Kota Metropolitan Jakarta dalam gemerlapan malam. |
KATA PENGANTAR
I
|
kutilah tulisan
dibawah ini yang menerangkan bahwa jauh sebelum kemerdekaan Amerika dari
pemerintahan kolonial kerajaan Inggris tahun 1776, founding father America,
Thomas Jefferson, telah terpikat tentang kedalaman isi ayat Al-Qur’an terutama
baginya telah memberikan pencerahan dan banyak ide bagaimana dasar-dasar dalam
menyusun diktum-diktum Deklarasi Kemerdekaan Amerika termasuk visi dan misi yang
berintegritas (amanah, jujur, tanggung jawab, adil, menepati janji) dalam
melaksanakannya. Kendatipun beliau beragama Kristen Protestant, namun
dasar-dasar penyusunannya tidak diambilkan dari kitab suci kepercayaannya,
melainkan diambil dari Kitab Suci Al-Qur’an. Khususnya telah memberi masukan
yang sangat berarti bagi hak-hak manusia menjadi merdeka dan maju sebagaimana
yang diimplementasikannya bagi kemerdekaan bangsa yang disebut Amerika ini.
Memang sebenarnya,
Kitab Al-Qur’an bukan saja bermanfaat bagi Muslim, tapi juga bermanfaat bagi
umat manusia (rahmatan lil ’ālamīn).
Bagi mereka diluar Islam, Al-Qur’an adalah (telah lama) sebagai sumber
(inspirasi) bagi Ilmu Pengetahuan seperti dalam bidang Hukum; Ekonomi; Angka
Matematika; Aljabar; Algoritma; Cosmology; Embryology; Sociology; Sejarah dan
Antropology; Kemanusian dan Keadilan; Pengetrapan konsep-konsep ajaran Islam
yang menekankan betapa pentingnya dalam berkeluarga, ber-community, ber-society, berbangsa dalam bernegara
dan antar negara perlu menegakkan kejujuran, keadilan, amanah, tanggung jawab,
menepati janji (kesalehan sosial kemasyarakatan).
Bagi Muslim abad moderen ini baru hanya sadar
(kalau dia sadar) bahwa Islam yang dimengertinya baru sebagai hidayah untuk
beragama (ibadah mahdah atau ritual) kulit luar saja. Artinya tidak dalam arti
yang kaffah yaitu termasuk juga ajaran hidup di dunia (sebagai manusia
Khalifah) yang memerlukan pengetahuan dan memerlukan integritas seperti:
kejujuran, amanah, keadilan, tanggung jawab, menepati janji. Kalau ada hanya
baru sebahagian kecil saja yang tahu atau sadar bahwa dalam ajaran Islam
sebagai sumber ilmu pengetahuan, bermasyarakat dan bernegara serta antar negara
yang berintegritas sebagaimana tersebut diatas. Dengan demikian wajar saja
bahwa terutama bagaimana bernegara saja masih bingung. Artinya bagaimana
(benar-benar) mau maju karena belum berintegritas, tanpa itu dunia
(kesejahteraan hidup bangsa dan rakyatnya) masih jauh dari tangan kita,
(mungkin pula) akhiratnya pun belum tentu dapat? [1] Sementara diluar Islam
mantap melaksanakan ajaran Islam dalam artian harus berilmu pengetahuan dan
berintegritas dalam bernegara. Dunia sudah ditangan mereka. □
ISLAM DAN MODERNISASI (V)
Oleh: A. Fasial Marzuki
THOMAS JEFFERSON’S QUR’AN
D
|
enise A. Spellberg, seorang profesor sejarah dan studi Timur Tengah di
University of Texas di Austin, di mana dia mengajar mata
kuliah peradaban Islam dan Islam di Eropa dan
Amerika, menulis subuah buku dengan judul “Thomas
Jefferson’s Qur'an - Islam and the Founders”. Artinya adalah: Al-Qur’an yang dimilili Thomas
Jefferson - Islam dan Para Pendiri (Negara Amerika Serikat). Buku ini sungguh
menarik.
Dari tulisan Prof. Denise A. Spellberg ini
terungkaplah bahwa ide-ide kemerdekaan Amerika yang memerlukan Konstitusi pencerahannya
di dapat dari Al-Qur’an dan sudah barang tentu sejarah Nabi Muhammad terutama
Piagam Madinah sebagai Konstitusi yang digunakan masyarakat Madinah yang
majemuk. Kapabelitas atau otoritas Prof. Spellberg (kebiasaan orang Amerika
dari pengganti nama lengkap, disebutkan nama akhirnya saja) dimungkinkan karena
dia seorang mahaguru (dosen) dalam mata kuliah peradaban Islam. Dalam hal ini ia sungguh
menguasainya, karena memahami betul Islam - dalam hubungan peradaban - telah membangun
peradabannya yang luar biasa.
