’an bukanlah kumpulan 'aksioma-aksioma' (ketentuan-ketentuan) agama semata, melainkan suatu kebenaran ilmiah yang nyata sekali. Subhānallāh, Blessed be God, the Best of
Creators! Billāhit Taufiq wal-Hidāyah.
[Bersambung] □ AFM
Catatan Kaki:
[1] He is created from a drop emitted. Dia (manusia) diciptakan dari
air (mani) yang terpancar. [QS At-Tāriq 86:6]
[2] Man We did create from a quintessence (of
clay); Then We placed him as (a drop of) sperm in a place of rest, firmly fixed
- Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan
saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). [QS
Al-Mu’minūn 23:12,13]
[3] Then We made the
sperm into a clot of congealed blood; then of that clot We made a (foetus)
lump; then we made out of that lump bones and clothed the bones with flesh;
then we developed out of it another creature. So blessed be Allah, the best
to create! - Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah; Lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging;
Dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang; Lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk)
lain. Maka Mahasucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. [QS
Al-Mu’minūn 23:14]
[4] “Dia
telah menciptakan kamu dari bumi dan menjadikan kamu pemakmurnya,” Manusia
di jadikan penghuni bumi untuk menguasai dan memakmur dunia. [QS Hud 11:61]
[5] Nuthfah,
which means a drop or small amount of liquid.
[6] ‘Alaqah, which means a leech-like structure.
[7] Mudghah,
which means a chewed-like structure.
[8] ‘Idhāma,
which means bone or skeleton.
[9] Lahman
(Kisā), which means the clothing of bones with flesh or muscle.
[10] Another creature (Al-Nash’a), which means
the formation of distinct fetus.
[11] Soul,
Ruh, which means made clearly different between man and another creature
(like animal). On animal have body and psyche, but man have body, psyche plus
soul or ruh. Lihat Islam dan Ilmu Pengetahuan (I). □□
Referensi:
1. The Divine Book 6_10 (Human Embryology),
MPEG-4 Movie
2. Digital Qur’an ver 3.1
3. ALFATIH, Al-Qur’an Tafsir Per Kata Di Sarikan
Dari Tafsir Ibnu Katsir, Pustaka ALFATIH. □□□