Saturday, May 10, 2014

Islam & Modernisasi (I)


Jakarta, Indonesia



ISLAM DAN MODERNISASI (I)
Oleh: A. Fasial Marzuki




B
elief or not, sesungguhnya Islam itu moderen! Lihat surat ke-23 Al-Mu’minun ayat 12-14 yang menerangkan pertumbuhan cabang bayi di dalam kandungan ibunya sejak dari maniyyun (sel sperma dan ovum, nuthfah) sampai mudhghah (lengkap dengan jaringan daging, otot, organ-organ dan rangka tubuh serta tengkorak) disebut juga sebagai fetus atau lump. Isi dari urut-urutan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut sesuai maknanya dengan sains (ilmu pengetahuan) di zaman moderen ini.


EMBRYOLOGY

E
mbryology adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari pertumbuhan cabang bayi (embryo) dalam kandungan. Jauh sebelumnya ilmu embryo (embryology) menyangka rangka tubuh dan otot-otot tumbuh bersamaan (kemudiannya ternyata tidak). Sejalan dengan perkembangan teknologi mikroskop (yang sekarang ini canggih, yaitu manusia mampu melihat melalui mikroskop elektron sesuatu yang sangat kecil misalnya sel sperma 1/3.000.000.000mm), yang kemudiannya digunakan untuk meneliti perkembangan cabang bayi itu. Hasilnya ternyata sesuai dengan yang disebutkan dengan rincian dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang terdapat dalam surat Al-Mu’minun ayat 12-14. Jadi Al-Qur’an telah mencatatnya fakta itu 1400 tahun yang lalu. Yaitu dimana ilmu pengetahuan baru mampu mengkonfirmasikannya pada akhir abad ke-20. Para ilmuan menyatakan bahwa isi ayat-ayat Al-Qur’an yang bertalian dengan embryology (yang bersifat ilmu pengetahuan ini) pada abad ke-7 itu tidak dikenal sebagai hal yang mengandung sains (science, ilmu pengetahuan). Mereka memahami bahwa Muhammad yang buta huruf itu tidak mungkin mengetahuinya kecuali diberi tahu oleh Allah Tuhan Yang Maha Tahu. Dilanjutkan lagi oleh para ilmuan itu yang menyebutkan: word by word (kata per kata) dari ayat-ayat 12-14 dalam surat Al-Mu’minun itu correct (benar)”. [1]
   
Dalam hal ini melalui wahyu-Nya (kemudian dikompilasikan dalam bentuk Kitab Suci Al-Qur’an), Rasul-Nya Muhammad saw telah diajarkan kepadanya ilmu pengetahuan moderen.


KOSMOLOGI

D
alam ilmu pengetahuan moderen tentang kosmologi (ilmu ruang angkasa) dalam teori ilmiah maupun observasi ruang angkasa, secara jelas sekali menyatakan bahwa pada suatu titik waktu tertentu seluruh jagat raya ini dulunya tidak ada seperti sekarang ini, kalaupun ada baru merupakan asap (dukhān) yang berbentuk kabut tebal (yang berkomposisikan gas panas). Allah, Tuhan Maha Pencipta Alam Semesta berfirman yang artinya:

Kemudian Dia menuju ke langit dan (langit ketika) itu masih merupakan asap, [QS Fushshilat 41:11]

Oleh karena bumi dan langit (yang berisi entity matahari, bulan, planet-planet a.l mars, venus, yupiter, pluto, bintang-bintang dan gugus-gugus bintang) semua itu berasal dari asap yang sama (dimana merupakan satu hubungan koneksi entity jagat raya). Bintang-bintang di jagat raya yang kita lihat berkelap kelip di malam hari itu dulunya merupakan satu kesatuan jagat raya dalam bentuk asap. Allah, Sang Pencipta Alam Semesta itu berfirman yang artinya:

... bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. [QS Al-Anbiya’ 21:30]

Dr. Alfred Kroner adalah salah seorang yang terkenal di dunia sebagai ahli geologi. Dia adalah profesor geologi dan ketua dari departemen geologi pada Institut Geosciences, Johannes Gutenberg University, Mainz, Jerman. Dia berkata: ”Coba pikir siapa Muhammad yang hidup pada abad ke-7... Saya pikir tidak mungkin sama sekali dia tahu tentang hal asal kejadian alam jagat raya ini, karena para ahli baru menemukan dan mengetahuinya beberapa tahun belakang ini. Pengetahuan seperti itu adalah rumit dan untuk mengetahuinya diperlukan metoda teknologi yang sangat maju, dalam soal itu.” Lanjutnya ia berkata: ”Seseorang yang tidak mengetahui fisika nuklir 1400 tahun lalu yang tidak mungkin dilakukannya, saya pikir dengan posisi dan waktu ketika itu tidak mungkin keluar dari pengetahuannya, seperti bahwa bumi dan langit berasal dari yang tadinya satu dalam bentuk asap (dukhān).” [2]

Dalam hal ini melalui wahyu-Nya (kemudian dikompilasikan dalam bentuk Kitab Suci Al-Qur’an), Rasul-Nya Muhammad saw telah diajarkan kepadanya ilmu pengetahuan moderen.