Dalam catatan sejarah berdirinya negara Amerika
Serikat setelah Proklamasi Kemerdekaannya baru memiliki Konstitusi
(Undang-Undang Dasar) baru 11 tahun kemudian. Padahal berdirinya sebuah negara
memerlukannya. Sementara Muhammad Rasulullah saw mula pertama kali menyusunnya, dengan cara itu dapat mengakselerasi
kemajuan peradaban Islam. Kemajuan ini bahkan diakui seperti yang disebutkan
oleh
Pufendorf - penulis buku “Frieherr von Pufendorf’s of
the Law and Nature and Nation”, buku pegangan Thomas Jefferson - mengatakan
bahwa aturan dan hukum yang dibuat oleh Muhammad (saw), penguasa dan penegak hukum bangsa Arab yang mampu
mengembangkan bangsanya lebih besar daripada bangsa Romawi dalam waktu kurang dari
satu abad, juga sangat penting untuk dipelajari (oleh Eropah, barat). [2]
PENUTUP
S
|
ungguh dalam buku yang mencerahkan ini, Denise
A. Spellberg mengungkapkan sedikit tapi penting mengenai dimensi yang
diketahuinya dari hasil penelitiannya dari kisah kebebasan beragama Amerika –
yaitu sebuah drama dimana Islam memainkan peran yang mengejutkan.
Pada tahun 1765, sebelas tahun sebelum menyusun
Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat, Thomas Jefferson membeli sebuah buku
al-Qur’an, terjemahan dari George Sale yang bersumber langsung atau asli dari
text Arab. Dari mulai membaca text al-Qur’an inilah Jefferson dalam seumur
hidup berminat mengetahui lebih jauh dan lebih dalam lagi tentang ajaran Islam.
Malah ia menambah lagi literatur perpustakaannya dengan membeli lagi buku-buku
yang berkaitan dengan Islam dalam bahasa Timur Tengah (Arab), termasuk
sejarahnya. Dari hasil studinya atas buku-buku tersebut ia membuat banyak catatan-catatan
yang khususnya dalam topik hukum sebagai studi banding dengan hukum umum
Inggris yang ada. Juga Jefferson berusaha untuk memahami Islam meskipun itu
bukan berasal dari keyakinan kepercayaannya, sebagaimana umumnya kebanyakan
mereka yang berkepercayaan Protestan sezamannya baik yang berada di Inggris
maupun di Amerika. Tapi tidak seperti kebanyakan dari mereka, bahwa tahun 1776
Jefferson telah bisa membayangkan Muslim bisa dan dapat sebagai warga negara
masa depan negara barunya Amerika Serikat yang akan lepas dari pemerintahan
kolonialis Kerajaan Inggris.
Berdasarkan penelitian, disebutkan bagaimana
pendapat beberapa pendiri Amerika Serikat diantara mereka, terutama Jefferson
tentang ide-ide masa depan Amerika Serikat. Yang menarik dari ide itu adalah
adanya ide-ide cemerlang tentang toleransi Muslim. Boleh jadi ide itu timbul
karena ketertarikannya kepada ajaran hukum Islam yang telah sedemikian majunya
dibanding dengan hukum-hukum yang ada pada waktu itu. Dengan itu menandakan
Muslim ini cerdas, karena sistim hukum lebih adil dan baik dari hukum yang ada
pada masa itu.
Yang jelas saat itu umumnya telah menjadi
landasan perdebatan praktis yang murni spekulatif bagi landasan pemerintah
Amerika masa datang tentang kehadiran umat Islam. Padahal ketika itu kehadiran
umat Islam di tanah koloni Inggris yang bernama Amerika ini tidak signifikan.
Umat Islam masih imaginer ketika itu. Kendatipun kemudiannya, saat ini,
masyarakat Amerika Serikat menganggap orang paling luar dalam masyarakat Barat?
