TATANAN MASYARAKAT
DALAM AL-QUR’AN (I)
------- Mukaddimah -------
Oleh: A. Faisal Marzuki
Oleh: A. Faisal Marzuki
“My choice of Muhammad (saw) to lead the list of the world's
most influential persons may surprise some readers and may be questioned by
others, but he was the only man in
history who was supremely successful on both the religious and secular level.” [Michael H. Hart]
KATA PENGANTAR
T
|
ema ini perlu dan pantas diangkat. Kalau tidak
kita dapat tergilas dan jatuh kepada peradaban hubuddunya. Padahal hidup
ini tidak hanya (memerlukan) dunia tapi juga sangat memerlukan akhirat sebagai
pelabuhan terakhir hidup manusia ini. Dunia ini (bagi mereka yang yakin adanya
Akhirat) adalah sebagai jembatan (intermediate goal), bukan tujuan akhir
(ultimate goal).
Apalagi dalam abad globalisasi sekarang ini.
Yaitu abad kemajuan teknologi informasi. Apa yang kejadian di sana di sini
tahu. Begitu sebaliknya in real time (detik itu juga). Apa yang di sana
ada di tiru, tanpa ada filter. Apalagi yang sifatnya hedonism; consumerism
dan materialism yang dapat meluluh lantakkan iman seseorang dengan
mudahnya. Alatnya laptop, desktop, smart phone dan tivi.
Medianya: Jejaringan sosial dan lainnya.
Arus globalisasi ini tidak tertahankan lagi.
Globalisasi baik jika pandai menyikapi dan menggunakannya - sebagaimana Rasul
Muhammad saw telah melakukan dealing
terhadap masyarakat jahiliyah. Untuk menghadapi ini perlu adanya tatanan
masyarakat yang bangunan kokoh dan kuat layaknya seperti pepatah menyatakan
“tidak lekang kerena panas, tidak lapuk karena hujan” musim berganti tetap saja
eksis. Eksis karena berpegang kepada
nilai-nilai hidup duniawi dan ukhrawi seperti yang di ajarkan dan dilaksanakan
oleh Rasul Allah Muhammad saw yang
bersumber dari ajaran wahyu yang diterima, yang dengan itu mencapai sukses
selama beliau memimpin masyarakat sentero Madinah, Makah, dan Hijaz, sebahagian
Jazirah Arabia sekarang.
Kesuksesan Nabi Muhammad saw diakui pula oleh peminat sejarahnya, Muhammad, yang dituliskan
dari sekian banyak orang dua diantaranya adalah Michael H. Hart dan Thomas
Carlyle sbb:
Michael H. Hart asserted that Muhammad was
"supremely successful" in both the religious and secular
realms. Hart decided to choose Muhammad over Jesus or Moses. He also
writes that Muhammad's role in the development of Islam is far more influential
than Jesus's collaboration in the development of Christianity.
Terjemahannya:
Michael H. Hart menegaskan bahwa Muhammad (saw) adalah "sangat sukses" di
bidang agama dan dunia. Hart
memutuskan untuk memilih Muhammad daripada Yesus (as) atau Musa (as). Dia juga menulis bahwa peran Muhammad (saw) dalam pengembangan Islam jauh lebih berpengaruh daripada
kolaborasi Yesus (as) dalam pengembangan agama Kristen
Thomas Carlyle was amazed as to “how one
man (Muhammad) single handedly, could weld warring tribes and wandering
bedouins into a most powerful and civilized nation in less than two decades.”
Terjemahannya:
Thomas Carlyle kagum dengan "bagaimana satu orang
(Muhammad saw) seorang diri, dapat
merekatsatukan suku-suku yang bertikai dan suku pengembara Badui menjadi negara yang
paling kuat dan beradab dalam waktu kurang dari dua dekade."
PERLU ADANYA TATA MASYARAKAT
M
|
asyarakat yang dimaksudkan disini adalah mulai
dari keluarga, community, society, sampai berbangsa (nation)
dan antar bangsa (internasional). Masyarakat ini akan tegak dan terpelihara
agar maju dan berkembang perlu penatanan. Yaitu adanya tatanan atau sendi-sendi
yang membuat masyarakat eksis, terpelihara dan maju menjadi suatu peradaban (civilitation).
Juga menggiring peradaban dunia, (setidak-tidaknya tetap dalam iman yang kuat
dan teguh itu) bisa berdampingan hidup di dunia secara damai bersama masyarakat
internasional lainnya. Seperti hidupnya ikan di laut yang tidak asin, karena
lingkungannya.
Untuk itu, mari kita tadabburi firman Allah 'Azza
wa Jalla dalam surat ke-16 An-Nahl dari ayat 89 sampai 93 karena ada
relevansinya dengan tema tulisan ini.
