ISLAM DAN STRUKTUR BERFIKIR
SEBUAH PANDANGAN DASAR CARA BERFIKIR
Oleh: A. Faisal Marzuki
MELIHAT, MEMAHAMI, MENYIKAPI
DAN DASAR PIJAKAN BERFIKIR
S
|
atu gado-gado. Yang
satu lagi Jalan. Dua kata yang beda. Beda bukan hanya susunan huruf dan
mengucapkan saja, melainkan arti bahkan nilai yang dikandungnya completely different.
Gado-gado, yaitu segalanya bercampur disitu. Misal gado-gado makanan. Segala
sayuran dicampur disitu. Bahkan kalau mau yang bukan sayuran juga bisa masuk. Satu
lagi jalan, yaitu jalan atau tempat menempuh ke suatu tujuan. Sebagai contoh di
setasiun kereta api Union Station di Washington DC kita hendak pergi ke New
York City. Karena dalam stasiun kereta api itu jalur kereta apinya banyak, maka
kita mau pilih jalur kereta api yang ke New York City. Ketika itu mata kita
mulai awas, pikiran kita bekerja, jangan sampai salah pilih kereta. Kita baca
tandanya, malah kita tanya lagi kepada petugas stasiun untuk memastikannya.
Setelah pasti dapat sesuai dengan apa yang kita maui, baru kita duduk di atas
kereta yang akan membawa ke tempat yang di tuju.
Jadi, kalau
kita tidak teliti; Mata kita tidak jeli; Pikiran kita tidak digunakan; Tidak
mau bertanya untuk memastikannya, kita akan sesat. Karena banyak jalur kereta dalam stasion itu dan hanya
satu yang benar. Jadi dalam hal ini berfikir
secara gado-gado ini tidak pada tempatnya, bahwa dunia jalannya tidak satu.
Berfirmanlah Allah ’Azza wa Jalla yang artinya sebagai berikut:
Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (jalan
lurus - ke surga, jalan sesat - ke neraka). [QS Al-Balad 90:10]
Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan
(sekali-kali jangan pilih) dan ketakwaannya (pilihlah dan rengkuh kuat-kuat
jangan sampai lepas). [QS Asy-Syams 91:8]
Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus;
ada yang bersyukur (patuh, mengikuti jalan lurus) dan ada pula yang kafir
(ingkar, menolak jalan lurus). [QS Al-Insan 76:3]
Menjadi muslim kita
mesti cerdik, inteligen. Yaitu berhati-hati jangan salah pikir, dan salah
memahami. Dengan hal itu artinya masalah hidup di dunia ini jangan pukul rata
saja. Apalagi memandang soal serupa. Serupa tidaklah selalu serupa. Ada serupa,
tapi tak sama. Demikianlah kita melihat agama-agama atau juga ideologi-ideologi
bahkan faham-faham filsafat sebagai firman Allah swt yang menggambarkannya sebagai berikut:
إن الدين عند الله الإسلام وما
اختلف الذين أوتوا الكتاب إلا من بعد ما جاءهم العلم بغيا بينهم ومن يكفر بآيات
الله فإن الله سريع الحساب
innad dīna ’indallāhil islām wamakhtalafal ladzīna utul
kitāba illā mim ba’di mā jā-ahumul ’ilmu baghyam bainahum wamayyakfur bi-āyātllāhi
fainnallāha sarī’ul hisāb.
