Sunday, May 25, 2014

Tatanan Masyarakat Dalam Al-Qur'an (I)




TATANAN MASYARAKAT
DALAM AL-QUR’AN (I)
-------  Mukaddimah  -------
Oleh: A. Faisal Marzuki


“My choice of Muhammad (saw) to lead the list of the world's most influential persons may surprise some readers and may be questioned by others, but he was the only man in history who was supremely successful on both the religious and secular level.” [Michael H. Hart]


KATA PENGANTAR


T
ema ini perlu dan pantas diangkat. Kalau tidak kita dapat tergilas dan jatuh kepada peradaban hubuddunya. Padahal hidup ini tidak hanya (memerlukan) dunia tapi juga sangat memerlukan akhirat sebagai pelabuhan terakhir hidup manusia ini. Dunia ini (bagi mereka yang yakin adanya Akhirat) adalah sebagai jembatan (intermediate goal), bukan tujuan akhir (ultimate goal).

Apalagi dalam abad globalisasi sekarang ini. Yaitu abad kemajuan teknologi informasi. Apa yang kejadian di sana di sini tahu. Begitu sebaliknya in real time (detik itu juga). Apa yang di sana ada di tiru, tanpa ada filter. Apalagi yang sifatnya hedonism; consumerism dan materialism yang dapat meluluh lantakkan iman seseorang dengan mudahnya. Alatnya laptop, desktop, smart phone dan tivi. Medianya: Jejaringan sosial dan lainnya.

Arus globalisasi ini tidak tertahankan lagi. Globalisasi baik jika pandai menyikapi dan menggunakannya - sebagaimana Rasul Muhammad saw telah melakukan dealing terhadap masyarakat jahiliyah. Untuk menghadapi ini perlu adanya tatanan masyarakat yang bangunan kokoh dan kuat layaknya seperti pepatah menyatakan “tidak lekang kerena panas, tidak lapuk karena hujan” musim berganti tetap saja eksis. Eksis karena  berpegang kepada nilai-nilai hidup duniawi dan ukhrawi seperti yang di ajarkan dan dilaksanakan oleh Rasul Allah Muhammad saw yang bersumber dari ajaran wahyu yang diterima, yang dengan itu mencapai sukses selama beliau memimpin masyarakat sentero Madinah, Makah, dan Hijaz, sebahagian Jazirah Arabia sekarang.

Kesuksesan Nabi Muhammad saw diakui pula oleh peminat sejarahnya, Muhammad, yang dituliskan dari sekian banyak orang dua diantaranya adalah Michael H. Hart dan Thomas Carlyle sbb:

Michael H. Hart asserted that Muhammad was "supremely successful" in both the religious and secular realms. Hart decided to choose Muhammad over Jesus or Moses. He also writes that Muhammad's role in the development of Islam is far more influential than Jesus's collaboration in the development of Christianity.

Terjemahannya: Michael H. Hart menegaskan bahwa Muhammad (saw) adalah "sangat sukses" di bidang agama dan dunia. Hart memutuskan untuk memilih Muhammad daripada Yesus (as) atau Musa (as). Dia juga menulis bahwa peran Muhammad (saw) dalam pengembangan Islam jauh lebih berpengaruh daripada kolaborasi Yesus (as) dalam pengembangan agama Kristen

Thomas Carlyle was amazed as to “how one man (Muhammad) single handedly, could weld warring tribes and wandering bedouins into a most powerful and civilized nation in less than two decades.”

Terjemahannya: Thomas Carlyle kagum dengan "bagaimana satu orang (Muhammad saw) seorang diri, dapat merekatsatukan suku-suku yang bertikai dan suku pengembara Badui menjadi negara yang paling kuat dan beradab dalam waktu kurang dari dua dekade."


PERLU ADANYA TATA MASYARAKAT

M
asyarakat yang dimaksudkan disini adalah mulai dari keluarga, community, society, sampai berbangsa (nation) dan antar bangsa (internasional). Masyarakat ini akan tegak dan terpelihara agar maju dan berkembang perlu penatanan. Yaitu adanya tatanan atau sendi-sendi yang membuat masyarakat eksis, terpelihara dan maju menjadi suatu peradaban (civilitation). Juga menggiring peradaban dunia, (setidak-tidaknya tetap dalam iman yang kuat dan teguh itu) bisa berdampingan hidup di dunia secara damai bersama masyarakat internasional lainnya. Seperti hidupnya ikan di laut yang tidak asin, karena lingkungannya.

Untuk itu, mari kita tadabburi firman Allah 'Azza wa Jalla dalam surat ke-16 An-Nahl dari ayat 89 sampai 93 karena ada relevansinya dengan tema tulisan ini.

