Wednesday, May 21, 2014

Bingkai Islam

Bunga hidup lagi indah! Tambah seronok karena dikelilingi dedaunan hijau*




BINGKAI ISLAM
Oleh: A. Faisal Marzuki


B

icara tentang bingkai sama halnya seperti kita melihat gambar yang ada dalam bingkai itu. Jadi dalam bingkai itu ditengahnya ada gambar. Sesuatu yang diberi bingkai itu menandakan sesuatunya itu punya arti khusus. Karena kekhususannya itulah gambar itu diberi bingkai. Wow, bingkai itu menambah ‘aksen lukisan’ gambar yang terpampang itu memang betul-betul indah.


Memang, kalau itu indah, kita kagumi. Mata puas memandangnya. Bibir berdecak. Hati berdesir. Tanda benar-benar kagum. Kalau sudah begitu, kita ingin seperti apa yang ada didalam apa yang kita kagumi itu.


Kali ini kita ingin melihat Bingkai Islam. Bingkai Islam (Gambar ajaran Islam) itu seperti Apa? Mari kita kunjungi pameran gambar lukisan Islam yang hanya satu-satu terpampang di pameran tersebut sebagai berikut:


الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ

alyauma akmaltu lakum dīnakum wa atmamtu ‘alaikum ni’matī warodhītu lakumul islāma dīna(n)

Pada hari ini [1] telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, [2] dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, [3] dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu. [4] [QS Al-Māidah 5:3]

Bait kata-katanya (firman Allah ’Azza wa Jalla) indah dan memukau hati. Susunannya sempurna. Kalimatnya berarti. Maknanya dalam. Terbayang di dalam lubuk hati bahwa, bait Kalamulah ini sungguh sangat sempurna. Memukau yang menyebabkan kepala tertunduk kagum, karena hati telah terpikat kepada Islam. Ya Allah berbahagia hamba bersama-Mu dalam Islam. Islam itu tinggi. Melebihi tinggi karya apapun yang dibuat makhluk. Bangga hamba menjadi muslim. Oh Allah! Bimbinglah hamba selalu untuk dapat mengamalkannya sebaik mungkin, serela Engkau, ya Allah.




الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ

alyauma akmaltu lakum dīnakum wa atmamtu ‘alaikum ni’matī warodhītu lakumul islāma dīna(n)

Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhoi Islam sebagai agamamu.


Bingkai besar ajaran Islam (untuk memudahkan mentadaburinya) itu isinya ada dua yaitu, menjaga, melakukan dan meningkatkan serta memelihara terus ’Relasi Vertikal’ dan ’Relasi Horizotal’ sebagaimana uraian berikut dibawah ini

Kesatu. Relasi Vertikal, yaitu relasi antara manusia dengan Tuhannya. Diamalkan hubungan itu dengan sungguh. Bersama ilmunya dan disertai khusyuk, akan melahirkan ’kesalehan hubungan’ antara Khalik dan makhluk. Allah ridha dan penduduk langitpun akan senang, Berkahpun datang dari-Nya. Puncaknya adalah akan melahirkan ketaqwaan manusia kepada Penciptannya. Kalau sudah begitu menjauhlah para setan dan iblis darinya. Kalau masih menggoda dia akan dapat mengatasinya, berkat pertolongan-Nya.

Kedua. Relasi Horizontal, yaitu relasi sesama makhluk manusia (dan alam). Diamalkan dengan sungguh disertai pula dengan ilmunya (ingat pelajaran dalam hadits arbain ustadz Fahmi), maka akan melahirkan ’kesalehan sosial’. Artinya kalau bekerja tolong menolong (dalam team). Kalau salah atau keliru minta maaf dan memperbaikinya. Yang dirugikan memberi maaf dengan kebesaran jiwanya. Demikianlah perilakunya terkendali dengan baik. Pikirannya positif. Hatinya lapang. Suasana pun damai.

Hubungan harmonis bahkan lebih dari itu, berlomba lomba (ber-fastabikul khairat) dalam membangun dan membuat kebajikan. Maka mereka itu layak disebut sebagai manusia-manusia yang sudah berkualitas  sebagai ‘agent of development’ – pelaku ‘amar ma’ruf’. Begitu pula, jika kumuh di bersihkan. Jika rusak diperbaiki. Jika maksiat, didakwahi! Pelaku perubahan ini layak menyandang gelar sebagai ‘agent of change’ - pelaku yang memperbaiki atau mengganti ‘nahi mungkar’. Itulah ajaran Islam yang sebenarnya. Maha Suci lagi Maha Sempurna Engkau ya Aziz dari persangkaan-persangkaan (hipotesis, dzan) terhadap-Nya.