Sesungguhnya agama di sisi (diridhoi) Allah ialah (hanya)
Islam. Tidak berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab (ialah Kitab-kitab
yang diturunkan sebelum Al-Qur’an), kecuali setelah mereka memperoleh ilmu
(bahwa yang ditunggu-tunggu dalam Al-Kitab mereka telah datang yaitu Muhammad
yang membawa Kitab Al-Qur’an agar mereka mempercainya), (tapi) karena
kedengkian di antara mereka (mereka tidak mau mempercayainya, ingkar). Barang siapa
ingkar terhadap ayat-ayat Allah (yang ada di dalam Al-Qur’an, yang keasliannya
dijaga-Nya), [1] maka sungguh Allah sangat cepat perhitungan-Nya. [QS Āli ’Imrān 3:19]
Dipertegas lagi dalam
firman Allah swt yang artinya:
Barang siapa yang mencari agama selain Islam, dia tidak
akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi. [QS Āli ’Imrān
3:85]
Lantas bagaimana
hubungan kita dengan selain agama Islam dalam soal IBADAH. Mari perhatikan
firman-Nya yang artinya:
●Katakanlah (Muhammad), "Wahai orang-orang yang
kafir! ● Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, ● dan kamu bukan
penyembah apa yang aku sembah, ● dan aku tidak pernah menjadi peyembah apa yang
kamu sembah, ● dan kamu tidak pernah (pula) menjadi peyembah apa yang aku
sembah. ● ”UNTUKMU AGAMAMU, DAN
UNTUKKU AGAMAKU”. [QS Al-Kāfirūn 109:1-6]
Jadi dalam beribadat
masing-masing, tidak bisa dicampur aduk seperti gado-gado. Masjid bagi mereka
yang beragama Islam. Gereja bagi yang beragama Nashrani. Sinagog bagi yang beragama
Yahudi dst. Masing-masing sudah ada tempatnya, sesuai dengan kepercayaannya
masing-masing. Karena keyakinan, aqidah.
Jadi jangan sampai ada
yang terbetik bahkan berfikiran boleh toleransi dalam masalah keyakinan
(aqidah). Yang ada dan boleh adalah
saling menghormati keyakinan masing-masing. Itulah yang dimaksudkan ”Untukmu agamamu, dan untukku
agamaku”.
Kewajiban ibadah kita
kepada selain Islam ialah berdakwah (mengajak untuk mengikuti ajaran Islam dan
memilih agama Islam):
Kemudian jika mereka membantah engkau (Muhammad)
katakanlah, "Aku berserah diri kepada Allah dan (demikian pula)
orang-orang yang mengikutiku". Dan katakanlah kepada orang-orang yang
telah diberi Kitab (Yahudi, Nasrani) dan kepada orang-orang buta huruf (Musyrik,
Pagan, dan atheis), "Sudahkah kamu masuk Islam?" Jika mereka masuk
Islam, berarti mereka telah mendapat petunjuk, tetapi jika mereka berpaling,
maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan. Dan Allah Maha Melihat
hamba-hamba-Nya. [QS Āli ’Imrān 3:20]
Lantas bagaimana
dengan hubungan diluar ibadah, yaitu hubungan pergaulan hidup biasa yaitu,
hubungan muamalah (sosial antar manusia) yang diatur dalam ajaran Islam.
Allah tiada melarang
kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu
karena agama, dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil.
Sesungguhnya Allah
hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu
karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk
mengusirmu. Dan barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka
itulah orang-orang yang dzalim. [QS Al-Mumtahanah 60:8,9]
MENYIKAPI SUATU MASALAH
Katakanlah (Muhammad): "Terangkanlah kepadaku jika
Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah tuhan
selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepadamu?" Perhatikanlah,
bagaimana Kami menjelaskan berulang-ulang (kepada mereka) tanda-tanda kekuasaan
(Kami), tetapi mereka tetap berpaling. [QS Al-An’ām 6:46]
B
|
anyak kata-kata yang
berkaitan dengan menggunakan akal (berfikir, berakal), mengerti dan merenung,
dan perumpamaan (analogy, methapor) serta empiris (pengalaman orang atau
masyarakat atau bangsa atau antarbangsa pada masa lalu) disebutkan dalam Kitab
Suci Al-Qur’an. Juga dalam melihat sesuatu yang menjadi objek sangat penting sekali
(masalah yang sederhana maupun kompleks). Karena kalau tidak clear menjadi salah mengerti (sesat).
Maka dalam menghadapi
hal-hal seperti diatas, potensi kemampuan yang ada di diri manusia itu minta
dilibatkan seperti akal, mata, telinga dan hati. Akal berkemampuan untuk
berfikir (terutama yang bersifat benda kongkrit atau abstrak). Mata
berkemampuan untuk melihat bentuk benda konkrit. Telinga berkemampuan untuk
mendengar suara benda konkrit; Dan hati berkemampuan untuk merasa dan menyadari
(consciousness, mind) baik berupa objek yang bersifat benda konkrit,
benda abstrak maupun gaib (transcendental, beyond reality). Kesemua yang
ada pada diri manusia seperti tersebut diatas itu ada tempat-tempat dan
cara-cara penggunaannya untuk dapat mengenali dan kemudian memahaminya.