Sekarang ini perasaan kecurigaan atau secara
umum kurang berkenan kepada Islam masih ada. Sementara itu jumlah penduduk
Muslim Amerika Serikat meningkat menjadi jutaan orang. Bahkan tahun demi tahun
bertambah warga Amerika yang memeluk agama Islam. Pemahaman pernyataan
Spellberg tentang gagasan radikal dari Pendiri Amerika seperti tersebut diatas
lebih mendesak untuk diperhatikan dari yang sebelumnya, dan ini yang perlu
dijernihkan segera. Thomas Jefferson Qur’an telah melihat dengan jitu bahwa
cita-cita yang ada pada permulaan penciptaan berdirinya negara kita perlu
diperhatikan dengan sangat, karena ini akan berimplikasi baik dan mendasar
untuk sekarang ini dan kelangsungan masa depan kita. Demikian lebih kurangnnya
ulasan Denise A. Spellberg dalam bukunya “Thomas Jefferson’s Qur’an”. [3] [Bersambung]
□ AFM
Catatan Kaki:
[1] Maksud ajaran Islam bukanlah semata-mata
(memperbaiki) hubungan dengan Allah, melainkan juga (mengokohkan) hubungan
sesama antar manusia. Lihat QS 2:112, yaitu supaya jangan putus tali hubungan
dengan Allah Azza wa Jalla dan tali hubungan dengan sesama manusia. Kedua sayap
kehidupan (kaffah) inilah yang akan diperbaiki (diperkuat) oleh Islam. Oleh
sebab itu jika riba (sebagai contoh), cara jahiliyah ini masih ada, boleh
dikatakan percuma menegakkam agama. Sekiranya orang yang diperintahkan shalat
berjamaah menghadap Tuhan, apakah artinya jamaah kalau antara yang menjadi
ma’mum itu ada seorang penindas atau lintah darat yang memeras darah kawannya,
sedang ma’mum yang lain, ialah orang yang dihisap darahnya itu? [Tafsir
Al-Azhar Juz IV hal. 87]
[2]
https://bedahbuku-faisal.blogspot.com/2016/06/thomas-jefferson-dan-quran.html
[3] Thomas Jefferson’s Qur'an Inside cover:
In this original and illuminating book, Denise
A. Spellberg reveals a little-known but crucial dimension of the story of
American religious freedom - a drama in which Islam played a surprising role.
In 1765, eleven years before composing the Declaration of Independence, Thomas
Jefferson bought a Qur'an. This marked only the beginning of his lifelong in
interest in Islam, and he would go on to acquire numerous books on Middle
Eastern languages, history and travel, taking extensive notes on Islam as it
relates to English common law. Jefferson sought to understand Islam notwithstanding
his personal disdain for the faith, a sentiment prevalent among his Protestant
contemporaries in England and America. But unlike most of them, by 1776
Jefferson could imagine Muslims as future citizens of his new country.
Based on groundbreaking research, recounts how a
handful of the Founders, Jefferson foremost among them, drew upon Enlightenment
ideas about the toleration of Muslims (then deemed the ultimate outsiders in
Western society) to fashion out of what had been a purely speculative debate a
practical foundation for governance in America. In this way, Muslims, who where
not even known to exist in the colonies, become the imaginary outer limit for
unprecedented, uniquely American religious pluralism that would also
encompass the actual despised minorities of Jews and Catholics. The rancorous
public dispute concerning the inclusion of Muslims, for which principle
Jefferson's political foes would vilify him to the end of his life, thus become
decisive in the founders' ultimate judgment not to establish a Protestant
nation, as they might well have done.
As popular suspicions about Islam persist and
the numbers of American Muslims grow into the millions, Spellberg’s revelatory
understanding of this radical notion of the Founders is more urgent than ever. Thomas
Jefferson’s Qur’an is a timely look at the ideals that existed at our
country’s creation, and theirs fundamental implications for our present and
future. □□
Note:
About the author, Denise A. Spellberg is an associate professor of history and Middle Eastern studies at the University of Texas at Austin, where she teaches courses on Islamic civilization and Islam in Europe and America. □□□
About the author, Denise A. Spellberg is an associate professor of history and Middle Eastern studies at the University of Texas at Austin, where she teaches courses on Islamic civilization and Islam in Europe and America. □□□
Sumber:
Tafsir Al-Azhar, Juz IV, Prof Dr Haji Abdulmalik
Abdulkarim Amrullah, Penerbit Pustaka Panjimas Jakarta.
Thomas Jefferson’s Qur'an – Islam and the
Founders, Denise A. Spellberg, Alfred A. Knopf, Publisher, New York, 10/2013.
https://bedahbuku-faisal.blogspot.com/2016/06/thomas-jefferson-dan-quran.html
□□□□