“Kami
turunkan Al-Kitab (Al-Qur’an) untuk ●menjelaskan segala sesuatu ●dan petunjuk
●serta rahmat ●dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. [QS
An-Nahl 16:89]
Dengan ayat ini, mulailah di perkenalkan
butir-butir pandangan (pegangan dari cara-cara) hidup yang ditujukan kepada
kaum muslimin sendiri. Jika sebelum ayat ini telah dinyatakan azab siksa yang
akan diderita oleh musyrikin (kelak dihadapan Allah ‘Azza wa Jalla), Nabi Muhammad saw
akan dipanggil menjadi saksi tentang caranya kaum muslimin menyambut dan
menjalankan agama yang dibawa Rasul saw
yang telah diterima beliau dengan Iman yang tak tergoyah sedikitpun. Niscaya kaum
muslimin yang beriman tidaklah cukup kalau hanya pengakuannya saja beriman,
tapi tidak diiringi bukti dan bakti. Sedang Rasul saw telah datang membawa keterangan lengkap dengan kitab Al-Qur’an
itu. Apa saja keperluan kaum muslimin, telah cukup dijelaskan di dalamnya.
Yaitu urusan dunia dan urusan akhiratnya. Seperti urusan Nikah (ikatan dalam
perkawinan); Faraidh (warisan);
Urusan dari tujuan dan kode etik perang dan damai; Pemerintahan dan Musyawarah;
Ibadah (kesalehan vertikal) dan Muamalah (kesalehan horizontal); Petunjuk
menempuh jalan yang diridhai Allah; Rahmat untuk persaudaraan sesama manusia,
dan seterusnya.
Disini dapat dibuat kerangkanya apa yang
terdapat di dalam Al-Qur’an yaitu berupa tibyan (penjelasan), al-huda
(petunjuk), rahmat, dan kabar gembira bagi yang metadabburinya. Di dalam
Al-Qur’an terkandung perintah untuk berbuat: Adil; Ihsan (baik); Memberi
(bantuan, perhatian) kepada kaum kerabat; Menjegah dari perbuatan keji, mungkar,
dan permusuhan. Di sana juga terkandung perintah menunaikan janji-janji
(seperti misalnya kepada konstituen, melaksanakan undang-undang yang menyangkut
kepada kesejahteraan dan menegakkan ketertiban); Dan larangan merusak
perjanjian itu setelah dikukuhkan.
Semua itu pada dasarnya adalah prinsip-prinsip
moralitas yang azasi (pokok) yang termaktub dalam kitab Al-Qur’an. Di dalamnya
terdapat penjabaran tentang sangsi yang dilakukan karena membatalkan suatu
perjanjian dan menjadikan janji itu sebagai bahan tipuan dan tadhlil
(penyesatan: misalnya janji kepada konstituen sebelum terpilih, setelah
terpilih dan memegang kekuasaan tidak ‘ingat’ lagi kepada janji yang telah di
ucapkan selama kampanye, agar dipilih). Dengan itu bagi yang berjanji tidak
melaksanakan janjinya akan mendapat azab yang pedih. Sementara kepada orang
yang dirugikan mendapat berita gembira yaitu atas kesabarannya dalam mendapat
‘cobaan itu’ mereka akan memperoleh ganjaran yang lebih baik dari apa yang
mereka perbuat atas ketidak berdayaannya itu.
Kemudian diterangkan pula adab dan etika ketika
hendak membaca (dan mentadaburi) Al-Qur’an ini. Yaitu dengan istia’adzah
(memohon perlindungan) kepada Allah swt
dari syaithan yang terkutuk. Gunanya adalah untuk mengusir godaannya dari
majelis Al-Qur’anul-Karim, agar kita tidak salah mentadaburinya (secara tidak
disadari menjauhi dari makna yang sesungguhnya). Yaitu memahaminya keluar dari
jalur ridha (seperti yang dimaksudkan) Allah Yang 'Adzim.
Lalu di akhir pembahasan akan dijelaskan perihal
balasan orang-orang yang kufur setelah mereka beriman; Balasan orang-orang yang
dipaksa berbuat kekufuran sementara hatinya tetap tenteram dengan
keimanannya; Balasan orang-orang yang difitnah dari agamanya kemudian mereka
berhijrah, berjihad, dan bersabar. Untuk semua ini terdapat penjelasan,
petunjuk, rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang muslim yang berserah diri
kepada-Nya. Yaitu memahami dan mengikuti perintah dan menjauhi larangannya. [Bersambung].
□ AFM
Tatanan Masyarakat Dalam Al-Qur’an
Bahan Bacaan:
1.
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur'an (Di Bawah Naungan Al-Qur'an), Jilid 7,
Gema Insani Press, Jakarta, 2003.
2.
Prof. Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (HAMKA), Juz 14, Penerbit Pustaka
Panjimas, Jakarta 1987.
3.
Rasul, Tokoh Yang Mempengarui Dunia, A. Faisal Marzuki. □□