Monday, May 19, 2014

Kehidupan vs Hipotesis

Musim dingin disertai salju*



KEHIDUPAN vs HIPOTESIS
Oleh: A. Faisal Marzuki


PENDAHULUAN


H
ipotesis diambil dari bahasa Inggris, hypothesis. Hypothesis or hypothesize meaning: (1) to give a possible but not yet proven explanation for something: (2) to give a possible but not yet proven explanation for something [1] - Makna hipotesis: (1) untuk memberikan penjelasan yang mungkin, tetapi belum terbukti untuk sesuatu masalah; (2) untuk memberikan penjelasan yang mungkin, tetapi belum terbukti untuk sesuatu masalah.


MASALAH HIPOTESIS

T
idak kita sadari bahwa hampir seluruh sendi kehidupan kita ini telah dikendalikan oleh hipotesis yang telah melilit pikiran kita.  Artinya pengetahuan setingkat persangkaan - baru pada tingkat sangka atau dzon dalam bahasa Arab. Percaya atau tidak. Suka atau tidak. Hipotesis ini suatu kebenaran yang final - tidak bisa diganggu gugat lagi. Tapi kalau kita renungi dengan sungguh-sungguh, pasti itu ada betulnya. Bahkan, it’s absolutely true! Why?

Kalau sudah begitu, kita sudah percaya betul bahwa hipotesis adalah kebenaran mutlak, terlihat dari tingkah laku kita atau pembicaraan kita kepada seseorang cenderung membela apa yang menjadi keyakinannya yang telah dibentuk oleh hipotesis yang telah melilit jalan pikirannya itu. Hipotesis ini berada dimana-mana. Kadang dia ada dalam kesadaran kita; Kadang dia ada dibawah sadar kita; Kadang-kadang secara serta merta ada, setelah kita melihat tayangan dari surat kabar, tv, youtube, facebook, etc.

Jejaringan sosial ini sangat ampuh dalam membentuk ’public opini’. Bahkan seseorang yang menguasai suatu paham - kemudian pahamnya ingin diterima oleh ’public’- disampaikan (ditayangkankan) secara sangat baik, maka pemirsa menjadi percaya. Terutama bagi mereka yang belum ada ’isi’-nya (atau telah cenderung kesana) mudah sekali terpengaruh.

Demikian juga buku. Buku yang dibaca juga dapat merubah jalan pikiran seseorang yang tadinya tidak tahu seperti itu persisnya, jadi tahu. Bahkan bisa fanatik dengan pendapat yang telah ia ketahui dari buku itu. Karena ketika itu ia masih ’blank’, nah sipenulis itulah yang telah menoreh pikiran-keyakinan sipembacanya. Penulis buku ini telah berhasil membentuk keyakinan diri si pembaca. Hipotesis penulis itu kini telah menjadi pegangan ’hidup’nya. Lagi, lagi yang terpengaruh ini mereka yang ’tidak ada isinya’ alias ’blank’  total. Kalau pun ada isinya misalmya, namun baru bayang-bayangnya saja - ’belum mantap betul’.

Dia tidak terbatas kepada orang awam saja. Bahkan kaum 'terpelajar' begitu juga. Sebagai contoh intelektualis orientalis, yaitu penulis - bahkan sebagai tenaga pengajar ‘islamic studies’ di universitas-universitas Barat - buku tentang Islam, tapi dia bukan penganut agama Islam - bahkan hampir semua orientalis ini tidak memeluk agama islam. Dia tahu islam, bahkan mengajar Islam, tapi dia tidak masuk Islam. Apa artinya itu semua? Karena ‘hipotesis’ sebagai yang telah menguasai alam pikiran dan alam perasaannya telah membentengi dirinya dengan hipotesis itu sehingga emisi pengetahuan 'iman' Islamnya telah terkalahkan (tidak tembus) kejantung ‘hipotesis yang dianutnya’, ketimbang Ajaran Islam yang sebenarnya.

Buah pikiran hipotesis lain misalnya berbicara tentang manusia. Frued, seorang psycho analist menganggap manusia sebagai naluri seksual; Karl Mark, seorang filosofi materialisme dan ekonomi, menghargai manusia sebagai naluri ekonomis; Nietzche, seorang filosofi bangsa Jerman berpandangan bahwa manusia sebagai ‘der Wille zur Macht’ yaitu kehendak menuju kekuasaan belaka. Sedang Camus, seorang filosofit bangsa Prancis menyatakan bahwa hidup ini adalah ‘absurditas’ - hanya keniscayaan saja. [2]  [3]

Nah sekarang  bagaimana pandangan manusia dalam Islam sebagai orang Islam, apakah seperti yang dikatakan oleh yang tersebut diatas? Ketahuilah, mereka telah meredusir (mengurangi keutuhan isi yang sebenarnya) makna manusia yang sesungguhnya. Atau pernahkah kita membuka Kitab Suci Al-Qur’an untuk mempelajari tentang siapa dan apa manusia ini? Oh my dear brother’s and sister’s you couldn’t believe it. Whatever you have been read all those books, better, you read directly from Holy Quran! There are more interesting; more exciting. [4]

Oh Saudara dan Saudariku Anda tidak mempercayainya. Apa pun yang Anda baca dari semua buku itu, lebih baik Anda baca saja langsung dari sumber aslinya Al-Quran! Lebih menarik; sangat mengasyikkan (dari hipotesis-hipotesis mereka).


PENUTUP

L
ast but not least, sungguh benar! Mengapa? Karena berasal dari (Allah) Yang Mahatahu, Dia yang telah menciptakan Anda! Dia tahu segala-galanya, termasuk Anda, bahkan semasa (klik ->) ‘dalam kandungan rahim ibumu’ - ’stages of human development. [8] Billāhit Taufiq wal-Hidāyah. □ AFM



Catatan Kaki:
[1] Cambridge Dictionary:
https://dictionary.cambridge.org/us/dictionary/english/hypothesize
[2] Sekitar Manusia, Bunga rampai tentang filsafat manusia, diredaksi oleh: Soerjanto Poespowardojo dan K. Bertens, Gramedia Jakarta.
[3] Arti dan makna manusia yang seutuhnya telah dikuranginya. Isi ’core’ dari manusia yang sebenarnya adalah menjalankan peran ’Khalifatul fil ardhi’ [5] - pemakmur bumi, [6] sebagai dalam rangka beribadah [7] kepada-Nya. Mahasuci Allah dari segala persangkaan-persangkaan (hipotesis, dzan)  yang dibuat oleh manusia.
[4] Ada minat untuk mengetahui dan mempelajarinya? Penulis telah mempersiapkannya dalam bentuk tayangan presentasi (power point).
[5] Sebagai khalifah: ”Dan Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di bumi,” QS Al-An’ām 6:165; QS Fāthir 35:39.
[6] Pemakmur bumi: “Dia telah menciptakan kamu dari bumi dan menjadikan kamu pemakmurnya,” QS Hūd 11:61.
[7] Untuk beribadah: ”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku,” QS Adz-Dzāriyāt 51:56.
[8]https://afaisalmarzuki.blogspot.com/2014/05/islam-ilmu-pengetahuan-iii.html
* Source of image picture by A. Faisal Marzuki. □□

Blog Archive