MEMBANGUN MASYARAKAT BARU

L
angkah pertama yang dilakukan RasululLah saw mendirikan mesjid Madinah, lihat Gambar-1. Untuk itu beliau membeli tanah tersebut dari dua anak yatim yang menjadi pemiliknya. Beliau terjun langsung dalam pembangunan mesjid itu, memindahkan bata dan bebatuan, seraya bersabda, ”Ya Allah ampunilah orang-orang Anshar dan Muhajirin”. Beliau juga bersabda, ”Para pekerja ini bukanlah para pekerja Khaibar. Ini adalah pemilik yang paling baik dan paling suci.” Sabda beliau semakin memompa semangat para sahabat, sampai salah seorang di antara mereka berkta, ”Jika Rasulullah bekerja, mengapa kita tidak”.



Dua pinggiran pintunya dibuat terlebih dahulu dari batu, dindingnya dari batu bata yang disusun dan disemen dengan lumpur tanah. Atapnya dari daun korma. Tiangnya dari batang pohon. Lantainya dibuat dengan menghamparkan pasir dan kerikil-kerikil kecil. Pintunya ada tiga. Panjangnya kearah kiblat hingga ke ujung ada seratus hasta dan lebarnya juga hampir sama. Adapun pondasinya kurang lebih tiga hasta.

Beliau juga membangun beberapa rumah tinggal di sisi mesjid. Dindingnya dari susunan batu bata. Atapnya dari daun korma yang disangga beberapa batang pohon. Setelah semua beres, maka beliau pindah dari tempat sementaranya yaitu rumah Abu Ayyub kerumah yang telah selesai dibangun.

Mesjid itu bukan sekedar tempat melaksanakan shalat semata, tapi juga merupakan sekolahan bagi orang-orang Muslim untuk menerima pengajaran Islam dan bimbingan-bimbingannya; Sebagai balai pertemuan dan tempat mempersatukan berbagai unsur kekabilahan dan sisa-sisa pengaruh perselisihan semasa jahiliyah; Sebagai tempat untuk mengatur segala urusan dan sekaligus sebagai gedung parlemen untuk bermusyawarah dan menjalankan roda pemerintahan.

Di samping semua itu, masjid tersebut juga berfungsi sebagai tempat tinggal orang-orang Muhajirin yang miskin, yang datang ke Madinah tanpa memiliki harta, tidak mempunyai kerabat untuk membantunya serta bujangan yang belum berkeluarga. Pada masa-masa awal hijrah itu juga disyariatkan adzan. Sebuah seruan yang menggema di angkasa lima kali sehari dimana suaranya terdengar keseluruh pelosok, sebagai tanda waktu shalat telah datang.


COMMUNITY DEVELOPMENT

D
i samping membangun mesjid dan mengisinya dengan kegiatan-kegiatan seperti tersebut diatas, RasululLah saw juga mengambil tindakan monemental dalam sejarah yaitu mempersatukan dan mempersaudarakan antara orang Muhajirin (pendatang) dan Anshar (penduduk asli) sedemikian rupa sehingga persatuan sesama muslim terbina dengan baik dan kuat. Cara yang genius dilakukan oleh Rasulullah saw dalam zaman mederen ini disebut sebagai ’comunity development’ sebagai syarat-syarat era baru muslim menjadi maju.

Syarat-syarat itu terpenuhi karena telah ada ’comunity center’ yaitu masjid. Ajaran dan buku pegangannya ada yaitu Al-Qur’an dan As-Sunah Rasul, di mana arah tujuan (goal), visi dan misi telah jelas disana. Anggotanya telah dipersatukan dalam Ukhuwah Islamiyah.


’KONSTITUSI’ MADINAH

T
indakan monemental lain dalam sejarah adalah membuat apa yang disebut di zaman moderen ini (dibuatnya oleh Rasulullah saw naskahnya) ’Konstitusi Negara’ Madinah. Ini jelas sangat diperlukan untuk eksisnya Islam sepanjang zaman karena ada Undang Dasar. Penduduknya disamping Anshar, Muhajirin adalah Yahudi dan Badui maka dengan pikiran yang bersih cemerlang kedepan dan layaknya sebagai negarawan yang baik seperti di zaman moderen ini. Rasul saw mengatur hak dan kewajiban citizen (warga) Madinah. Membela negara bersama-sama dari kemungkinan serangan musuh. Dan sesama citizen saling tolong menolong dan tidak melakukan kriminil atau melindungi kriminal. Hak orang-orang Yahudi adalah mendapat pertolongan dan persamaan hak, dan tidak boleh didzalimi dan diterlantarkan. Perkara apa pun yang diperselisihkan diantara warga Madinah, harus dikembalikan kepada Allah dan Muhammad saw yang akan diperlakukan dengan seadil-adilnya. [3]

Kemudian suksesi kepemimpinan berikutnya ditentukan bukan mewariskan kepada keturunannya, sebagaimana lazim pada masa itu yang telah dilakukan dalam peradaban-peradaban sebelumnya. Melainkan tersahkan kepada para sahabat dan umat yang ditinggalkannya yang telah cukup matang dalam menghadapinya, yaitu dengan jalan pemilihan dari para warga Madinah yang menentukannya. Suatu hal yang berlaku di zaman moderen ini, telah dilaksanan 1400 tahun yang lalu. [Bersambung] AFM


Islam dan Modernisasi (klik ->)   (I)   (II)   (III)   (IV)   (V)   (VI)



Catatan Kaki:
[1] ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN Bagian-3, A. Faisal Marzuki, posting internet IMAAMNet, 3/242014
[2] The First Three Minutes, a Modern View of the Origin of the Universe, Weinberg, pp. 94-105.
[3] Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurr-Rahman Al-Mubarakfury, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 1997, hal 247-251. □□

Blog Archive