Demikianlah tergambarkan hal-hal seperti itu dalam firman Allah swt seperti berikut ini yang perlu kita
simak sebaik-baiknya:
Katakanlah (Muhammad): "Terangkanlah kepadaku jika
Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah tuhan
selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepadamu?" Perhatikanlah,
bagaimana Kami menjelaskan berulang-ulang (kepada mereka) tanda-tanda kekuasaan
(Kami), tetapi mereka tetap berpaling. [QS Al-An’ām 6:46]
Shaleh berkata: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu
jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan diberi-Nya aku rahmat
(kenabian) dari-Nya, maka siapakah yang akan menolong aku dari (adzab) Allah
jika aku mendurhakai-Nya. Sebab itu
kamu tidak menambah apa pun kepadaku selain daripada kerugian. [QS Hūd 11:63]
Biasanya hal-hal yang
kompleks dan abstrak atau untuk memudahkan touching the heart (consciousness,
kesadaran). Allah menggunakan kata atau uraian yang bersifat methapor
[2], allegory [3], paraphrase [4] quotation [5] sebagai
berikut:
Syu'aib berkata: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu
jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku
daripada-Nya rezeki yang baik (patutkah aku menyalahi perintah-Nya)? Dan aku
tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. Aku
tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih
berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan)
Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali. [QS
Hūd 11:88]
Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang
laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri. Maka
tidakkah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan
orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul) dan sesungguhnya kampung
akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu
memikirkannya? [QS Yūsuf 12:109]
Dan sesungguhnya telah
Kami buat dalam Al-Qur'an ini segala macam perumpamaan untuk manusia. Dan
sesungguhnya jika kamu membawa kepada mereka suatu ayat, pastilah orang-orang
yang kafir itu akan berkata: "Kamu tidak lain hanyalah orang-orang yang
membuat kepalsuan belaka". [QS Ar-Rūm 30:58]
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka. [QS Āli ’Imrān 3:190,191]
PENUTUP
S
|
TRUKTUR BERFIKIR dalam ISLAM yang penulis telah
uraikan seperti diatas, sebenarnya para ulama masa silam dan juga masa kini
pada umum untuk memahami ajaran Islam baik yang terdapat dalam Al-Qur’an maupun
As-Sunnah mereka mempelajari pula yang disebut Mantiq atau Syllogisme [6]
Yaitu sebagai alat bantu untuk dapat memahami ajaran-ajaran dan ilmu-ilmu
Islam, disamping adanya keterlibatan taufiq
atau hidayah dari Allah ‘Azza wa Jalla melalui ‘hatibatin’ manusia beriman yang
bersih. Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat hendaknya, terutama menghadapi
situasi-situasi galau, ambigu. Kalau tidak juga membantu, maka bertanyalah
kepada orang yang tahu dan bijak. Billahit
Taufiq wal-Hidayah. □ AFM
Catatan Kaki:
[1] إنا نحن نزلنا الذكر وإنا له لحافظون Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al- Qur'an,
dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya. [QS Al-Hijr 15:9]
[2] Metaphor: Kata kiasan, kata perumpamaan
[3] Allegory: Menguraikan sesuatu dengan
uraian simbolik
[4] Paraphrase: Menguraikan sesuatu dengan
kalimat lain
[5] Quotation: Kutipan-kutipan berdasarkan
sesuatu yang sebagai alasan atau contoh.
[6] Mantiq (Syllogisme) adalah alat atau dasar yang penggunaannya akan menjaga
kesalahan dalam berpikir. Lebih jelasnya, Mantiq
adalah sebuah ilmu yang membahas tentang alat dan formula berpikir, sehingga
seseorang yang menggunakannya akan selamat dari cara berpikir salah.
Dalam tataran ini ahli
fikih, Syafi’i sangat berjasa dengan teori yang dirumuskannya, sebagai dasar
teoritis Sunnah dan pembentukan analogi
atau qiyas sebagai metode rasional
untuk mengembangkan hukum fikih. Sementara itu konsensus ulama (ijma’) juga diterima Syafi’i sebagai
bentuk kebiasaan masyarakat. Maka, titik tolak fikih berkat Syafi’i ada empat
yaitu Kitab Suci, hadits Nabi SAW, ijma’
dan qiyas. □□