Demikianlah apa yang dimaksudkan manusia ’Khalifatullah fil Ardhi’ [5] yaitu sebagai pemakmur kehidupannya di muka bumi. [6] Berperilaku (akhlak) mulia [7] dalam kesalehan hubungan dengan-Nya. Berperilaku (akhlak) mulia [7] pula kepada sesama makhluk dalam kesalehan sosial. Manusia mulia adalah manusia yang bermanfaat bagi sesamanya.  Allāhu Akbar!

Hablumminallah (relasi vertikal manusia dengan Allah) dan hablum minannas (relasi horizontal sesama manusia dan alam) [8] tidak luput dari konsep diciptakan manusia oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya. [9] Billāhit Taufiq wal-Hidāyah. □ AFM



Catatan Kaki:
[1] Menurut riwayatnya ayat ini turun di Makkah seketika Rasulullah SAW mengerjakan Haji Wada’- Haji Selamat Tinggal. Dalam hadits Bukhari dari Umar bin Khathab, turun ayat ini pada petang hari ketika penghabisan Wuquf di Arafah, hari Jum’at. Setelah mendengar turunnya wahyu ini seperti tersebut diatas menangislah Umar, sebab sudah datang firasat kepadanya bahwa ayat ini telah membayangkan bahwa tugas Rasulullah SAW telah selesai, dan telah dekat masanya beliau akan dipanggil Allah ’Azza wa Jalla. Betul, 82 hari kemudian, Wafatlah Rasulullah Muhammad SAW.


[2] Selesailah beliau membawa risalah Islam selama 23 tahun. Selama itu pulalah ayat turun berangsur-angsur berdasarkan ‘case’ yang dihadapi. Dengan itu sejak awal Allah ’Azza wa Jalla telah menuntunnya bagaimana mengaplikasikan ayat itu berkenaan How to solve problems; How to get happyness on earth and hereafter, dengan tuntunan akidah; cara beribadah; menegakkan syariat; muamalah sesama manusia-alam dan munakahat, semuanya telah cukup. Bahkan dalam surat Āli ‘Imrān ayat 19, Allah telah menyatakan, bahwa yang sebenar agama di sisi Allah, hanyalah Islam. Sebab Islam artinya ialah penyerahan diri total lahir dan batin hanya kepada Allah saja. Dia Pencipta seluruh alam Yang Maha Tahu, Yang Maha Kasih, Maha Sayang. Allah ’Azza wa Jalla, berkehendak baik bagi makhluk-Nya. Dipertegas lagi dengan surat yang sama ayat 85, Allah menyatakan, bahwa siapa yang menghendaki selain Islam menjadi agamanya, sekali-kali Allah tidaklah menerima agama itu, dan di akhirat termasuk orang yang rugi.


[3] Nikmat telah dilengkapi yaitu, telah beriman kepada Allah ’Azza wa Jalla seluruh penduduk bukan saja di Madinah dan Makkah saja, namun meliputi pula seluruh tanah Arab. Makkah telah bersih dari berhala. Setiap musim haji orang dengan bebas melaksanakannya tanpa takut. Madinah menjadi tempat suci yang kedua setelah Makkah. Dan nikmat itu akan tetap dipelihara Allah untuk selama-lamanya. Kini Islam telah menyebar keseluruh dunia.


[4] Namun perkembangan Islam yang gemilang itu rasanya kurang pas kalau tidak ada suatu “closing statement” dari Allah SWT jika tidak dilontarkan secara eksplisit yaitu bahwasanya Dia telah ridha. Kata ridha ini boleh juga artinya Dia telah puas, karena kesempurnaan ajaran Islam dalam agama Islam ini tiada terperikan. Coba tadabburi dengan sungguh sirah Rasul dan  asbabun nuzul Al-Qur’an.


[5] Sebagai khalifah: ”Dan Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di bumi.” QS Al-An’ām 6:165; QS Fāthir 35:39”.


[6] Pemakmur bumi: “Dia telah menciptakan kamu dari bumi dan menjadikan kamu pemakmurnya,” QS Hūd 11:61


[7] Sesungguhnya aku (Muhammad SAW) diutus tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak (budipekerti yang luhur) manusia. [Al-Hadits]


[8] Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia. [QS Al Qashash 28:77]


[9] Untuk beribadah: ”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” QS Adz-Dzāriyāt 51:56

*Source: Image picture from Window-7  □□

Blog Archive