Bunga hidup lagi indah! Tambah seronok karena dikelilingi dedaunan hijau* |
BINGKAI ISLAM
Oleh: A. Faisal Marzuki
B
|
icara tentang
bingkai sama halnya seperti kita melihat gambar yang ada dalam bingkai itu. Jadi dalam bingkai itu ditengahnya ada gambar. Sesuatu
yang diberi bingkai itu menandakan sesuatunya itu punya arti khusus. Karena
kekhususannya itulah gambar itu diberi bingkai. Wow, bingkai itu menambah
‘aksen lukisan’ gambar yang terpampang itu memang betul-betul indah.
Memang, kalau itu
indah, kita kagumi. Mata puas
memandangnya. Bibir berdecak. Hati berdesir. Tanda benar-benar kagum. Kalau
sudah begitu, kita ingin seperti apa yang ada didalam apa yang kita kagumi itu.
Kali ini kita
ingin melihat Bingkai Islam. Bingkai Islam
(Gambar ajaran Islam) itu seperti Apa? Mari kita kunjungi pameran gambar
lukisan Islam yang hanya satu-satu terpampang di pameran tersebut sebagai
berikut:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ
alyauma
akmaltu lakum dīnakum wa atmamtu ‘alaikum ni’matī warodhītu lakumul islāma dīna(n)
Pada hari ini [1] telah Aku
sempurnakan agamamu untukmu, [2] dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu,
[3] dan telah Aku ridhai Islam sebagai
agamamu. [4] [QS Al-Māidah 5:3]
Bait kata-katanya
(firman Allah ’Azza wa Jalla) indah
dan memukau hati. Susunannya sempurna. Kalimatnya berarti. Maknanya dalam.
Terbayang di dalam lubuk hati bahwa, bait Kalamulah ini sungguh sangat
sempurna. Memukau yang menyebabkan kepala tertunduk kagum, karena hati telah
terpikat kepada Islam. Ya Allah berbahagia hamba bersama-Mu dalam Islam. Islam
itu tinggi. Melebihi tinggi karya apapun yang dibuat makhluk. Bangga hamba
menjadi muslim. Oh Allah! Bimbinglah hamba selalu untuk dapat mengamalkannya sebaik
mungkin, serela Engkau, ya Allah.
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ
alyauma akmaltu lakum dīnakum wa atmamtu ‘alaikum ni’matī warodhītu
lakumul islāma dīna(n)
Pada hari ini telah
Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhoi Islam sebagai agamamu.
Bingkai besar
ajaran Islam (untuk memudahkan mentadaburinya) itu isinya ada dua yaitu,
menjaga, melakukan dan meningkatkan serta memelihara terus ’Relasi Vertikal’
dan ’Relasi Horizotal’ sebagaimana uraian berikut dibawah ini
Kesatu. Relasi
Vertikal, yaitu relasi antara manusia dengan Tuhannya. Diamalkan hubungan itu
dengan sungguh. Bersama ilmunya dan disertai khusyuk, akan melahirkan
’kesalehan hubungan’ antara Khalik dan makhluk. Allah ridha dan penduduk
langitpun akan senang, Berkahpun datang dari-Nya. Puncaknya adalah akan
melahirkan ketaqwaan manusia kepada Penciptannya. Kalau sudah begitu menjauhlah
para setan dan iblis darinya. Kalau masih menggoda dia akan dapat mengatasinya,
berkat pertolongan-Nya.
Kedua. Relasi
Horizontal, yaitu relasi sesama makhluk manusia (dan alam). Diamalkan dengan
sungguh disertai pula dengan ilmunya (ingat pelajaran dalam hadits arbain
ustadz Fahmi), maka akan melahirkan ’kesalehan
sosial’. Artinya kalau bekerja tolong menolong (dalam team). Kalau salah atau keliru minta maaf dan memperbaikinya. Yang
dirugikan memberi maaf dengan kebesaran jiwanya. Demikianlah perilakunya
terkendali dengan baik. Pikirannya positif. Hatinya lapang. Suasana pun damai.
Hubungan harmonis
bahkan lebih dari itu, berlomba lomba (ber-fastabikul
khairat) dalam membangun dan membuat kebajikan. Maka mereka itu layak
disebut sebagai manusia-manusia yang sudah berkualitas sebagai ‘agent of development’ – pelaku ‘amar ma’ruf’. Begitu pula, jika kumuh di
bersihkan. Jika rusak diperbaiki. Jika maksiat, didakwahi! Pelaku perubahan ini
layak menyandang gelar sebagai ‘agent of
change’ - pelaku yang memperbaiki atau mengganti ‘nahi mungkar’.
Itulah ajaran Islam yang sebenarnya. Maha Suci lagi Maha Sempurna Engkau ya
Aziz dari persangkaan-persangkaan (hipotesis, dzan) terhadap-Nya.