“Kami turunkan Al-Kitab (Al-Qur’an) untuk ●menjelaskan segala sesuatu ●dan petunjuk ●serta rahmat ●dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. [QS An-Nahl 16:89]

Dengan ayat ini, mulailah di perkenalkan butir-butir pandangan (pegangan dari cara-cara) hidup yang ditujukan kepada kaum muslimin sendiri. Jika sebelum ayat ini telah dinyatakan azab siksa yang akan diderita oleh musyrikin (kelak dihadapan Allah ‘Azza wa Jalla), Nabi Muhammad saw akan dipanggil menjadi saksi tentang caranya kaum muslimin menyambut dan menjalankan agama yang dibawa Rasul saw yang telah diterima beliau dengan Iman yang tak tergoyah sedikitpun. Niscaya kaum muslimin yang beriman tidaklah cukup kalau hanya pengakuannya saja beriman, tapi tidak diiringi bukti dan bakti. Sedang Rasul saw telah datang membawa keterangan lengkap dengan kitab Al-Qur’an itu. Apa saja keperluan kaum muslimin, telah cukup dijelaskan di dalamnya. Yaitu urusan dunia dan urusan akhiratnya. Seperti urusan Nikah (ikatan dalam perkawinan); Faraidh (warisan); Urusan dari tujuan dan kode etik perang dan damai; Pemerintahan dan Musyawarah; Ibadah (kesalehan vertikal) dan Muamalah (kesalehan horizontal); Petunjuk menempuh jalan yang diridhai Allah; Rahmat untuk persaudaraan sesama manusia, dan seterusnya.

Disini dapat dibuat kerangkanya apa yang terdapat di dalam Al-Qur’an yaitu berupa tibyan (penjelasan), al-huda (petunjuk), rahmat, dan kabar gembira bagi yang metadabburinya. Di dalam Al-Qur’an terkandung perintah untuk berbuat: Adil; Ihsan (baik); Memberi (bantuan, perhatian) kepada kaum kerabat; Menjegah dari perbuatan keji, mungkar, dan permusuhan. Di sana juga terkandung perintah menunaikan janji-janji (seperti misalnya kepada konstituen, melaksanakan undang-undang yang menyangkut kepada kesejahteraan dan menegakkan ketertiban); Dan larangan merusak perjanjian itu setelah dikukuhkan.

Semua itu pada dasarnya adalah prinsip-prinsip moralitas yang azasi (pokok) yang termaktub dalam kitab Al-Qur’an. Di dalamnya terdapat penjabaran tentang sangsi yang dilakukan karena membatalkan suatu perjanjian dan menjadikan janji itu sebagai bahan tipuan dan tadhlil (penyesatan: misalnya janji kepada konstituen sebelum terpilih, setelah terpilih dan memegang kekuasaan tidak ‘ingat’ lagi kepada janji yang telah di ucapkan selama kampanye, agar dipilih). Dengan itu bagi yang berjanji tidak melaksanakan janjinya akan mendapat azab yang pedih. Sementara kepada orang yang dirugikan mendapat berita gembira yaitu atas kesabarannya dalam mendapat ‘cobaan itu’ mereka akan memperoleh ganjaran yang lebih baik dari apa yang mereka perbuat atas ketidak berdayaannya itu.

Kemudian diterangkan pula adab dan etika ketika hendak membaca (dan mentadaburi) Al-Qur’an ini. Yaitu dengan istia’adzah (memohon perlindungan) kepada Allah swt dari syaithan yang terkutuk. Gunanya adalah untuk mengusir godaannya dari majelis Al-Qur’anul-Karim, agar kita tidak salah mentadaburinya (secara tidak disadari menjauhi dari makna yang sesungguhnya). Yaitu memahaminya keluar dari jalur ridha (seperti yang dimaksudkan) Allah Yang 'Adzim.

Lalu di akhir pembahasan akan dijelaskan perihal balasan orang-orang yang kufur setelah mereka beriman; Balasan orang-orang yang dipaksa berbuat kekufuran sementara hatinya tetap tenteram  dengan keimanannya; Balasan orang-orang yang difitnah dari agamanya kemudian mereka berhijrah, berjihad, dan bersabar. Untuk semua ini terdapat penjelasan, petunjuk, rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang muslim yang berserah diri kepada-Nya. Yaitu memahami dan mengikuti perintah dan menjauhi larangannya. [Bersambung]. □ AFM



Tatanan Masyarakat Dalam Al-Qur’an
(klik->)   (I)   (II)   (III)   (IV)   (V)   (VI)   (VII)



Bahan Bacaan:
1. Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur'an (Di Bawah Naungan Al-Qur'an), Jilid 7, Gema Insani Press,  Jakarta, 2003.
2. Prof. Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (HAMKA), Juz 14, Penerbit Pustaka Panjimas, Jakarta 1987.
3. Rasul, Tokoh Yang Mempengarui  Dunia, A. Faisal Marzuki. □□

Blog Archive