Demikianlah apa
yang dimaksudkan manusia ’Khalifatullah
fil Ardhi’ [5] yaitu sebagai pemakmur kehidupannya di muka bumi. [6]
Berperilaku (akhlak) mulia [7] dalam
kesalehan hubungan dengan-Nya. Berperilaku (akhlak)
mulia [7] pula kepada sesama makhluk dalam kesalehan sosial. Manusia mulia adalah manusia yang bermanfaat bagi
sesamanya. Allāhu Akbar!
Hablumminallah (relasi vertikal
manusia dengan Allah) dan hablum minannas (relasi horizontal sesama manusia dan
alam) [8] tidak luput dari konsep diciptakan manusia oleh Allah untuk beribadah
kepada-Nya. [9] Billāhit
Taufiq wal-Hidāyah. □ AFM
Catatan Kaki:
[1] Menurut riwayatnya ayat ini turun
di Makkah seketika Rasulullah SAW mengerjakan Haji Wada’- Haji Selamat Tinggal.
Dalam hadits Bukhari dari Umar bin Khathab, turun ayat
ini pada petang hari ketika penghabisan Wuquf di Arafah, hari Jum’at. Setelah
mendengar turunnya wahyu ini seperti tersebut diatas menangislah Umar, sebab
sudah datang firasat kepadanya bahwa ayat ini telah membayangkan bahwa tugas
Rasulullah SAW telah selesai, dan telah dekat masanya beliau akan dipanggil
Allah ’Azza wa Jalla. Betul, 82 hari
kemudian, Wafatlah Rasulullah Muhammad SAW.
[2] Selesailah
beliau membawa risalah Islam selama 23 tahun. Selama itu pulalah ayat turun
berangsur-angsur berdasarkan ‘case’
yang dihadapi. Dengan itu sejak awal Allah ’Azza wa Jalla telah menuntunnya bagaimana mengaplikasikan ayat itu
berkenaan How to solve problems; How to get happyness on earth and hereafter,
dengan tuntunan akidah; cara beribadah; menegakkan syariat; muamalah sesama
manusia-alam dan munakahat, semuanya telah cukup. Bahkan dalam surat Āli ‘Imrān
ayat 19, Allah telah menyatakan, bahwa
yang sebenar agama di sisi Allah, hanyalah Islam. Sebab Islam artinya
ialah penyerahan diri total lahir dan batin hanya kepada Allah saja. Dia
Pencipta seluruh alam Yang Maha Tahu, Yang Maha Kasih, Maha Sayang. Allah ’Azza wa Jalla, berkehendak baik bagi
makhluk-Nya. Dipertegas
lagi dengan surat yang sama ayat 85, Allah
menyatakan, bahwa siapa yang menghendaki selain Islam menjadi agamanya,
sekali-kali Allah tidaklah menerima agama itu, dan di akhirat termasuk orang
yang rugi.
[3] Nikmat
telah dilengkapi yaitu, telah beriman kepada Allah ’Azza wa Jalla seluruh penduduk
bukan saja di Madinah dan Makkah saja, namun meliputi pula seluruh tanah Arab.
Makkah telah bersih dari berhala. Setiap musim haji orang dengan bebas
melaksanakannya tanpa takut. Madinah menjadi tempat suci yang kedua setelah Makkah.
Dan nikmat itu akan tetap dipelihara Allah untuk
selama-lamanya. Kini Islam
telah menyebar keseluruh dunia.
[4] Namun
perkembangan Islam yang gemilang itu rasanya kurang pas kalau tidak ada suatu “closing
statement” dari Allah SWT jika tidak dilontarkan secara eksplisit yaitu bahwasanya
Dia telah ridha. Kata ridha ini boleh juga artinya Dia telah puas, karena
kesempurnaan ajaran Islam dalam agama Islam ini tiada terperikan. Coba
tadabburi dengan sungguh sirah Rasul dan asbabun nuzul Al-Qur’an.
[5] Sebagai
khalifah: ”Dan Dia-lah yang menjadikan
kamu khalifah-khalifah di bumi.” QS Al-An’ām 6:165; QS Fāthir 35:39”.
[6] Pemakmur
bumi: “Dia telah menciptakan kamu dari
bumi dan menjadikan kamu pemakmurnya,” QS Hūd 11:61
[7]
Sesungguhnya aku (Muhammad SAW) diutus tidak lain adalah untuk menyempurnakan
akhlak (budipekerti yang luhur) manusia. [Al-Hadits]
[8] Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan
apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan
bagianmu di dunia. [QS Al Qashash 28:77]
[9] Untuk
beribadah: ”Dan Aku tidak menciptakan
jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” QS
Adz-Dzāriyāt 51:56
*Source: Image picture from Window-7 □□